Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANGGI SUSILAWATI

NIM : A031181039

RANGKUMAN AKUNTANSI BIAYA DAN MANAJEMEN ISLAM

“Pengertian mashlahah, Konsep ekonomi dan bisnis Konvensional, Konsep ekonomi


dan bisnis humanis, Konsep ekonomi dan bisnis mashlahah, Konsekuensi konsep
ekonomi dan bisnis mashlahah dalam perencanaan dan penilaian kinerja”

1. PENGERTIAN MASLAHAH
Secara bahasa, maslahah berasal dari kata ‫ صهخ‬dengan penambahan “alif” di awalnya
yang secara arti kata berarti “baik” lawan dari kata “buruk” atau “rusak”. Kata mashlahah
adalah bentuk masdar dari ‫الح‬77‫ ص‬yaitu manfaat atau terlepas dari padanya kerusakan.
Sebagimana dikutip oleh Rahmad Syafi‟i1 di dalam kitab Lisanul Arab bahwa al-mashlahah
juga merupakan bentuk tunggal (mufrad) dari al-mashalih (‫ صان ًخان‬.(Semuanya mengandung
arti adanya manfaat, baik secara asal ataupun melalui suatu proses, seperti menghasilkan
kenikmatan dan faedah, ataupun pencegahan dan penjagaan, seperti menjauhi kemadharatan
dan penyakit. Sedangkan secara istilah, terdapat beberapa rumusan definisi yang diberikan
oleh para ulama. Di antara pengertian tersebut, sebagaimana yang dinukilkan oleh Amir
Syarifuddin2 , seperti apa yang di jelaskan oleh al-Ghazali, yaitu: ‫ان‬77ً‫انشرع يمصىد ػهى ذافظت‬
yakni memelihara tujuan syara‟ (dalam menetapkan hukum). Al-Khawarizmi memberikan
definisi bahwa: ‫ ػهى ذافظتًان‬menetapkan dalam‟ (syara tujuan Memelihara (‫ذفغ‬77‫يمصىد انشرع ب‬
ٍ ‫ انًفاضذ‬hukum) dengan cara menghindarkan kerusakan dari manusia)
‫ػانخهك‬
Maslahah adalah prinsip yang dikenal dalam hukum Islam. Maslahah berarti
memelihara tujuan syara’ (syariat) dan meraih manfaat serta mencegah diri dari
kemudharatan. Implementasi konsep maslahah dalam kegiatan ekonomi memiliki ruang
lingkup yang lebih luas jika dibandingkan bidang lain. mashlahah yaitu mendatangkan
manfaat dan menolak kemudharatan. Perbedaannya terletak pada apa yang menjadi ukuran
untuk menentukan manfaat dan kemudharatan itu sendiri.

2. Konsep ekonomi dan bisnis Konvensional


-Sistem ekonomi kapitalisme. Harus diakui bahwa hingga saat ini beberapa negara masih
menganut dan mengagungkan sistem ekonomi konvensional di bawah dominasi Kapitalisme.
Hingga saat ini Kapitalisme telah mengalami modifi kasi terus menerus selama beberapa
abad. Kapitalisme dalam bentuk laissezfaire memang telah tumbang dan berubah, namun
demikian bentuk modifi kasinya masih tetap berkembang dan memiliki pengaruh. Bahkan
secara konvergen dan virtual, hampir seluruh negara mengadopsi sistem ekonomi yang
market-oriented tersebut dan terintegrasi menuju ekonomi Kapitalisme global. Kapitalisme
merupakan suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh berkuasanya ‘kapital’.
Kapitalisme mulai tumbuh dan berkembang di Inggris pada abad ke-18, kemudian menyebar
ke Eropa Barat dan Amerika Utara sebagai akibat dari perlawanan terhadap ajaran gereja yang
pada akhirnya merambah segala bidang, termasuk ekonomi. Pandangan dunia (worldview)
Kapitalisme sangat dipengaruhi oleh gerakan ‘Pencerahan’ (enlightenment)3 yang
berlangsung selama kurang lebih dua abad, yaitu sejak permulaan abad 17 sampai permulaan
abad 19. Abad pencerahan merupakan suatu istilah yang sering disamakan dengan ‘abad
rasio’. Dalam bentuknya yang ekstrem berarti suatu penolakan atau antitesis terhadap
kepercayaan Kristen karena terjadinya korupsi dan despotism
-System ekonomi sosialisme. Terjadinya sentralisasi kekayaan oleh sekelompok orang akibat
penerapan etika kapitalis dalam pengembangan masyarakat industri,24 telah mendorong
reaksi dan protes minoritas dengan mengusung sistem Sosialisme. Sosialisme mengalami
perkembangan di beberapa belahan dunia ketiga yang sering menjadi korban imperialisme
kapitalis-feodal. Sebagai sebuah ideologi, penganut Sosialisme menuntut pemerintahan yang
lebih baik dan bermoral dengan penghapusan kepemilikan pribadi dan memberikan
penghargaan sesuai hasil kerjanya.25 Kaum sosialis mendasarkan idenya pada klaim
perjuangan terhadap nilai persamaan, keadilan sosial, kerjasama, kemajuan, kebebasan
individu, nihilnya kepemilikan privat, dan adanya kontrol negara atas barang produksi.
Idealisme Sosialisme hendak mewujudkan nilai-nilai melalui jalur konstitusi bahkan dengan
cara revolusioner akan melenyapkan Kapitalisme. Untuk mewujudkan citacitanya, ide-ide
Karl Marx menjadi rujukan utama. Tema utama Sosialisme sebenarnya untuk menghilangkan
bentukbentuk eksploitasi dalam sistem Kapitalisme. Sistem Sosialisme berharap setiap
individu tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Dalam sistem ini private
property dan mekanisme pasar dihapus dan diganti dengan kepemilikan negara untuk semua
produksi dan perencanaan yang terpusat. Sejak awal berdirinya sistem tersebut tidak memiliki
ketauladanan. Beberapa negara penganut paham sosialisme pasar tidak dapat berjalan lebih
jauh dalam melakukan desentralisasi ekonomi dan menjaga kepercayaan pasar sebagaimana
divisualisasikan. Sistem birokrasi yang bertele-tele tetap berjalan, produktivitas terus
menurun, pertumbuhan lambat, kekurangan pasokan terus meningkat. Oleh karena itu sistem
Sosialisme pasar ini tetap tidak dapat berjalan karena tidak memiliki kinerja yang baik.
Beberapa yang menyebabkan hal tersebut adalah: (1) karena reformasi ekonomi tidak
dibarengi dengan demokrasi politik; (2) beberapa negara penganut sistem ini menghadapi
hiperinfl asi dan gelombang keresahan kaum buruh sebagaimana terjadi di Yoguslavia dan
Polandia; (3) pengangguran semakin meningkat yang disebabkan oleh adanya usaha
mengurangi in-efi siensi sehingga menggerogoti mesin-mesin produksi; dan (4) pinjaman
hutang luar negeri meningkat secara tajam.
3. Konsep ekonomi dan bisnis humanis.
Ada dua ayat dan satu hadits yang relevan dengan pembahasan terkait dengan humanisnya
sistem ekonomi Islam. Allah S.W.T. berfirman: Pada Ayat 29 dalam Surat Al-Nisa’, Allah
S.W.T. memerintahkan kepada seluruh manusia beriman untuk tidak mengambil jalan
kebatilan dalam melakukan transaksi berkaitan dengan harta. Terkait dengan penafsiran ayat
ini, Ibnu Katsir rohimahullah dalam tafsirnya mengatakan: Allah S.W.T. melarang hamba-
hamba-Nya yang beriman untuk memakan harta sebagian mereka terhadap sebagian yang lain
dengan cara yang batil. Atau dengan kata lain dengan jenis-jenis usaha yang tidak
disyaria’atkan atau tidak diperbolehkan dalam Islam. Dalam ayat tersebut Allah S.W.T.
menyebutkan pengecualian yakni jual beli atau perdagangan yang diperbolehkan oleh syariat
adalah dengan adanya keridhoan antara si penjual dan pembeli.
4. Konsep ekonomi dan bisnis mashlahah.
Implementasi maṣlaḥah dalam kegiatan ekonomi memiliki ruang lingkup yang lebih luas jika
dibandingkan dengan implementasinya dalam bidangbidang lain. Naṣ-naṣ terkait ekonomi
pada umumnya bersifat global, karena itu ruang gerak ijtihadnya lebih luas. Sedikitnya naṣ-
naṣ yang menyinggung masalah yang terkait dengan kebijakan-kebijakan ekonomi teknis,
membuka peluang yang besar untuk mengisi kekosongan tersebut dengan mengembangkan
ijtihad berdasarkan prinsip maṣlaḥah. Berbeda halnya dengan bidangbidang lain seperti
ibadah yang bersifat dogmatik. Dengan demikian, prinsip maṣlaḥah menjadi acuan dan
patokan penting dalam bidang ekonomi, apalagi jika menyangkut kebijakan-kebijakan
ekonomi yang minim dengan aturan syaraʻ yang mana terjadi kekosongan aturan hukum.
Maṣlaḥah menjadi dasar pengembangan ekonomi syariah dalam menghadapi perubahan dan
kemajuan zaman. Dengan pertimbangan maṣlaḥah, regulasi perekonomian bisa berubah dari
teks naṣ kepada konteks naṣ yang mengandung maṣlaḥah. Implementasi maṣlaḥah dalam
kegiatan ekonomi tersebut dapat dilihat dalam berbagai aspek, seperti dalam masalah
mekanisme pasar, pembentukan lembaga ḥisbah, zakat produktif, kehadiran lembaga
keuangan syariah, dan sebagainya. Pertimbangan yang berdasarkan maṣlaḥah dalam
mekanisme pasar dapat dilihat dalam kasus intervensi harga. Misalnya, Nabi Muhammad Saw
menolak melakukan intervensi harga ketika para sahabat mendesaknya melakukan hal
tersebut (Marthon, 2004: 85). Tetapi dalam situasi dan kondisi tertentu seperti terancamnya
kebutuhan masyarakat, terjadinya monopoli, pemboikotan, atau terjadinya kolusi antar
penjual, maka Ibnu Taimiyyah membolehkan pemerintah melakukan intervensi harga (Edwin
dkk., 2007: 162-163). Sekilas kelihatan bahwa, pernyataan Ibnu Taimiyyah yang memberi
peluang kepada penguasa untuk melakukan intervensi harga bertentangan dengan apa yang
menjadi ketetapan Nabi Muhammad Saw. Namun, karena situasi dan kondisinya berbeda
disertai dengan pergerakan harga yang telah merusak mekanisme pasar, maka intervensi harus
dilakukan supaya harga tetap stabil. Adapun tujuan penguasa dalam melakukan intervensi
pada saat itu, semata-mata untuk mencegah terjadinya tindak kezaliman dan atas
pertimbangan kemaslahatan. maslahatan. Implementasi maṣlaḥah pada ekonomi dapat dilihat
dalam aktivitas kegiatan ekonomi yang selalu berkembang. Penerapan maṣlaḥah dalam
perbankan terkait dengan bunga dan bagi hasil, dibolehkannya intervensi pemerintah dalam
menetapkan harga, dibutuhkannya lembaga ḥisbah dalam mekanisme pasar yang
mengedepankan nilai maṣlaḥah, dan perlunya langkah-langkah konstruktif terkait pengelolaan
zakat produktif, merupakan sebagian kecil bentuk maṣlaḥah yang menjadi tujuan dalam
ekonomi syariʻah.
5. Konsekuensi konsep ekonomi dan bisnis mashlahah dalam perencanaan dan penilaian kinerja
Dalam segi penilaian kinerja, kinerja dinilai dengan melihat bagaimana dampak
pekerjaan tersebut terhadap diri sendiri ataupun orang lain apakah membawa manfaat
terhadap diri, orang lain ataupun lingkungan atau sebaliknya. Terdapat konsep maslahah
scorecard dalam pengukur kinerja. Maṣlaḥah Scorecard (MaSC) merupakan sistem kinerja
kemaslahatan bisnis yang berbasis maqāṣid syarī’ah dengan memenuhi enam orientasi
kemaslahatan bisnis yang terdiri dari ibadah, proses internal, tenaga kerja, pembelajaran,
pelanggan dan harta kekayaan. Maṣlaḥah scorecard terdiri dari dua kata, yaitu: kartu skor
(scorecard) dan keseimbangan (maṣlaḥah). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untu
merencanakan skor yang ingin dicapai. Kata keseimbangan berarti keseimbangan baik dari
material maupun non material, jangka pendek (dunia) maupun tujuan jangka panjang (akhirat)
dengan menambahkan orientasi agama.

Terdapat empat elemen penilaian kinerja yang sesuai dengan perspektif Islam yaitu:
Alimuddin (2011)

 Kinerja Material yang menjadi indikator penilaian dalam elemen ini adalah keuntungan atau
laba yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang diperoleh dengan cara jujur,
tidak merugikan orang lain dan digunakan untuk investasi demi keberlangsungan hidup
perusahaan.
 Kinerja Mental yang menjadi indikator penilaian dalam elemen ini yaitu dalam melakukan
sebuah pekerjaan hendaknya dilakukan dengan tekun dan perasaan bahagia, menikmati hasil
yang diperoleh, dan menumbuhkan kepercayaan diantara sesama.
 Kinerja Spritual yang menjadi indikator penilaian dalam elemen ini yaitu lebih mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Menganggap bekerja sebagai sarana ibadah kepada Allah
SWT.Selalu merasa bersyukur dengan hasil yang diperoleh dan tetap taat dan konsisten
dengan aturan serta hukum-hukum Allah.
 Kinerja Persaudaraan yang menjadi indikator penilaian dalam elemen ini yaitu terciptanya
hubungan sosial yang harmonis baik dalam lingkungan perusahaan maupun lingkungan
masyarakat sekitar dengan memberikan pekerjaan kepada orang-orang miskin, berbagi dengan
masyarakat sekitar, memenuhi kebutuhan masyarakat dengan produk dan jasa yang halal dan
memiliki kualitas tinggi dengan harga terjangkau.

Anda mungkin juga menyukai