Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI MODEL KIRKPATRICK DALAM EVALUASI

PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS FASILITATOR KOTA


DALAM PENDAMPINGAN PENYUSUNAN DOKUMEN
PERENCANAAN SANITASI

Nining Martiningtyas
STIKOM Surabaya

ABSTRAK
Tenaga Fasilitator Kota merupakan tenaga ahli yang berperan penting dalam
kegiatan fasilitasi pelaksanaan program sanitasi di Kabupaten/Kota. Pada umumnya,
tenaga Fasilitator Kota yang direkrut merupakan fasilitator yang sudah mempunyai
pengalaman di bidang sanitasi, sehingga pemahaman dalam proses penyusunan dokumen
perencanaan sanitasi dianggap sudah cukup layak dan memadai dalam memberikan
fasilitasi dan konsultasi bagi Pokja Kabupaten/Kota. Meskipun demikian, diperlukan
pelatihan bagi Fasilitator Kota untuk meningkatkan kapasitas (kemampuan), pemahaman,
dan ketrampilan dalam penyusunan dokumen perencanaan sanitasi. Guna untuk
mengukur efektifitas dari program pelatihan, maka perlu untuk dilakukan evaluasi
pelaksanaan program pelatihan. Metode evaluasi yang digunakan adalah Model 4 level
evaluasi Kirkpatrick . Dengan demikian, maka perumusan masalah dari penelitian ini
adalah bagaimana mengimplementasikan model Kirkpatrick dalam evaluasi pelatihan
peningkatan kapasitas Fasilitator Kota dalam pendampingan penyusunan dokumen
perencanaan sanitasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini
dilakukan untuk menjelaskan tentang implementasi dari model Kirkpatrick dalam
evaluasi pelatihan peningkatan kapasitas Fasilitator Kota untuk pendampingan
penyusunan dokumen perencanaan sanitasi. Obyek penelitian ini adalah pelaksanaan
evaluasi pelatihan peningkatan kapasitas bagi Fasilitator Kota dalam pendampingan
penyusunan dokumen perencanaan sanitasi. Sedangkan, subyek penelitian ini adalah
Ketua Tim pelaksanaan kegiatan pelatihan. Metode penelitian yang digunakan adalah
dengan melakukan wawancara dan studi dokumentasi, dengan menggunakan instrument
berupa panduan wawancara dan panduan studi dokumentasi.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa Model Evaluasi 4 (empat) level
Kirkpatrick dapat diimplementasikan dan dijadikan dasar evaluasi pelaksanaan program
pelatihan peningkatan kapasitas Fasilitator Kota dalam pendampingan penyusunan
dokumen perencanaan sanitisasi guna untuk menentukan efektifitas dan ketepatgunaan
pelatihan yang dilakukan. Hasil evaluasi dapat menggambarkan tingkat kepuasan peserta
dalam mengikuti pelatihan, serta dapat memberikan gambaran perkembangan kinerja
peserta setelah mengikuti pelatihan, sehingga dapat diketahui perbaikan-perbaikan yang
perlu untuk dilakukan guna pencapaian tujuan pelatihan bagi Fasilitator Kota dalam
kegiatan pendampingan penyusunan dokumen perencanaan sanitisasi di Kabupaten/Kota.

Kata Kunci: Program Pelatihan Peningkatan Kapasitas Fasilitator Kota, Model Evaluasi
Kirkpatrick.

PENDAHULUAN memadai, sehingga pembangunan sektor


Salah satu penunjang kesehatan sanitasi menjadi sektor yang tertinggal
masyarakat adalah tersedianya sanitasi dibanding dengan pembangunan sektor
yang baik dan layak bagi masyarakat di lain di Indonesia. Oleh karena itu, pada
semua daerah, baik di perkotaan maupun Rencana Pembangunan Jangka
pedesaan. Pada kenyataannya, perhatian Menengah Negara (RPJMN) Tahun
terhadap sanitasi masih dianggap kurang 2015 – 2019 Pemerintah menargetkan

Implementasi Model ................. (Nining) hal. 91 - 99 91


100% akses sanitasi untuk Indonesia pemahaman yang baik tentang substansi,
yang harus dicapai pada akhir tahun serta proses dan prosedur dalam
2019. Portal Sanitasi Indonesia (2017) menghasilkan dokumen perencanaan
menyebutkan bahwa target 100% akses sanitasi yang berkualitas, komprehensif
sanitasi untuk Indonesia dikenal dengan dan sesuai dengan kondisi dan
nama Universal Access Sanitasi untuk kebutuhan masyarakat, sehingga akan
Indonesia. memudahkan pada tahap
Program Percepatan implementasinya. Oleh karena itu, perlu
Pembangunan Sanitasi Permukiman dilakukan pelatihan bagi Fasilitator Kota
(PPSP) merupakan program yang Kabupaten dan Kota untuk
dilaksanakan oleh Pemerintah, dalam meningkatkan kapasitas (kemampuan),
hal ini dilaksanakan oleh Kementerian pemahaman, dan ketrampilan dalam
Pekerjaan Umum dan Perumahan memberikan fasilitasi kepada Pokja
Rakyat, bersama dengan Kementerian Sanitasi Kabupaten dan Kota untuk
Perencanaan Pembangunan Nasional/ penyusunan dokumen perencanaan
Badan Perencanaan Pembangunan sanitasi. Pelatihan peningkatan kapasitas
Nasional (Kementerian PPN/ bagi Fasilitator Kota Kabupaten dan
BAPPENAS), Kementerian Kesehatan, Kota ini bertujuan untuk memberikan
serta Kementerian Dalam Negeri. pembekalan agar mereka mempunyai
Program PPSP bertujuan untuk kapasitas dan kemampuan tentang
memprioritaskan pembangunan sanitasi substansi penyusunan dokumen
melalui pendekatan penyusunan perencanaan sanitasi dan fasilitasi Pokja
dokumen perencanaan sanitasi sebelum Sanitasi Kabupaten dan Kota.
pelaksanaan tahap implementasi. Guna untuk mengukur
Dokumen perencanaan sanitasi ini efektifitas dari program pelatihan, maka
disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) perlu untuk dilakukan evaluasi
Sanitasi Pemerintah Kabupaten dan pelaksanaan program pelatihan, baik
Kota dengan difasilitasi oleh Fasilitator terhadap proses pembelajaran maupun
Sanitasi Kabupaten dan Kota, yang hasil pembelajaran. Metode evaluasi
disebut dengan Fasilitator Kota atau City yang digunakan adalah model 4 level
Facilitator (CF). evaluasi Kirkpatrick. Dengan demikian,
Tenaga Fasilitator Kota maka perumusan masalah dari penelitian
merupakan tenaga ahli yang direkrut ini adalah bagaimana meng-
oleh Pemerintah dan berperan penting implementasikan model Kirkpatrick
dalam kegiatan fasilitasi pelaksanaan dalam evaluasi pelatihan peningkatan
program sanitasi di Kabupaten dan Kota. kapasitas Fasilitator Kota dalam
Pada umumnya, tenaga Fasilitator Kota pendampingan penyusunan dokumen
yang direkrut merupakan fasilitator yang perencanaan sanitasi. Tujuan yang ingin
sudah mempunyai pengalaman di bidang dicapai adalah untuk mengetahui sejauh
sanitasi, serta mempunyai latar belakang mana implementasi model Kirkpatrick
pendidikan yang sesuai dengan program dalam evaluasi pelatihan peningkatan
pembangunan sanitasi. Oleh karena itu, kapasitas Fasilitator Kota dalam
pemahaman tenaga Fasilitator Kota pendampingan penyusunan dokumen
dalam proses penyusunan dokumen perencanaan sanitasi. Manfaat dari hasil
perencanaan sanitasi dianggap sudah penelitian adalah diharapkan dapat
cukup layak dan memadai dalam dijadikan masukan dalam melaksanakan
memberikan fasilitasi dan konsultasi kegiatan evaluasi pelatihan peningkatan
bagi Pokja Kabupaten dan Kota dalam kapasitas bagi Fasilitator Kota agar
usaha mensukseskan program PPSP bagi dapat dijadikan solusi untuk
Kabupaten dan Kota. mengidentifikasi kelebihan dan
Meskipun demikian, untuk kekurangan dalam pelaksanaan program
kelancaran dan suksesnya pelaksanaan pelatihan, sehingga langkah perbaikan
program PPSP diperlukan satu dapat segera ditindaklanjuti.

92 Media Mahardhika Vol. 16 No. 1 September 2017


TINJAUAN PUSTAKA pelatihan, yaitu: (1) Untuk
Model 4 Level Evaluasi Kirkpatrick menjustifikasi keberadaan anggaran
Pengertian pelatihan menurut pelatihan dengan memperlihatkan
Susilo Martoyo (2007) adalah suatu bagaimana program pelatihan tersebut
proses pendidikan jangka pendek berkontribusi pada tujuan dan sasaran
dengan menggunakan prosedur yang organisasi, (2) Untuk menentukan
sistematis dan terorganisir, guna untuk apakah suatu program pelatihan
mempelajari pengetahuan dan dilanjutkan atau tidak, (3) Untuk
ketrampilan teknis dalam tujuan memperoleh informasi tentang
terbatas. Mutiara S. Panggabean (2004) bagaimana cara untuk meningkatkan
menjelaskan bahwa pelatihan lebih program pelatihan di masa yang akan
difokuskan pada pekerjaan saat ini untuk datang. Model evaluasi yang
meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal
yang dibutuhkan oleh organisasi. dengan istilah Model Evaluasi 4 (empat)
Sedangkan, Oemar Hamalik (2007) level Kirkpatrick , yaitu: (1) Evaluasi
menjelaskan bahwa pelatihan diberikan Level 1: Reaction Evaluating, (2)
dalam bentuk pemberian bantuan, Evaluasi Level 2: Learning Evaluating,
seperti memberikan pengarahan, (3) Evaluasi Level 3: Behavior
bimbingan, fasilitasi atau Evaluating, dan (4) Evaluasi level 4:
pendampingan, penyampaian informasi, Result Evaluating.
serta latihan ketrampilan, dimana pada Evaluasi level 1 mengukur
dasarnya peserta telah memiliki reaksi yang berupa kepuasan peserta
kemampuan dan pengalaman, serta pelatihan terhadap pelatihan yang
motivasi untuk melaksanakan kegiatan diikuti. Reaksi yang muncul dapat
dan memperbaiki dirinya sendiri berupa perasaan dan keinginan peserta
sehingga mampu membantu dirinya terhadap pelaksanaan pelatihan,
sendiri untuk melaksanakan tugas yang narasumber, materi, media/metode
diberikan kepadanya. Berdasar pada pembelajaran, maupun fasilitas/sarana
pendapat ahli tersebut di atas, maka yang disediakan selama pelatihan. Pada
dapat disimpulkan bahwa tujuan umumnya, alat ukur untuk evaluasi level
pelatihan pada dasarnya adalah untuk 1 adalah form evaluasi berupa kuesioner
meningkatkan kualitas, kinerja, dan yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
profesionalitas dari karyawan yang memungkinkan untuk mengetahui
dimiliki oleh sebuah perusahaan. Oleh semua informasi yang relevan yang akan
karena itu, kegiatan pelatihan dapat diberikan oleh peserta pelatihan. Form
dikatakan efektif atau sukses, bila tujuan ini biasanya diberikan kepada peserta
yang telah ditetapkan oleh perusahaan setelah proses pelatihan berakhir atau
dapat tercapai. Untuk mengetahui efektif sebelum penutupan. Evaluasi level 2
atau suksesnya pelatihan dapat mengukur sejauh mana proses
dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran telah dilaksanakan dalam
evaluasi terhadap kegiatan pelatihan pelatihan. Beberapa cara penilaian level
yang sudah dilakukan. Evaluasi kegiatan 2 ini adalah dengan mengukur penilaian
pelatihan perlu dilakukan secara kinerja, studi kasus, latihan-latihan, atau
komprehensif dan berkesinambungan, dengan mengadakan pre-test dan post-
baik terhadap proses pembelajaran test guna untuk mengukur penguasaan
maupun terhadap hasil pembelajaran. peserta terhadap topic pembelajaran
Salah satu model evaluasi yang paling sebelum dan sesudah mengikuti
banyak digunakan adalah Model pelajaran. Evaluasi level 3 mengukur
Evaluasi 4 (empat) level Kirkpatrick . ada tidaknya perubahan perilaku peserta
Menurut Kirkpatrick, D. L dan setelah selesai mengikuti pelatihan.
Kirkpatrick J. D (2006), dalam Syafril Evaluasi ini dapat dilakukan dengan
Ramadhon, terdapat 3 alasan spesifik melakukan survey terhadap pimpinan
dalam melakukan evaluasi kegiatan peserta, dengan melalui surat, telepon,

Implementasi Model ................. (Nining) hal. 91 - 99 93


dan sebagainya untuk mengetahui Lingkungan (Pokja AMPL)
apakah ada perubahan perilaku dari Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur-
peserta setelah mengikuti pelatihan. unsur OPD dan pihak stakeholders
Evaluasi level 4 mengukur hasil akhir lainnya. Untuk mendukung pelaksanaan
yang terjadi setelah peserta mengikuti kegiatan penyusunan dokumen
pelatihan, yaitu mengukur ada atau perencanaan sanitasi di Kabupaten/Kota,
tidaknya peningkatan hasil belajar, maka dibutuhkan tenaga fasilitator
pengetahuan, dan ketrampilan peserta. Kabupaten/Kota yang disebut dengan
Evaluasi hasil akhir dapat dilakukan istilah Fasilitator Kota atau City
dengan membandingkan target sebelum Fasilitator (CF). Tenaga Fasilitator Kota
dan sesudah pelatihan apakah ada adalah seorang tenaga ahli yang
peningkatan atau tidak. ditugaskan oleh Pemerintah Pusat untuk
memberikan bantuan teknis kepada
Fasilitator Kota Program PPSP Pemerintah Daerah dalam penyusunan
Kelompok Kerja Air Minum dan dokumen perencanaan sanitasi. Atau
Penyehatan Lingkungan (POKJA dengan kata lain, tenaga Fasilitator Kota
AMPL) Nasional merupakan suatu dapat disebut sebagai kepanjangan
lembaga adhoc lintas kementerian yang tangan Pemerintah Pusat untuk
beranggotakan perwakilan dari memberikan bantuan teknis kepada
Kementerian PPN/BAPPENAS, Kabupaten/Kota dengan cara
Kementerian Pekerjaan Umum dan memberikan pendampingan/fasilitasi,
Perumahan Rakyat, Kementerian serta menggerakkan dan mengarahkan
Kesehatan, dan Kementerian Dalam Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota dalam
Negeri. POKJA AMPL Nasional penyusunan dokumen perencanaan
bertugas melaksanakan Program sanitasi yang berkualitas dan sesuai
Nasional Percepatan Pembangunan target waktu yang telah ditentukan.
Sanitasi Permukiman (PPSP). Salah satu Output dari kegiatan fasilitasi bagi
tahapan yang utama dari program Fasilitator Kota adalah tersusunnya
nasional ini adalah fasilitasi kepada dokumen perencanan sanitasi yang
Pemerintah Kabupaten/Kota agar berkualitas dan sesuai dengan target
mampu menyusun suatu rencana waktu yang ditentukan, terselenggaranya
strategis pembangunan sanitasi yang kegiatan penjaminan kualitas mandiri
komprehensif, koordinatif, dan oleh Pokja Kabupaten/Kota terhadap
terintegrasi di daerahnya masing- dokumen perencanan sanitasi,
masing. terselenggaranya kegiatan Pokja
Kabupaten/Kota yang mengikuti Kabupaten/Kota dalam rangka
program nasional PPSP ini diarahkan pengawalan program PPSP, serta
untuk menghasilkan suatu dokumen tersusun dan terkirimnya dokumen
perencanaan strategi sanitasi di tingkat perencanan sanitasi kepada Satker
Kabupaten/Kota. Dokumen ini dapat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
digunakan sebagai referensi untuk Permukiman (PPLP) Provinsi atau
penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Program Implementasi Unit (PIU)
bagi Organisasi Perangkat Daerah Teknis di Direktorat Jenderal Cipta
(OPD) atau menjadi bahan masukan Karya Kementerian Pekerjaan Umum
dalam penyusunan Rencana dan Perumahan Rakyat (Info Sanitasi,
Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2014).
(RPJMD), serta dapat menjadi bahan
masukan dalam proses perencanaan Dokumen Perencanaan Sanitasi
anggaran pembangunan di daerah. Pemerintah menetapkan
Dokumen perencanaan strategi Peraturan Presiden No.185 Tahun 2014
sanitasi disusun oleh Pemerintah tentang Percepatan Penyediaan Air
Kabupaten/Kota melalui Kelompok Minum dan Sanitasi, dimana peraturan
Kerja Air Minum dan Penyehatan ini dilatarbelakangi bahwa air minum

94 Media Mahardhika Vol. 16 No. 1 September 2017


dan sanitasi merupakan urusan lintas pembangunan sanitasi, strategi
sektor yang memerlukan sinergi dan pembangunan sanitasi, serta kebutuhan
acuan bersama untuk menunjang program kegiatan pembangunan sanitasi
pembangunan sanitasi. Definisi di Kabupaten/Kota hingga 5 tahun ke
pembangunan sanitasi berdasar Perpres depan (Pokja AMPL, 2016).
ini adalah suatu upaya peningkatan
kualitas dan perluasan pelayanan METODE PENELITIAN
persampahan rumah tangga, air limbah Penelitian ini menggunakan
domestic, serta pengelolaan drainase pendekatan deskriptif kualitatif, dimana
lingkungan terpadu dan berkelanjutan penelitian ini dilakukan untuk
melalui peningkatan perencanaan, menjelaskan tentang implementasi dari
kelembagaan, pelaksanaan dan model Kirkpatrick dalam evaluasi
pengawasan yang baik. Terdapat tiga pelatihan peningkatan kapasitas
dokumen yang terkait dengan Fasilitator Kota untuk pendampingan
peningkatan perencanaan pembanguna penyusunan dokumen perencanaan
sanitasi, yaitu Roadmap Sanitasi sanitasi. Selain itu, dengan
Nasional, Roadmap Sanitasi Provinsi, menggunakan pendekatan kualitatif
dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan dapat diperoleh informasi
(Leiwakabessy, 2015). tentang situasi pelaksanaan dan
Dokumen perencanaan sanitasi permasalahan yang terjadi dalam
ini disusun untuk dijadikan pedoman kegiatan pelatihan ini. Penelitian ini
bagi pelaksanaan pembangunan sanitasi dilaksanakan pada bulan Mei – Juni
secara komprehensif dan berkelanjutan 2016 di Kantor Konsultan Pelaksana
dalam rangka untuk mencapai target Jakarta. Menurut Sugiyono (2007),
Universal Access Sanitasi yang telah obyek penelitian adalah situasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah sebagai ingin diketahui dan terjadi didalamnya,
kebijakan nasional terkait dengan dimana peneliti dapat mengamati
sanitasi, yaitu 100% Akses Sanitasi aktivitas semua orang yang ada di suatu
untuk Indonesia seperti yang tertulis tempat tertentu. Obyek penelitian ini
dalam laman Portal Sanitasi Indonesia adalah pelaksanaan evaluasi pelatihan
(Portal Sanitasi Indonesia, 2017). Oleh peningkatan kapasitas bagi Fasilitator
karena itu, agar target Universal Access Kota dalam pendampingan penyusunan
Sanitasi dapat tercapai, maka diperlukan dokumen perencanaan sanitasi.
perencanaan yang baik dan berkualitas Subyek penelitian adalah
dalam hal persiapan implementasi sumber data dari mana data dan
pembangunan sanitasi. Dengan melalui informasi diperoleh. Informasi yang
program PPSP, Pemerintah Pusat diperoleh harus sesuai dengan
melakukan fasilitasi terhadap permasalahan penelitian, sehingga untuk
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan data yang tepat perlu
menyusun dokumen perencanaan untuk ditentukan sumber data yang
sanitasi berupa Strategi Sanitasi memiliki kompetensi dan sesuai dengan
Kabupaten/Kota (SSK). Dokumen SSK kebutuhan (Arikunto, 2006). Penelitian
disusun sebagai penjabaran operasional ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
dari Rencana Pembanguan Jangka mana model Kirkpatrick
Menengah Daerah (RPJMD) dan diimplementasikan dalam evaluasi
dokumen lain yang terkait dengan pelaksanaan pelatihan peningkatan
sanitasi. Berdasar buku Pedoman kapasitas Fasilitator Kota dalam
Penyusunan dan Pemutakhiran Strategi pendampingan penyusunan dokumen
Sanitasi Kabupaten/Kota (2016), perencanaan sanitasi, sehingga
disebutkan bahwa dokumen SSK berisi diperlukan subyek penelitian yang
tentang pemetaan kondisi sanitasi skala memungkinkan untuk diperoleh data
Kabupaten/Kota, kerangka pe- yang tepat. Subyek penelitian ini adalah
ngembangan dan pentahapan Ketua Tim pelaksanaan kegiatan yang

Implementasi Model ................. (Nining) hal. 91 - 99 95


dipilih secara sengaja atau tidak random dan Perumahan Rakyat, Fasilitator
dan didasarkan atas pertimbangan pada Provinsi (PF), serta Konsultan
tujuan tertentu. Menurut Arikunto Pendamping (KP). Yang menjadi
(2006), teknik pengambilan sampel yang penilaian dalam evaluasi ini adalah nilai
didasarkan pada pengambilan sampel kinerja masing-masing Fasilitator Kota
secara tidak random dengan dalam melakukan pendampingan bagi
pertimbangan yang berfokus pada tujuan Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota dalam
tertentu disebut sebagai teknik sampling penyusunan dokumen perencanaan
purposive. sanitasi yang berkualitas dan sesuai
Metode penelitian yang dengan target waktu yang telah
digunakan adalah dengan melakukan ditentukan. Selain itu, yang menjadi
wawancara dan studi dokumentasi. penilaian setelah selesainya
Berdasar metode yang digunakan penyelenggaraan pelatihan adalah
tersebut, maka instrument yang kualitas dari dokumen perencanaan
digunakan dalam peneltian ini adalah sanitasi yang tersusun dan terkirim
panduan wawancara dan panduan studi kepada Satker PPLP Provinsi dan PIU
dokumentasi. Teknis di Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian Pekerjaan Umum
HASIL dan Perumahan Rakyat dengan melalui
Kegiatan pelatihan peningkatan aplikasi yang ada di www.nawasis.com
kapasitas bagi Fasilitator Kota dalam Evaluasi pelatihan peningkatan
pendampingan penyusunan dokumen kapasitas Fasilitator Kota dalam
perencanaan sanitasi selalu dilakukan pendampingan penyusunan dokumen
evaluasi, yang dilakukan selama perencanaan sanitisasi dilakukan dengan
penyelenggaraan kegiatan pelatihan. menerapkan Model Evaluasi 4 (empat)
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui level Kirkpatrick , yaitu: (1) Evaluasi
ada atau tidaknya peningkatan kualitas Level 1: Reaction Evaluating, (2)
dan kinerja dari para Fasilitator Kota Evaluasi Level 2: Learning Evaluating,
yang menjadi peserta pelatihan. Evaluasi (3) Evaluasi Level 3: Behavior
pada penyelenggaraan pelatihan Evaluating, dan (4) Evaluasi level 4:
dilakukan dengan menggunakan Result Evaluating.
kuesioner yang dibagikan sebelum acara Pada evaluasi level 1 digunakan
penutupan pelatihan, dimana kuesioner untuk mengukur tingkat kepuasan
ini digunakan untuk mengukur tingkat peserta pelatihan terhadap pelatihan
kepuasan peserta terhadap yang diikuti. Evaluasi level 1 ini
penyelenggaraan pelatihan. Selain itu, menggunakan instrument evaluasi
dilakukan evaluasi untuk mengukur berupa kuesioner yang dibagikan kepada
peningkatan pemahaman peserta semua peserta sebelum penutupan
terhadap materi yang diberikan, yaitu program pelatihan. Kuesioner berisi
dengan memberikan soal pre-tes pada pertanyaan-pertanyaan yang spesifik dan
awal pelatihan sebelum materi diberikan sistematis tentang pelaksanaan
dan post-tes pada akhir pelatihan setelah pelatihan. Adapun yang menjadi bahan
semua materi diberikan. evaluasi adalah: (1) Peserta pelatihan,
Evaluasi setelah penye- yaitu tentang pemahaman dan manfaat
lenggaraan pelatihan dilakukan dengan materi pelatihan terhadap tugas yang
cara menilai kualitas dan kinerja akan dilaksanakan; (2) Materi pelatihan,
Fasilitator Kota dalam melakukan yaitu tentang kualitas isi materi, kualitas
pendampingan penyusunan dokumen penyajian materi, dan kesesuaian materi
perencanaan sanitasi di Kabupaten/Kota pelatihan dengan yang diharapkan; (3)
tempat mereka bertugas. Penilaian Narasumber, yaitu tentang pemahaman
dilakukan oleh Satker PPLP Provinsi, dan penguasaan, kejelasan dan
PIU Teknis di Direktorat Jenderal Cipta sistematika, kemampuan memahami dan
Karya Kementerian Pekerjaan Umum menjawab pertanyaan, penguasaan

96 Media Mahardhika Vol. 16 No. 1 September 2017


media pengajaran, interaksi dengan mempunyai nilai kinerja antara 80 – 89;
peserta, dan pengelolaan waktu; (4) (3) Nilai C, jika mempunyai nilai kinerja
Fasilitas Pelatihan, yaitu tentang tempat antara 70 – 79; dan (4) Nilai D, jika
pelatihan, alat dan media pelatihan, mempunyai nilai kinerja kurang dari 70.
konsumsi pelatihan, dan sikap panitia. Aspek yang menjadi penilaian adalah:
Evaluasi level 2 digunakan (1) Nilai pemetaan nawasis, yang terdiri
untuk mengukur pencapaian proses dari: progress kegiatan total dan nilai
pembelajaran yang telah dilaksanakan Quality Assurance (QA) dokumen
dalam pelatihan. Evaluasi level 2 dalam perencanaan sanitasi, (2) Nilai
pelatihan ini dilakukan dengan cara monitoring dan evaluasi (monev), yang
mengukur kinerja masing-masing terdiri dari: pemahaman/pengetahuan;
peserta selama mengikuti pelatihan. kemampuan advokasi dan koordinasi;
Pengukuran didasarkan pada 3 (tiga) sikap dan interaksi dengan Pokja;
aspek, yaitu: (1) Aspek Pengetahuan, kehadiran/keaktifan; serta kemampuan
yang terdiri dari Nilai Tes Awal, Tes fasilitasi, (3) Pemenuhan RKTL
Akhir, Tes Harian, dan Tugas (Rencana Kerja dan Tindak Lanjut).
Kelompok. Tugas Kelompok, terdiri dari Evaluasi level 4 difokuskan
materi: Penentuan Jumlah Desa Target untuk mengukur hasil akhir masing-
Area Studi EHRA, Studi Primer Non masing peserta, yaitu untuk menentukan
EHRA, Digram Sistem Sanitasi (DSS), apakah program pelatihan peningkatan
Instrumen Profil Sanitasi, Zona dan kapasitas Fasilitator Kota dalam
Sistem Sanitasi, Tahapan pendampingan penyusunan dokumen
Pengembangan Sanitasi, Analisis perencanaan sanitisasi sudah sesuai
SWOT, Kerangka Kerja Logis (KKL), dengan tujuan dilaksanakannya
Matrik Program dan Kegiatan, serta pelatihan ini. Hasil evaluasi pada level 4
Penyusunan Indikasi Volume dan Biaya; ini, menjadi pedoman bagi PIU Teknis
(2) Aspek Ketrampilan, yang terdiri dari Direktorat Jenderal Cipta Karya
Nilai ketrampilan bertanya, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Mendengarkan aktif, dan Presentasi; (3) Perumahan Rakyat sebagai penanggung
Aspek Sikap, yang terdiri dari Nilai jawab dalam menangani kurikulum
kerjasama dalam Tim, Komitmen dalam pelatihan agar dapat segera dilakukan
mengerjakan tugas, dan Kedisiplinan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi
selama mengikuti kegiatan. yang diberikan. Kegiatan evaluasi level
Evaluasi level 3 digunakan 4 ini sudah dilakukan oleh PIU Teknis
untuk mengukur ada tidaknya perubahan Direktorat Jenderal Cipta Karya
perilaku peserta setelah selesai Kementerian Pekerjaan Umum dan
mengikuti pelatihan. Evaluasi level 3 Perumahan Rakyat, yaitu dengan
dalam pelatihan ini dilakukan dengan berdasarkan hasil seluruh evaluasi level
melakukan penilaian kinerja Fasilitator 1, level 2, dan level 3 perlu untuk
Kota setelah selesai mengikuti pelatihan dilakukan perbaikan isi materi pelatihan,
dan masih dalam masa kontrak kerja. maupun waktu dan metode
Penilaian dilakukan oleh 2 kelompok pembelajarannya. Selain itu, dilakukan
penilai, yaitu (1) Kelompok 1, terdiri juga kegiatan penyamaan persepsi bagi
dari: PIU Teknis Direktorat Jenderal calon-calon narasumber guna untuk
Cipta Karya Kementerian Pekerjaan menghindari perbedaan persepsi dari
Umum dan Perumahan Rakyat, bersama narasumber dalam kelas pararel. Hasil
dengan Konsultan Pendamping; dan (2) evaluasi dari sisi peserta, dilakukan
Kelompok 2, terdiri dari: Pokja pemetaan bagi peserta berdasar pada
Kabupaten/Kota, Satker PPLP Provinsi, kinerjanya dengan cara membagi
dan Fasilitator Provinsi (PF). Terdapat 4 menjadi 3 kelompok, yaitu peserta
(empat) kriteria penilaian, yaitu: (1) dengan criteria Baik, Cukup, dan
Nilai A, jika mempunyai nilai kinerja Kurang. Hal ini dilakukan untuk
lebih dari 89; (2) Nilai B, jika membedakan metode pembelajaran yang

Implementasi Model ................. (Nining) hal. 91 - 99 97


diberikan oleh narasumber. Bagi kelas DAFTAR PUSTAKA
dengan peserta yang mempunyai criteria Buku
Baik, maka materi pelatihan diberikan Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
dengan metode pembelajaran yang Penelitian, Suatu Pendekatan
difokuskan pada praktik/studi kasus. Praktek, Edisi Revisi. Jakarta:
Sedangkan, untuk kelas dengan criteria PT. Rhineka Cipta.
peserta Kurang, maka metode Hamalik.Oemar. 2007. Manajemen
pembelajaran lebih difokuskan pada Pelatihan Ketenagakerjaan.
pemahaman secara teoritis dibanding Jakarta: Bumi Aksara.
dengan praktik/studi kasus. Martoyo, Susilo. 2007. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Edisi
KESIMPULAN 5, Cetakan Pertama.
Berdasar pada hasil pembahasan Yogyakarta: BPFE-
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta.
Model Evaluasi 4 (empat) level Panggabean, S. Mutiara. 2004.
Kirkpatrick dapat diimplementasikan Manajemen Sumber Daya
dan dijadikan dasar evaluasi bagi PIU Manusia. Bogor: PT. Ghalia
Teknis di Direktorat Jenderal Cipta Indonesia.
Karya Kementerian Pekerjaan Umum Pokja AMPL. 2016. Pedoman
dan Perumahan Rakyat pada Penyusunan dan
pelaksanaan program pelatihan Pemutakhiran Strategi
peningkatan kapasitas Fasilitator Kota Sanitasi Kabupaten/Kota.
dalam pendampingan penyusunan Jakarta: Direktorat
dokumen perencanaan sanitisasi untuk Pengembangan Penyehatan
menentukan efektifitas dan Lingkungan Permukiman.
ketepatgunaan pelatihan yang dilakukan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Model Evaluasi 4 (empat) level Cipta Karya, Kementerian
Kirkpatrick dikembangkan atas dasar Pekerjaan Umum dan
kelengkapan, kesederhanaan, dan Perumahan Rakyat.
kemudahan dalam meng- Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
implementasikannya. Keempat level Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
evaluasi ini dilakukan secara sekuen dan
terintegrasi, sehingga dapat Internet
menggambarkan keseluruhan hasil Info Sanitasi. 2014. Peran dan Tugas
evaluasi, baik dari sisi peserta, Fasilitator Dalam
narasumber, materi pelatihan, serta Pendampingan Program PPSP
fasilitas pelatihan. Hasil evaluasi tidak 2014. Diunduh tanggal 22
hanya menggambarkan tingkat kepuasan Agustus 2017 dari
peserta dalam mengikuti pelatihan, https://www.slideshare.net/inf
tetapi juga diperoleh gambaran osanitasi/teknis-fasilitasi-
perkembangan kinerja peserta setelah penyusunan-dokumen-dalam-
mengikuti pelatihan. Sehingga, berdasar program-ppsp
hasil akhir evaluasi pada level 4 dapat Leiwakabessy, Sicillia. 2015. Tiga
diketahui perbaikan-perbaikan yang Dokumen Rujukan Untuk
perlu untuk dilakukan guna pencapaian Perencanaan Pembangunan
tujuan pelatihan bagi Fasilitator Kota Sanitasi. Diunduh tanggal 22
dalam kegiatan pendampingan Agustus 2016 dari
penyusunan dokumen perencanaan http://www.usdp.or.id/
sanitisasi di Kabupaten/Kota. Portal Sanitasi Indonesia. 2017. Portal
Sanitasi Indonesia: Universal
Access Sanitasi, 100% Akses
Sanitasi Untuk Indonesia.
Diunduh tanggal 18 Agustus

98 Media Mahardhika Vol. 16 No. 1 September 2017


2017 di http://www.sanitasi. Aparatur di Pusdiklat Migas.
or.id/ . Forum Diklat Vol. 6 No. 1.
Ramadhon, Syafril. Penerapan Model Diunduh tanggal 21 Agustus
Empat Level Kirkpatrick 2017 dari http://pusdik
dalam Evaluasi Program latmigas.esdm.go.id/
Pendidikan dan Pelatihan

Implementasi Model ................. (Nining) hal. 91 - 99 99

Anda mungkin juga menyukai