1. Pengusaha Kena Pajak “D” menyerahkan Barang Kena Pajak secara Cuma-Cuma untuk
membantu korban bencana merapi Yogyakarta senilai Rp. 330.000.000 termasuk laba 10%.
Berapa PPN yang terutang atas penyerahan BKP tersebut:
Jawab :
DPP = 100 x harga jual termasuk laba
100 + %laba
= 100 x Rp. 330.000.000
110
= Rp. 300.000.000
PPN = 10% x Rp. 300.000.000
= Rp. 30.000.000
2. PKP A bulan Januari 2011 menjual tunai barang kena pajak dengan harga jual Rp 10.000.000,-.
Hitung :
-PPN terutang
-Jumlah yang harus dibayar pembeli
Jawab :
PPN terutang 10% X Rp 10.000.000,- Rp 1.000.000,-
3. Pada tanggal 25 Agustus 2009 membeli barang elektronik dari PT. Elektronik Nusantara yang
beralamat di Jl. Serpong Raya No.10 Tengerang NPWP : 04.897.224.2.071.000 senilai Rp
130.000.000 ( harga ini termasuk PPN 10% dan PPnBM 20% )
Jawab :
1. Wajib pajak memiliki objek pajak yang NJOPnya kurang dari 1 milyar
Wajib pajak verlya mempunyai objek pajak berupa :
a. Tanah seluas 2.000 Rp 200.000
b. Bangunan seluas 700m persegi dengan nilai jual Rp.200.000/m2
c. Taman mewah seluas 500 m persegi dengan nilai jual Rp.40.000
d. Pagar mewah sepanjang 75 m persegi dan tinggi rata2 pagar 2 m denagn nilai jual Rp.
400.000
e. NJOPTKP diumpamakan Rp.8.000.000
Ditanya : Hitung besarnya PBB?
Jawab :
Perhitungan nilai jual objek pajak
1. Tanah 2.000 x Rp. 200.000 = Rp.400.000.000
2. Bangunan 700 x Rp.200.000 = Rp.140.000.000
3. Taman 500 x 40.000 = Rp. 20.000.000
4. Pagar mewah 75 x 400.000 = Rp. 30.000.000+
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak = Rp.590.000.000
NJOPTKP Rp. 8.000.000
NJOP sebagai dasar perhitungan pajak = Rp.582.000.000
NJKP 20%* = Rp.116.400.000
PBB terutang 0,5% x x116.400.000 = Rp. 582.000
*NJKP 20% karna NJOP sebagai dasar perhitungan pajak < 1.000.000.000
Dan kasus diatas termasuk WP PBB pedesaan dan perkotaan
2. WP beni memiliki objek pajak berupa tanah dan bangunan dengan NJOP sebagai berikut :
Tanah =.Rp. 800.000.000
Bangunan = 700.000.000
NJOPTKP = 8.000.000
Diminta : Hitunglah PBB ?
Jawab :
Perhitungan nilai jual objek pajak
Tanah = Rp. 800.000.000
Bangunan = Rp. 700.000.000+
NJOP sebagaid asar pengenaan pajak = Rp.1.500.000.000
NJOPTKP = Rp. 8.000.000 -
NJOP untuk perhiutngan pajak = Rp.1.492.000.000
NJKP 40% X 1.492.000.000 = Rp. 596.800.000
PBB terhutnag 0,5% x 596.800.000) = Rp. 2.984.000
3. WP dodi memiliki objek pajak bumi dan bangunan dengan NJOP sebagai berikut :
Bumi Rp. 120.000.000
Bangunan Rp. 90.000.000
Pagar mewah RP. 40.000.000
NJOPTKP Rp. 8.000.000
Ditanya : Hitunglah PBB?
Jawab :
Perhitungan nilai julak kena pajak
Bumi Rp.120.000.000
Tanah Rp. 90.000.000
Pagar mewah Rp. 40.000.000+
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp.250.000.000
NJOPTKP Rp. 8.000.000-
NJOP untuk perhitungan pajak Rp.242.000.000
NJKP 20% X 242.000.000 Rp. 48.400.000
PBB terutang 0,5% 48.400.000 Rp. 242.000
4. Pada awal tahun 2010 tuan dani mempunyai tanah dan bangunan yang mempunyai harga jual
untuk tanah ditaksir 70.000.000. dan bangunan 45.000.000. pada tanggal 20 januari 2011 tuan
dani membeli tanah baru dan dijadikan satu dengan tanah yang lama dengan harga 85.000.000.
pada tahun itu pula diatas tanah itu didirikan bangunan yang digabungkan dengan bangunan lama
yang menghabiskan biaya 50.000.000 bila diumpamakan NJOPTKP adalah 8.000.000
Diminta: hitunglah PBB?
Jawab :
Perhitungan NJKP
Tanah 70.000.000
Bangunan 45.000.000
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak 115.000.000
NJOPTKP 8.000.000
NJOP untuk perhitungan pajak 107.000.000
NJKP 20% X 107.000.000 21.400.000
PBB 0,5% X 21.400.000 107.000
(objek pajak yang dimasukkan dalam perhitungan hanya bumi dan bangunan yang sudah dimilki
pada tanggal 1 januari 2010. Karna dalam aturan PBB OP yang dimasukkan dalam perhitungan
hanya memperhatikan keadaan pada awal tahun. Sehingga wajib pajak yang baru dibeli tidak
diperhitungkan. Objek pajak tersebut baru dimasukkan sebagai objek pajak tahun berikutnya.
5. Wajib pajak memiliki objek pajak didua tempat (NJOPTKP hanya untuk 1 objek pajak yang
terbesar)
Verlya memiliki objek pajak berupa bumi dan bangunan masing-masing di desa A dan B.
Desa A :
Bumi 9.000.000
Bangunan 8.000.000
Desa B :
Bumi 6.000.000
Bangunan 7.000.000
NJOPTKP 8.000.000
Diminta : hitunglah PBB?
Jawab :
A. Desa A
Bumi 9.000.000
Bangunan 8.000.000+
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak 17.000.000
NJOPTKP 8.000.000-
NJOP untuk perhitungan pajak 9.000.000
B. Desa B
Bumi 6.000.000
Bangunan 7.000.000+
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak 13.000.000
NJOPTKP 0
NJOP untuk perhitungan pajak 13.000.000
1. Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya dengan nilai pasar Rp. 500.000.000,- NJOP
yang tercantum dalam SPPT Rp. 800.000.000,-. NPOP TKP Rp. 300.000.000,- Berapa Besarnya
BPHTBnya ?
Jawab :
NPOP = Rp. 800.000.000,-
NPOP TKP = Rp. 300.000.000,-
NPOP KP = Rp. 500.000.000,-
BPHTB yang seharusnya terhutang = 5% x Rp. 500.000.000 = Rp. 25.000.000,-
BPHTB Terhutang = 50% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 12.500.000,-
2. Budi menerima hibah wasiat dari ayak kandungnya sebidang tanah dan bangunan dengan nilai
pasar Rp. 500.000.000,-, SPPT NJOP-nya Rp. 450.000.000 Apabila NPOPTKP ditetapkan Rp.
300.000.000, maka BPHTBnya adalah :
Jawab :
NPOP = Rp. 500.000.000,-
NPOPTKP = RP. 300.000.000,-
NPOPKP = Rp. 200.000.000,-
BPHTB yang seharusnya terhutang = 5% x Rp. 200.000.000 = Rp. 10.000.000,-
BPHTB Terhutang = 50% x Rp. 10.000.000 = Rp. 5.000.000,-
3. Suatu Yayasan Panti Asuhan Anak yatim memperoleh hibah wasiat sebidang Tanah dan
Bangunan dengan nilai pasar Rp. 1.000.000.000,00. SPPT dengan NJOP Rp. 900.000.000.
Apabila NPOP TKP Rp. 300.000.000, maka BPHTB adalah :
Jawab :
NPOP = Rp. 1.000.000.000,-
NPOPTKP = Rp. 300.000.000,-
NPOPKP = Rp. 700.000.000,-
BPHTB seharusnya terhutang = 5% x Rp. 700.000.000,- = Rp. 35.000.000,-
BPHTB yang terhutang = 50% x Rp. 35.000.000,- = Rp. 17.500.000,-
4. PERUM perumnas memperoleh hak pengelolaan atas tanah seluas 10 ha dengan NPOP RP.
1.000.000,-. BPHTB adalah :
Jawab :
NPOP = Rp. 1.000.000.000,-
NPOPTKP = 60.000.000,-
NPOPKP = Rp. 940.000.000,-
BPHTB Terhutang = 5% x Rp. 940.000.000,- = Rp. 47.000.000,-
5. Seseorang membeli sebuah rumah di Jakarta dengan luas tanah 200 m² dan luas bangunan 100
m². Berdasarkan NJOP, harga tanah Rp700.000 per m² dan nilai bangunan Rp600.000 per m².
Berapa besaran BPHTB yang harus dikeluarkan oleh pembeli rumah tersebut?
Jawab:
* Harga Tanah: 200 m² x Rp700.000 = Rp 140.000.000
* Harga Bangunan: 100 m² x Rp600.000 = Rp 60.000.000
* Jumlah Harga Pembelian Rumah: = Rp 200.000.000
* Nilai Tidak Kena Pajak *) = Rp 60.000.000
* Nilai untuk penghitungan BPHTB = Rp 140.000.000
* BPHTB yang harus dibayar 5% : 5% x Rp140.000.000 = Rp 7.000.000
2. Sebutkan apa saja yang termasuk dalam objek dan subjek bea materai!
Jawab :
Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan meterai adalah dokumen menyatakan nilai
nominal sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan di
muka pengadilan, antara lain :
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya
c. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap- rangkapnya
d. Surat yang memuat jumlah uang yaitu:
- yang menyebutkan penerimaan uang;
- yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank;
- yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
- yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan
- Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek
f. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat biasa dan surat-surat
kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan
tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dan
maksud semula
Subyek Bea Materai adalah yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-
pihak yang bersangkutan menentukan lain
4. Jelaskan apa yang Anda ketahui mengenai bea materai saat terutang!
Jawab :
Saat terutangnya bea meterai adalah saat sebelum dokumen yang terutang bea meterai tersebut
digunakan. Dalam Pasal 5 Undang-undang No. 13 Tahun 1985 disebutkan saat terutangnya Bea
Meterai adalah:
- Dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat dokumen itu diserahkan;
- Dokumen yang dibuat oleh lebih dan satu pihak adalah pada saat selesainya dokumen
dibuat;
- Dokumen yang dibuat di luar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia.
b. Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan sebagai berikut:
c. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- tanpa batas
pengenaan besarnya harga nominal.
d. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai dengan
Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,- sedangkan yang mempunyai harga nominal
lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-.
e. Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat
kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenakan
Bea Meterai Rp 3.000,-, sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dan Rp 1.000.000,-
dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,-.