ABSTRAK
Pelepah daun pinang merupakan limbah dari perkebunan pinang yang belum banyak
dimanfaatkan. Pelepah daun pinang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin
sebagai bahan utama penyusunnya. Selulosa merupakan salah satu biopolimer yang
menyusun bahan kemasan. Penelitian ini dilakukan untuk membuat kemasan makanan
dari pelepah daun pinang khususnya wadah sekali pakai (disposible plate) menggunakan
alat pencetak berbasis kempa panas. Kemasan sekali pakai adalah kemasan yang
dirancang untuk sekali pemakaian yang kemudian langsung didaur ulang atau dibuang
sebagai limbah padat. Wadah sekali pakai umumnya terbuat dari kertas, plastik atau
sterofoam yang jika penanganan limbahnya kurang baik dapat menimbulkan masalah
bagi lingkungan. Wadah sekali pakai dari pelepah pinang dapat menjadi alternatif wadah
ramah lingkungan karena berasal dari bahan alam yang relatif lebih mudah terdegradasi
secara alami. Kegiatan penelitian meliputi pembuatan pelepah pohon pinang menjadi
wadah sekali pakai dan identifikasi karakteristik wadah dari pelepah pinang yang
dihasilkan. Parameter yang diamati adalah kadar air, ketebalan, ketahanan wadah
terhadap minyak, ketahanan wadah terhadap lipatan. Karakteristik wadah sekali pakai
dari pelepah pinang yang dihasilkan pada penelitian ini adalah kadar air rata-rata 12,78%,
ketebalan rata-rata 0,20 cm, ketahanan terhadap minyak lebih dari 10 menit dan rata-rata
tahan terhadap 6 kali lipatan.
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
288
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal
PENDAHULUAN
Pinang merupakan salah satu komoditi unggulan provinsi Jambi (Disbun, 2016).
Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dan Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) merupakan
dua kabupaten yang memiliki luas perkebunan dan produksi pinang terbesar di Provinsi
Jambi. Luas perkebunan pinang di Tanjabbar adalah 8.714 Ha dengan produksi 9.483 ton
dan luas perkebunan pinang di Tanjabtim adalah 8.846 Ha dengan produksi 6.149 ton
(BPS, 2016).
Kandungan yang terdapat pada pinang antara lain, biji buah pinang mengandung
gula, lipid, alkaloid dan polifenol (Wetwitayaklung, et al, 2006; Caia , , 2004). Pelepah
pinang mengandung senyawa larut air (0,72%), lemak dan wax (5,06%), pektin (1,15%),
lignin (19,59%), α-selulosa (66,08%), dan hemiselulosa (7,4%) (Poddar, et al, 2016)
Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya. Biji pinang merupakan
salah satu komoditi ekspor. Hal ini tidak lepas dari mengandung komponen fitokimia
yang terkandung dalam biji pinang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pewarna
(Heyne, 1987; Yernisa, 2013; Yernisa, et al, 2013), antibakteri (Karphrom, et al., 2009),
antioksidan (Li dan Lin, 2010) dan berpotensi sebagai antikanker (Meiyanto , et al, 2008;
Yernisa, et al, 2015). Pelepah daunnya digunakan secara tradisional untuk membungkus
makanan, kantong tempat ikan, alat mainan anak- anak dan sebagai bahan baku pembuat
mangkuk dan piring.
Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna,
citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat
dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim,
mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar
(Klimchuk dan Krasovec, 2006).
Berdasarkan frekuensinya kemasan ada yang dikategorikan sebagai kemasan
sekali pakai (disposable), yaitu kemasan langsung dibuang setelah satu kali pakai. Selain
untuk membungkus makanan, kemasan sekali pakai juga digunakan untuk penyajian
makanan minuman berupa piring dan gelas sekali pakai. Piring dan gelas sekali pakai
tersebut biasanya terbuat dari kertas, plastik, atau campuran keduanya. Selain itu,
polistirena yang dikenal dengan nama produknya styrofoam juga banyak digunakan
sebagai bahan kemasan sekali pakai.
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
289
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelepah pohon pinang
(Areca catechu L), pasir, terpentin, kertas indikator warna putih. Alat-alat yang
digunakan yaitu neraca analitik, cawan aluminium, desikator, oven, alat-alat gelas kimia,
baskom, sikat plastik, alas jemur, mikrometer, alat pencetak wadah.
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
290
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal
Pelepah yang diambil adalah yang telah jatuh atau lepas dari pohonnya secara
alami. Pelepah dipotong untuk memisahkan bagian daun dan tangkainya. Selanjutnya,
pelepah dibersihkan pelepah dari kotoran dan pasir dengan menggunakan sikat dan dicuci
menggunakan air. Pelepah ditiriskan dan dilap untuk mengurangi sisa air yang menempel
pada permukaan pelepah kemudian pelepah dikeringkan pelepah dengan sinar matahari.
Pencetakan wadah sekali pakai dilakukan menggunakan alat cetak wadah dengan
prinsip kempa panas (Gambar 1). Alat cetak menghasilkan wadah piring berbentuk
lingkaran dengan diameter dasar piring 11,5 cm dan lebar tepi piring 2,5 cm. Alat cetak
dinyalakan dan putar pengatur suhu pada skala 170oC. Apabila termometer telah
mencapai skala suhu 170oC, alat cetak siap untuk digunakan. Renggangkan pelepah
dengan cara menariknya untuk membuka pelepah yang terlipat dan letakkan pada tempat
pencetak, tekan alat kempa hingga pelepah tertekan sempurna selama satu menit. Pelepah
dikeluarkan dari cetakan, didinginkan dan potong bagian pelepah yang tidak tercetak dan
dilakukan pengujian terhadap wadah.
B
Keterangan:
A. Tombol power
A C
B. Pengatur suhu
C. Lampu indikator suhu
D. Termometer
E D
E. Plat pencetak
F. Kempa hidolik
F
Parameter yang diamati meliputi analisis kadar air (ASTM D - 644), ketebalan
wadah (ASTM D - 645), ketahanan wadah terhadap minyak (ASTM-727) dan ketahanan
terhadap lipatan (ASTM-D-985).
Pembuatan wadah sekali pakai dari pelepah pinang terdiri dari persiapan pelepah
pinang dan pencetakan wadah. Persiapan pelepah pinang meliputi sortasi dan
pembersihan pelepah pinang. Sortasi dilakukan untuk memisahkan pelepah yang rusak
secara fisik seperti sobek atau rusak karena serangga dan secara mikrobiologis seperti
berjamur. Menurut Matan, et al (2011), jenis jamur yang teridentifikasi pada bagian
permukaan pelepah pinang adalah Mucor dimorphosporus, Penicillium sp., Aspergillus
niger, dan Rhizopus sp. Keberadaan jamur tersebut dapat mengkontaminasi produk yang
dikemas menggunakan wadah yang mengandung jamur tersebut.
Pelepah pinang selanjutnya disikat untuk menghilangkan debu, pasir atau kotoran
yang menempel pada permukaan pelepah dan dicuci menggunakan air. Pelepah pinang
yang telah bersih selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari. Proses pencucian selain
bertujuan untuk membersihkan pelepah juga menyebabkan pelepah menjadi fleksibel dan
lunak tanpa merusak struktur pelepahnya karena air terserap ke dalam pelepah. Menurut
Kurian dan Peter (2007), fleksibilitas dan pliabilitas pelepah dalam keadaan basah
menjadikan pelepah sebagai bahan yang baik untuk pencetakan panas.
Pelepah yang telah kering setelah proses penjemuran siap untuk dicetak menjadi
wadah sekali pakai menggunakan alat cetak kempa panas. Tekanan yang diberikan
kepada pelepah pinang menyebabkan deformasi atau perubahan bentuk sehingga dapat
menghasilkan bentuk sesuai dengan bentuk cetakan.
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
292
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal
alat cetak yang digunakan (Kalita, et al, 2006; Kalita, et al, 2008; Kumar dan Babu,
2017).
Kadar air pelepah pinang awal, sebelum dan setelah pencetakan (wadah) hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa proses
persiapan pelepah pinang sebelum pencetakan dapat mengurangi kadar air pelepah hanya
hampir 4% sehingga diperoleh kadar air pelepah sebelum dicetak sebesar 26,37 %. Kadar
air pelepah sebelum dicetak hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan Kalita,
et al (2008). Pelepah dengan kadar air pada penelitian ini masih dapat menghasilkan
wadah sesuai dengan bentuk alat cetak.
Kadar air wadah pelepah pinang yang dihasilkan dari penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil penelitian Kalita, et al (2008), ini dapat disebabkan oleh kadar
air pelepah yang digunakan penelitian ini lebih tinggi. Menurut Kalita, et al (2006),
kualitas wadah pelepah pinang tergantung pada kadar air pelepah pinang sebelum
pencetakan.
Tabel 1. Kadar air pelepah pinang awal, sebelum pencetakan dan setelah pencetakan
(wadah)
Bahan Kadar Air (%)
Hasil penelitian Kalita, et al (2008)
Pelepah awal 30,04
Pelepah sebelum 26,37 15,20 – 19,15
pencetakan
Pelepah setelah 12,78 6,87 – 8,33
pencetakan (wadah)
Kadar air pelepah pinang bervariasi tergantung dengan lokasi dan musim saat
pengambilan pelepah. Pelepah sulit dicetak menjadi bentuk yang diinginkan jika kadar
air bahan baku pelepahnya rendah (kurang dari 5%) atau tinggi (lebih dari 30%). Selain
itu, menurut Kumar dan Babu (2017), kadar air yang tinggi dapat memicu perkembangan
jamur pada permukaan bahan baku yang dapat merusak kualitas bahan baku dan
produknya.
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
293
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal
Tabel 2. Ketebalan, Ketahanan terhadap Minyak dan Ketahanan terhadap Lipatan wadah
dari pelepah pinang
Karakteristik Rata-rata
Ketebalan 0,20 cm
Ketahanan terhadap minyak > 10 menit
Ketahanan terhadap lipatan 6 lipatan
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
294
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal
4.1 Kesimpulan
Karakteristik wadah sekali pakai dari pelepah pinang yang dihasilkan pada
penelitian ini adalah kadar air rata-rata 12,78%, ketebalan rata-rata 0,20 cm, ketahanan
terhadap minyak lebih dari 10 menit dan rata-rata tahan terhadap 6 kali lipatan.
4.2 Saran
Penelitian mengenai kondisi proses optimum pembuatan wadah sekali pakai dari
pelepah pinang menggunakan alat pada penelitian ini perlu dilakukan agar penggunaan
alat efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Aulin C, M Gallstedt, dan T Lindstrom. 2010. Oxygen and oil barrier properties of
microfibrillated cellulose films and coatings. Cellulose 17(3): 559–574.
Baral B, J Anthony William. 2008. Design Resource Areca Leaf, The Craft of Making
Leaf Plates. NID. Bengaluru.
Biddappa KG. 1960. Utilization of arecanut waste. J. Arecanut 11: 106-108.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Jambi dalam Angka 2016. Badan Pusat
Statistik Provinsi Jambi.
Caia Y, Luob Q, M Sun dan H Corke. 2004. Antioxidant activity and phenolic compounds
of 112 traditional Chinese medicinal plants associated with anticancer. Life Sci 74
(17): 2157-2184.
[Disbun] Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2016. Komoditi Unggulan Perkebunan
[internet]. [diacu 2018 Februari 25]. Tersedia dari: http://kios-
k.jambiprov.go.id/disbun/index.php?page=unggulan
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Yayasan Sara Wana Jaya. Jakarta.
Arvanitoyannis IS dan L Bosnea. 2004. Migration of Substances from Food Packaging
Materials to Foods. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 44:2, 63-76
Kalita P, US Dixit, P Mahanta dan UK Saha. 2006. Effect of Moisture and Temperature
on Arecanut Leaf Sheath Products, in Proc 3rd BSME-ASME Int Conf on
Thermal Engineering (Dhaka, Bangladesh) 20-22 December 2006.
Kalita P, US Dixit, P Mahanta dan UK Saha. 2008. A novel energy efficient machine for
plate manufacturing from areca palm leaf sheath. J Sci Ind Res 67: 807-811.
Karphrom A, S Suknaisilp, P Pradepasaena dan S Tantratian. 2009. Antimicrobial
activities betel nut (Areca catechu Linn) seed extracts. Proceedings of
International Conference on the Role of Universities in Hands-On Education
Rajamangala University of Technology Lanna. Chiang-Mai, Thailand, 23-28
Agustus 2009.
Klimchuk MR dan Sandra A. 2006. Desain Kemasan. Erlangga. Jakarta.
Kumar CM dan PR Babu. 2017. Design and Fabrication of degradable cups making
machine.
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
295
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal
Kurian A dan Peter KV. 2007. Commercial Crops Technology. New India Publishing
Agency. New Delhi.
Li C, E Lin. 2010. Antiradical capacity and reducing power of different extraction method
of Areca catechu seed. African J Biotechnol 9(46): 7831-7836.
Matan N, W Saengkrajang, dan N Matan. 2011. Antifungal activities of essential oils
applied by dip-treatment on areca palm (Areca catechu) leaf sheath and persistence
of their potency upon storage. International Biodeterioration & Biodegradation 65:
212-216.
Marsh K, B Bugusu. 2007. Food packaging-roles, materials, and environmental issues. J.
Food Sci. 72: R39-R55.
Meiyanto E, RA Susidarti, S Handayani, F Rahmi. 2008. Ekstrak etanolik biji buah
pinang (Areca catechu L.) mampu menghambat proliferasi dan memacu apoptosis
sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia 19(1): 12-19.
Poddar P, MA Asad, MS Islam, S Sultana, H Parvin, AMS Chowdhury. 2016 Mechanical
and Morphological Study of Arecanut Leaf Sheath (ALS), Coconut leaf Sheath
(CLS) and Coconut Stem Fiber (CSF). Adv Mater Sci 1 (2): 1-4
Raghupathy R, R Viswanathan dan CT Devadas C T. 2002. Quality paper boards from
areca leaf sheath. Biores Technol 82: 99-100.
Wetwitayaklung P, T Phaechamud, C Limmatvapirat, dan S Keokitichai. 2006. The study
of antioxidant capacity in various parts of Areca catechu L. Naresuan Univ J 14
(1): 1-14.
Yernisa. 2013. Rekayasa Proses Pembuatan Pewarna Bubuk Alami dari Biji Pinang
(Areca Catechu L.) dan Aplikasinya untuk Industri [Tesis]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Yernisa, E Gumbira-Said dan K Syamsu. 2013. Aplikasi pewarna bubuk alami dari biji
pinang (Areca catechu L.) pada pewarnaan sabun transparan. J Tek. Ind. Pert.
23(3):190-198.
Yernisa, E Gumbira-Said dan K Syamsu. 2015. Effect of Maturation Degree of Areca
Nut and Binder Treatment to The Physicochemical Properties and Citotoxicity of
Spray-dried Areca Nut (Areca catechu L) Extracted Powder. IJASEIT 5(3):96-
100.
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
296