Anda di halaman 1dari 296
@ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan BAB II PROFIL KABUPATEN BUTON SELATAN A. Wilayah Administrasi Kabupaten Buton Selatan 1. Letak Geografis dan Administrasi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kabupaten Buton Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara, menyatakan secara geografis letak wilayah Kabupaten Buton Selatan yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Buton berada dibagian selatan Kabupaten Buton, memanjang dari Utara ke Selatan diantara 5°28'00" - 6°42'00" Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122°16'00" - 122°50'00" Bujur Timur. Wilayah ini meliputi sebagian Pulau Buton dan beberapa pulau disebelah selatan Pulau Buton. Secara administratif batas-batas Kabupaten Buton Selatan menurut Undang- Undang Nimor 16 Tahun 2014 adalah sebagai berikut: * Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari, Kelurahan Labalawa Kecamatan Murhum, Kelurahan Karya Baru, Kelurahan Bugi, Kelurahan Gonda Baru Kecamatan Sorawolio Kota Bau Bau dan Desa Kaongkeongkea Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton. * Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kaongkeongkea, Desa Warinta, Kecamatan Pasarwajo, Desa Wabula |, Desa Wasuemba Kecamatan Wabula Kabupaten Buton dan Laut Flores. * Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores; dan + Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores Kabupaten Buton Selatan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2014 memilki wilayah daratan seluas + 509,92 km? atau 50.992 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas + 2.478,73 km? atau 247.873 ha sehingga 8] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan total luas wilayah Kabupaten Buton Selatan adalah sekitar + 2.988,65 km? atau 298.865 ha, dimana pada tahun 2014 yakni pemekaran kabupaten Buton Selatan dari Kabupaten Buton Induk kecamatan di Kabupaten Buton Selatan berjumlah 7 kecamatan yaitu: Kecamatan yang terdapat di Pulau Buton yaitu : a. Kecamatan Sampolawa b. Kecamatan Batauga ¢, Kecamatan Lapandewa Kecamatan yang terdapat di kepulauan yaitu : a. Kecamatan Batu Atas b. Kecamatan Siompu Barat ¢. Kecamatan Siompu 4. Kecamatan Kadatua Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG), kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Sampolawa dengan luas 208.09 km?, atau sekitar 40.81% terhadap total Iuas wilayah Kabupaten Buton Selatan. Sedangkan wilayah yang paling kecil adalah Kecamatan Batu Atas dengan luas wilayah 8,40 km? atau 1,65 % dari total luas wilayah Kabupaten Buton Selatan. Luas setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Buton disajikan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan Dalam Kabupaten Buton Selatan Kecamatan Batauga 125.19 12,519 Kecamatan Sampolawa 208.09 20,809 Kecamatan Lapandewa 91.95, 9,195 Kecamatan Kadatua 23.46 2,346 Kecamatan Siompu 39.87 3,987 Kecamatan Siompu Barat 13.17 1,317 91 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Kecamatan Batuatas 8.40 840 Total Luas Daratan 509.92 50,992 Total Luas Laut 2,478.73 247,873 Luas Total Wil. Admin 2,988.65 298,865 ‘Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Buton Selatan Luas wilayah perencanaan yang merupakan luas wilayah administrasi Kabupaten Buton Selatan adalah 2.988,65 Km?, yang terdiri atas luas dari tujuh wilayah adminitrasi kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Buton Selatan seperti yang telah dijelaskan diatas, lebih jelasnya dapat dillhat pada gambar 2.1 10] Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan uINTBS Noina NaLwangl WWLNRNEA | Gambar 2.1 Peta Wilayah Adminsitrasi Kabupaten Buton Selatan @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Kabupaten Buton Selatan sebelumnya adalah bagian daripada Kabupaten Buton yang secara geografis dapat dijelaskan bahwa wilayah ini berada pada posisi fisiografis jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan tepatnya di bagian selatan pulau Buton yang bertetangga dengan Pulau Muna di sebelah Barat Laut Kepulauan Tukang Besi di Timur dan Pulau Wawonii di Utara yang secara keseluruhan merupakan deretan kepulauan di Provinsi Sulawesi Tenggara Adapun kedudukan geografis Kabupaten Buton Selatan dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut : Gambar 2.2 Keberadaan Kabupaten Buton Selatan di dalam Fisiografis, Geografis Regional Provinsi Sulawesi Tenggara dan sekitarnya Secara geografis Kabupaten Buton Selatan yang sebagian daratannya berada di Pulau Buton dan Pulau-pulau kecil di sekitamya yang dilingkupi oleh perairan laut lepas, dengan relief pegunungan, perbukitan, dataran tinggi, dataran rendah dan undak-undak pantai hasil pengangkatan serta pesisir dan paparan laut dangkal-menengah-dalam. Untuk melihat keberadaan Kabupaten Buton Selatan dan keterkaitannya dengan lingkungan di sekitarnya dapat dilihat pada gambar 2.3. berikut. 2 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.3 Posisi Geografis Kabupaten Buton Selatan terhadap Pulau Sulawesi dan sekitarnya 2. Kondisi Geologi dan Tata Lingkungan a, Satuan Geomorfologi Kabupaten Buton Selatan yang berada di Pulau Buton bagian selatan dan pulau-pulau kecil yang terdapat di dalamnya berada pada ketinggian 0-800 m di atas permukaan air laut, yang mempunyai sudut lereng 0 — 8 %, 8 -15 % dan 15 -25 % serta 25 -45 %, Untuk melihat kondisi Topografinya dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut Adapun satuan geomorfologinya dapat dikelompokkan menjadi: 4) Satuan Geomorfologi perbukitan lipat patahan, 2) Satuan Geomorfologi Perbukitan lipatan 3) Satuan Geomorfologi Perbukitan undak-undak terumbu karang 4) Satuan Geomorfologi dataran rendah pantai. 13| Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Keempat satuan geomorfologi tersebut di atas dikendalikan oleh faktor litostratigrafi (susunan batuan) dan struktur geologi perlipatan dan patahan yang akan dibahas lebih lanjut ke depan. Untuk melihat persebaran Satuan Geomorfologi Kabupaten Buton Selatan dapat disaksikan pada gambar 2.5. berikut : 14] Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2..4 Peta Kondisi Topografi Kabupaten Buton Selatan 15 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Veoredvow wins “wap naewn oKeR ae Gambar 2.5 Persebaran Satuan Geomorfologi Kabupaten Buton Selatan 16| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan b, Satuan Litostratigrafi Variasi susunan batuan di Kabupaten Buton Selatan adalah cukup bervariasi yang dapat menunjukkan umur, lingkungan pengendapan atau pembentukannya serta sifat karakteristik daya dukungnya maupun potensinya sebagai Sumber Daya Alam yang tidak terbarukan terhadap kebutuhan umat manusia. ‘Adapun variasi batuan atau litostratigrafi tersebut dari yang tua sampai yang termuda adalah sebagai berikut : 4) Formasi Winto (TRW), perselingan serpih, batu pasir, konglomerat, dan batu gamping, bercirikan sedimen klestika daratan dan karbonatan (laut dangkal), mengandung sisa tumbuhan, berlapis baik, kayu trangkan dan lapisan-lapisan tipis batubara, berstruktur kerucut dalam kerucut, pelapisan bersusun pada batu pasir, perairan sejajar dan gelember gelombang, serta silangsiur dan mengandung fossil foraminifera besar dan kecil, Diendapkan pada lingkungan neritic (laut dangkal) sampai abisal / hadal (laut dalam), berumur TRIAS Atas (+ 215 juta tahun lampau), dengan ketebealan lapisan 750 m dan daya dukung sedang- tinggi (3-4). 2) Anggota batu gamping formasi TONDO (Tmtl); Batugamping Terumbu dan Kalkaranit, mengandung foraminifera besar, berumur Miosen Awal dengan lingkungan pengendapan laut dangkal (litoral-neritik). Daya dukung tinggi (A), diperkirakan diendapkan sekitar + 25 juta tahun lalu). 3) Formasi Tondo (Tmtc); Kongglomerat, batupasir kerikilan, batu pasir batu lempung — Konglomerat aneka bahan yang berkomponen batuan sedimen Mesozoikum dan kompleks batuan Ofiolit, yang setempat — setempat memperiihatkan struktur pergentengan (imbrikasi), batu pasir kerikilan terpilah buruk, persilangan batu pasir, batu lanan dan batu lempeng bercirikan runtuhan turbidit distal. Satuan ini mengandung fossil foraminifera kecil yang berumur Miosen engah — Miosen Akhir (+ 15 — 10 juta tahun yang lalu), dengan tebal lapisan sekitar 1300 m dan daya dukung rendah - tinggi (2-4), sedang diendapkan pada lingkungan 17I @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 4) 5) 6) darat sampai laut dalam. Ditemukan adanya rembesan minyak dan gas bumi serta aspal. Formasi SAMPOLAKOSA (Tmps); Napfal berlapis tebal sampai masif, dxengan sisipan kalkaranit pada bagian tengah dan atas banyak mengandung fossil foraminifera kecil. Lapisan ini berumur miosen atas — pliosen awal (+ 10 — 5 juta tahun yang lampau). Terdapat indikasi / gejala rembesan minyak dan aspal, yang diendapkan pada lingkungan neritic (laut dangkal) dan batial (laut dalam) dan daya dukung sangat rendah — sedang (1-3) Formasi WAPULAKA (Qpw); batu gamping terumbu ganggang dan koral, yang memperlihatkan undak-undak pantai purba dan topografi KARST, endapan hancuran terumbu, batu kapur, batu gamping pasiran, batu pasir gampingan, batu lempung dan napal yang kaya akan fossil foraminifera plankton. Diendapkan pada lingkungan laguna itoral (dangkal-sangat dangkal) dengan ketebalan lapisan sekitar 700 meter, terdapat rembesan aspal di Buton selatan. Daya dukung sedang — tinggi (3-4). Berumur Plaistosen (+ 5 juta tahun lalu). Endapan ALUVIUM (Qal); kerikil, kerahal, pasir, lumpur dan gambut, hasil endapan sungai (fluviatil), rawa dan pantai, Umur pengendapan lapisan resen atau holosen (kurang dari 2 juta tahun yang lalu). itulah susunan litostratigrafi (batuan yang terdapat di wilayah Kabupaten Buton Selatan termasuk yang terdapat dan tersingkap di Pulau Kadatua, Pulau Siompu dan Pulau Batu Atas seperti tampak pada Tabel 2.2. dan Gambar 2.6 berikut : Tabel 2.2 Susunan Litostratigrafi Wilayah Kabupaten Buton Selatan @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan nesove Hi i E E § 8 Gambar 2.6 Peta Geologi Wilayah Kabupaten Buton Selatan 19] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ¢. Struktur Geologi dan Pola Geotektonik Wilayah Kabupaten Buton Selatan berasal dari sebagian Pulau Buton di yakini sebagai bagian dari pecahan Benua Australia dan Nugini yang bergerak bersama-sama kepulauan Banggai-Sula. Demikian bahwa Pulau Buton mikro kentinen yang mengalami proses pemisahan pada Mesozolkan dan Paleogen. Sedangkan indikasi tambahan fragmen mikro. kontinen tersebut terjadi pada umur Qligosen — Miosen Awal( # 20 — 30 juta tahun yang lampau). Bukti bahwa Pulau Buton merupakan bahagian dari Kontinen Australia Nugini adalah kesamaan kandungan Fossil Mesozolkan, termasuk awal pengangkatan, stratigrafi dan waktu orgemsa/pengangkatan maupun pemisahannya. Kesamaan yang tidak terbantahkan adalah didalam sejarah tektonik dan sejarah stratigrafi yang menunjukkan bahwa Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Banggai Sula,dan Pulau Timur memiliki Stratigrafi dan umur batuan yang dapat dikorelasikan satu sama lain ( Audley — Charles, 1972 & Katili, 1989). Pengaruh tambahan Pulau Buton dan Pulau Muna oleh tekanan dari Samudra Pasifik di sebelah Timur dan tekanan Benua Asia disebelah Barat Laut, yang yang terjadi pada Miosen Awal ( + 15 Juta tahun lalu) yang ditandai hadirnya Perlipasan dan Patahan/Sisa Anjak di Buton Selatan seperti yang tampak pada Gambar 4.6. diatas. Sedimen Klastk yang diendapkan pada saat Penganjahan/ Pengangkatan telah berlangsung sejak Triass — Qligosen ( + 240 - 30 Juta tahun lampau). Sedangkan penanjaman (‘Subduction") berlanjut sampai Miosen Tengah ( + 15 juta tahun lampau) di Buton Selatan. Bahwa TumbuhanPulau Buton di Pulau Muna tersebut tidak mempengaruhi kondisi geologi di Buton Utara, demikian sehingga batu gamping massif tampak melampasan dilingkungan Neritik (Laut dangkal dan laut dalam) Pembentukan Sesar anjak dan Pengangkatan Pulau Buton terjadi pada Miosen Tengah dan menghasilkan ketidak selarasan (Miosen Tengah — Miosen Akhir pada + 13 juta tahun yang lalu) 201 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan d. Kondisi Iklim Secara umum iklim Kabupaten buton selatan sama seperti wilayah lainnya di pulau Buton, dimana terjadi musim kemarau dan musim penghujan Musim hujan terjadi antara bulan November - Maret yang terbawa oleh Angin Barat yang tertiup dari Benua Asia ke Samudra Pasifik yang membawa kandungan uap air.Sedangkan pada musim kemarau terjadi antara bulan Mei — Oktober yang terbawa oleh angina timur yang tertiup dari Daratan Benua Australia yang membawa angina kering.Adapun pada bulan April terjadi musim pancaroba. Curah hujan terendah di seluruh wilayah buton yaitu 497.00/mm/thn dan maksimum sebesar 2.644 mmithn, engan hari hujan 58-305 hari/tahun. Sedangkan suhu udara berkisar antara 18°C (minimum) dan 32°C ( Maksimum). Berdasarkan klasifikasi Schmidt Ferguson (1951), maka Kabupaten Buton Selatan termasuk tipe D besar kecamatan dan lain disekitarnya. Kondisi Tanah Hasil pelapukan dari beberapa jenis litostratigrafi tersebut diatas, maka akan berubah menjadi tanah yang terdiri dari ; 1) Tanah Kambisols tanpa menunjukkan adanya gejala hidromorfik, 2) Tanah Litosols yang dicirikan oleh lapisannya yang sangat dangkal. 3) Tanah Aluvium yang bertambang dari endapan sungai (Fluviatil), dengan solum yang cukup dalam dengan drainase buruk 4) Tanah Organosol yang beasal dari bahan organic, dimana mempunyai kadar gambut 150-200 Cm 5) Tanah Gleisols yang selalu jenah air dengan kondisi tanah yang belujm matang 6) Tanah Podolik yaitu tanah yang berasal dari bahan indik batu lempung yang kaya K-Na Feldspar ail @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan f, Kondisi Hidrografi dan Geohidrologi 4) Pola Aliran Sungai Secara umum pola aliran sungai di wilayah Kabupaten Buton Selatan adalah : a) Pola aliran dendrifik/mendanau yang menjadi pertanda bahwa sifat fisik pada DAS relative homogeny b) Pola aliran radier yang mengikuti puncak topografi yang relative melingkar mengikuti pole Punggung Baratnya Buton Selatan c) Pola Trellis dan Rektaguler yang dikendalikan oleh pola struktur sesar atau patahan serta perlipatan yang berarah Timur Laut — Barat Daya 2) Genetika Aliran Sungai Telah dijelaskan diatas bahwa keberadaan struktur Geologis (patahan dan pelipatan) mengontrol_keberadaan sungai-sungai di wilayah Kabupaten Buton Selatan Berdasarkan genetika aliran sugainya, maka sungai-sungai ( syarat utama dan anak-anak sungai di Kabupaten Buton Selatan dapat di Kelompokkan menjadi : a) Sungai Konsekuen dimana aliran sungai searah dengan arah kemiringan lapisan sedimen yang mengarah kea rah Barat Laut untuk sayap antiwin sebelah barat Laut dan mengalir searah kemiringan lapisan ke arah Tenggara dari Sayap antiklim Tenggara b)Sungai Subsekmen dimana sungai-sungainya _mengalir _searah dengan arah jalur/strike perlapisan yang ke arah timur Laut- Barat Daya. Tingginya tingkat kerapatan sungai di wilayah Kabupaten buton Selatan, maka sebagian besar kawasan ini menjadi areal peresapan air yang meresap (recharge) air tanah bagi Kabupaten Buton Selatan dan Kota Baubau. Sebagaimana diketahui bahwa reservoir air PDAM yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Buton dan Pemerintah Kota Baubau berasal dari wilayah Kabupaten Buton Selatan 2| Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Pertumbuhan ‘Kebijalcan dan Peluang Ekonomi Pendudule Prioritae Pembangunan dan Penbangunen Pengerabnagan AIR RUANG / SPESIAL aD - AIR Gietan Perencanaan Gambar 2.7 Perencanaan Regional SD Air dan Strategj BUTON SELATAN Gambar 2.8 Keberadaan Pengelolaan SD Air di Kabupaten Buton Selatan dan Penyanggaan SD Air Untuk Kota Baubau Secara Manajemen Sumber Daya Air Antar Wilayah. 23 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Sehubungan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Strategis BAWA PABARI akan di bahas pada Bab/Sub Bab diatas Konsep Arahan Pembangunan Ruang selanjutnya. Mengingat bahwa keberadaan SD —Air yang ada di wilayah Kabupaten Buton Selatan sangat menentukan akan kebutuhan SD Air ( Air Beku, Air Bersih, dan Air Minum ) bagi ibukota Provinsi Kabupaten Buton Raya di masa yang akan datang, maka untuk menjamin penyelamatan SD-Air tersebut perlu dipastikan berbagai parameter seperti tampak pada gambar 4.9 berikut. Gambar 2.9 Sistem Manajemen Perencanaan SD Air Kabupaten Buton Selatan menyongsong persiapan Penyediaan Air Bagi Kepentingan Pembentukan Kawasan BAWAPABAR! sebagai Kawasan Strategis Provinsi Kepulauan Buton Raya Dimasa Datang. 24| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 9. Kondisi Kerawanan Becana Alam Geologi Berdasarkan tatanan susunan litostatigrafi dan pola struktur geologi, serta kondisi tipografi dan satuan geomorfologi di atas, maka perlu diantisipasi akan: 1) Terdapatnya Bidang Lemah 2) Terdapatnya Mediun Pergerakan Tanah dan Batuan 3) Adanya Medium Rambas Pergerakan Gelombang Gempa Hal ini di tambah dengan adanya pusat gempa yang dapat terdeteksi seperti yang termuat dalam peta Seismo Tektonik Indonesia, Pusat Survei Geologi indonesia, 2014 sebagai berikut : 1) Sebelah Timur Pantai Kecamatan Wabula ( Kabupaten Buton) yang berbatasan dengan Kecamatan Lapandewa (Kabupaten Buton Selatan) dengan kedalaman pusat gempa yang berada di laut diatas 150 Km dengan kekuatan gempa di atas 6 SR. 2) Pulau Batu Atas sebelah Barat yang pusat gempanya terdapat di laut dengan kedalaman di atas 150 Km dan kekuatan gempa antara 5 - 6 SR. 3) Pusat gempa yang terletak di antara Pulau Kadatua, tepatnya di Teluk Lasongko dengan kedalaman di atas 150 Km, dan kekuatan gem panya di antara 5 - 6 SR 4) Bencana Gempa juga pernah terjadi dengan kekuatan gempa sekitar 5- 6 SR terjadi dikedalaman 20 Km di kecamatan Batauga. Masalah di atas di samping merangsang terjadinya pergerakan tanah dan batuan pada bidang Patahan yang terdapat di daratan, maka juga akan menimbulkan terjadinya Tsunami di Laut yang dapat merusak kehidupan di laut, dan Pantai serta Pulau-pulau kecil yang terdapat di sekitamya, Oleh karena itu seluruh wilayah yang dapat di indikasikan terdapat gejala-gejala Geologi yang di sebutkan di atas perlu di petakan sejak awal untuk menentukan kawasan yang rawan bencana, beresiko bencana, dan rawan terhadap bencana geologi tersebut, serta merencanakan jalur evaluasi dan menetapkan ruang yang dapat di pakai sebagai lokasi evaluasi bencana Alam. 251 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Sebagaimana di ketahui bahwa “ Manfaat itu berimpit dan hanya setipis Kulit Bawang terhadap Bencana’. Hal ini dapat di rumuskan dalam persamaan Matematis sebagai berikut: 1) GA=BA +BNA+M 2) GA=MA+BA +M Jadi ; BA + BNA+M=MA+MB+M Atau ; BA + BNA = MA + MB Diketahui pula bahwa ; M=H + K Dimana ; GA = Gejala Alam, MA = Manfaat Alam, BA = Bencana Alam, BNA =Bencana Non Alam, MB = Manfaat Buatan, M = Manusia, H = Hidup, dan K = Kehidupan Dikaitkan dengan faktor bencana serta penanggulangannya seperti yang diamanatkan oleh UU- RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, maka di dalam penyusunan RTRW Kabupaten Buton Selatan tahun 2015-2035 harus disusun berbasis Mitigasi Bencana seperti tertera pada Gambar 2.12 berikut : Gambar 2.10 Diagram Mintakat (Zonasi) Pemetaan Bencana Alam Geologi Terhadap RTRW Berbasis Mitigasi Bencana Alam 26 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Berdasarkan hal tersebut Kabupaten Buton Selatan perlu. mewaspadai berbagai bencana yang dapat timbul sebagai berikut : 1) Bencana Geologi dari dalam (indogen) atau geological hazard yang terdiri atas ; a) Gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami jika dikatul dengan disiokasi atau pematahan di dasar laut, serta gerakan tanah pada patahan dan lereng terjal di daratan, dan b) Longsoran dan amblesan ( land subsidence) 2) Bencana alam dari luar (eksogen) seperti; a) Curah hujan yang sangat tinggi dan pasang yang juga sangat tinggi dapat mengakibatkan bahaya banjir, b) Kebakaran hutan pada saat kencang sangat panjang dan juga dapat memicu terjadinya kebakaran rebasan aspal yang aada di wilayah ini. c) Wabah penyakit sebagai dapat terang dari bencana tersebut diatas 3) Bencana sosial lainnya berupa : a) Kebakaran kawasan permukiman padat, pasar dan fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya. b) Konflk antara masyarakat, dan juga tawuran pelajar. c) Konflik wilayah (tapal bagas) terkait dengan potensi SD alam. d) Dedikasi moral di masyarakat. B. Potensi Wilayah Kabupaten Buton Selatan Adapun potensi Sumber Daya Alam di Wilayah Kabupaten Buton Selatan meliputi: 1. Potensi Aspal Alam Buton Adapun potensi Aspal Alam Buton di wilayah Kabupaten Buton Selatan dapat dilihat sebaran depositnya terdiri dari: a. Berada di Waesiu (Rongi) Kecamatan Sampolawa seluas 97,69 Ha dengan perkiraan cadangan sebesar 3.516.000 ton, dikelola oleh PT. Olah Bumi El Cipta. b. Masih terdapat di Waesiu Kecamatan Sampolawa seluas 740 Ha yang dikelola oleh PT. Metrik El Cipta. 27| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan SS Gambar 2.11 Peta Wilayah Pengusahaan Komoditas Tambang Aspal di Pulau Buton (Distamben Kab. Buton, 2015) 2. Kabupaten Buton Selatan berada di Pulau Buton dan telah ditetapkan ‘sebagai salah satu cadangan Minyak & Gas Bumi. Potensi cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kabupaten Buton Selatan dapat dilinat pada gambar 2.11 bserta potensi rembesan minyak dan gas bumi dapat dilihat pada gambar 2.12 dibawah ini. 28| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.12 Cadangan Minyak & Gas Bumi di Wilayah Pulau Buton dan Pulau Muna (Davidson, 1991) 29 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 3 Gambar 2.13 Keberadaan Sumber Batuan Induk Rembesan Minyak dan Gas Bumi di Kabupaten Buton Selatan dan Kabupaten Buton (Davidson, 1991) Potensi Panas Bumi (Geotermal) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di De: Rongi. Kabupaten Buton Selatan pada dasamya memiliki potensi Panas Bumi (Geotermal), tepatnya berada di Kecamatan Sampolawa yang berjarak sekitar 30 Km dari Kota Baubau ( rencana ibu kota Provinsi Kepulauan Buton Raya) dengan kondisi manifestasi cadangan Panas Bumi sebagai berikut: a. Berada pada Pinggiran Kali Waisia dan Sungai Sampolawa yang dilewati oleh Patahan anjak Sampolawa yang memotong batolit dari intrusi (batuan terobosan) diovit seperti yang tersingkap di sebelah Barat Laut dari lokasi manifestasi disebelah Utara S, Lakologou. 30] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan b, Sumber Mata air panas menghasilkan bau/aroma S02 & HS yang berbau belerang sebagai bukti aktivitas hidrotermal, c. Temperature masa air antara 40 - 75°C, dan d. Mengeluarkan uap air. Perkiraan sementara jika lempengan panas bumi di Rongi ini dapat di eksploitasi akan menghasilkan energy listrik sebesar + 45 MW, sehingga dapat melayani kebutuhan listik di Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara & Buton Tengah, bahkan sampai ke Kabupaten Muna dan Muna Barat. Potensi Mineral Logam Mulia ( Emas & Perak) Aktivitas Geotermal menjadi penciri akan terdapatnya aktivitas epitermal ( epythermal Gold), terlebih dengan di jumpainya singkapan intrusi Batuan Beka Diorit yang terdapat disebelah Utara hulu sungai Lakologu di wilayah Kota Baubau berupa pecahan batolit yang dipotong oleh Sesar Anjak SAMPOLAWA di .S, Waesia dan S, Sampolawa di Desa Rongi: . Potensi Pengembangan PLTA (Pembanghkit Listrik Tenaga Air) Adapun potensi kawasan di wilayah Kabupaten Buton Selatan yang dapat dikembangkan menjadi PLTA terletak pada sungai Sampolawa dengan debit 5,40 Mi/detik, yang dapat menghasilkan kapasitas Energi listrik sebesar 480 KW Listrik. . Potensi SD- Alam Perikanan dan Kelautan Wilayah Kabupaten Buton Selatan terdapat potensi perikanan berupa : a. Jenis Ikan Pelagis besar yang hidup di perairan di lepas pantai yang berimigrasi dengan kecepatan 25 — 27 Kmijam serta dapat hidup pada kedalaman 40 — 100 M, adapun Jenis Ikan Pelagis besar tersebut adalah 4) Tuna Ekor Kuning (Thunnus Albacores) 2) Tuna Matabesar (Thunnus Obesins) 3) Tuna Albecora (Thunnus Alalunga) 4) Tuna Sirip Biru (Thunnus Macoyii) 5) Tuna Abu-abu (Thunnus tonggol) 6) Cakalang (Katsuwonus Pelamis) 7) Tongkol (Enthyunus Affinis) 31] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan b. 8) Lisong (Auxis rochei) Ikan Pelagis Kecil yang berada disekitar permukaan laut atau sedikit di bawah muka laut paling dalam pada bagian tengah kedalaman laut, yang terdiri atas : 4) Ikan Layang (Decaptrus Russelli) 2) Ikan Kembung (Restrelliger Kawgerta) 3) Ikan Tongkol (Enthynnus affinis) 4) Ikan Losong (Auxis rochei). . Ikan jenis Demersal yang berada disekitar dasar laut yang mengembangkan dirinya di muka laut yaitu : 1) Komersil Utama seperti : a) Ikan Kerapu (Serranidae) b) Ikan Bawal Putih (Pampus spp) c) Ikan Kakap (Lates Calcasiter) d) Ikan Manyung (Arridre) e) Ikan Bambangan (Lutjanidae) f)_ Ikan Jenaha (Lutjanus Jhoni) g) Ikan Kawe (Carangoides sp), dan h) Ikan Nomei (Harpodonidae) 2) Komersil Kedua yaitu a) Ikan Gerot-gerot (Pommadasys spp) b) Ikan Bawal Hitam (Femio Niger) c) Ikan Kurisi (Nempteridae) d) Ikan Galamah (Sciannidae) e) Ikan Lencam (Lethrinas spp) ) Ikan layur (Trichiurus spp) g) Ikan Karo (Polynemus spp; Elentheronema spp) h) Ikan Kakap Ketang (Drepanidae) i) Ikan Baronang (Siganus spp) j) Ikan Pari (Dasytis Annotatus), dan k) Ikan Cucut (Larscharhing Amblyrhynchos) 32] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan d. Komersil Ketiga terdiri atas : a) Ikan Betek (Leiog nathidae) b) Ikan Beleso (Syadontidre) ¢) Ikan Kumiran ( Mulliodae) d) Ikan Mata Besar (Prian Canthyrus spp) e) Ikan Kerong-kerong (Therapon spp) f)_ Ikan Gabus Laut (Pherapon spp) 9) Ikan Besot (Silagon spp) e. Jenis udang antara lain ; a) Udang Terbang (Banana Shrimp) b) Udang Putih (Pennaens Marguinsis) ©) Udang Windu (Tiger Shrimp) d) Udang Windu Hitam (Pennaeny Manodom), dan f. Kelompok Lainnya Sedangkan Potensi Ekosistem Laut lainnya pada wilayah Kabupaten Buton Selatan adalah sebagai berikut : a. Ekosistem Terumbu Karang b. Ekosistem padang Lamun (Seagress), dan c, Ekosistem Laut Bebas Di Kabupaten Buton Selatan terdapat potensi ikan terbesar di Kecamatan Sampolawa_sebesar 13.700,56 ton (Tahun 2005). Adapun potensi ikan di Kabupaten Buton Selatan yang tercatat pada tahun 2005 adalah tampak pada table 2.3 berikut : Tabel 2.3 Produksi Perikanan Laut dan Darat Kabupaten Buton Selatan dalam (Ton/Tahun) 3,449.74 eC 2,540.46 7,980.20 11,356.37 : 344.79 | 11,701.16 5,392.44 = = 5,392.41 5,826.48) c : : 5,826.48 5,954.41 c C 5,954.41 2,983.01 r ; 15327 3.13628 [Kadatua 18,026.85, = - = 18,026.85 ‘54,989.27 | - 3,038.52) 58,027.79 Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 33] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Sedangkan dari peralatan tangkap yang digunakan oleh para nelayan dan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai Nelayan dapat dinyatakan bahwa : a. Produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya tertinggi adalah di Kecamatan Kadatua sebesar 18.026,85 ton disusul Kecamatan Sampolawa sebesar 11.356,37 ton, dan paling rendah terdapat pada kecamatan Siompu Barat 2,983.01 ton b. Jumlah Peralatan Tangkap terbanyak adalah di Kecamatan Kadatuayakni sebanyak 1,183 buah, disusul Kecamatan Siompu Sebanyak 1040. cc. Sedangkan Jumiah Perahu dan Kapal Penangkap Ikan Terbesar ada di Kecamatan Sampolawa yakni sebanyak 557, dan disusul oleh Kecamatan Batauga sebanyak 490 buah. Tabel 2.4 Alat Tangkap Ikan yang digunakan oleh Nelayan di Kabupaten Buton Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Tabel 2.5 Jumlah Perahu dan Kapal Penangkap Ikan di Kabupaten Buton Selatan 127 242 410 66 12s 423. 126 o22 Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 34] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 7. Sumber Daya Hutan Kabupaten Buton Selatan, memiliki potensi sumber daya hutan yang cukup melimpah, salah satunya adalah potensi sebaran kayu jati umumnya berada di wilayah daratan Buton Kabupaten Buton Selatan, dimana data sumber daya hutan wilayah Kabupaten Buton Selatan yang digambarkan pada peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK).seperti yang terlihat pada gambar 2.12 dan data pembagian potensi sumber daya hutannya dapat dillhat pada tabel 2.6 dibawah ini. Tabel 2.6 Luas Fungsi Hutan Kabupaten Buton Selatan Hutan Lindung (HL) 70,259,040.00 | 7,025.90 Hutan Produksi Biasa (HPB) 119,373,274.22 | 11,937.33 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 66,444,100 | 6,644.41 |Areal Penggunaan Lain (KBP) 256,409,433.00 | 25,640.94 Jumlah 512,485,847.22 | 51,248.58 Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Buton, 2014 351 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.14 Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) atau Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Buton Selatan (Dinas Kehutanan Kab, Buton Tahun 2014) 36 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 8 Sumber Daya Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Adapun informasi dan data Sumber Daya Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan wilayah Kabupaten Buton Selatan belum terpilah per kecamatan, sehingga kondisinya di tidak diketahui sehingga membutuhkan survei lapangan untuk pengambilan data primer. Informasi dan Data mengenai Potensi Sumber Daya Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan di Kabupaten Buton dapat dilihat pada Tabel 2.7 & 2.8 berikut : Tabel 2.7 Produksi angan di Kabupaten Buton Tahun 2012 Padi Sawah. Padi Ladang Jagung: Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau Jumiah Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Tabel 2.8 Produksi Perkebunan yang dilakukan oleh KK dan Jumiah Produksinya Aron7 Grau ‘Asam lawa (Comsmkeoh, Tambe Mowe Fuente Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Kondisi utama perkebunan yaitu jambu mente dan kelapa dalam yang di usahakan oleh banyak KK dengan produksi tertinggi masing-masing 6.585,71 37] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ton, 1.093.46 ton, Jika ditinjau penggunaan lahan setiap Kecamatan tahun 2012 maka dapat dilihat seperti tertera pada table 2.9. berikut : Tabel 2.9 Luas Pengguna Lahan Terkait Dengan Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan [Batauga ‘Sampolawa [Lapandewa Batu Atas: ‘Siompu [Siompu Barat [Kadatua Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Berdasarkan tabel 2.9 diatas, tampak bahwa kegiatan perkebunan dominan hanya terjadi di Kecamatan Sampolawa_ dengan luasan 2.132 Ha ,Kecamatan Batauga 1.331 Ha dan Kecamatan Lapandewa 1.114 Ha. Sedangkan padang penggembalaan temnak terluas di Kecamatan Siompu 1.324 Ha, Kecamatan Sampolawa 792 Ha, di Kecamatan Lapandewa 276 Ha. Sementara itu pengusahaan lahan kering berupa tutupan lahan tampak pada Tabel 2.10 berikut : Tabel 2.10 Penggunaan Lahan Kering di Kabupaten Buton Selatan Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 38] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.10 diatas menunjukkan bahwa lahan tidak diusahakan masih sangat cukup luas sebesar 4.019 Ha (20,36%) dari luas 19.743 Ha lahan kering, dimana terbesar ada di Kecamatan Sampolawa 1.272 Ha ada di Kecamatan Lapandewa 1.239 Ha. Hutan rakyat terbesar terdapat di Kecamatan Lapandewa 2.787 Ha, demikian pula Hutan Negara terluas berada di Kecamatan Lapandewa 2.757 Ha, serta perkebunan rakyat juga terluas berada di Kecamatan Lapandewa 2.717 Ha disusul oleh Kecamatan Batauga 2.651 Ha Kemudian jika ditinjau Rumah Tangga pengguna lahan pertanian dan lahan pengolahan untuk lahan pertanian dapat disaksikan pada tabel 2.11 berikut ini: Tabel 2.11 Jumlah Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Berdasarkan tinjauan Tabel 2.12 tersebut diatas, maka pengguna lahan secara dominan pada perkebunan dan padi serba gabungannya dengan palawija Tampak bahwa tidak ada kawasan transmigrasi yang mengolah persawahan seperti yang ada di Kecamatan Lasalimu (Kabupaten Buton) di Kecamatan Bungj di Lea-Lea (di Kota Baubau). Adapun penggunaan dan pemanfaatan lahan dalam wilayah Kabupaten Buton Selatan berdasarkan pendekatan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) dan menggunakan skema klasifikasi yang dikeluarkan dari Bakosurtanal dapat dilihat pada tabel 2.12 dan gambar 2.13 dibawah ini 39] Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.15 Peta Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Buton Selatan Tahun 2014 401 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.12 Luas Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan Wilayah Sumber : Pendekatan GIS Pada tabel 2.12 seperti yang disajikan diatas, dapat dilihat bahwa berdasarkan pendekatan SIG kelas penggunaan lahan yang mendominasi di wilayah Kabupaten Buton Selatan adalah kelas semak / belukar yakni sekitar 20.253,19 Ha kemudian disusul dengan kelas padang rumput yang memiliki luas wilayah sekitar 15.564,89 Ha dan kelas penggunaan lahan terkecil yang masih mampu dideteksi oleh pendekatan SIG adalah kelas penggunaan lahan semak / belukar bercampur dengan rawa yakni sekitar 21,93 Ha yang terdapat pada kecamatan Batu Atas. . Peternakan yang dikembangkan Potensi Bidang Peternakan di Wilayah Kabupaten Buton Selatan dapat diuraikan seperti yang tampak pada tabel 4.13 berikut. Dimana Ternak tersebut terdiri Sapi, Kerbau, Kambing, dan Unggas Tabel 2.13 Populasi Ternak Besar Dan Ternak Unggas ail @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Siompu Barat Kadatua Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Pada seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Selatan temyata peternak Unggas ayam buras sangat di minati oleh masyarakatnya, di susul oleh peternak itik/bebek dan kambing. Prospek ke depan perlu diperhatikan pengembang lebih lanjut tentang kegiatan peternakan dikaitkan dengan luasnya lahan penggembalaan seperti yang telah diuraikan diatas, sehingga peterakan sapi, kerbau, dan domba perlu digalakkan dimasa yang akan datang. C. Demografi dan Urbanisasi . Jumiah Penduduk dan KK Keseluruhan Pada saat dilakukan pengumpulan data kependudukan secara Nasional pada Tahun 2005 data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), dimana Kabupaten Buton setelah menjadi bagian dari pada Kabupaten Buton tercatat bahwa pertumbuhan penduduk adalah sebesar 2,30 % per tahun, dimana satu rumah tangga (KK) rata-rata terdiri dari 4 jiwa, dan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 109 jiwa/km2 Berdasarkan data statistik Kependudukan masyarakat Kabupaten Buton Selatan maka dapat diketahui jabarannya seperti tertera pada Tabel 2.14 sebagai berikut : Tabel 2.14 Perkembangan Penduduk Kabupaten Buton Selatan Kecamatan 2011 2012 2013 2014 | 2015 <)) Batauga 14.651 14.815 15.319 15.342 15.714 ~)_ Batuatas 10.035 10.587 10.971 11.012 11.132 <) | Kadatua 10.844 11.540 11.540 11.758 11.699 Cy Lapandewa = 9.117 9.186 9.201 9.262 9.346 5 Sampolawa 23.221 23.394 23.563 23.587 23.612 a2 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 10.068 10.290 10.306 10.354 10.733 9.962 10.187 10.995 11.342 11.526 87.898 89.999 91.895 92.837 93.762 Siompu Timur Siompu Barat ‘Sumber : BPS Kabupaten Buton Selatan Dalam Angka 2016 Tabel 2.14 diatas mennjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Sampolawa 23.612 jiwa disusul Kecamatan Batauga 15.714 jiwa dan Kecamatan Kadatua 11.699 jiwa. Diketahui pula bahwa rata-rata rumah tangga di Kabupaten Buton Selatan memiliki 5 - 6 anggota. Secara lebih detail tidak diketahui berapa tepatnya angkatan kerja yang ada di Kabupaten Buton Selatan , tetapi berdasarkan penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan selama waktu 1( satu) pekan pada tahun 2013 dapat diketahui sebagai berikut : a. Laki-laki yang bekerja 59.957, dan perempuan yang bekerja 39.629 jiwa, sedangkan yang menganggur lakislaki 1.020 orang dan perempuan pegawai sebanyak 630 orang b. Yang bukan Angkatan Kerja laki-laki sebanyak 15.094 orang dan perempuan sebanyak 40.839 jiwa Data tersebut untuk gambaran penduduk Kabupaten Buton pada tahun 2015. Sedangkan tujuan dari tingkat pendidikan tampak bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut tingkat pendidikan tercatat bahwa laki-laki sebanyak 13.953 jiwa adalah maksimum hanya tamatan SD, sedangkan yang tamat SLTP sampai Perguruan Tinggi untuk laki-laki sejumlah 25,252 jiwa, dan untuk perempuannya yang sebatas tamatan SD adalah 10.042 jiwa, sedangkan perempuan pencari kerja yang tamatan SLTP sampai Perguruan Tinggi adalah sebanyak 14.374 orang, Melihat kondisi tersebut tampak bahwa pencari kerja terbesar adalah penduduk yang tidak tamat SD dan hanya sampai tamat SD. Jika kondisi ini dapat di kategorikan sangat memprihatinkan dan hanya di antisipasi dalam memenuhi hajat hidup orang banyak di wilayah ini 43 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 2. Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk Pemahaman tentang tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Buton Selatan adalah gambaran apakah masih ada masyarakat yang berada di wilayah kemiskinan. Indikator kualitas kesejahteraan manusia ditentukan oleh semakin rendahnya angka kemiskinan rata-rata yang berarti semakin sejahteranya masyarakat. Penduduk yang berkategori miskin atau belum sejahtera adalah masyarakat yang rata-rata pengeluaran perkapita/bulan berada di bawah garis kemiskinan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori_perkapita/hari. Untuk mengetahui _tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Buton Selatan dapat disaksikan seperti tertera pada Tabel 2.15 berikut. Tabel 2.15 Jumiah Keluarga Pra Sejahtera Dan Keluarga Sejahtera Batauga ‘Sampolawa Lapandewa Batu Atas ‘Siompu. ‘Siompu Barat Kadatua Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Jumlah masyarakat prasejahtera tertinggi berada di Kecamatan Sampolawa 2.107 dan disusul oleh Kecamatan Kadatua 1.829 dan Kecamatan Batauga 1.516 keluarga, Sedangkan keluarga sejahtera |, dan Ill terlihat agak signifikan di Kecamatan Lapandewa dan Kecamatan Batauga dan disusul oleh Kecamatan Siompu dan Siompu Barat yang dapat mencapai Pra Sejahtera lll +, seperti tampak pada Tabel 4.19 diatas. Secara keseluruhan tampak bahwa kelas pra sejahtera masih mendominasi kondisi kesejahteraan paling rendah di Kabupaten Buton Selatan dan hanya 12 keluarga yang menjadi posisi Ill (+) di Kecamatan Siompu Barat 44 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Melihat kondisi seperti ini, maka upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran harus menjadi prioritas pertama didalam program pembangunan di Kabupaten Buton Selatan 3, Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Tujuh Tahun ke Depan dan Proyeksi Urbat Untuk mengetahui kepadatan penduduk Kabupaten Buton Selatan maka dilakukan perhitungan dengan cara membagi proyeksi jumlah penduduk 7 tahun ke depan dengan luas lahan Kabupaten Buto Selatan sehingga didapatkan kepadatan penduduk sebagai berikut: Tabel 2.16 Proyeksi Penduduk Kabupaten Buton Selatan 7 Tahun Ke Depan Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 PLAT Piya Batauga 15.714 16.410 17.306 17.561 17.576 Batuatas 11.132 11.678 11.682 11.957 12.232 12.507 12.782 13.057 Kadatua 11.699 10.844 12127 12.341 12.555 12,769 12.983 14.481 Lapandewa 9.346 9.117 9.460 9517 9.574 9.631 9.688 9.745 Sampolawa 23.612 23.221 23.808 23.906 24.004 24.102 24.200 24.298 ‘Siompu 10.733 10.068 11.065 11231 11.397 11563 11.729 11.895 ‘Siompu 11.526 9.962 12.344 12.699 13.090 13.481 13.872 14,263 Barat 87.898 91.300 97.059 97.653 99.908 101.359 102.815 105.315 ‘Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016 451 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.17 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Buton Selatan 7 Tahun ke Depan Reg Cc eng Peet EN Cd arr) Cra YC) Cn) Batauga 17.576 185.61 Batuatas 13.057 7.18 1818.52 Kadatua 14.481 32.82 441.22 Lapandewa 9.745 44.54 218.93 Sampolawa 24.298 153.57 158.22 Siompu 11.895 85.35 139.36 Timur Siompu 14.263 10.00 1423.6 Barat 105.315 428,15 (4385.46 ‘Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016 Setelah melihat hasil proyeksi kepadatan penduduk pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan yang terjadi di Kabupaten Buton Selatan 7 tahun mendatang akan meningkat dimana pertumbuhannya bertambah, mungkin proyeksi kepadatan penduduk ini akan sesuai pada tahun 2022 nant, Namun tidak dapat dipungkiri bahwa akan terdapat kemungkinan- kemungkinan lain yang menyebabkan perubahan kepadatan penduduk Kabupaten Buton Selatan berubah menjadi sangat signifikan selama 7 tahun tersebut, seperti kemungkinan terciptanya titik pertumbuhan ekonomi baru yang dapat merangsang pergerakan penduduk dari berbagai wilayah menuju ke Kabupaten Buton Selatan. Sehingga untuk menanggulangi kemungkinan yang terjadi maka perlu dilakukan upaya pembangunan sarana dan prasarana secara cepat dan tepat agar memadai kebutuhan penduduk di wilayah 46 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan tersebut yang mungkin akan mengalami pertumbuhan kepadatan penduduk yang signifikan nantinya. D. Isu Strategis Sosial dan Ekonomi Kabupaten Buton Selatan . Data Perkembangan PDRB dan Potenai Ekonomi Untuk menekan tingkat perkawinan Kabupaten Buton Selatan, maka tidak akan lepas dari tinjauan ekonomi wilayah yang dikaitkan dengan keadaan Produk Domestik Bruto (PDB) baik pada tingkat Nasional maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional yang menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu masalah tertentu Dalam rangka penyusunan PDB maupun PDRB dapat digunakan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan penggunaan yang menyajikan komposisi data nilai tambah yang dirinci menurut sumber kegiatan ekonomi (sektoral) dan menurut komponen penggunaanya. PDB dan PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumiahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor -sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya, Adapun dari sisi penggunaan dapat menjelaskan tentang penggunaan dari nilai ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Adapun dari sisi penggunaan dapat menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut Sedangkan penyajian PDB menurut sektor dapat dirinci berdasarkan Total Nilai Tambah dari seluruh sektor ekonomi yang meneakup: i. Sektor pertanian ii. Sektor pertambangan dan penggalian ili, Sektor industry pengolahan iv. Sektor energy listrik v. Sektor gas dan air bersih vi. Sektor konstruksi vi. Sektor perdagangan, restoran dan hotel vii, Sektor dan komunikasi, serta ix. Sektor lembaga keuangan dan jasa-jasa 47| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Sektor primer baik PDRB Atas Dasar Harga berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) berkisar antara 34,93 — 34,99 % (2011- 2012), dan 31,58 - 31,62 % (2011-2012), dimana subsektor Pertanian ADHB 26,33 - 24,68 % (2011-2012); dan ADHK 24,62-23,31% (2011- 2012). Jadi tetap bahwa subsektor Pertanian tetap menjadi lokomotif perekonomian di Kabupaten Buton Selatan dan Kabupaten Buton Tengah. Demikian pula sektor tersier masih sangat berperan baik atas PDRB ADHB maupun ADHK yaitu 24,20 - 24,08 % (2011 - 2012) dan 27,93 - 27,80 % (2014 — 2012). PDRB perkapita menjadi salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah yang dapat dilhat dari besamya PDRB perkapita. Rata-rata peningkatan PDRB perkapita penduduk Kabupaten Buton termasuk kabupaten Buton Selatan memperiihatkan angka 5 %. Hal ini menjadi petunjuk tingkat kemakmuran yang relatif lebih baik. Pertumbuhan ekonomi seperti yang diuraikan di atas dapat pula terlaksana pada Kabupaten Buton Selatan dengan jalan mengalinkan kejadian yang sama di Kabupaten Induk juga terealisasi di daerah otonom baru ini. Berdasarkan UU-RI No. 16 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Kabupaten Buton Selatan Pasal 15, ayat : a. Buton Selatan berhak mendapatkan alokasi dana perimbangan dan dana transfer lainnya sesuai dengan peraturan Per Undang-undangan. b, Dalam dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah mengalokasikan dana alokasi_ khusus _prasarana Pemerintah sesuai dengan peraturan Per Undang-undangan. c. Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berapa dana transfer ke daerah yang dialokasikan sesuai dengan kemampuan karya Negara sesuai dengan peraturan Per Undang -undangan Oleh karena itu pada saat Otonomi Daerah Kabupaten Buton Selatan dilakukan, maka Pemerintah Daerah telah ditetapkan berbagai dana alokasi yang diatur pada Pasal 16 ayat : a. Pemerintah Kabupaten Buton sesuai dengan kesanggupannya memberikan hibah berapa uang untuk —menunjang _kegiatan 48 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan sebesar Rp. 5,000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah) untuk tahun pertama dan Rp. 2.500.000.000,00 (Dua Miliar Lima Ratus Juta Rupiah) untuk tahun kedua serta untuk pelaksanaan pemilinan Bupati dan atau Wakil Bupati Buton Selatan pertama kali sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (Tiga Miliar Rupiah). b. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara memberikan bantuan dana untuk menunjang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Buton Selatan sebesar Rp. 4.000.000.000,00 (Empat Miliar Rupiah) setiap tahun selama 2 tahun berturut-turut serta untuk pelaksanaan pemilihan Bupati dan atau Wakil Bupati Buton Selatan pertama kali sebesar Rp. 2.000.000.000,00 (Dua Miliar Rupiah). c, Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemberian dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimulai sejak pelantikan Pejabat Bupati Buton Selatan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka sejak Kabupaten Buton Selatan dipimpin oleh Pejabat Bupati, maka selama masa ke pemimpinannya harus mampu mewujudkan upaya mensejahterakan masyarakat Kabupaten Buton Selatan dengan segala modal awal yang diuraikan di atas sambil terus menggali segala potensi daerah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat 2. Data Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin Untuk menekan tingkat perkawinan Kabupaten Buton Selatan, maka tidak akan lepas dari tinjauan ekonomi wilayah yang dikaitkan dengan keadaan Produk Domestik Bruto (PDB) baik pada tingkat Nasional maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional yang menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu masalah tertentu. Dalam rangka penyusunan PDB maupun PDRB dapat digunakan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan penggunaan yang menyajikan komposisi data nilai tambah yang dirinci menurut sumber kegiatan ekonomi (sektoral) dan menurut Komponen penggunaanya. PDB 49 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan dan PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor ~ sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.Adapun dari sisi penggunaan dapat menjelaskan tentang penggunaan dari nilaiekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Adapun dari sisi penggunaan dapat menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut.Sedangkan _penyajian PDB menurut sektor dapat dirinci berdasarkan Total Nilai Tambah dari seluruh sektor ekonomi yang mencakup: 1) Sektor pertanian 2) Sektor pertambangan dan penggalian 3) Sektor industry pengolahan 4) Sektor energy listrik 5) Sektor gas dan air bersih 6) Sektor konstruksi 7) Sektor perdagangan, restoran dan hotel 8) Sektor dan komunikasi, serta 9) Sektor lembaga keuangan dan jasa-jasa Berdasarkan uraian tersebut diatas maka PDRB Kabupaten Buton yang masih memasukkan Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Buton Selatan Atas Dasar Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan dapat dilihat pada tabel 2.18 dan 2.1 berikut Tabel 2.18 PDRB Kabupaten Buton (Termasuk Kab. Buton Selatan dan Kab. Buton Tengah) Tahun 2011-2012 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) Primer T389,027.02 T573,10524 a. Pertanian 1,047,070.94 1,109,665.92 Ib. Pertambangan dan Pei 341,956.08, 463,439.32. [Sekunder 236,099.87 267,095.69. fTersier "962,074 1.082,365.16 PDRB 3,976,230.26 4,495,671.33, Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 50| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.19 PDRB Kabupaten Buton (Termasuk Kab. Buton Selatan dan Kab. Buton Tengah) Atas Dasar Konstan Tahun 2011-2012 (Dalam Jutaan Rupiah) 391,594.17 426,197.75 305,287.67 314,207.62 86,306.50 111,990.13 110,346.19 120,594.88 346,317.81 374,694.67 1,239,852.34 1,347,685.05 Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Berdasarkan data pada tabel 2.18 dan 2.19 di atas, maka tampak bahwa sektor primer baik PDRB Atas Dasar Harga berlaku ( ADHB ) maupun Atas Dasar Harga Konstan ( ADHK ) berkisar antara 34,93 - 34,99 % (2011-2012), dan 31,58 - 31,62 % (2011-2012), dimana subsektor Pertanian ADHB 26,33 - 24,68 % (2011-2012); dan ADHK 24,62-23,31% (2011-2012). Jadi tetap bahwa subsektor Pertanian tetap menjadi lokomotf perekonomian di Kabupaten Buton Selatan dan Kabupaten Buton Tengah. Demikian pula sektor tersier masih sangat berperan baik atas PDRB ADHB maupun ADHK yaitu 24,20 - 24,08 % ( 2011 - 2012) dan 27,93 - 27,80 % ( 2011 — 2012 ). PDRB perkapita menjadi salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah yang dapat dilihat dari besarnya PDRB perkapita Rata-rata peningkatan PDRB perkapita penduduk Kabupaten Buton termasuk kabupaten Buton Selatan memperlihatkan angka 5 %. Hal ini menjadi petunjuk tingkat kemakmuran yang relatif lebih baik, untuk melihat PDRB perkapita Kabupaten Buton Selatan didalam PDRB perkapita Kabupaten Buton secara keseluruhan dapat disaksikan pada tabel 2.20 dan 2.21 berikut : si] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.20 PDRB Perkapita Kabupaten Buton Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2012 PDRB pada Harga Dasar 2,587,203.24 | 2,922,566.09 Penyusutan 192,229.20, 213,466.68 PDRN pada Harga Dasar 2,394,974.04 2,709,099.41 Pajak Tak Langsung Neto 34,668.52 38,498.70 PDRB AD Biaya Faktor/Pendapatan Regional _| _2,360,305.52 | _ 2,670,600.71 Penduduk pertengahan tahun (jiwa) 261,119.00 261,727.00 PDRP Perkapita (Juta Rp) 9.91 11.17 Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Tabel 2.21 Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Buton ADHK 2000 Tahun 2011-2012 PDRB pada harga pasar 848,258.20 921,487.30 Penyusutan 70,396.93 76,474.24 PDRN pada harga pasar 77,861.20 | __ 845,013.09 Pajak tak langsung neto 11,619.73 12,622.85 PDRB atas dasar biaya faktor/pendapatan regional 766,241.50 832,390.23 Penduduk pertengahan tahun (jiwa) 261,119.00 261,727.00 3.25 3.52 Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 Pertumbuhan ekonomi seperti yang diuraikan di atas dapat pula terlaksana pada Kabupaten Buton Selatan dengan jalan mengalihkan kejadian yang sama di Kabupaten Induk juga terealisasi di daerah otonom baru ini Berdasarkan UU-RI No. 16 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Kabupaten Buton Selatan Pasal 15, ayat : 4) Kabupaten Buton Selatan berhak mendapatkan alokasi dana perimbangan dan dana transfer lainnya sesuai dengan peraturan Per Undang-undangan 2) Dalam dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah mengalokasikan dana alokasi khusus prasarana Pemerintah sesuai dengan peraturan Per Undang-undangan. 52] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 3) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berapa dana transfer ke daerah yang dialokasikan sesuai dengan kemampuan karya Negara sesuai dengan peraturan Per Undang -undangan Oleh karena itu pada saat Otonomi Daerah Kabupaten Buton Selatan dilakukan, maka Pemerintah Daerah telah ditetapkan berbagai dana alokasi yang diatur pada Pasal 16 ayat : 1) Pemerintah Kabupaten Buton sesuai dengan kesanggupannya memberikan hibah berapa uang untuk menunjang kegiatan penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Mil Rupiah) untuk tahun pertama dan Rp. 2.500.000.000,00 (Dua Miliar Lima Ratus Juta Rupiah) untuk tahun kedua serta untuk pelaksanaan pemilihan Bupati dan atau Wakil Bupati Buton Selatan pertama kali sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (Tiga Miliar Rupiah). 2) Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara memberikan bantuan dana untuk r menunjang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Buton Selatan sebesar Rp. 4.000.000.000,00 (Empat Miliar Rupiah) setiap tahun selama 2 tahun berturut-turut serta untuk pelaksanaan pemilihan Bupati dan atau Wakil Bupati Buton Selatan pertama kali sebesar Rp. 2.000.000.000,00 (Dua Miliar Rupiah) 3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemberian dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimulai sejak pelantikan Pejabat Bupati Buton Selatan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka sejak Kabupaten Buton Selatan dipimpin oleh Pejabat Bupati, maka selama masa ke pemimpinannya harus mampu mewujudkan upaya mensejahterakan masyarakat Kabupaten Buton Selatan dengan segala modal awal yang diuraikan di atas sambil terus menggali segala potensi daerah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, belajar dari kondisi Kabupaten Buton selaku induknya, maka kiranya perlu diperhatikan dan diadopsi Penataan Keuangan Daerah seperti tampak pada Tabel 2.22 berikut : 53] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ‘Tabel 2.22 APBD Kabupaten Buton Menurut Jenisnya Tahun Anggaran 2013 Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2014 54] @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 4, Review Dokumen Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Batauga a. Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan Batauga merupakan kawasan strategis untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya dalam RTRW Kabupaten Buton Selatan 2015-2035 yaitu sebagai Pusat Kegiatan Pemerintahan/ibukota kabupaten, pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, pusat permukiman perkotaan, pusat kegiatan jasa pendukung pemerintahan, dan pusat perdagangan/koleksi distribusi hasil perikanan/kelautan dan pertanian/perkebunan sehingga akan tercipta keterkaitan antara fungsi kawasannya dengan beberapa fungsi lain disekitamya. b. Analisis Kebutuhan Pelayanan dan Pengembangan 1) Analisis jumlah dan perkembangan penduduk Proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Batauga berdasarkan laju pertumbuhan penduduk yaitu 0,24% per tahun sehingga diproyeksi hingga tahun 2036 jumlah penduduk Kecamatan Batauga adalah 21,450 jiwa. Berikut grafik pertumbuhannya, Gambar 2.16 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Batauga 55 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.24 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Per Kelurahan rT Pre et) SSMS 2014 2017 2018 «2019 «2020 ©2021 errs 1.016 1125 1132 1140 1148 1156 Crary 1.078 1266 1.307 1350 1394 1439 WEesuit | 1.072 1084 1086 1089 1091 1093 LEE 2249 2288 «2296 «2304-2312 2319 erat 2002 2141 2170 2200 2230 2260 Terry 1547 1682 1702 1723 17431764 Pera) 812 919 942 965 989 1014. eT 811 949 980 ©1011 1043. 1077 Reedy Wey) 905 986 1004 1021 1039 1057 Net) | 1844 1911 1925 1938 1952 1966 Weer | 924 1079 1113 1148 «(11841221 Peng 1082 1143 1156 «1168 «11811194 Peer) Kec. 15.342 16.573 16.812 17.306 17.306 17.561 Pree ry Sumber: Dokumen RDTR Kecamatan Batauga Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Buton Selatan yaitu 1,5% per tahun, maka cukup mempengaruhi perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Batauga terhadap pertumbuhan jumiah penduduk kota secara keseluruhan, Dengan perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Batauga maka dibutuhkan pula peningkatan atau penambahan jumlah prasarana dan sarana untuk menunjang kegiatan masyarakat. Jumiah penduduk ini akan menjadi dasar untuk dilakukannya analisis perkiraan kebutuhan infrastrutur di Kecamatan Batauga 56 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 2) Proyeksi Kepadatan penduduk dan Distribusinya Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah atau daerah tertentu dengan satuan per kilometer persegi Kondisi eksisting kepadatan penduduk berdasarkan data yang diperoleh dari badan pusat statistik (BPS) Kecamatan Batauga Dalam Angka 2014, luas wilayah 94,69 km? dengan jumlah penduduk 15.342 jiwa sehingga diperoleh kepadatan penduduk Kecamatan Batauga tahun 2014 adalah 162 jiwalkm?, Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2036 dengan mengasumsikan luas wilayah yang sama yaitu 9469 km?, maka kepadatan penduduk Kecamatan Batauga sebesar 227 jiwalkm?, Tabel 2.25 Proyeksi Kepadatan Penduduk (Jiwa/km?) 2016 341,603 452.335 323.774 148.730 362.403 367.32 372.30 377.35 382.46 387.65 403.63 431.75 461.83 114.038 115.39 116.76 118.15 119.55 120.97 125.33 132.95 141.03 102.555 105.12 107.75 110.44 113.21 116.04 124.96 141.39 159.98 169.409 174.83 180.42 186,20 192.15 198,30 217.95 255.13 298.64 236.492 240.61 244.79 249.05 253.38 257.78 271.47 295.91 322.55 180.697 181.99 183.29 184,60 185.92 187.25 191.30 198.23 205.42 65.368 6742 69.55 7173 7399 7632 8375 97.78 114.16 232.612 235.18 237.77 240.39 243.04 245.72 253.93 268,23 283.34 173,301 175.03 177.55 180.13 182.76 185.46 193.90 209.29 226.53 2 2 2 2 2 2 2 2 2 ‘Sumber: Dokumen RDTR Kecamatan Batauga 57 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Berdasarkan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan bahwa penentuan kiasifikasi kepadatan penduduk dibagi menjadi 4 kriteria, yaitu: Sangat Tinggi _: Kepadatan penduduk > 400 jiwa/Ha Tinggi : Kepadatan penduduk 201 — 400 jiwa/Ha Sedang : Kepadatan penduduk 151 — 200 jiwa/Ha Rendah : Kepadatan penduduk < 150 jiwa/Ha Berdasarkan klasifikasi_ diatas, kepadatan penduduk di Kecamatan Batauga tahun 2016-2036 merupakan kepadatan penduduk yang sangat rendah. 3) Analisis Sistem Transportasi a) Permukaan Jalan Aspal Total panjang jalan dengan tipe permukaan aspal pada wilayah kecamatan Batauga adalah sepanjang 34,471 Km atau sekitar 53.48% dari total panjang jalan dalam wilayah Kecamatan Batauga yang terbagi menjadi dua status jalan yakni jalan kabupaten sepanjang + 32,551 Km atau sekitar 94,43% dari total panjang jalan tipe permukaan aspal atau sekitar 50,50% dari total panjang keseluruhan jalan dalam kecamatan Batauga dan jalan desa sepanjang + 31,920 Km atau sekitar 5,57% dari total jalan aspal di kecamatan Batauga dan sekitar 2,98% dari total keseluruhan jalan dalam kecamatan batauga dengan rincian sebagai berikut: © Kondisi permukaan jalan aspal baik + 7,906 Km atau 24,28% dari total panjang jalan tipe permukaan aspal dalam wilayah Kecamatan Batauga dan sekitar 12,26% dari total keseluruhan jalan dalam wilayah Kecamatan Batauga, + Kondisi permukaan jalan aspal sedang + 21,088 Km atau 61,17% dari total panjang jalan tipe permukaan aspal dalam wilayah Kecamatan Batauga dan sekitar 32.71% dari total keseluruhan Panjang jalan dalam kecamatan Batauga yang terbagi menjadi 2 bagian status jalan yakni jalan kabupaten sepanjang + 19,168 Km atau sekitar 58,88% dari total jalan permukaan aspal dan sekitar 58 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 29,73% dari total keseluruhan jalan dalam kecamatan Batauga dan jalan desa sepanjang #1,920 Km atau sekitar 100% dari total Panjang jalan desa dengan tipe permukaan aspal dan sekitar 5,57% dari total panjang jalan dalam kecamatan Batauga, + Kondisi permukaan jalan aspal rusak dalam kecamatan Batauga masuk dalam status jalan desa yakni sepanjang + 4,264 Km atau 13,09% dari total panjang jalan tipe permukaan aspal dalam wilayah kecamatan Batauga dan sekitar 6,61% dari total keseluruhan jalan dalam kecamatan Batauga, + Kondisi rusak berat + 1,213 Km atau 3,72% dari total panjang jalan tipe permukaan aspal dalam wilayah kecamatan Batauga, dan sekitar 1,88% dari total keseluruhan jalan dalam kecamatan Batauga, Rincian mengenai kondisi eksisting jalan dengan tipe permukaan aspal dalam wilayah kecamatan Batauga dapat dilihat pada gambar 2.23 tentang kondisi eksisting jalan dengan tipe permukaan aspal di kecamatan Batauga. TIPE PERMUKAAN JALAN ASPAL ST ony 00 ras Gambar.2.17 Kondisi Jalan Tipe Permukaan Aspal Dalam Wilayah Kecamatan Batauga 59 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan b) Permukaan Jalan Perkerasan/Tanah Total panjang jalan dengan tipe permukaan perkerasanitanah pada wilayah kecamatan Batauga adalah sepanjang 29,989 Km atau sekitar 100,00% dari total panjang jalan tipe perkerasan/tanah dalam kecamatan Batauga atau sekitar 46,52% dari total keseluruhan panjang jalan dalam kecamatan Batauga yang termasuk dalam status jalan desa dengan rincian sebagai berikut: * Kondisi permukaan jalan perkerasan/tanah baik +0,00 Km atau 0,00% dari total panjang jalan tipe permukaan perkerasan/tanah dalam wilayah Kecamatan Batauga, * Kondisi permukaan jalan perkerasan/tanah sedang +0,00 Km atau 0,00% dari total panjang jalan tipe permukaan perkerasan/tanah dalam wilayah Kecamatan Batauga, ‘+ Kondisi permukaan jalan perkerasan/tanah rusak dengan fungsi jalan desa +29,989 Km atau 100,00% dari total panjang jalan tipe permukaan perkerasan/tanah dalam wilayah kecamatan Batauga dan sekitar 46,53% dari total keseluruhan panjang jalan dalam kecamatan Batauga, Rincian mengenai kondisi eksisting jalan dengan tipe permukaan perkerasanitanah dalam wilayah kecamatan Batauga dapat dilihat pada gambar 2.24 dibawah ini Dac Le BALA) Gambar 2.18 Kondisi Jalan Tipe Permukaan Perkerasan/Tanah Dalam Wilayah Kec. Batauga 60| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 4) Analisis Prasarana Air Bersih ‘Sumber utama air bersih non perpipaan untuk keperluan domestik adalah air permukaan dan air tanah. Terdapat sekitar 22-63% penduduk yang tergantung pada air permukaan dan air tanah untuk keperluan makan dan minum. Ini terjadi karena sarana air bersih perpipaan belum terbangun. Secara umum masyarakat Kabupaten Buton Selatan yang belum mendapatkan pelayanan air bersih mencapai sekitar 85% penduduk Kota. Penduduk Kota menggunakan sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhanya antara lain: Sumur 22%, Mata Air 63% dan Lainnya 15%. Belum ada informasi mengenai kualitas ataupun kontinuitas sumber air baku yang digunakan tersebut. Sistim perpipaan air bersih di Kabupaten Buton Selatan dikelola oleh Badan Usaha Milk Daerah yaitu PDAM Kabupaten Buton sedangkan yang lainnya dikelolah oleh masyarakat setempat melalui organisasi masyarakat setempat (OMS) yang dikoordinir oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Penyediaan air bersih wilayah Batauga dan sekitarnya dengan sumber air baku kasombu kapasitas 80-100 liter/detik terpasang 5 liter/detik dan terpakai 5 liter/detik. Saat ini di Kabupaten Buton Selatan, pemakaian air perhari setiap SR untuk domestik 960,300 liter dengan pemakaian perorang setiap hari rata- rata 90 literlorang/hari. Perhitungan perencanaan pengembangan untuk pemenuhan kebutuhan terhadap air bersih hingga akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2036 sepenuhnya didasarkan pada Kriteria Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih yang dikeluarkan oleh Direktorat Air Bersih, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum yang kemudian disesuaikan dengan perhitungan dari PDAM Kabupaten Buton Selatan. 61| lz 06 06 06 06 06 06 06 06 06 = 44uonT aly uBIExeWed, os os os os. os os os os os = NH/emir AH/eMI yejun[ 0 0 0 0 0 ab ve 99 99 wun AH yejuint 0 0 0 0 o es 1891 Slee —zaze. enup jueAelsey ynpnpued 0 0 0 0 0 s oF oz oz % ueueAejed yey6un, wnwn uespiy, ez 902 16 €8 o8 eet ge ev st m7 ye ueynings 06 06 06 06 06 06 06 06 06 = 4yuon7, IY URIEHEWOd Oszy pase «= zU9E SS ZISE = LOVE = BSSz7 tBSL zB CZ. wn us Yeluint Oshlz 8186L O98 19S/1 90/1 ZeLZL 90r8 erly zsh emir juefey19} ynpnpued 00L = 00k~—0k_—S 00S SL 0s sz see % ueuesejed yey6un, yewns ueBunqwes ynsewog s s s s s s s $ s emir Us Jed ynpnpued yeqwune OShlzZ SL86L O9E8L 19S/L 90ELL Sr9EL 28001 BSrL zsh emir jueAelse} ynpnpued 001 -00k_—S00k_—S 00k 08 09 Sy see % ueuefe| uednyeo Osblz 1861 O9E8L_ 19/1 90/1 _9SO/1 _ZI891__E/S91__OL POL emir ynpnpued yen ursieg ary ueynyngay IsyeKoud 97°7 Pde, eras uoing uarednqey eftey eydig Buepig (Wridtl) YeSuaueyy eyBuer Iseqsanu| WeiBoig eUEDLEY leo 06 zr 98S s9'eg shh 2'0r ze wee ess 0% e612 6S st €2z oo v96e cts zo'zs sZt L9°SE zh eL6z sey 0% LL ve ely 0% 902 oo zoe 0@ 0S oz'0s sZt eye ze 69°82 vs st S67 ese 0% 6 oo ese zoeb zoey sLb ee 7e zy pele ers. st SEZ go 0 est oo Love ely zely sLb syze a vole ws st £9LZ ie 0% ost oo Lb ve os se og'ee sZt 19°92 ze Lb as of 90Lb vee 0% ZH 60 zee eye erle Slt se'eh ze ese ee oF 807 8st St gs OL gt sree ce0e ze0e Slt veel zh ILL 897% oe £68 ave St eh ge eee oveL oveL sLb 616 a 99 861 st log vL0 st oy ve »m APA PAL pa >APAl % »m >APAL % aad. Jepunyeg ediq edig ueuningey4 ueyyninqlp Buek seysedey, ueyyngey ua}sye0y s0p4ey yeound ueyningey, jie ueymngex ue|syeoy sopjey wnwisyew ueynnqey eyes-2y21 ueyNyNgey sre ueBueYe Yelunt aye ueBuellyoy 1sejuesied jie ueBuERYyey, (9+) ueyningey |e10, {SewWOp UOU UeYNINgEy [e}0} isewop UoU UeYNINgey Iseuesied ASeWop LON, yysewop UeYMNqey (210) re ueymyngey eras uoing uarednqey eftey eydig Buepig (Wridtl) YeSuaueyy eyBuer Iseqsanu| WeiBoig eUEDLEY e6nejeg ue}eueoey YLdy UeUINYog “iequiNg StéLOol 6066 0816 0848 e598 8zs8 90 re ABB S08 4oisia| edi ewes uoing uajedngey e/vey exdio Buepig (\Wridy) YeBuaUeyy eyBuer isejsanu| wesBo1g eUeduEY e @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 5) Dari hasil analisis dapat diketahui pada tahun 2036 kebutuhan air bersih diperkirakan mencapai 58,65 liter/detik. Kebutuhan air di Kecamatan Batauga ini dapat dipenuhi dengan adanya penambahan jaringan distribusi, jumlah SR dan HU serta peningkatan kapasitas produksi dari sumber yang sudah ada dan penambahan pemenuhan kebutuhan air bersih (untuk jangka panjang) Analisis Sanitasi dan Utilitas a) Air Limbah Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci (grey water), dapur dan tinja manusia (black water) dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tanga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Saat ini, limbah cair domestik yang berasal dari kegiatan mandi dan cuci (grey water) dapat dibuang secara langsung ke sistem drainase yang ada. Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada saat ini masih terbatas pada on site system. Pelayanan air limbah di Kecamatan Batauga melalui prasarana dan sarana seperti jamban keluarga, jamban umum, dan MCK yang berada di permukiman warga. Sistem pembuangan limbah tinja di Kecamatan Batauga dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga. Sistem yang digunakan secara on site (di tempat), yaitu buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik (Septic Tank). Kendala dan permasalahan yang terjadi adalah masih adanya sebagian kecil masyarakat yang membuang tinja di tempat terbuka seperti sungai dan laut, dan masih rendahnya kualitas sarana ini pada masing-masing rumah tangga yaitu masih digunakannya cubluk yang rentan menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu kesehatan lingkungan. Fasilitas mobil tinja 1 unit berkapasitas tangki 4 m®/unit dengan jumlah rithari: 1 Ritfhari 65 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Adapun asumsi yang digunakan untuk menghitung kebutuhan utilitas limbah, yaitu: a) Standar pelayanan Septictank untuk keluarga yaitu 5 jiwa b) Standar pelayanan untuk MCK (1 MCK = 100 jiwa) c) Rumus perhitungan menggunakan standar timbulan Black Water 40 Itr/org/hari (mengacu pada nilai maksimum standar tinja dari buku materi air imbah diseminasi & sosialisasi keteknikan PLP), Adapun rumus perhitunganya sebagai berikut : Timbulan Black water (Tinja, Urine & Air penggelontoran) perhari di Kecamatan Batauga adalah jumlah penduduk x standar timbulan Black Water dibagi 365 hari satuan dalam Itr/org/hari tahun 2016 menghasilkan 656,4 m*/hari dan diproyeksikan hingga tahun 2036 menghasilkan limbah 858 m3/hari, Adapun proyeksi produksinya sebagai berikut. Tabel 2.27 Proyeksi Produksi Black Water (liter/orang/hari) 124, 129) 139143148 153.=«174S 204-240 19° 119-119 120.121 122,128 251 252-252 «253.257 261286 235° 238 «241244258276 = 295 184187189191. 200212225 401 103 106 108120135153 104107111. 114180152178 108 1100 112,=« 114 122133145 209° «211 «212,214. 220228236 118° 1220126130147, 171-200 125 «127)«128-=— 129135143181, 1816 1,842 1,869 1,897 2,012 2,172 2,351 2 2 2 2 2 2 Sumber: Dokumen RDTR Kecamatan Batauga 66 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Sedangkan untuk Grey Water (air sisa mencuci dan mandi) diperoleh dari mengalikan 75% dengan kebutuhan air bersih Kecamatan Batauga (120 Itr/org/hari) kemudian dikalikan jumlah penduduk dan dikurangi dengan jumlah timbulan black water sehingga pada tahun 2016 menghasilkan 1.476 m3/hari dan diproyeksikan tahun 2036 menghasilkan limbah 1.930 m3/hari. Adapun proyeksi produksinya sebagai berikut: Tabel 2.28 Proyeksi Produksi Grey Water (liter/orang/hari) 7 EY 173179185191 217285299 148° 149°0«149 149151152154 313° 314316317321 327882 293-297 «301-305-322, 345369 230° «233° «236 «239-250 266) 282 126 129°«132:=*«1386—= 150 169192 130 134 «138 143,—=162.—=—««190- 222 133135137140 142152166181 260 262 «264 «266-267 275) 285) 295 143° 148° 152°«157°— 162184214250 155 157 «158 «= 160 162'—=«169.—=s«179—S«189, 2,238 2,270 2,303 2,336 2,371 2,515 2,715 2,938 2 2 2 2 2 3 3 3 Sumber: Dokumen RDTR Kecamatan Batauga Dari hasil perhitungan timbulan limbah kemudian dihitung kebutuhan prasarana pendukung pengolahan limbah di Kecamatan Batauga, sebagai berikut: 67| Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.29 Kebutuhan Prasarana Pendukung Pengolahan Limbah jiwa 40,31 2 % 95 % 4 jiwa 38,43 7 jiwa 1,439 unit 7,687 403 10 unit 2 42,78 1 95 40,80 1,981 8,160 428 "1 43,63 7 95 41,62 2,012 8,325 436 "1 Sumber: Dokumen RDTR Kecamatan Batauga 44,50 9 96 42,52 1,990 8,504 445 "1 45,40 0 43,37 2,020 8,676 "1 50,12 5 96 48,24 1,880 9,649 501 12 55,34 2 98 54,31 1,024 10,86 553 14 62,32 4 98 61,17 1,153 12,23 623 415 68 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Dari uraian tabel perhitungan kebutuhan pelayanan pengolahan limbah dan sarana pendukungnya, dapat diketahui bahwa total timbulan tinja pada tahun 2036 sebanyak 15 m‘/hr sehingga membutuhkan 4 unit (tahun 2014 hanya 1 truk) mobil truk tinja berkapasitas 4 m®, a) Drainase Fungsi jaringan drainase untuk mengalirkan limpasan air hujan dan air permukaan lainnya untuk menghindari genangan air di wilayah kota dan terintegrasi dengan sistem pengendalian banjir terutama pada kawasan perumahan, perdagangan dan perkantoran. Secara umum saluran drainase yang ada memilki konstruksi beton dan pasangan sehingga perlu diadakan review ulang tentang luas dan kapasitas tampung air hujan karena pada saat musim hujan masih selalu terjadi_genangan air baik akibat drainase yang rusak maupun daya tampung drainase terhadap debit air yang ada. Drainase eksisting di Kecamatan Batauga berupa drainase terbuka dengan ukuran yang berbeda-beda. Drainase yang ada tidak menerus, hanya terdapat pada salah satu sisi jalan serta hanya desa/kelurahan tertentu yang memiliki drainase, seperti Desa/kelurahan Lawela Selatan, Busoa, Masir. Adapun kondisi eksisting drainase terbuka sebagai berikut Gambar 2.19 Tipikal eksisting drainase terbuka Kondisi drainase dalam keadaan baik namun kurang terawat, drainase ini berfungsi pada musim penghujan dan pada musim panas banyak terdapat 63 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan sampah dan tanah. Drainase primer tidak terhubung dengan drainase sekunder dan tersier. Gambar 2.20 Kondisi Drainase Primer di Kelurahan Laompo Drainase primer memanfaatkan anak sungai dan sungai besar yang ada di kecamatan Batauga. Kondisi drainase primer sangat kotor, terjadi sedimetasi akibat sampah yang menumpuk dan pada muara sungai terjadi sedimentasi sehingga aliran sungai terhambat. Akibatnya pada musim hujan pada kawasan permukiman Laompo sering terjadi genangan. Permasalahan genangan berada pada kawasan Laompo, Masiri dan Majapahit yang umumnya berada pada jalur sungai. Kondisi topografi yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar pengembangan sistem drainase yang terintegrasi. Saluran drainase berjenjang mulai dari saluran primer berupa saluran alam yaitu sungai kemudian sekunder sebagai saluran pengumpul sebelum menuju sungai dan terakhir tersier yang langsung terkait dengan daerah tangkapan (Cathment Area). Kondisi saluran drainase sebagian besar kurang terawat, sehingga terlihat pendangkalan saluran oleh erosi dinding saluran, banyak tumbuhan dan sampah di saluran drainase. b) Persampahan Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya suatu kawasan maka timbulan sampah pun ikut meningkat, sehingga diperlukan peningkatan dan pengadaan prasarana persampahan untuk mengatasi masalah timbulan sampah 70| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Pengelolaan sampah di Kecamatan Batauga belum ditangani oleh Dinas PU, TR, Kebersihan dan Kebakaran Kabupaten Buton Selatan, Pada umumnya pengelolaan sampah oleh masyarakat dengan cara membakamya di pekarangan rumah dan kebun. Bagi masyarakat yang tinggal di pinggir sungai dan pesisir pantai, pada umumnya membuang sampah disungai dan pesisir pantai sehingga membuat sungai atau pantai menjadi kotor. Pada saat ini diseluruh desa/kelurahan belum terdapat Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan TPA untuk skala kecamatan/kabupaten. Pengelolaan sampah di tahun 2016 di arahakn dengan cara 3R (Reduce, reuse, dan recycle) Permasalahan yang ditemukan dalam pengelolaan persampahan, yaitu: a) Belum ada pelayanan dari dinas kebersihan dan kebakaran disebabkan oleh kendala fasilitas dan biaya operasi yang masih terbatas. b) Kesadaran masyarakat masih rendah dalam masalah pengelolaan dan pembuangan sampah. Adapun asumsi yang digunakan untuk menghitung kebutuhan sebagai berik a) standar timbulan sampah domestik di Kecamatan Batauga adalah 1.6 Vorg/hr (mengacu pada standar perkotaan) b) Cakupan pelayanan (ml sampah terangkut + diolah / jm! timbulan) 68% ©) Kapasitas pengelolaan sampah 35% d) sampah yang dihasilkan di luar domestik dihitung dari volume sampah sampah domestik yang dikelola per volume total sampah domestik Timbulan sampah setiap tahun meningkat dan kapasitas pengelolaan sangat terbatas dimana terjadi tumpukan sampah sisa tahun yang lalu ditambah dengan sisa sampah tahun berjalan. Berikut ini proyeksi timbulan sampah di Kecamatan Batauga m\ T 2.30 Proyek: @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan rodul bulan Sampah 40312 42781 43637 44509 45400 50125 55342 62,324 Jumlah Penduduk Persentase Pelayanan Jumlah penduduk terlayani Total sampah domestik Volume — sampah domestik dikelola Volume — sampah non domestik Total —Timbulan Sampah Total —Timbulan Sampah dikelola Kebutuhan Peralatan a Gerobak Sampah 1m? b. TPS Kontainer Besi 10m? ¢. Truck Terbuka 7 im d. Dump Truck 6 nr e, Arm-roll Truck 10 mm jiwa % jiwa mr mr m/hr m/hr mi/hr Unit Unit Unit Unit Unit 68 27412 64.50 43.86 0.68 65.18 44.32 70 29947 68.45 47.91 07 69.15, 48.40 48 80 34909, 69.82 55.85 0.8 70.62 56.49 85 37833 71.21 60.53 0.85 72.06 61.26 61 10 85 38590, 72.64 61.74 0.85 73.49 62.47 62 10 90 45112 80.20 72.18 0.9 81.10 72.99 73 10 12 100 55342, 88.55 88.55 89.55 89.55 13 15 100 62324 99.72 99.72 100.72 100.72 101 10 14 17 10 Sumber: Dokumen ROTR Kecamatan Batauga n\ @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Dari tabel perhitungan bahwa pada tahun 2036 total sampah yang dikelola 100.72 mi/hari, jika dibandingkan dengan kapasitas _pelayanan pengumpulan yaitu 168 m°%hari maka sampah yang dihasilkan, pelayanan pengumpulannya masih mampu diakomodir. Sama halnya dengan kapasitas tamping TPA yaitu 288 m/hari, masih mampu mengakomodir timbulan sampah hingga tahun 2034. Namun, penyediaan sarana angkutan yang ada saat ini (2014) masih sangat kurang sehingga diprediksikan tahun 2034 perlu pengadaan berupa gerobak sampah dan truk sesuai dengan kebutuhan timbulan sampah yang dihasilkan pada tahun proyeksi. 2\ @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 2. Review Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kecamatan Batauga Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Penyusunan RTBL merupakan amanat dari UU No. 26 Tahun 2007 dan PP no.15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten Buton Selatan yang terbentuk Tahun 2014 (UU No. 16 Tahun 2014) dan merupakan pemekaran dari sebagian wilayah Kabupaten Buton yang terdiri atas 7 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Batauga. Kawasan Perkotaan Kabupaten Buton Selatan di Kecamatan Batauga merupakan Ibu Kota Kabupaten Buton Selatan yang akan berstatus sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Buton Selatan. Sebagai kawasan cepat tumbuh, Kota Batauga akan memiliki pertumbuhan fisik yangcepat (bukota Kabupaten Buton Selatan), namun disisi lain terdapat limitasipengembangan kawasan yang harus diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, sehingga perlu diantisipasi sedini mungkin dengan RTBL, yang dianggap ampuh dalam menata Kawasan Perkotaan Kabupaten Buton Selatan Belum operasionalnya RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara sehingga sulit dijadikan rujukan dalam pengendalian penataan ruang pada Kawasan Perkotaan Batauga. Belum terdapat RTRW Kabupaten Buton Selatan dan RDTR & PZ Kota Batauga, tidak terdapat petunjuk a @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan operasional sebagai rujukan pengendalian pembangunan dan belum tersedianya aturan pemanfaatan ruang yang lengkap untuk Kota Batauga, Gambar 2.21 Orientasi Kawasan Perencanaan 751 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.23 Kawasan Perencanaan 76 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Si0e uve, vedusde7 fang yey NVLV13S NOLNS NVVLOWYAd NUSVMUM (18L4) NVONNONIT 2 NVNNONVS VIVL VNVONSY tises 019 enue 2eeg eentuaoy 04) “aH een urbana o3 vsseney euieg | co serueeuniea song === SNSHEIOM Trang Bema sec. 2H ££'99: uesemey esyeuy sem NVWNVON3Y4d NVSVMYD ISVINST30 i Kawasan Perencanaan Gambar 2.24 Peta Deleni: 7\ @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Secara Administratif Luas wilayah Kecamatan Batauga sebesar 94,69 Km2 yang terdiri dari 12 Desa/Kelurahan pada Tahun 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Luas Wilayah Kecamatan Batauga Dirinci Berdasarkan Desa/Kelurahan dan Tabel Jarak Ke Ibukota Kecamatan. Tabel 2.31 Administrasi Kecamatan Batauga Berdasarkan Pembagian Desa/Kelurahan Lawela Selatan ‘Lampanairi lakambau | Motagina Bandar Batauga Gambar 2.25 mbagian Administrasi Kecamatan Batauga berdasarkan Pembagian Desa/Kelurahan 78 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 4a nue une fans 8m NVLV13S NOLNS NVVLOMYSd NVSUMUM (19.14) NVONNONIT 8 NYNNONYA VLVL WNVONZY NVWNVONSYSd NVSYMVY WV TV0 ISVELSININGY HVAVTIM. Gambar 2.26 Peta Wilayah Administrasi Dalam Kawasan Perencanaan 791 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.39 Jarak Ke Ibukota Kecamatan SEV) Sumber: Dokumen RTBL Kecamatan Batauga Gambar 2.27 Grafik Jarak ke lbukota Kecamatan 80 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Se nied seis tis ese NVLV13S NOLNG NVVLOWYad NVSVMY eumnemmmamnanty 0 (184) NVONNMONIT ® NVNNONYS VLVL VNVONIY gg Tee Serors ney Seo EAPY ; SEH AOL as np NVVNVONSYSd NVSUMVY NVHV1 NVWNNOONAd W10d webunyéur7 9 ueunBueg wesBole Gambar 2.28 Peta Pola Penggunaan Lahan Kawasan Perencanaan 81/ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 10g urges vedas fans eH NVLV14S NOLN NVVLOWYad NVSVMY (18.4) NYONNONIT 8 NYNNONVE VLVL YNVONY sia en = wae ni ese ve tier ons 10/4308) NNONVEYSL WVGLL NVC NNONYSYsl NYSYMVy webunyBury 9 veun6ueg Welbog Gambar 2.29 Peta Kawasan Terbangun dan Tidak Terbangun 82 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Penggunaan lahan di Kecamatan Batauga terdiri dari permukiman, semak, kebun campuran dan lahan terbangun. Berdasarkan tabel penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Batauga didominasi oleh kebun campuran dan permukiman Tabel 2.33 Penggunaan Lahan di Kecamatan Batauga a ee TBE cetung serbaguna os 0,19 ieee eis 288 431 =] Kawasan Dermaga 0 os | Kawasan Pantsi 050 076 ee Fasilitos Kesehatan ee a si TEBE] rerdagangan dan ise oat 062 HEBD resitas perbadatan 038 057 [BEC rasttasperkantoran 408 a ae ser 4521 2278 sungai/éadan a 03 os7 66,77 100,00 Sumber: Dokumen RTBL Kecamatan Batauga fro Kecamatan Batauga 83 | Gambar 2.30 Grafik Penggunaan Lahan @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.31 Penggunaan Lahan di Kecamatan Batauga 84 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.34 An: js Daya Dukung Fisik dan Lingkungan Kondisi Perairan Geologi dan Tanah Kerawan terhadap bencana Topogrt iawasan perencanaan temas auasanyarg ‘cata danbrglombang (awasanperencansan eth ads etingian yg beragamyatuantara-10 mph dengan kenirngan lrengberlsr afar 0-8 %. ads auasn perencanar, teutama pata daeroh pants) sebagan besa i pega oleh pasng sutra, an Juga glorpang pasang yang ted seap musi jn. Poa paang suru cendeung eri dural ited prevaog eid) tadi seta alpasng dan sat al sar ela seharimelput sls surat. Nondisi topografis yang relative datar menjadikan ‘kawasan perencanaan sebagai kawasan potensial untuk dikembangkan, narnun tetap emperhatankesinbangningargn ‘erangn dan tak teen. eratankawasan prencananhars memperhatian ondsperaran dan bentuk sermukaan av. ‘Secara unum, jensbetuan yang erngp dul Butonsangat eras dein jug dengsn mur batuan ‘yang mencakp mulsdari Mens ez utr. Batu gaping erumbu sangat kas menpeinatian sean ind pana Stumbang, [185] menarakn trun terangatin sebagai FxmasiWapuaka, formas betuan inh yang edaratiseluuhKaasanprencanaan.Seint, jens tarahyngterapatdikawasan alah dominas endapan alum. Keravaran kelrengan lawasan aia gran tana hanya ‘erdapatpacabeberap ti sot yatu pada daerh tpi sung yang melniang ddim auasenptencanan Dengankonisitopograt dan kenga tersebut mala kewasan prencaaan juga sangetrentanteradt erengantanir. Sumber: Dokumen RTBL Kecamatan Batauga ‘awasanperencaraan yang tertk dara ‘spin pana terasukdlam are yang poten terhadapancaman glombarg tram pada mim penguin. ‘Sedanglan huss untukkerertanangelorbang ‘surani dalam ategorirensh hinge sedan, 85 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan NVLV13S NOLNE NVWLOWYAd NYSVMVH (18.4) NVDNNMONIT 8 NYNNONVS VLVL VNVONZY ‘NTT NVONTRINAN NV EV BDOAOL SNIYS7 NVONININSY 8 IpVHDOdOL ISIGNOM uebunyBury 9 ueunbueg WeiBole Gambar 2.32 Peta Kondisi Topografi dan Kemiringan Lereng 86 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 14a unis weer Kea 1H NVLVT3S NO.LNG NVVLOWYad NVSVMVH ee 9p ena nme (18.4) NVONNMONTT NVNNONVE VLVL VNYONSY usemey owen ope ygounye w3eqe5 ‘veyBuequianp vee eseaney oy veer - Gambar 2.33 Peta Kondisi Jaringan Jalan 871 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 6402 urge ies se aes 29 NVLV14S NOLNG NVVLOMYAd NVSYMYM (1814) NVONNMONM 8 NVNNONVS VLVL VNVONSY ‘ORV VIO ee Gambar 2.34 Peta Rencana Pola Ruang 88 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ior ung Bede Zong se as sh eS NVLV14S NOLNG NYVLOMYad NYSYMYH (18.14) NVONNYONIT 8 NYNNONVE WIV. VNVONSY = a dan Jalur Penghubung = a ¢ 5 i £ a 3 a S 3 = & 6 89 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan NWLV13S NOLNG NVVLOWY3d NVSYMYX snes seewpusvecisaswuprsepi- |) (E14) NVONNMONIT 8 NYNNONVE VIL VNVONSY er TaN sesame s £ 3 2 3 e D 2 S 3 « S € § 8 2 3 « s o a 2 a a 5 a — S ° 90 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ‘102 ange, veéuedey Kaun NVLV13S NOLNG NVVLOMYdd NVSYMYH ‘pscope Steg senptupy seypH ogi (12L4) NVDNNYONIT 8 NYNNONVE VLVL YNVONZY eas TaRIVRELEAVONVANYI0— Gambar 2.37 Peta Rencana Alternatif Rencana Peruntukan Lahan 1] Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan lsseupy ig weasuUpy RepRe, ays NWLV13S NOLNG NYVLOMUAd NVSYMYH (184) NVONNYONIT 8 NYNNONVA LVL YNVONaY ser se states J) sepa very oie a ay se = veer na tury oyuneunye na Gambar 2.38 Peta Rencana Peruntukan Lahan Mikro Segmen C 92 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.39 Desain Kawasan 94 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 3. Review Dokumen Rencana SPAM Kecamatan Batauga a. Proyeksi Penduduk dan kebutuhan Air Bersih Wilayah pelayanan untuk sumber air baku Busoa adalah Kecamatan Batauga meliputi 5 (lima) kelurahan yaitu Kelurahan Bandar Batauga, Kelurahan lakambau, Kelurahan Laonpo, Kelurahan Busoa dan Kelurahan Masiri,. Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Buton berdasarkan BPS sebesar 1,5 % pertahun. Proyeksi penduduk selama 5 (lima) tahun kedepan dapat dilihat pada table dibawah ini: Tabel 2.35 Proyeksi Penduduk Kecamatan Batauga Tahun 2015 - 2035. iBusoa Lawela Lawela Selatan lLampanairi lLakambau [Molagina [Bandarbatauga ai pene ra Pogalampa Bola IMajapahit Masi |Laompo Jumlah Penduduk Tahun Proyeks| wa) 2016 [2020 | 2025 umlah ‘Sumber: Dokumen Rencana SPAM Kecamatan Balauga Selanjutnya untuk kebutuhan air bersih selama 5 (lima) tahun ke depapan dapat dilihat pada tal Tabel 2.36 Kebutuhan Ai bel dibawah ini: ir Bersih 5 Tahun kedepan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Sumber: Dokumen Rencana SPAM Kecamatan Batauga Kebutuhan air baku untuk Kecamatan Batauga sampai tahun 2035 sebesar 59,20 liter/detik sedangakan untuk wilayah pelayanan Ibu Kota Kabupaten Buton yang meliputi 5 (lima) Kelurahan sebsar 31,78 liter/detik untuk lebih jelasnya kebutuhan air untuk wilayah pelayanan ibu kota kabupaten dapat diligat pada table dibawah ini : Tabel 2.37 Proyeksi Kebutuhan Air Baku Ibu Kota Kabupaten Buton Selatan 2 [REPENOUOUKAN Ssh Pena pond Tera uuriah Pena Peak [saMBUNGAN AH prosenasePetyaran 2unsh Pend Ter aunt peal er Or elaine at ala [HORAN UmuaWisaN iON 2 mah Pena Tera Pender a funahSrbrgan HUG Seman at ata emalaon at-ta IEBUTUMAN TOTAL DOMESTIC SmshPesnesn Domest 2peakaan at ata Domest 96 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan [osertse Ketan Non Domest "oa ebathan Non Does IEBUTUKAN IAM PUNCAK Sumber: Dokumen Rencana SPAM Kecamatan Batauga Berdasarkan dokumen rencana SPAM Kecamatan batauga, maka kebutuhan air bersih untuk 5 (lima) kelurahan pada tahun 2035 adalah sebesar 31,92 liter/detik, Data eksisting air baku yang ada yaitu 5 liter/detik. Olehnya itu dengan adanya peningkatan air baku Busoa dengan kapasitas 31,92 liter/detik, total kapasitas air baku untuk wilayah pelayanan 5(lima) Kelurahan tersebut diatas sejumlah 36, 92liter/detik. Sehingga pada tahun 2035 dengan prediksi kebutuhan air harus mencapai 31,92 liter/detik, hal ini tidak akan mencukupi olehnya itu diharapkan dalam pengelolaan untuk melakukan langkah-langkah penurunan kehilangan air. Masalah yang dihadapi oleh Kecamatan batauga Sebagai Ibukota kabupaten Buton Selatan adalah terbatasnya sumber air baku, pipa transmisi dan pipa distribusi.Hal ini disebabkan karena sistem pelayanan air minum masih relative baru, dan keinginan dari pemerintah Kabupaten Buton Selatan pada tahun 2019 dapat dicapai untuk wilayah perkotaan dapat tercapai 100%. Berdasarkan kebutuhan air minum sampai dengan tahun 2015 diperlukan unit produksi sebesar 2 X 20 I/det untuk Ibu Kota Kabupaten Buton Selatan, saat ini belum ada sistem penyediaan air minum, sedangkan bangunan penangkap air dengan kapasitas 5 I/det yang belum termanfaatkan seluruhnya 97 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Pemanfaatan air baku dari mata air tidak diperlukan pengolahan terlebih dahulu karena kualitasnya telah memenuhi syarat air minum seperti yang ada dalam standard kualitas air minum Kepmen Kesehatan No, 907 Tahun 2002, Pengolahan air minum dimaksudkan untuk memperbaiki mutu/kualitas air baku kemudian akan didistribusikan pada konsumen, sehingga dihasilkan air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan standard kualitas air minum yang berlaku di Indonesia b. Perencanaan Transmisi Busoa. 1) Intake Rencana intake untuk keperluan perencanaan jangka pendek akan memanfaatkan debit air dari Kali Busoa (Q=31,90 Wdet) terletak pada posisi geografis 05°.33'.23,76" LS dan 122°.37'.31,13" BT, dengan elevasi 162,2,30 m-dpl. Dari kapasitas Mata Air Busoa60 l/s yang di tangkap untuk keperluan air bersih Ibu Kota Kabupaten Buton Selatan untuk pelayanan 5 (lima) Keluraha sebesar 31,91 /s pada tahun 2035. Model intake yang direncanakan sebagaimana termuat dalam gambar 2.63 dibawah ini: 98 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 2) om san ro Gambar 2.40 Model intake Bangunan intake ini mempunyai outlet dari Pipa GIP ©300 mm, dengan kapasitas 50 It/dt, untuk keperluan pengembangan SPAM Sistem Zona | meliputi wilayah kecamatan Murhum, Kecamatan Batupoaro dan Kecamatan Betoambari.Bangunan intake ini dilengkapi_ dengan komponen bangunan penunjang sebagai berikut: * Bangunan Talud dan Saluran Pembawa serta peninggi muka air dengan menggunakan pasangan batu kali, Beton Bertulang untuk mengalirkan air dari Intake ke dalam Bak Penampungan air baku; * Bangunan Bak Penampung Air Baku dengan konstruksi beton K-175 * Membangun Turap Bendung berbentuk trapesium. Bangunan Dam Peninggi Muka Airuntuk mengantisipasi menurunnya kondisi debit air kali lahelo pada musim kemarau; Pipa Transmisi Panjang pipa transmisi direncanakan dibangun sekaligus untuk keperluan pengembangan SPAM lebih lanjut sesuai dengan kapasitas potensial kali Busoa yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum, yaitu 31,92 dt, sepanjang kurang lebih 10.000 meter terdiri dari: * Pipa HDPE & 200 mm sepanjang 8.800M * Pipa HDPE @ 150 mm sepanjang 1.200M 99 @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Namun demikian dengan keterbatasan pembangunan pipa transmisi dengan sendirinya akan mempengaruhi kapasitas pengaliran air, kapasitas transmisi dapat dibangun untuk kapasitas 50 Vdt namun sampai di Lokasi IPA pelayanan kapasitas transmisi sebesar 31,92 Is. Hal ini disebabkan karena dimenasi pipa transmisi yang kecil. Untuk meningkatkan kapasitas dapat mengganti jaringan pipa transmisi dengan dimensi pipa yang lebih besar, namun demikian membutuhkan spesifikasi tertentu dengan perhitungan tersendir Gambar 2.41 Detail Model Trace Galian Pipa Transmisi 100 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 4, Review Dokumen Feasibility Study Tempat Pembuangan Akhir Kabupaten Buton Selatan a. Isu dan Permasalahan Persampahan Kabupaten Buton Selatan Persampahan merupakan salah satu isu penting di perkotaan yang selalu menjadi permasalahan dan dihadapi setiap saat Akibat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk, tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula sampah yang dihasilkan. Kabupaten Buton Selatan yang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Buton, memiliki beberapa isu permasalahan persampahan yang selalu menjadi permasalahan dan dihadapi setiap saat.Salah_satunya Kabupaten Buton Selatan belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA), oleh karena itu dalam pemilhan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berlokasi di Keluarahan Busoa Kecamatan Bataugadengan luas +5 ha, harus dilakukan ji kelayakan terlebih dahulu sehingga dalam penempatan TPA tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan,data kondisi eksisting sampah dilingkungan RT/RW masing-masing rumah memiliki pendapat responden yang berbeda-beda di setiap kecamatan. Kondisi lingkungan RT/RW pada masing-masing kecamatan saat ini sering terlinat banyaknya tumpukan sampah yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan b, Sistem Pengelolaan Sampah Eksisting Sistem pengelolaan sampah terbagi atas 3 bagian yaitu metode open dumping(Lahan Urug Terbuka), Metode Controlled Landfill (Lahan Urug Terkendali), dan Metode Sanitary Landfill (penimbunan dan diratakan). 101| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.38 Kondisi Eksisting Pengolahan Sampah di Kabupaten Buton Selatan Di salah satu lapangan tidak terdapat pewadahan sampah, sehingga sampah dibiarkan berserakan Salah satu pengolahan sampah di kawasan permukiman dilakukan dengan cara dibagian halaman rumah warga Pengolahan sampah ditakukan dengan cara menampung sampah pada sebuah lubang yang digali di halaman masjid Salah satu cara pengolahan sampah di perkantoran yaitu dilakukan dengan cara pemilahan sampah berdasarkan dua kriteria, yaitu sampah/sampah_ organik dan sampah basah/sampah anorganik. ‘Sampah yang terdapat di area pasar langsung dibuang ke tepi laut dan dibiarkan berserakan begitu saja tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. 102 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan ‘Cara pengolahan sampah di salah satu toko/warung tidak dilakukan pemilahan namun disediakan tempat sampah atau wadah berupa dos. Sampah yang terdapat pada kawasan pendidikan dilakukan dengan dua cara pewadahan yaitu diwadahi dengan dua penampungan sampah dan diwadahi dengan satu penampungan sampah, namun belum dilakukan pemilahan. Pengolahan sampah pada (RSUD dan Puskemas), dilakukan dengan dua cara yaitu: sampah yang berupa limbah maupun sampah lainnya hasil aktivitas pada kawasan rumah sakit dan puskesmas dibuang begitu saja tanpa dilakukan pengolahan terlebuh dahulu, dan sampah lainnya diolah dengan cara dibakar pada halaman rumah sakit dan puskesmas Cara pengolahan sampah yang dilakukan di kawasan tepi pantai, sampah dibiarkan berserakan begitu saja km tidak terdapat pewadahan sampah Sumber: Dokumen Feasibility Study Tempat Pembuangan Akhir Kabupaten Buton Selatan 103 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan c. Demografi Analisis proyeksi jumiah dan perkembangan penduduk di Kabupaten Buton Selatan dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi perubahan demografi. Perubaha tersebut —_meliputi pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta kondisi sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan karakteristik penduduk. Dalam perencanaan wilayah dan kota, proyeksi penduduk menjadi data awal untuk melihat perkembangan tahun demi tahun perkembangan kependudukan suatu Kabupaten/Kota. Sementara itu, dalam kaitannya dengan studi kelayakan TPA Sampah, proyeksi penduduk digunakan untuk —menganalisis_ timbulan _sampah berdasarkan jumlah penduduk. Analisis kependudukan dengan melakukan proyeksi penduduk dari pertumbuhan penduduk 4 (empat) tahun data eksisting penduduk di Kabupaten Buton Selatan dengan menggunakan metode proyeksi bunga berganda sebagai metode terpilih. Berikut hasil proyeksi penduduk setiap 5 tahun rencana dalam jangka waktu 20 tahun. Tabel 2.39 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Buton Selatan dirinci Berdasarkan Kecamatan Tahun 2016-2036 Batauga Sampolawa ndewa Kadatua Siompu Siompu Batu Barat tas. 14,852 21,285 8,224 8,596 9,270 8,151 8,683 0,03 15,297 21,923 8,470 8.854 9,548 8,396 8,943 0,03 15,756 22,581 8,724 9,120 9,835 8,648 9,212 0,03 16,229 23,259 8,986 9,393 10,130 8,907 9,488 0,03 16,716 23,956 9,256 9,675 10,433 9,174 9,773 0,03 17,217 24,675 9,533 9,966 10,746 9,450 10,066 0,03 17,734 25,415 9,819 10,265 11,069 9,733 10,368 0,03 18,266 26,178 10,114 10,572 11,401 10,025 10,679 0,03 104 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan 18,814 26,963 10,417 10,890 11,743 10,326 10,999 0,03 19,378 27,772 10,730 11,216 12,095 10,636 11,329 0,03 19,959 28,605 11,052 11,553 12,458 10,955 11,669 0,03 20,558 29,463 11,383 11,899 12,832 11,283 12,019 0,03 21,175 30,347 11,725 12,256 13,217 11,622 12,380 0,03 21,810 31,258 12,077 12,624 13,613 11,971 12,751 0,03 22,464 32,195 12,439 13,003 14,022 12,330 13,134 0,03 23,138 33,161 12,812 13,393 14,442 12,700 13,528 0,03 23,832 34,156 13,196 13,795 14,876 13,081 13,934 0,03 24,547 35,181 13,592 14,209 15,322 13,473 14,352 0,03 25,284 36,236 14,000 14,635 15,782 13,877 14,782 0,03 26,042 37,323 14,420 15,074 16,255 14,294 15,226 0,03 26,824 38,443 14,853 15,526 16,743 14,722 15,682 0,03 ‘Sumber: Dokumen Feasibility Study Tempat Pembuangan Akhir Kabupaten Buton Selatan Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, dapat dilihat persentase pertumbuhan Kabupaten Buton Selatan adalah 0,03% setiap tahun. Hal tersebut menunjukkan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Buton Selatan cukup lambat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumiah penduduk di Kabupaten Buton Selatan sebanyak 76.758 jiwa, dengan jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Sampolawa yaitu 20.2665 jiwa dan yang terendah adalah di Kecamatan Siompu Barat dengan jumlah penduduk 7.914 jiwa. Jumlah penduduk tersebut diproyeksikan dari tahun 2016 sampai tahun 2036 dengan jumlah penduduk di tahun proyeksi akhir menjadi 145.605 jiwa. 4105 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan d. Analisis Ekonomi dan Keuangan TPA Sampah Kabupaten Buton Selatan Analisis ekonomi dan keuangan memberikan gambaran tentang rencana penggunaan sumber anggaran yang dimiliki, sehingga dapat diketahui tingkat pengembalian biaya yang akan diinvestasikan. Dengan demikian maka pihak pemilik/ investor dapat memperoleh gambaran tingkat keuntungan dari pengoperasian TPA Sampah di Kabupaten Buton Selatan. Adapun aspek keuangan yang akan dianalisis terdiri dari: + Rencana Investasi dan Sumber Dana * Proyeksi Pendapatan dan Biaya + Proyeksi Cash Flow «Analisis Keuangan 1) Rencana Investasi dan Sumber Dana a) Sumber Dana TPA Sampah dalam pengelolaan persampahan merupakan tahapan pemrosesan akhir yang sudah selayaknya menjadi tanggung jawab pemerintah dalam pengoperasiannya. Sumber dana pembangunan TPA Sampah berasal dari dana APBD. b) Biaya Investasi Kebutuhan Investasi terdiri dari: i, Persiapan Lahan, terdiri atas: Studi Kelayakan dan DED Pembersihan Lahan Konstruksi sel galian (asumsi kedalaman 4 m) Lapisan kedap air, terdiri dari: ¥ Pemadatan tanah (dasar lahan) ¥ Pelapisan dasar lahan Tanggul (asumsi penampang 4,5 m2) 106 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan ii, Infrastruktur TPA, terdiri dari: * Drainase * Jalan Akses (2 km) * Pipa pengumpul lindi + Pipa gas * Gas Collection * Jalan Interzone (asumsi lebar 6 m) iii, Sarana Penunjang * Bangunan Kantor Operasional TPA * Instalasi Pengolahan Lindi © Sumur Uji « Fasilitas Air Bersih * Laboratorium * Jembatan timbang + Bengkel dan garasi * Buffer zone * Pagar * Recycling centre pemulung + Instalasi listrik 100 KVA Fasilitas Pemadam Kebakaran + Fasilitas Sosial Masyarakat iv. Alat-alat berat * Buldozer * Wheel loader Landfill compactor + Excavator 107 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan Berdasarkan perhitungan estimasi rencana anggaran biaya maka dapat dillhat Rencana Anggaran Biaya Investasi seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel 2.40 Biaya Investasi TPA Sampah EEC LCR IoC) as cg (Rp) CINE) Persiapan lahan 14,922,120,000 Infrastruktur TPA 4,056,000,000 Sarana_penunjang - 4,707,400,000 TPA Alat berat TPA 2,600,000,000 26,285,520,000 ‘Sumber: Dokumen Feasibility Study Tempat Pembuangan Akhir Kabupaten Buton Selatan ¢) Biaya Operasional dan Pemeliharaan Untuk proyeksi biaya operasional menggunakan asumsi peningkatan 10 % setiap tahun. Tabel 2.41 Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan TPA Reese cn (Rp) 175,000,000 Operasional TPA (Biaya listrik, air, dan lain- 167,071,266 lain) Tenaga Kerja ce Pemeliharaan sarana dan prasarana TPA 116,666,667 458,737,933 ‘Sumber: Dokumen Feasibility Study Tempat Pembuangan AKhir Kabupaten Buton Selatan 108 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan 2) Proyeksi Pendapatan dan Biaya a) Proyeksi Pendapatan Komponen pendapatan dari beroperasinya TPA Sampah di Kabupaten Buton Selatan bersumber dari penarikan retribusi pengelolaan persampahan. Dalam perhitungan pendapatan berikut digunakan asumsi berdasarkan SN| 1733 tahun 2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan digunakan asumsi sebagai berikut: * Tiap 1 KK terdiri atas 5 jiwa + Perbandingan rumah kecil: rumah sedang : rumah mewah = 1:3:6 ‘Adapun biaya retribusi menggunakan Peraturan Daerah Kabupaten Buton Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Hal ini kemudian menjadi pedoman karena peraturan tersebut dibuat pada tahun 2010 sedangkan Kabupaten Buton Selatan baru dimekarkan dari Kabupaten Buton tahun 2014 sehingga Rumah tangga skala kecil = Rp. 1.500 + Rumah tangga skalamenengah = Rp. 2.500 «Rumah tangga skala besar = Rp. 3,500 Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat diproyeksikan pendapatan yang diperoleh dari pengoperasian TPA sebagaimana pada tabel berikut: 109 | lott 00'000'9L1'Orz'S OO'ODE'OLZ'Es OD'OOS‘ORE'SLL OO'OON'SZ'SLZ LIEEZ _ZSLLL_~—vOSEPL 28S'6LL 00'000'z66'ZzS'S 00'008'ZZZ'L8 00'00O'9SL'PLL OOOOZ'Z86'80Z LZzeZ —«Z99S9_—SZEGEL ©—=LZZEZ _—HOL'DLL 00'000'9S9'01r'S O0'00r'S06'8/ 00'000'ERO'6SL OO'OON'EER'ZOZ yySZZ —EEDLD«-GOZSEL_ «= wHSZZ = AzL'ZLL 00°000'926'2Sz'S 00'006'S09'92 00'00S'SSI'P9L OO'00I'986'961 2881Z _z99S9_ HZELEL = ABBLZ_—ZEY'6OL 00'000'8hO'00L'S OO'OOL'SZE'rZ OD'OUS'9ZE'SSL OO'OOSISZ'LE OszIzZ 1SLe9 LOSZZL oszlz _—LSz'90L 00°000'88r'IS6'y 00'00z'60z'Z/ 00°000'vEL'PSL OO‘OOS'O89's81 Le90Z rESL9 = ABLEZL_ © LE90Z_—9SL'eOL 00°000'962'208'r 00'00r'90L'02 O0'000'8Zz'0SL OO'OON'eZZ'08L O£00z 16009 zeLoZL — o£00z ~—-zSL'0OL 00°000'082'299'r 00'00S'r90'89 00'00S'zs8'ShL 00'000'EZO'S/| Zyy6L ——«sLHEBS ©—ZBOBIL_ «= AbyGL ©—SEZ'LG 00'000'rve'LEs'y 00'001'Z80'99 00'00S'PO9'LrL OOOOr'SZE'6oL 18881 zP99S PEZELL © —«sL88BL_—EOH'VG 00°000'rrE'66E'y 00'0OL'ZS1'y9 O0'OOS'6/P'ZEL OO'OP'S/E'y9, LeEsl Z66yS + PREGOL «= EESL «= ESO'LE 00'000'r81'LZz'y 00'001'88z'Z9 O0'0US'P/p'eEL OOOOr'E9L'09L LEL/L OBES + OBLIOL. «== ELLE. «£8688 00°000'918'9hl'y 00'00r'rZp'09 O0'000'gSs'6z1 OO'O9'sOS'ssL g/Z/L — SeBLS © OLDEDL © BAZLL ee‘ 00°000'8h0'9Z0'y O0'00z'ELZ'8S 00'000'rL8'sZL OO0O8'946'0S S/Z91 9zE0S IS900F._ «= SAZ9L_ = 98'€8 00°000'889'806'E 00'00/'L00'2 O0'00S'9b1'ZzL OO'008'S/S'9h| 98791 6S88h = LILLE bep'Le Varo) aeseg Buepas 4esag = Buepas 84 yewmy yewmy Hoey yewny Yyewny Yyewny —_ Yyewny (9:€ jaBuad Isnqujay Yep ueyedepuad IsyoAord Zp'z PqeL Pete te eet Peace) CemePe reac Perec Cea ae I ueyejag uoyng uayedngey |p ueyedwesieg uel Lejejag uoing uajedngey eXsey eydig Buepig (Wridel) YeBuauayy exBuer 'seysanu| weiBo1g eUEDUEY | trT uejejag uong ueredngey JN UeBUeNquieg yedwe, ApS Ayqisee UeWNyOg “equiNS OO'000'ez6'PZe'8O OOZ'DEO'ZES'L OO0'LL‘OOr'e OOR'rES'OBO'y Leb'eSh ZLE‘OgE'L Ez9'Oz'Z LeP'esh 9eL'z97'Z [Uy 00'000'ra0'rS8'9 00'001'SS6'66 O0'00S‘6RL'bIZ OOOOr'ZZO'Zsz essez 9/9SB zSElAL essez eol'zrL | x4 00'000'Zer'rS9'9 O0'0U8'EPO'Z6 O0'OO'LSE'L0Z OO'OOZ'LHS'6hZ Lzl/Z OBER —LSEVSE © LzU@_—veg'BEL | mrd 00'000'809'09P'9 00'00z'ZIz'r6 00'000'rEs'LOz OOOOS'Z/Z'zbz Gle9z 85408 Sisist Gle9z ges'vel | (x14 00'000'srr'ZZ'9 OO'OOZ'ELP'LE 00'00O'rLO'9EL OO'OOS'9IZ'sez SEL9Z 90PBL LigesL — Set9z —gu9'oeL | md 00°000'094'680'9 00'000'608'88 00'000'S0E'06L OOOOD'IVE'8zz plESZ zZZI9L —wyeZSL_ «= bdeSz@ = OuB'9zk | An 00'000'ZSE'Z16'S _00'008'LZZ'98_00'000'L9/"P8L_OOOOZ'ELZ'IZz__SE9rZ_— POEL _—GOB/PL__—SESHZ__paL'ezt | Lejejag uoing uajedngey eXsey eydig Buepig (Wridel) YeBuauayy exBuer 'seysanu| weiBo1g eUEDUEY Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipla Karya Kabupaten Buton Selatan b) Proyeksi Cash Flow ‘Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama sutu satuan waktu tertentu. Prediksi terhadap aliran kas mengacu pada prediksi pendapatan dan biaya operasional TPA Sampah. Berikut ini adalah tabel aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama 10 tahun 12 | lett o'00% 20L'y eueses 00 0'000°9S0'y§ Wd.L unyNASeNUI 000 Ozr2z6'yL © ueye| uede!sieg Ceo CFE er) 000 000 000 000 000 “PRE'EGE'D “PELLLZ'y “SL8'SPL'y “8PO'9Z0y = “B89°806'E Oiled elect 000 000 000 000 000 VHEEEE'D ‘PBL Ll2'y “918'9PL'y ‘8P0'9Z0'y ‘889'806'E Isnquyey OER) 2202 bz0z 0z0z 6102 8h0z Lb0z s vy £ z L (ueunye 1) MO14 HSV9 ISHIAOUd ue}ZJ9g UO;Ng Uayedngey Ip yeduies Yd UE!se1adoBueg sey smy [syoKod Cp'z 1PGEL ueje|8g uo}ng uajedngey efVey eIdi9 Buepig (\\Wridy) YebuauEyy eyBuer iseysanu) WeiBog eUeDLEY | ptt vOOOLS O00 88rISEr 967208" OBZ 499% OO PPE LES y Isnquiey CF) nye.L) MO7T4 HSVO ISMSAONd 000 z6L a) vor vlt 290 “ozs"s8z'97 “SOL'LZL'E “E09'099'S “EPL*LES'E “SEP'LZS'E “OS6'6HH'E - Oe Ren 80 68 66 9% £ 000 ZBENLLI § L'OBS'OL9 §B'ZLO'SSS L'bEO'POS EELEL'BSY “OZS"SEZ'9T OE RUC cei see € 80 68 66 9% €6'1€/'8S7 Zsegl49 Lossol9 es7losss LbLo POS PEEL RUT: 00 0°000°0097 Wdl yeseq Jey 00 Wd Buefunued ueje|8g uo}ng uajedngey efVey eIdi9 Buepig (\\Wridy) YebuauEyy eyBuer iseysanu) WeiBog eUeDLEY | str uejejeg uoing uajedngey Jui UeBUenquied yedwie, Apmis Ayygisee.s uaWNyog :iequing os6's ops" 69L' QE'BLO OOSZPHBIE'E SHE'ELE'E LéES'ysB'E z LeWSZ6L'e POPS OEE 0s0'0 vs te 89180", —OUS'SHE'ERE prOSE'EGe ZzsoZLs szo'zZOR'eEL OEE Won olan os0'0 vs be 891801 OOS'SPE'ERS yOSeEss ZzZegZIs 8z0'zOs'sEL ree ec ‘Mold 1NO USED 000°8 000" 000" 0 YO'ODL'S OOD'BSY'LSE'Y 96z°L08'y O8Z'L99'y OO'HHE'LES'Y CCE R Re re 000°8 000 000" 0 ueje|8g uo}ng uajedngey efVey eIdi9 Buepig (\\Wridy) YebuauEyy eyBuer iseysanu) WeiBog eUeDLEY |9tt ueje/9g uoing usjedngey sy UeBUENqUIed jedwe,s ANI Ayigisee-4 ueuINyog sequins CsA ueje|8g uo}ng uajedngey efVey eIdi9 Buepig (\\Wridy) YebuauEyy eyBuer iseysanu) WeiBog eUeDLEY @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ©) Penilaian Investasi Penilaian investasi dilakukan dengan metode kriteria investasi (Investment Criteria), Adapun metode penilaian kriteria investasi yang dipakai adalah Net Present Value (NPV) dan internal Rate of Return (IRR) Berdasarkan pada teknik arus kas diskonto (discounted cash flow) maupun teknik penambahan sederhana untuk memperkirakan nilai proyek maka penilaian investasi maka dapat diketahui bahwa: pembangunan dilaksanakan dalam satu tahap, sumber dana proyek berasal dari APBD. Bunga pinjaman bank yang digunakan 6,5 %, dengan masa tinjau investasi 10 tahun, diperoleh hasil sebagai berikut: + NPV = Rp. 2.865.228.468,- © IRR=7% Dari penilaian kelayakan investasi yang dilakukan didapatkan hasil yaitu NPV positif (NPV>0) yaitu sebesar Rp. 2.865.228.468,- dan IRR yang diperoleh adalah sebesar 7% lebih besar dari bunga pinjaman. Dengan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa__proyek pembangunan TPA di Kab. Buton Selatan layak secara finansial dan ekonomi dalam kaitannya sebagai fasilitas publik. Dukungan pemerintah (Goverment Support) di Kabupaten Buton Selatan diperlukan agar perencanaan pembangunan TPA dapat berjalan lancar dan diaplikasikan dalam pengelolaan persampahan 117 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 5, Review Dokumen Sanitasi di Kabupaten Buton Selatan a. Area Beresiko Air Limbah Air limbah terutama limbah domestik yaitu limbah rumah tangga jika tidak dikelola dengan baik bisa berpotensi_menyebabkan permasalahan kesehatan lingkungan. Limbah rumah tangga ini berupa air buangan dari cucian dapur, cucian pakaian, kamar mandi {tergolong grey water) dan limbah tinja manusia, urine, air gelontor, pembersih dan kertas pembersih (black water). Pola pembuangan limbah di masyarakat juga bermacam-macam, relative sudah menggunakan tangki septik, namun masih ada juga yang BAB di sungai, laut, kebun atau saluran terbuka lainnya. Kondisi perekonomian dan tingkat pendidikan kadang juga punya peran dalam membentuk perilaku masyarakat terhadap resiko kesehatan lingkungan. Tabel 2.16 berikut ini disajikan wilayah — wilayah yang beresiko akan air limbah. Tabel. 2.44 Area Beresiko Air Limbah Domestik Dee Ut cto) ior an i) Kecamatan Desa/Kelurahan Sampolawa Wawoangi Sampolawa Tira Siompu Wakinamboro Sampolawa Jaya Bakti Sampolawa Bahari 1 Sampolawa Sandang Pangan Sampolwa Hendea Sampolwa Watiginanda Batuatas Tolando Jaya Batuatas Batuatas Timur Batuatas Wacuala 118 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Batuatas Taduasa Batuatas Wambongi Lapandewa Lapandewa Makmur Batauga Majapahit Batauga Masiti Batauga Laompo Batauga Lawela Batauga Lampanairi Batauga Lakambau Siompu Batuawu Siompu Ngula-nggula Siompu Lapara Kadatua Mawambunga Kadatua Kaofe Kadatua Lipu Siompu Barat Molona Sumber : Profil Sanitasi di Kabupaten Buton Selatan Tabel. 2.45 Permasalahan Mendesak Terkait Air Limbah Domestik di Kabupaten Buton Selatan PEST a Cuter Masih rendahnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat akan pentingnya BAB pada tempatnya Lahan yang sempit untuk membangun SPAL Penduduk dibantaran sungai, pinggiran pantai maupun yang dekat dengan kebun masih banyak yang tidak mempunyai tangki septik ataupun jamban, sehingga BABS langsung di sungai/laut, pantai, kebun tanpa melalui tanki septic Belum adanya sarpras terkait limbah: Mobile sedot tinja, toilet portable Daerah yang sulit topografinya dan tidak terjangkau accenering, juga tidak 119 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ada lahan untuk membangun IPAL Belum adanya perda yang menangani masalah air limbah Belum ada kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah Belum ada Masterplan Pengelolaan Air Limbah Domestik skala Kabupaten Buton Selatan Masih kurangnya SDM yang menangani masalah air limbah Domestik ‘Sumber : Profil Sanitasi di Kabupaten Buton Selatan b. Area Beresiko Sampah Masalah persampahan selalu menjadi masalah yang klasik di berbagai daerah, karena masalah sampah terkait banyak faktor terutama kesadaran akan kebersihan dan pengelolaan sampah. Pola pengelolaan sampah di masyarakat Kabupaten Buton Selatan juga berbeda-beda, seperti ada yang langsung membuang sampah ke sungai, pantai atau bahkan langsung diproses secara mandiri, yaitu dengan membakar ataupun langsung dijadikan sebagai pupuk kompos dikebun, ini disebabkan karena masih minimnya sarana yang ada serta belum adanya penegakkan hukum terkait dengan pengelolaan persampahan. Dari hasil survey EHRA terkait area beresiko persampahan terjadi di beberapa wilayah, dan disajikan pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2.46 Area Beresiko Sampah Nama Desa/Kelurahan Nama Kecamatan Reni ‘Sampolawa Todombulu Siompu Lapara 3 Lapandewa Burangasi Rumbia Sumber : Profil Sanitasi di Kabupaten Buton Selatan Sedangkan permasalahan yang mendesak yang terkait dengan persampahan adalah: 120| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.47 Permasal an Persampahan Permasalahan Mendesak Belum adanya fasilitas penampungan sampah sementara (TPS) Belum Terbangunnya TPA (Tempat Pengolahan Akhir) Kurangnya SDM di bidang pengelolaan sampah Belum adanya sarana dan prasarana terkait pengelolaan sampah : gerobak sampah, TPS, dump truck, aram roll dil Kurangnya penegakkan hukum terkait sampah Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan sampah Belum adanya retribusi sampah Terbatasnya kemampuan penganggaran APBD dan APBN Belum adanya sosialisasi dan penerapan konsep 3R Belum adanya keterlibatan pihak swasta dibidang persampahan Sumber : Profil Sanitasi di Kabupaten Buton Selatan c. Area Beresiko Drainase Dinas PU, Tata Ruang, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton Selatan merencankan untuk mengurangi titik-titik genangan yang ada dibeberapa kecamatan utamanya, yaitu kecamatan yang dilalui oleh daerah aliran sungai (DAS). Daerah- daerah tersebut memiliki tingkat kecenderungan beresiko tinggi terhadap genangan dengan lama genangan maksimal 2 jam dan tinggi 30 cm. Hal ini telah mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan instansi terkait untuk segera diatasi Dari hasil analisa studi EHRA di Kabupaten Buton Selatan didapatkan area beresiko dibeberapa Desa/kelurahan yang di sajikan pada Tabel berikut ini. 121| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.48 Area Beresiko Drainase Win uia eens Ce PRL) Kecamatan Desa/Kelurahan ‘Sampolawa Tira Batauga Masirir Lakambau Bandar Batauga Wacuala Taduasa Wambongi Lapandewa —_Lapandewa Lapandewa Kaindea Lapandewa Makmur Gaya baru Burangasi Rumbia Batauga Pogalampa Bola Lawela Lampanairi Molagina Siompu Wakinamboro: Lontoi Batuawu Lapara Kadatua Kapoa 122 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ad Kapoa Barat Kaofe Lipu Banabungi Banabungi selatan Siompu Barat Lalole Katampa Lamaninggara Kamoali ‘Sumber : Profil Sanitasi di Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.49 Permasalahan Mendesak Terkait Drainase Perkotaan Perron ear ieerd Banyak saluran yang belum terbangun baik primer maupun sekunder Sistem jaringan drainase untuk beberapa kelurahan tidak berfungsi Efek Topografi (untuk di 2 Kecamatan Sampolawa dan Batauga, permukiman lebih rendah dari sungai jika hujan lebat) Kurangnya alokasi anggaran baik APBN maupun APBD Keterbatasan dana untuk perawatan dan perbaikan Kurangnya SDM/Tenaga analisis Banyaknya rumah tangga yang membuang limbah kesembarang tempat Belum adanya keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan drainase ‘Sumber : Profil Sanitasi di Kabupaten Buton Selatan Efek topografi memang sering menjadi masalah bagi masyarakat yang permukimannya di daerah yang rendah terutama lebih rendah dari permukiman air sungai, sehingga kalau terjadi hujan lebat sering terkena 123 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan luapan air sungai. Selain itu kendala yang sangat urgent saat ini adalah pendanaan untuk mengatasi permasalahan genangan teersebut. 124 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 6. Review Dokumen Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008 tentang Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan a. Penyediaan RTH Berdasarkan luas wilayah Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut: 1) Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat. 2) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat 3) Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memilki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk —menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. b, Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumiah penduduk yang ditayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku. Tabel 2.50 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk No] Unk [Tipe RTA] Lise minima] Luss minal! Takaat Lingkungan wunit_(o#) | kapita (m?) i [2s0jwa | Taman RT 250 30 | ditengah lingkungan RT ] [zs00jwa | Tamanew | 1250 05 | dipusatkegwtan RW | sa.000 Taman 3.000 03 | dikelamporan siwa Kelurahan dengan sekolsh/ uzat kelurahan Taman Fano 2 | dikelompokan. 4 | 120.000 | kacsmatan dengan salolah/ wa usst kecamatan Pemakamen | dissavailan 2 [tereabar 125 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan NO] Usk] THERTH | Loas minimal Takes ee Taman kota | 144.000 0,3 | dipusat wilayahy kota Hutan kota | dsesuaiken 30 | didalam] Kawasan 5 | 480.000 pingairan, siwa intuk | deesuaken | 125 | disesuaikan dengan fungsifungsi ebutuhan tertentu 126 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 7. Review Dokumen Hasil Evaluasi Kinerja PDAM Wilayah Ill Dengan tersusunnya laporan hasil evaluasi kinerja PDAM periode 2015 ini, dapat memberikan informasi kondisi kinerja PDAM dengan kategori sehat, kurang sehat dan sakit. a. PDAM dengan kategori sehat adalah PDAM dengan nilai kinerja di atas 2,8. Nilai kinerja tertinggi pada tahun 2015 adalah PDAM Kab Temanggung dengan nilai 4,17 (dari skala 1 — 5). Di dalam pengukuran kinerja PDAM sehat, terbagi menjadi PDAM sehat mandiri dan PDAM sehat yang belum mandir. PDAM dikategorikan sehat mandiri apabila PDAM mampu menciptakan laba dan mengefisienkan kegiatan operasionalnya (tercermin pada aspek keuangan), kemudian PDAM mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya, memiliki perspektif operasional yang balk, serta memiliki SDM yang efision, efektif dan kompeten pada bidangnya. Sedangkan PDAM sehat yang belum mandiri, tercermin dari skor kinerja dalam batas bawah sehat (2,81 — 3,00), kemudian tarif belum FCR, NRW masih di atas rata - rata Nasional, rasio operasi di atas 1,2, belum taba, dan kualitas air masih rendah. b. PDAM dengan kategori kurang sehat adalah PDAM dengan nilai kinerja antara 2,2 — 2,8. Di dalam pengukuran kinerja PDAM sehat terbagi atas PDAM kurang sehat menuju PDAM sehat yaitu PDAM dengan skor di atas 2,75 yang diharapkan ke depannya mampu menjadi PDAM sehat. Secara umum, PDAM kurang sehat memilki rasio operasi di alas 1 yang menceminkan bahwa PDAM belum mampu mengelola secara efektif dan efisien, nilai NRW masih di atas rata — rata Nasional, kemudian tarif belum FCR, belum laba dan kualitas air masih rendah serta SDM yang kurang kompeten, belum efektif dan belum efisien c. PDAM dengan kategori sakit adalah PDAM dengan nilai kinerja di bawah 2,2 yang belum dapat memberikan pelayanan prima, memilki kondisi keuangan yang belum mampu menunjang kegiatan operasi 127 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan secara efektif dan efisien serta kondisi SDM yang tidak kompeten , tidak efektif dan tidak efisien, Selain itu, PDAM sakit adalah akibat dari pemekaran wilayah kota/kabupaten yang berdampak pada pembagian asset PDAM yang tidak jelas, PDAM merupakan transisi dari BLUD sehingga belum mampu beroperasi secara mandiri, kondisi PDAM mengalami akumulasi kerugian selama bertahun — tahun, serta berkurangnya suplai sumber air. Dengan diperolehnya informasi terkait hasil evaluasi kinerja PDAM, diharapkan masing - masing PDAM mengetahui tingkat kinerja pelayanan yang dihasilkan. PDAM dengan kinerja sehat agar terus meningkatkan kinerja_ untuk lebih baik, dan terus memperluas cakupan pelayanan. Untuk PDAM yang dengan kinerja kurang sehat dan sakit, diharapkan untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dengan bekerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah selaku pemilik perusahaan, dan stakeholder lainnya dalam rangka meningkatkan kinerja PDAM. Laporan hasil evaluasi kinerja PDAM periode 2015 diharapkan dapat membantu para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menentukan _strategi pengembangan SPAM maupun peningkatan kinerja PDAM sehingga PDAM dapat memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Indonesia secara berkualitas, berkecukupan, terjangkau dan berkelanjutan. Mengingat begitu strategisnya hasil_penilaian kinerja_ PDAM, BPPSPAM setiap tahunnya terus berupaya melakukan penilaian kinerja seluruh PDAM di Indonesia secara tepat, aktual dan dengan data yang akurat, serta mampu menjangkau seluruh PDAM di Indonesia. 128 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.51 Hasil Evaluasi Kinerja PDAM Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton PDAM Kab. Buton TABEL KATEGOR HINER am ms am Ss ond Wd Kents) Me Kondist ‘CASPER OPERAS! 1, Tam Be {3a 17 Retenenoe an 2. WP ts is Sgn Hse 3) am ao at SA vans 2. Baybee Np) 074 10m natn rpm 4 HPP Dun jeuooan din Bins age pn) SM 20, Bn Ee 5 Sanaa HPF erga NR (@0) 71-Ba Ponta A) 6 sets WP derma NRA (1330) 22 aso me A. Unum Pep Pe) 7 Sate art HO Oar Dep ngs) 250. 7. Naya oparam ase. Fat a ea p00) seamgot 24 ve Peas fet 9 Tu xcta tc STAI 25 ami Pooper tS) otha ane "250.903 26d etl wap Amita a) 11 Aang ag ay pO) 21 nen Pot wl Pan Cv) 12 Toten 000 saeznze za poauta ete mine “Lata Seti Pape 0, 28H) 2a Popa a) “e 44 Tt Fenapstn pt) 142615 30. ay Pepa ptanewontuo 5.0510) 35 Peta “27% 3, Sexes ey 1 Ast Tune 2k ex men a) Sint pe a an 08 ta i a ‘Sumber : Hasil Evaluasi Kinerja PDAM Wilayah Ill 129 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 8. Review Dokumen Penanganan Kawasan Kumuh di Kabupaten Buton Selatan a. Lokasi pentahapan prioritas penanganan kawasan kumuh di Kabupaten Buton Selatan Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suau permukima kumuh dapat dikatakan sebagai pengejaan dari kemiskinan, karena pada umumnya di permukiman kumuhlah masyarakat tinggal. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, peningkatan lapangan kerja dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan kemiskinan. Peningatan pelayanan dasar dapat ini dapat diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan permukiman dan lingkungan. “Untuk optimalisasi penanganan lokasi desa dan kelurahan kumuh dan pentahapan prioritas penanganan kawasan kumuh yang terindikasi sebagai kawasan-kawasan yang memiliki tingkat kerawanan sosial yang tinggi, maka perlu menetapakan lokasi desa dan kelurahan kumuh dan lokasi pentahapan prioritas penanganan kawasan kumuh di Kabupaten Buton Selatan, berikut ini tabel daftar lokasi desa dan kelurahan kumuh dan lokasi pentahapan prioritas penanganan kawasan kumuh di Kabupaten Buton Selatan 130 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Tabel 2.52 Daftar Lokasi Desa dan Kelurahan Kumuh dan Lokasi Pentahapan Prioritas Penanganan Kawasan Kumuh di Kabupaten Buton Selatan Pores Cr aed Sy oa Cer ae (at) Km2 (Ha) 2 3 4 5 6 7 BATAUGA — Pogalampa 1.085 327 10,21 Kurmuh Berat Bola 4,042 2m 8,92 Kumuh Berat Mejapahit 4.162 3,34 12,87 Kumuh Sedang Masi 2343 15,33 23,54 Kumuh Sedang Laompo 2.024 5,83 12,76 Kumuh Berat Busoa 1.567 1458 45,12 Kumuh Berat Lawela 754. 874 35,12 _Kumuh Sedang Lawela Selatan 1,046 543 27,89 Kumuh Sedang Lampanairi 936 4,10 24,86 —_Kumuh Sedang Lakambau 1.819 10,50 23,67 Kumuh Sedang Molagina 842 16,00 24,10 Kumuh Berat BandarBatauga 1.047 486 54,32 -Kumuh Berat SAMPOLAWA Bangun 1.581 663 15,25 Kumuh Berat Wawoangi 1,604 6,62 2012 Kumuh Berat Katlombu 1.989 8,89 32,98 Kumuh Sedang Jayabakti 3.053 872 10,12 Kumuh Ringan Tira 1,922 6,09 10,00 Kumuh Berat Bahari 2948 629 49,32. Kumuh Ringan Gerak Makmur 2.809 586 8,19 Kumuh Ringan Gunung Sejuk 1.690 15,08 17,85 Kumuh Ringan Lipu Mangau 1.051 10,25 48,59 Kumuh Ringan Todombulu 1,050 48,96 2012 Kumuh Berat Sandang 4.919 20,19 21,21 Kumuh Berat Pangan Hendea 1.605 410,00 15,34 Kuru Berat LAPANDEWA Lapandewa 2754 610 35,23 _Kumuh Berat Lapandewa 4,290 7,32 27,44 Kumuh Berat Kaindea Lapandewa 938 629 32,12 _Kumuh Berat Makmur Gaya Baru 1.331 828 21,13 Kumuh Ringan Burangasi 4.467 828 23,98 -Kumuh Ringan Rumbia Burangasi 1.337 8,27 22,43 Kumuh Ringan_ @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan BATUATAS — Batuatas Linu Batuatas Barat Tolando Jaya Batuatas Timur Wacuala Taduasa Wamibongi SIOMPU Biwinapada Kaimbulawa Wakinamboro Tongali Lontoi Karae Batuawu Ngula-Ngula SIOMPU —Laloe BARAT Molona Mbanua Watuampara Katampe Lamaninggara KADATUA — Kapoa Kapoa Barat Waonu Mawabunga Kaote Marawali Uwemaasi Lipu Banabungi Banabungi Selatan ‘Sumber : Lampiran Keputusan Bupati Buton Selatan Tahun 2015 1.372 657 2.513 2.195 2.175 973 1,050 1.393 1.879 1.253 1,909 946 609 737, 1.342 1.175 4.770 1.452 1.326 1.053 1,650 1.059 928 1.025 898 1.103 886 1.186 4.119 1.185 1,455 3,70 0,40 0,67 0,67 0,70 0,40 3,54 9,99 1,75 2,50 7,93 1,50 173 3,54 2,00 1,13 1,97 217 0,85 1,88 251 2,40 1,76 1,50 1,39 7,00 2,90 7,08 413 215 22,67 22,13 26,70 9,80 9.57 12,11 11,12 10,32 11,96 24,56 35,76 43,12 25,85 21,89 20,11 20,23 23,45 27,80 30,21 Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Ringan Kumuh Ringan Kumuh Ringan Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kuruh Berat Kumuh Ringan Kumuh Ringan Kumuh Ringan Kumuh Berat Kumuh Ringan Kumuh Berat Kumuh Ringan Kumuh Berat Kumuh Ringan Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Berat Kumuh Sedang Kumuh Sedang 132 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan b. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten/Kota Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Buton Selatan memasuki tahun 2015 adalah Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan di Kecamatan Batauga sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten Buton selatan. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastrukturpermukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Berikut Uraian Rencana_ KegiatanPrioritas_Keciptakaryaan _sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Buton Selatan yang diperiihatkan pada Tabel 3.6. Tabel 3.7. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Selatan 2015-2019 Tahun Coe Rr Tg Dee ee OCT) 2 3 4 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN, 2015- PERKOTAAN DAN PERDESAAN (RP2KP) 2019 Penyusunan RP2KP Kota Buton Selatan INFRASTRUKTUR KAWASAN 2015- PERMUKIMAN PERKOTAAN 2019 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH, 133 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Infrastruktur Kawasan Pemukiman_ Perkotaan (Kawasan Pemukiman Kumuh ) Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Peningkatan Infrastruktur Permukiman_ Kawasan Kumuh Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh > Kecamatan Batauga * Kecamatan Sampolawa * Kecamatan Lapandewa Kws. Kabupaten Buton Selatan * Kecamatan Batauga * Kecamatan Sampolawa * Kecamatan Lapandewa * Kecamatan Batauga + Kecamatan Sampolawa + Kecamatan Lapandewa + Kecamatan Batauga * Kecamatan Sampolawa * Kecamatan Lapandewa * Kecamatan Batauga * Kecamatan Sampolawa 134| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLIM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan INFRASTRUKTUR KAWASAN 2015- PERMUKIMAN PERDESAAN 2019 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL YANG MENINGKAT KUALITASNYA Infrastruktur Kawasan Permukiman Kaw. Pedesaan di Perdesaan (Perdesaan Potensial yang Setiap Meningkat Kualitasnya) Kecamatan Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kaw, Pedesaan di Kws. Permukiman Perdesaan Potensial —_—_Setiap Kecamatan Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kaw. Pedesaan di Kws. Permukiman Perdesaan Potensial _—_Setiap Kecamatan Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kaw. Pedesaan di Kws. Permukiman Perdesaan Potensial _—_Setiap Kecamatan Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kaw. Pedesaan di Kws. Permukiman Perdesaan Potensial _—_Setiap Kecamatan ‘Sumber: Usulan Prioritas Keg Keciptakaryaan Sektor Pengembangan Permukiman Kab Buton Selatan T.A 2015-2019 135 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 9. Kondisi Eksisting Infrastruktur di Kabupaten Buton Selatan a. Kecamatan Batauga 1) Desa Lawela dan Desa Lawela Selatan Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, sumber air dapat diperoleh dari air permukaan maupun air tanah dalam, di Kecamatan Batuaga khususnya di Desa Lawela dan Lawela Selatan sudah terlayani PDAM dan sebagian masyarakat menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari selain itu alternatif air bersih berupa sumur mata air yang dialirkan secara gravitasi (kalau pipa masuk rumah bayar 15rb/rumah/bulan, kalau tidak masuk rumah 10rb/rumah/bulan. (Air PDAM) (Sumur) Gambar 2.42 Sumber Air Bersih di Desa Lawela dan Desa Lawela Selatan Drainase adalah suatu system pembuangan air yang ada baik untuk air hujan dan air limbah. Di Desa Lawela dan Lawela Selatan terdapat saluran drainase berupa jaringan drainase sekunder berupa parit yang sebagian besar hanya terdapat di sebagian wilayah tertentu dan pada umumnya berbentuk permanen, Namun dilihat dari kondisi drainase yang ada di Desa Lawela dan Lawela Selatan, kondisinya kurang terawarat tumbuhnya tanaman dan biasa masyarakat menjadikan tempat sampah. 136 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.43 Kondisi Drainase di Desa Lawela dan Desa Lawela Selatan Pola pengangkutan sampah yang ada di Desa Lawela dan Lawela Selatan yaitu menerapkan pola pengangkutan sampah perorangan atau individual yaitu mengumpulkan sampah di suatu titik lalu membakarnya. Gambar 2.44 Pengelolaan Sampah di Desa Lawela dan Desa Lawela Selatan Prasarana jalan merupakan prasarana yang sangat penting untuk menunjang kelancaran perhubungan darat dan akan menentukan dalam pengembangan struktur kecamatan, jalan di Desa Lawela dan Lawela Selatan memiliki fungsi pelayanan sebagai penghubung antara kecamatan dengan daerah lain yang berada atau berdampingan dengannya. Di Desa Lawela dan Lawela Selatan terdapat jalan poros utama dan jalan desa 137 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan yang merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. Dilihat dari kondisi jaringan jalan yang ada di Desa Lawela dan Lawela Selatan sudah baik ini dilihat dari jalannya yang sudah beraspal dan pengerasan, juga adanya pembuatan jalan baru untuk membuka akses antar lingkungan di Desa Lawela dan Lawela Selatan. Gambar 2.45 Kondisi Jaringan J: dan DesaLawela Selatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) adalah tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka, tempat mencuci pakaian yang dilakukan setiap hari, di Desa Lawela dan Lawela Selatan sudah terdapat 3 unit WC Umum yang berasal dari bantuan pemerintah PNPM Mandiri dan WC pribadi yang digunakan masing-masing masyarakat, rata-rata letak fasilitas sanitasi yang ada di Desa Lawela dan Lawela Selatan ini berada di luar rumah, 138 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 2) Desa Busoa Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari, sumber air bersih yang ada di Desa Busoa yaitu sudah terlayaniya jaringan PDAM, swadaya di mana masyarakat membayar 10rb/bulan dan sebagian masyarakat masih menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap hari (Jaringan Pipa PDAM) (Sumur) Gambar 2.47 Sumber Air Bersih di Desa Busoa Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Di Desa Busoa sudah terdapat jaringan drainase tetapi tidak terintegrasi dengan drainase lainnya, dilihat dari kondisinya drainase yang ada di wilayah ini tidak terawat biasanya masyarakat membuang sampah di drainase tersebut 139 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.48 Jaringan Drainase di Desa Busoa Sampah adalah semua benda atau produk sisi dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna. Di Desa Busoa pengangkutan sampah dilakukan dengan cara individual yang mengumpulkan sampah di suatu titik jalu membakarnya di tanah kosong atau di kebun masing-masing Gambar 2.49 Pengelolaan Sampah Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat utama dalam mendukung pergerakan, baik pergerakan manusia atau barang. Sistem transportasi jalan memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap sistem transportasi darat_maupun sistem transportasi secara ke seluruhan. Jaringan jalan yang ada di Desa Busoa yaitu jalan poros utama dan jalan desa yang merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan atau antar permukiman di dalam desa. Dilihat dari kondisinya jaringan jalan yang ada di Desa Busoa sudah baik 140 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.50 Jaringan Jalan di Desa Busoa MCK, mandi cuci kakus adalah sarana yang menunjang kehidupan sosial, budaya serta kesehatan masyarakat, Mck sehat merupakan cerminan lingkungan yang sehat, bersih serta tertata dapat mempengaruhi pola pikir idividu untuk lebih memperhatikan lingkungan Di Desa Busoa terdapat 1 unit WC Umum dan WC pribadi di tiap masing-masing rumah yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kegiatannya sehari-hari Gambar 2.51 Fasilitas MCK di Desa Busoa 3) Bandar Batauga ‘Sumber air bersih yang ada di Desa Bandar Batauga yaitu sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan belum terlayaninya jaringan pipa air PDAM. 141 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Sumber 2.52 Air Bersih di Desa Bandar Batauga Drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, di Desa Bandar Batauga sudah terdapat drainase (terputus) tapi kondisinya sudah tidak terawat lagi ini diihat dari tumbuhnya tanaman semak belukar dan kebiasaan masyarakat membuang sampah di drainase tersebut. ‘Sumber 2.53 Kondisi Jaringan Drainase Desa Bandar Batauga Pola pengangkutan sampah yang ada di Desa Bandar Batauga yaitu menerapkan pola pengangkutan sampah perorangan atau individual yang mengumpulkan sampah di suatu titik lalu membakarnya. 142 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan F Gambar 2.54 Sistem Pengelolaan Sampah di Desa Bandar Batauga Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat utama dalam mendukung pergerakan, baik pergerakan manusia atau barang. Jaringan jalan yang ada di Desa Bandar Batauga yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan. Dilihat dari kondisinya jaringan jalan terdapat kerusakan dititik tertentu. dan sebagian jalan belum di aspal/pengerasan. Gambar 2.55 Jaringan Jalan di Desa Bandar Batauga Mandi cuci kakus biasa di singkat menjadi MCK merupakan salah satu sarana fasilitas umum yang digunakan bersama untuk keperluan mandi, mencuci dan buang air oleh beberapa keluarga di lokasi pemukiman 143 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Fasilitas MCK yang ada di Desa Bandar Batauga menggunakan WC pribadi di setiap rumah masing-masing. Gambar 2.56 Fasilitas MCK di Desa Bandar Batauga 4) Kelurahan Lakambau dan Desa Laompo Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, sumber air dapat diperoleh dari air permukaan maupun air tanah dalam, di Kecamatan Batuaga khususnya di Kelurahan Lakambau dan Desa Laompo sudah terlayani PDAM (Desa Laompo) dan sebagian masyarakat menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, selain itu alternatif air bersih berupa sumur mata air yang dialirkan secara gravitasi (kalau pipa masuk rumah bayar 15rb/rumah/bulan, kalau tidak masuk rumah 10rb/rumah/bulan, Pe Gambar 2.57 Sumber Air Bersih di Kelurahan Lakambau 144 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.58 Sumber Air Bersih di Desa Laompo Di Kelurahan Lakambau dan Desa Laompo sudah terdapat jaringan drainase dan system kanal tetapi tidak terintegrasi dengan drainase lainnya (terputus), dilihat dari kondisinya drainase yang ada di wilayah ini sudah baik tetapi masih ada titik drainase yang tidak terawat ini dilihat dari kebiasaan masyarakat membuang sampah di drainase dan kanal selain itu tumbuhnya semak belukar dan adanya sedimentasi pada saluran drainase Gambar 2.59 Kondisi Drainase dan Kanal di Kelurahan Lakambau 145 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.60 Kondisi Draina: dan Kanal di Desa Laompo Pola pengangkutan sampah yang ada di Kelurahan Lakambau dan Desa Laompo yaitu menerapkan pola pengangkutan sampah perorangan atau individual yang mengumpulkan sampah di suatu titik alu membakamya. Selain itu kebiasaan masyarakat_membuang sampah di sembarangan tempat akan mengganggu keindahan pantai yang terletak di Kelurahan Lakambau. Kelurahan Lakambau 146 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.62 Kondisi Pengelolaan Sampah di Desa Laompo Jalan di Kelurahan Lakambau dan Desa Laompo memiliki fungsi pelayanan sebagai penghubung antara kecamatan dengan daerah lain yang berada atau berdampingan dengannya. Di Kelurahan Lakambau terdapat jalan poros utama dan jalan desa yang merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan atau antar permukiman di dalam kelurahan, serta jalan lingkungan. Dilihat dari kondisi jaringan jalan yang ada di Kelurahan Lakambau sudah baik ini dilihat dari jalannya yang sudah beraspal dan pengerasan. Di Desa Laompo terdapat jaringan jalan yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan. Dilihat dari kondisinya jaringan jalan terdapat kerusakan dititik tertentu dan sebagian jalan belum di aspal/pengerasan dan adanya pembuatan jalan baru untuk akses jalan di Desa Laompo. ‘elurahan Lakambau 147 | Gambar 2.63 Kondisi Jaringan Jalan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.64 Kondisi Jaringan Jalan di Desa Laompo Di Kelurahan Lakambau dan Desa Laompo masing-masing terdapat 5 unit dan 4 unit WC Umum yang berasal dari bantuan pemerintah PNPM Mandiri pada taun 2011 dan WC pribadi yang digunakan masing-masing masyarakat. Gambar 2.65 Fasilitas MCK di Kelurahan Lakambau dan Desa Laompo 148 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 5) Desa Masiri, Desa Molagina dan Desa Majapahit Sumber air bersih salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Di Desa Masiri, Desa Molagina dan Desa Majapahit menggunakan alternatif sumber air yaitu sumur, mata air yang dialirkan secara gravitasi dimana hasil dari swadaya masyarakat (pipa masuk rumah 1Srb/rumah/bulan, tidak masuk rumah 10rb/rumah/bulan) (Desa Molagina) 149 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Majapahit) Gambar 2.66 Jaringan Air B Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Di Desa Masiri, Desa Molagina dan Desa Majapahit kondisi dan keberadaan drainase sudah baik tetapi tidak terintegrasi dengan drainase lainnya (terputus), dilihat dari kondisinya drainase yang ada di wilayah ini sudah baik dibandingkan di wilayah desa lainnya. (Desa Masiri ) (Desa Molagina) 150 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Majapahit) Gambar 2.67 Jaringan Drainase Pola pengangkutan sampah yang ada di Desa Masiri dan Desa Molagina yaitu menerapkan pola pengangkutan sampah perorangan atau individual yang mengumpulkan sampah di suatu tempat dan membakarnya secara langsung. Di desa Majapahitmenerapkan pola komunal yaitu tersedianya 1 wadah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuang sampah tapi keberadaan tempat pembuangan sampah ini masih kurang, (Desa Masiri ) (Desa Molagina) Gambar 2.68 Pengangkutan Sampah Individual 151| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Majapahit) Gambar 2,69 Pengangkutan Sampah Komunal Sistem transportasi jalan memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap sistem transportasi darat maupun sistem transportasi secara ke seluruhan, Jaringan jalan yang ada di Desa Masiri, Desa Molagina dan Desa Majpahit yaitu jalan poros utama dan jalan desa yang merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan atau antar permukiman di dalam desa. Dilihat dari kondisinya jaringan jalan yang ada di Desa Busoa sudah baik (Desa Masiri) 152 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Majapahit) Gambar 2.70 Jaringan Jalan Pembangunan fasilitas sanitasi dapat dikatakan berhasil apabila dalam pemanfaatan dan pengelolaan fasilitas MCK tersebut tepat sasaran, baik dalam pemanfaatannya maupun keberlanjutan dari pembangunan MCK tersebut. Di Desa Masiri, Desa Malogina dan Desa Majapahit terdapat WC Umum dan WC pribadi di tiap masing-masing rumah yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kegiatannya sehari-hari 153 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Masiri) (Desa Molagina) (Desa Majapahit) Gambar 2.74 Fasilitas MCK 6) Desa Lampainairi, Desa Bola dan Desa Pogalampa Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, sumber air dapat diperoleh dari air permukaan maupun air tanah dalam, di Kecamatan Batuaga khususnya di Desa Lampainairi, Desa Bola dan Desa Poogalampa masyarakat menggunakan bak penampung yang dialirkan menggunakan pipa masuk ke rumah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. 154| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Lampainairi) (Desa Bola) (Desa Pogalampa) Gambar 2.72 Sumber Air Bersih Drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, di Desa Lampainairi, Desa Bola dan Desa Poogalampa sudah terdapat drainase (terputus) tapi kondisinya sudah tidak terawat lagi ini dilihat dari tumbuhnya tanaman semak belukar. 155 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Lampainairi) (Desa Poogalampa) Gambar 2.73 Kondisi Jaringan Drainase Pola pengangkutan sampah yang ada di Desa Poogalampa yaitu menerapkan pola pengangkutan secara individual yang mengumpulkan sampah di suatu tik lalu membakarnya di tanah kosong atau di kebun masing-masing 156 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.74 Pengelolaan Sampah di Desa Poogalampa Sistem transportasi jalan memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap sistem transportasi darat maupun sistem transportasi secara ke seluruhan. Jaringan jalan yang ada di Desa Lampainairi, Desa Bola dan Desa Poogalampa yaitu jalan poros utama dan jalan desa yang merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan atau antar permukiman di dalam desa. Dilihat dari kondisinya jaringan jalan yang ada di Desa Desa Lampainairi dan Desa Bola sudah baik namun di Desa Poogalampa kondisi jalannya masih dalam tahap perbaikan be (Desa Lampainairi) 157| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Bola) (Desa Poogalampa) Gambar 2.75 Kondi Jaringan Jalan Di Desa Lampainairi, Desa Bola dan Desa Poogalampa terdapat masing-masing 4 unit, 6 unit dan 3 unit WC Umum yang berasal dari program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) Tahun 2013 dan WC pribadi di tiap masing-masing rumah yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kegiatannya sehari-hari. 158 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Poogalampa) Gambar 2.76 Fasilitas MCK Karakteristik perkembangan permukiman di Kecamatan Batauga mengikuti jalan secara linear dengan tingkat kepadatan bangunan sangat rendah. Pembangunan yang ada nampak terjadi secara sporadis dengan pelayanan prasarana permukiman yang relative masih terbatas. Umumnya rumah-tumah yang ada mayoritas diusahakan sendiri oleh masyarakat, Hal ini mengakibatkan sebaran permukiman cenderung tidak teratur dan terkonsentrasi pada satu wilayah tertentu 159 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan (Desa Lawela) (Desa Busoa) (Desa Masiri) (Desa Molagina) Gambar 2.77 Karakteristik Perkembangan Permukiman 160 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan vas NOLNG MaLvandeo eNOS Gambar 2.78 Peta Administrasi Kecamatan Batauga 161 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ‘PENERINTAH KABUPATEN BUTON SELATAN Gambar 2.79 Peta Infrastruktur Desa Bandar Batauga 162 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.80 Peta Infrastruktur Desa Busoa 163 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Lise outa WaLvane¥ WeLNTINa Gambar 2.81 Peta Infrastruktur Desa Busoa 164 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.82 Peta Infrastruktur Desa Bola 165 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan PEWERINTAN KABUPATEN BUTON SELATAN Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan inv None Watvaneva weLNanad Gambar 2.84 Peta Infrastruktur Desa Lakambau 167 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.85 Peta Infrastruktur Desa Lampai @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan PEMERINTAH KABUPATEN BUTON SELATAN Gambar 2.86 Peta Infrastruktur Desa Laompo @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Pewenin an RABUPATEN BUTON SELATAN Gambar 2.87 Peta Infrastruktur Desa Laompo 170| Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan 5s NOI WaLwanewH WLS Gambar 2.88 Peta Infrastruktur Desa Lawela im| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ‘PEMERINTAW KABUPATEN BUTON SELATAN Gambar 2.89 Peta Infrastruktur Desa Lawela 172| Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan vs Won WaLvansi WM Gambar 2.90 Peta Infrastruktur Desa Majapahit 173 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ‘PEM t9 KABUFATEN BUTON SELATAN Gambar 2.91 Peta Infrastruktur Desa Majapahit 174| @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan ‘Se Sect crn gt Gambar 2.92 Peta Infrastruktur Desa Masiri 175 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan i) sacra, PENERINTAH KABUPATEN BUTON SLATAN Gambar 2.93 Peta Infrastruktur Desa Masiri @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan —_ = = i Gambar 2.94 Peta Infrastruktur Desa Molagina @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan Gambar 2.95 Peta Infrastruktur Desa Pougalampa 178 | @ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan d. Kecamatan Batuatas 1) Desa Batuatas Barat dan Desa Batuatas Timur Jaringan air bersih adalah jaringan pipa saluran air yang mengalirkan air bersih ke rumah-rumah yang dilayaninya. Selain itu air merupakan salah satu suber daya alam yang memilki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia. Di Kecamatan Batuatas khususnya di Desa Batuatas Barat dan Desa Batuatas Timur terdapat 12 bak penampungan air hujan yang dijadikan sebagai sumber air bersih, (Bak Penampung Air Hujan) Gambar 2.96 Sumber Air Bersih Drainase adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalinkan air. Di Kecamatan Batuatas khususnya di Desa Batuatas Barat dan Desa Batuatas Timur tidak terdapat saluran drainase untuk pembuangan air limbah rumah tangga. Pola pengangkutan sampah yang ada di Desa Batuatas Barat dan Desa Batuatas Timur yaitu. menerapkan pola pengangkutan 179 | Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPLJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Buton Selatan sampah perorangan atau individual yang mengumpulkan sampah di suatu tempat dan membakarnya secara langsung di kebun atau di tanah kosong. Gambar 2.97 Kondisi Pengelolaan Sampah Jaringan jalan merupakan suatu bagian dari kesatuan sistem jaringan yang terdiri dari jaringan jalan primer, kolektor dan sekunder dalam suatu hubungan hirarki. Jaringan jalan yang ada di Desa Batuatas Barat dan Desa Batuatas Timur yaitu jalan desa yang merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan atau antar permukiman di dalam desa dan jalan lingkungan. Dilihat dari kondisinya jaringan jalan yang ada di wilayah ini sudah baik namun masih ada beberapa titik kerusakan, (Baik) (Buruk) Gambar 2.98 Kondisi Jaringan Jalan 180 |

Anda mungkin juga menyukai