PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
benda dan ketika meninggal dunia masuk surga. Keduanya harus dilakukan secara
dan kesejahteraan. Pada kondisi yang demikian ini kadangkala seseorang yang telah
matang pikirannya pertimbangan bahwa hidup di dunia yang sifatnya sementara dan
hidup di akhirat nanti kekal, berbagai macam cara dilakukannya untuk mengejar
kehidupan di akhirat yang bahagia. Menurut agama Islam kehidupan di akhirat dapat
bahagia jika mempunyai tiga hal pokok yaitu ilmu yang diamalkan, amal jariah dan
sebagian hartanya kepada pihak yang mengelola demi kepentingan keagamaan yang
lebih dikenal dengan wakaf. Perihal wakaf, khususnya wakaf berupa hak atas tanah
Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Hukum Agraria (selanjutnya disingkat UUPA)
yang menentukan perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan
tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik (selanjutnya disebut PP No. 28 Tahun
1
2
sebelumnya berjalan seperti apa adanya dan tanpa melalui penanganan sungguh-
dan segi hukum. Kemudian pada tahun 2004 diundangkan Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf (selanjutnya disingkat UU No. 41 Tahun 2004) dengan
2004 sebagai berikut: “Bahwa wakaf merupakan perbuatan hukum yang telah lama
hidup dan dilaksanakan dalam masyarakat, yang pengaturannya belum lengkap serta
No. 41 Tahun 2004 menentukan: “Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
syariah”.
Pembahasan mengenai wakaf tanah ini ada kaitannya dengan kasus yang
ternyata wakaf tanah tersebut digunakan oleh penerima wakaf (selanjutnya disebut
oleh pemberi wakaf (selanjutnya disebut Wakif) sebagaimana kasus di bawah ini.
Hj. Nurwahidah pada tahun 1984 telah mewakafkan sebidang tanah yang
terletak di RT. III RW. IV Jalan Bhakti Kelurahan Babussalam, Kecamatan Mandau,
Kabupaten Bengkalis dengan luas 100 x 80 meter kepada nadzir yaitu Sudirman DT.
April 1984 tersebut dibuat dengan selembar surat bersegel, dan hanya ditanda tangani
oleh satu orang nadzir yaitu Sudirman DT. Manggung Simarajo tanpa ada saksi,
untuk dipergunakan sebagai sarana ibadah bagi ummat Islam yaitu Masjid, Mushola
dibiarkan begitu lama dan baru belakangan ini dipergunakan untuk perkebunan dan
peternakan, tanah wakaf tersebut dipergunakan tidak sesuai apa yang semestinya
menurut ikrar wakaf. Karena tanah wakaf tersebut dikelola tidak sebagaimana
mestinya, maka tahun 1997 Hj. Nurwahidah mewakafkan kembali kepada pihak lain
yaitu H. Ali Syamsir/selaku nazhir, akan tetapi timbul keributan dan akhirnya Hj.
oleh Nazhir, karena pewakafan tersebut tidak sesuai dengan yang diharuskan oleh
undang-undang perwakafan yaitu ikrar wakaf. Tanah wakaf tersebut dikelola oleh
mewakafkan tanahnya yaitu untuk kepentingan agama seperti sarana ibadah bagi
ummat Islam atau untuk kesejahteraan umum, namun tanah wakaf tersebut dikelola
sebagai berikut:
Primair:
Subsidair:
seadil-adilnya.
April Tahun 1984 antara Penggugat dengan Tergugat I dan Tergugat II batal demi
hukum;
4. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II atau siapa saja yang menguasai tanah
wakaf tersebut di atas untuk menyerahkannya dalam keadaan kosong dari apa saja
yang ada di atasnya kepada Penggugat untuk diserahkan kembali kepada Umat
Islam (Kaum Muslimin) yang berada sekitar tanah wakaf tersebut sesuai
sebagai berikut :
pertama sebesar Rp. 1.323.500,- (satu juta tiga ratus dua puluh tiga ribu lima ratus
rupiah) dan pada tingkat banding sebesar Rp. 107.000,- (seratus tujuh ribu rupiah).
memberikan amar putusan No. 289 K/AG/2004 tanggal 6 Juli 2005 yang telah
Mengadili Sendiri:
April 1984 antara Penggugat dengan Tergugat I batal dan tidak mempunyai
kekuatan hukum;
di atas dalam keadaan kosong dari apa saja yang ada di atasnya kepada Penggugat
untuk diserahkan kembali kepada Umat Islam (Kaum Muslimin) yang berada
Menghukum Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat
peradilan yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebanyak Rp. 500.000,- (lima ratus
ribu rupiah).
salah satu di antaranya ikrar wakaf menurut pasal 1 angka 3 UU No. 41 Tahun 2004
7
adalah “pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan
kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya”. Sedangkan menurut pasal
(1) Ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan Pejabat
(2) Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara lisan
dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.
mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan
peruntukannya”.
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
miliknya untuk dimanfaatkan guna keperluan ibadah agar sah harus dilakukan ikrar
wakaf. Di dalam wakaf tidak ditentukan kapan harta benda tersebut dimanfaatkan,
dibatalkan dan dialihkan kepada pihak lain yang ternyata juga belum dimanfaatkan
putusan Pengadilan Agama dan pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung dalam
penyerahan wakaf tanah No. 36/135/1984, tertanggal 11 April 1984, yang dibuat
2. Rumusan Masalah
adalah: Apakah tepat putusan Mahkamah Agung Nomor No. 289 K/AG/2004 yang
1984 dikarenakan tanah wakaf tidak digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan
wakif ?
Akta Ikrar Wakaf (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 289 K/AG/2004)”
Akta ikrar wakaf yang dibuat oleh PPAIW merupakan syarat sahnya wakaf,
sehingga jika wakaf diberikan tanpa adanya akta ikrar wakaf, maka wakaf tersebut
Wakaf yang dibuat tanpa ikrar wakaf dan wakaf tidak digunakan sesuai dengan
pada tingkat kasasi membatalkan wakaf tersebut dengan pertinbangan hukum wakaf
digunakan tidak sesuai dengan tujuan wakaf. Sebenarnya wakaf adalah batal demi
hukum, karena tidak dibuat dengan akta ikrar wakaf. Hal inilah yang dijadikan alasan
4. Tujuan Penulisan
dan memenuhi tugas sebagai syarat dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada
5. Metode Penelitian
a. Tipe Penelitian
Tipe penelitian dalam penyusunan skripsi ini yang digunakan adalah tipe
b. Pendekatan Masalah
berlaku berkaitan dengan materi yang dibahas. Sedang pendekatan secara conseptual
approach, yaitu suatu pendekatan di mana membahas pendapat para sarjana melalui
c. Bahan Hukum
- Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, berupa per-
aturan perundang-undangan dalam hal ini UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria, dan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama
Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik dan Peraturan Pemerintah
- Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan
hukum primer, yaitu literatur maupun karya ilmiah para sarjana yang berkaitan
d. Langkah Penelitian
Langkah pengumpulan bahan hukum dalam tulisan ini adalah melalui studi
kepustakaan, yaitu diawali dengan inventarisasi semua bahan hukum yang terkait
terkait dan selanjutnya bahan hukum tersebut disusun dengan sistematisasi untuk
6. Pertanggungjawaban Sistematika
dalamnya diuraikan gambaran secara umum. Sub bab pendahuluan terdiri atas Latar
Bab II. Tinjauan Tentang Wakaf. Bab ini diuraikan secara teoritis sebagai
dasar pembahasan masalah pada bab berikutnya. Sub babnya terdiri atas Pengertian
Bab III. Analisis putusan Mahkamah Agung Nomor No. 289 K/AG/2004 yang
1984. Bab ini disajikan dalam bentuk pembahasan masalah dengan didasarkan atas
uraian secara teoritis pada bab II. Sub babnya terdiri atas Duduknya Perkara,
Pertimbangan Hukum dan Putusan Mahkamah Agung Nomor No. 289 K/AG/2004.
Bab IV, Penutup yang pada hakikatnya merupakan suatu kajian yang beranjak
dari masalah dan diakhiri dengan suatu konklusi yang merupakan jawaban atas
masalah yang dikaji. Sub babnya terdiri dari Simpulan, yang merumuskan kembali
secara singkat jawaban masalah sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab uraian
12
yang harus dikaitkan dengan sub bab pendahuluan dan Saran sebagai alternatif
pemecahan masalah.
BAB II
1. Pengertian Wakaf
Menurut Adijani Al-Alabij wakaf menurut bahasa Arab berarti al-habsu, yang
berasal dari kata kerja habasa-yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
menurut syariah”.
mengatur wakaf tanah, namun perwakafan tanah sebelumnya berjalan seperti apa
perwakafan hanya dipandang dari segi keagamaan dan kurang memperhatikan segi
administrasi. Kemudian pada tahun 2004 diundangkan UU No. 41 Tahun 2004, oleh
Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
h. 25.
12
13
wakaf yang masih baru. Perlunya diadakan pengaturan tentang wakaf ini adalah
untuk memperoleh suatu kepastian hukum dan jelas penggunaan wakaf, mengingat
lembaga wakaf sebagai sarana pranata keagamaan yang sangat potensial, yang
tentunya rawan untuk digunakan menyimpang dari tujuan wakaf. Hal ini nampak dari
a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan
manfaat ekonomi perlu dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan
ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum;
b. bahwa wakaf merupakan perbuatan hukum yang telah lama hidup dan
dilaksanakan dalam masyarakat, yang pengaturannya belum lengkap serta
masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Azhar Basyir sebagaimana dikutip dari buku Ali Rido mengartikan wakaf
sebagai berikut: “Wakaf berasal dari Kata Arab wakif yang menurut lughat berarti
menahan. Menurut istilah, wakaf berarti menahan harta benda yang dapat diambil
manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah serta
menyatakan : “wakaf menurut Bahasa Arab berarti al-habsu yang berasal dari kata
Kemudian wakaf berkembang menjadi habasa dan berarti “mewakafkan harta karena
Allah. Kata wakaf sendiri berasal dari kata kerja waqafa (filmadi) – yaqifu (fiil
Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf, Alumni, Bandung, 2001, h. 121.
3
Ibid.
14
mudari) – waqfan (isim masdar) yang berarti berhenti atau berdiri”.4 Sedangkan
menurut syara, adalah : “Menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa
Menurut Jumhur Ulama, wakaf ialah: “Suatu harta yang mungkin dimanfaatkan
selagi barangnya utuh, dengan putusnya hak penggunaan dari si wakif untuk
kebajikan yang semata-mata demi mendekatkan diri kepada Allah. Harta yang
diwakafkan itu telah lepas dari hak milik wakif dan menjadi ditahan sebagai pemilik
Allah SWT”.6
a. Wakaf Khairi ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan
umum, tidak dikhususkan untuk orang-prang tertentu.
b. Wakaf Ahli atau wakaf keluarga ialah wakaf yang ditujukan pada orang-orang
tertentu seorang atau lebih, baik keluarga wakif atau bukan.7
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, Jakarta,
1999, h. 175.
7
Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan Di Indonesia, Pilar Media,
Yogyakarta, 2005, h. 34.
15
sebagai berikut :
(1)Badan-badan hukum Indonesia dan orang atau orang-orang yang telah dewasa
dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan
perbuatan hukum, atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan dari pihak lain,
dapat mewakafkan tanah miliknya dengan memperhatikan peraturan-
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam hal Badan-badan Hukum, maka yang bertindak atas namanya adalah
pengurusnya yang sah menurut hukum.
a. Wakif;
b. Nazhir;
c. Harta Benda Wakaf;
d. Ikrar Wakaf;
e. Peruntukan harta benda wakaf;
f. Jangka waktu wakaf.
Ad. a. Wakif
a. perseorangan;
b. organisasi;
c. badan hukum.
Wakif perseorangan menurut pasal 8 ayat (1) UU No. 41 Tahun 2004 harus
Hal ini sesuai pasal 3 ayat (1) PP No. 28 Tahun 1977 sebagaimana dikutip di atas.
apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik
jika wakif berbentuk badan hukum hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi
ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum
Ad. b. Nazhir
17
orang atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan benda
wakaf”. Sedangkan menurut pasal 1 angka 4 UU No. 41 Tahun 2004 adalah : “Pihak
yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan
adalah orang yang memegang amanat untuk memelihara dan menyelenggarakan harta
a. perseorangan;
b. organisasi; atau
c. badan hukum”.
Sedangkan menurut pasal 10 ayat (1) UU No. 41 Tahun 2004 ditentukan sebagai
berikut :
Pasal 10 ayat (2) UU No. 41 Tahun 2004 nazhir dalam bentuk organisasi ditentukan
sebagai berikut :
Nazhir yang berbentuk badan hukum di dalam pasal 6 ayat (2) PP No. 28 Tahun 1977
diwakafkan.
Nazhir berbentuk badan hukum menurut Pasal 10 ayat (3) UU No. 41 Tahun 2004
Mengenai kewajiban nazhir menurut pasal 7 PP No. 8 Tahun 1977 sebagai berikut :
Wakaf Indonesia”. Dalam pasal 14 ayat (1) UU No. 41 Tahun 2004 menentukan
bahwa: “Dalam rangka pembinaan, Nazhir harus terdaftar pada Menteri dan Badan
PP No. 28 Tahun 1977 “berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang besarnya
dan macamnya ditentukan lebih lanjut oleh Menteri agama”, namun peraturanm
Menteri Agama yang dimaksud belum pernah terbentuk. Pada dasarnya menurut
Abdul Ghofur Anshori siapa saja dapat menjadi Nazhir asalkan dia tidak terhalang
10
Ibid., h. 28.
20
ditentukan dalam Pasal 15 UU No. 41 Tahun 2004, sebagai berikut : Harta benda
wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah.
Harta benda wakaf menurut PP No. 28 Tahun 1977 berupa tanah hak milik,
sehingga yang dapat diwakafkan tidak ada bentuk lain selain tanah. Sedangkan
Menurut Abdul Ghofur Anshori harta benda wakaf dipandang sah apabila
merupakan harta bernilai, tahan lama dipergunakan dan hak milik wakif murni.11
11
21
a. Barang atau benda itu tidak rusak atau habis ketika diambil manfaatnya
b. Kepunyaan orang yang berwakaf. Benda yang bercampur haknya dengan
orang lain pun boleh diwakafkan seperti halnya boleh dihibahkan atau
diswakan
c. Bukan barang haram atau najis. 12
kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah miliknya”. sedangkan menurut pasal 1
angka 3 UU No. 41 Tahun 2004 adalah: “Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak
wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan
Ibid., h. 26.
12
tulisan, lisan atau dengan suatu isyarat yang dapat dipahmi maksudnya. Pernyataan
dengan tulisan atau lisan dapat dipergunakan menyatakan wakaf oleh siapa saja,
sedangkan cara isyarat hanya bagi orang yang tidak dapat menggunakan dengan cara
tulisan atau lisan. Tentu saja pernyataan dengan isyarat tersebut harus sampai benar-
kemudian hari.13
Mengenai peruntukan wakaf ini tidak lepas dari tujuan dan fungsi wakaf,
sesuai dengan pasal 2 PP No. 28 Tahun 1977 yang menentukan : “Fungsi wakaf
adalah mengekalkan manfaat benda wakaf sesuai dengan tujuan wakaf”. Menurut
pasal 4 UU No. 41 Tahun 2004 bahwa : “Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda
13
wakaf sesuai dengan fungsinya”. Sedangkan fungsi wakaf menurut pasal 5 UU No.
41 Tahun 2004 adalah : “Mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf harta benda wakaf pasal 22 UU No.
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya
dapat diperuntukkan bagi;
a. sarana dan kegiatan ibadah;
b. sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;
c. bantuan kepada fakir miskin anak terlantar, yatim piatu, bea siswa;
d. kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau
e. kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan
syariah dan peraturan perundang-undangan.
Mengenai peruntukan wakaf ini tercantum secara jelas dalam ikrar wakaf,
Perihal jangka waktu wakaf, PP No. 28 Tahun 1977 tidak memberikan jangka
waktu wakaf, karena wakaf harus diberikan selama-lamanya. Hal ini nampak dari
Dalam Undang-undang Pokok Agraria hanya hak milik yang mempunyai sifat
yang penuh dan bulat, sedangkan hak-hak atas tanah lainnya seperti Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, hanyalah mempunyai jangka waktu
yang terbatas, sehingga oleh karenanya pemegang hak-hak tersebut tidak
mempunyai hak dan kewenangan seperti halnya pemegang hak milik.
24
Di atas telah disebutkan bahwa di dalam ikrar wakaf tercantum jangka waktu wakaf.
Mengenai lamanya waktu wakaf ini tidak terdapat ketentuan yang jelas. Jika
dikaitkan dengan pasal 1 angka 1 UU No. 41 tahun 2004 yaitu selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan abadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai kepentinganya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Jadi harta benda
Menurut Abdul Ghoful Anshori untuk sahnya suatu wakaf diperlukan syarat-
14
menentukan sebagai berikut: “Untuk itu dalam wakaf, wakif atau kuasanya harus
menyerahkan surat dan/atau bukti kepemilikan atas harta benda wakaf kepada
PPAIW”. Tentang ikrar wakaf menurut pasal 21 UU No. 41 Tahun 2004 ditentukan
sebagai berikut:
sebagai berikut :”PPAIW atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada
Instansi yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf
ditandatangani”.
sebagai berikut:
Dalam pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32,
PPAIW menyerahkan:
a. salinan akta ikrar wakaf;
26
41 Tahun 2004 terdapat hal-hal yang tidak boleh dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. dijadikan jaminan;
b. disita;
c. dihibahkan;
d. dijual;
e. diwariskan;
f. ditukar; atau
g. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.
Khusus mengenai larangan benda wakaf untuk ditukar, masih memungkinkan untuk
dilakukan penukaran yaitu untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum
berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah dan ada izin tertulis dari Menteri atas
persetujuan Badan Wakaf Indonesia. Wakaf yang sudah diubah statusnya karena
ketentuan pengecualian wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai
bagi penerima wakaf atau Nazhir untuk mengelola harta wakaf. Mengenai kewajiban
dari Nazhir tertuang dalam pasal 42 sampai dengan pasal 46 UU No. 41 Tahun 2004,
yang menentukan: “Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf
menyerahkan harta benda miliknya di jalan agama. Oleh karena itu Nazhir harus
27
mampu memfungsikan harta wakaf tersebut. Hal ini diatur dalam pasal 43 UU No. 41
sebagai berikut:
(1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazdir dilarang
melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin
tertulis dari Badan Wakaf Indonesia.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan
apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan
peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar wakaf.
Oleh karena tugas pokoknya adalah mengelola harta wakaf, maka jika tidak
mampu mengelola harta wakaf, Nazhir dapat diganti. Hal ini nampak dalam
(1) Pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat
dilakukan perubahan peruntukan atau penggunaan lain daripada yang
dimaksud dalam Ikrar Wakaf.
(2) Penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapat
persetujuan tertulis dari Menteri Agama, yakni :
a. karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh
wakif;
b. karena kepentingan umum.
(3) Perubahan status tanah milik yang telah diwakafkan dan perubahan
penggunaannya sebagai akibat ketentuan tersebut dalam ayat (2) harus
dilaporkan oleh Nadzir kepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah cq
Kepala Sub Direktorat Agraria setempat untuk mendapatkan penyelesaian
lebih lanjut.
29
BAB III
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 289 K/AG/2004
1. Duduknya Perkara
amalan ketika masih hidup di dunia dapat membantu untuk mengantarkan dirinya ke
sorga. Salah satu bentuk amalan terutama bagi orang-orang yang beragama Islam
dosa-dosa selama hidup di dunia. Demikian halnya dengan Hj. Nurwahidah sebelum
meminggal dunia mewakafkan sebagian bidang tanahnya, tepatnya pada tahun 1984
yaitu mewakafkan sebidang tanah yang terletak di RT. III RW. IV Jalan Bhakti
80 meter ummat Islam seperti Masjid, Mushola dan untuk kesejahteraan umum
lainnya. Wakaf Hj. Nurwahidah diterima oleh Sudirman DT. Manggung Simarajo
selaku nadzir.
bersegel, ditandatangani oleh Sudirman DT. Manggung Simarajo tanpa ada saksi.
29
30
Semenjak Hj. Nurwahidah mewakafkan tanah tersebut, tanah wakaf dibiarkan begitu
lama dan baru belakangan ini dikelola, namun tidak lagi sesuai apa yang dikehendaki
dalam surat wakaf tanah No. 36/135/1984, tertanggal 11 April 1984. Karena tanah
wakaf tersebut tidak juga dikelola sebagaimana mestinya, tahun 1997 Hj.
nazhir, akan tetapi timbul keributan dan akhirnya Hj. Nurwahidah serta merta
Sudirman DT. Manggung Simarajo dengan penerima wakaf berikutnya yaitu H. Ali
agar membatalkan surat wakaf tanah No. 36/135/1984, tertanggal 11 April 1984.
April antara Penggugat I dan Penggugat II dengan Tergugat I batal demi hukum;
Nazhir membiarkan obyek wakaf begitu lama dan baru belakangan ini dikelola,
namun tidak lagi sesuai apa yang semestinya menurut ikrar wakaf. Bahwa karena
tanah wakaf tersebut tidak juga dikelola sebagaimana mestinya, maka wakif yang
pertama sebesar Rp. 1.323.500,- (satu juta tiga ratus dua puluh tiga ribu lima ratus
rupiah) dan pada tingkat banding sebesar Rp. 107.000,- (seratus tujuh ribu
rupiah).
dan menyatakan surat wakaf sah, mengandung maksud bahwa Pengadilan Tinggi
Agama menyatakan sah wakaf meskipun dibuat tanpa akta ikrar wakaf di hadapan
PPAIW.
32
memberikan amar putusan No. 289 K/AG/2004 tanggal 6 Juli 2005 yang telah
4/Pdt.G/2003/PTA.PBR.
Mengadili Sendiri:
April 1984 antara Penggugat dengan Tergugat I batal dan tidak mempunyai
kekuatan hukum;
di atas dalam keadaan kosong dari apa saja yang ada di atasnya kepada Penggugat
untuk diserahkan kembali kepada Umat Islam (Kaum Muslimin) yang berada
hukumnya.
surat penyerahan wakaf tanah No. 36/135/1984, tertanggal 11 April 1984 adalah
batal.
wakaf begitu lama dan baru belakangan ini dikelola, namun tidak lagi sesuai apa yang
semestinya menurut ikrar wakaf, maka wakif yang mewakafkan kembali kepada
Hj. Nurwahidah menyerahkan bidang tanah miliknya di RT. III RW. IV Jalan
luas 100 x 80 meter ummat Islam seperti Masjid, Mushola dan untuk kesejahteraan
umum lainnya, diterima oleh Sudirman DT. Manggung Simarajo, yang berarti
terdapat unsur wakaf karena penyerahan bidang tanah tersebut adalah untuk
orang dari sesuatu atau memenjarakan. Kemudian kata ini berkembang menjadi
habbasa dan berarti mewakafkan harta karena Allah.15 Sedangkan secara normatif
15
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
menurut syariah”. Jadi Hj. Nurwahidah memisahkan sebagian harta benda miliknya
a. Wakif;
b. Nazhir;
d. Ikrar Wakaf;
melakukan tabarru yaitu melepaskan hak milik tanpa imbangan materiil. Artinya
mereka telah dewasa (baligh), berakal sehat, tidak di bawah pengampuan dan tidak
karena terpaksa berbuat. Cakap ber tabarru didasarkan pertimbangan akal yang
sempurna pada orang yang telah mencapai umur baligh. Di dalam fikih Islam baligh
dititik beratkan pada umur sedangkan rasyid mengacu kepada kematangan jiwa atau
kemantangan akalnya. Hj. Nurwahidah adalah orang perorangan dan cakap bertindak
35
sebagai wakif, yaitu dewasa; berakal sehat; tidak terhalang melakukan perbuatan
hukum; dan pemilik sah harta benda wakaf. Sehingga unsur harus ada wakif telah
terpenuhi.
diterima oleh Sudirman DT. Manggung Simarajo. Orang yang menerima wakaf
menurut pasal 1 angka 4 PP No. 28 Tahun 1977 disebut sebagai Nazhir adalah
kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan
benda wakaf. Menurut pasal 1 angka 4 UU No. 41 Tahun 2004 adalah : “Pihak yang
menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai
orang yang memegang amanat untuk memelihara dan menyelenggarakan harta wakaf
sesuai dengan tujuan perwakafan tersebut.16 Hal ini berarti syarat Nazhir telah
terpenuhi.
Hj. Nurwahidah mewakafkan bidang tanah yang terletak di RT. III RW. IV
dengan luas 100 x 80 meter ummat Islam seperti Masjid, Mushola dan untuk
kesejahteraan umum lainnya. Jika dikaitkan dengan harta benda wakaf haruslah milik
wakif sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 15 UU No. 41 Tahun 2004, sebagai
berikut : Harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai
oleh wakif secara sah. Harta benda wakaf menurut PP No. 28 Tahun 1977 berupa
16
tanah hak milik, sehingga yang dapat diwakafkan tidak ada bentuk lain selain tanah.
Sedangkan menurut pasal 16 UU No. 41 Tahun 2004, berupa benda tidak bergerak;
dan benda bergerak. Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar; bangunan atau bagian
bangunan yang berdiri di atas tanah; tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan
tanah; hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
Manggung Simarajo dibuat secara tertulis, tidak ditindak lanjuti menghadap PPAIW.
Sebagaimana pasal 1 angka 3 PP No. 28 Tahun 1977 bahwa “Ikrar adalah pernyataan
kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah miliknya”. Sedangkan menurut pasal 1
angka 3 UU No. 41 Tahun 2004 adalah: “Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak
wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan
harta benda miliknya”. Menurut 9 PP No. 28 Tahun 1977 ditentukan : Pihak yang
Ikrar Wakaf untuk melaksanakan Ikrar Wakaf. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama. Isi dan bentuk Ikrar Wakaf
ditetapkan oleh Menteri Agama. Pelaksanaan Ikrar, demikian pula pembuatan Akta
Ikrar Wakaf, dianggap sah, jika dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2
37
(dua) orang saksi. Pada ikrar wakaf disyaratkan yang mewakafkan tanah membawa
dan menyerahkan kepada Pejabat surat surat berikut : sertifikat hak milik atau tanda
bukti pemilikan tanah lainnya; surat keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat
oleh Kepala Kecamatan setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah dan
tidak tersangkut sesuatu sengketa; surat keterangan pendaftaran tanah; izin dari
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah cq Kepala Sub. Hal ini berarti bahwa syarat
Peruntukan harta benda wakaf, Hj. Nurwahidah. Peruntukan wakaf ini tidak
lepas dari tujuan dan fungsi wakaf, sesuai dengan pasal 2 PP No. 28 Tahun 1977
yang menentukan : “Fungsi wakaf adalah mengekalkan manfaat benda wakaf sesuai
dengan tujuan wakaf”. Menurut pasal 4 UU No. 41 Tahun 2004 bahwa : “Wakaf
fungsi wakaf menurut pasal 5 UU No. 41 Tahun 2004 adalah : “Mewujudkan potensi
dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk
miliknya untuk pembangunan tempat ibadah bagi ummat Islam yaitu Masjid, atau
digunakan untuk lahan perkebunan dan peternakan. Sehingga syarat peruntukan harta
Perihal jangka waktu wakaf jika dikaitkan dengan pasal 1 angka 1 UU No. 41
tahun 2004 yaitu selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
syariah Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai kepentinganya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah. Jadi harta benda wakaf harus dimanfaatkan
bidang tanah miliknya untuk selama-lamanya, sehingga syarat jangka waktu wakaf
telah terpenuhi.
wakaf tanah seluas 100 x 80 meter dari Hj. Nurwahidah selaku wakif yang diterima
oleh Sudirman DT. Manggung Simarajo selaku nazhir, belum sah karena tidak
memenuhi unsur wakaf yaitu wakaf belum dibuat dalam bentuk ikrar wakaf yang
dibuat oleh PPAIW. Oleh karena wakaf belum dinyatakan sah, maka jika Hj.
K/AG/2004 tanggal 6 Juli 2005 yang telah berkekuatan hukum tetap adalah sebagai
berikut:
4/Pdt.G/2003/PTA.PBR.
39
Mengadili Sendiri:
April 1984 antara Penggugat dengan Tergugat I batal dan tidak mempunyai
kekuatan hukum;
permohonan Hj. Nurwahidah, hanya saja karena tidak digunakan sesuai dengan
April 1984 batal, yang berarti batalnya wakaf bukan disebabkan karena wakaf dibuat
dalam bentuk akta ikrar wakaf di hadapan PPAIW. Sebagaimana diketahui bahwa
wakaf Hj. Nurwahidah yang diterima oleh Sudirman DT. Manggung Simarajo selaku
nazhir hanya dibuat dalam bentuk surat penyerahan wakaf, yang di dalamnya
wakaf tidak sesuai dengan peruntukannya, oleh karena itu wakaf tersebut adalah batal
demi hukum. Mahkamah Agung dalam putusannya menyatakan wakaf yang dibuat
tidak sesuai dengan peruntukannya sebagaimana surat wakaf, maka wakaf dapat
dibatalkan.
40
BAB IV
PENUTUP
1. Simpulan
bahwa putusan Mahkamah Agung Nomor No. 289 K/AG/2004 yang membatalkan
surat penyerahan wakaf tanah No. 36/135/1984, tertanggal 11 April 1984 dikarenakan
tanah wakaf tidak digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan wakif adalah tepat,
karena :
penyerahan wakaf tanah No. 36/135/1984, tertanggal 11 April 1984 dan tidak
40
Saran
pentingnya akta ikrar wakaf sebagai syarat sahnya wakaf, agar wakaf tersebut
DAFTAR BACAAN
SKRIPSI
Oleh
SENSA CARMAN NOVARSI
NRP 2040206
PUTUSAN
No. 03 PK/AG/2008
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAHAGUNG
memeriksa perkara perdata agama dalam peninjauan kembali telah
memutuskan sebagai berikut dalam perkara:
1. SUDIRMAN DT. MANGGUNG SIMARAJO, bertempat tinggal di Jalan
Erba No. 23, RT. 01/RW. 6, Kelurahan Lembah Damai, Kecamatan Rumbai,
Kota Pekanbaru;
2. H. ALI SYAMSIR, bertempat tinggal di Jalan Bhakti Nusantara No. 1, RT.
2/RW. 6, Kelurahan Babussalam, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis;
para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu para Termohon Kasasi/para
Tergugat/turut Terbanding-Pembanding;
melawan:
Hj. NURWAHIDAH, bertempat tinggal di Jalan Kejaksaan No. 261, Kelurahan
Babussalam, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis; Termohon
Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/Penggugat II/Terbanding;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa para Pemohon
Peninjauan Kembali dahulu para Termohon Kasasi/para Tergugat/ turut
Terbanding-Pembanding telah mengajukan permohonan peninjauan kembali
terhadap putusan Mahkamah Agung No. 289 K/AG/2004 tanggal 6 Juli 2005
yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon
Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/Penggugat II/ Terbanding
dengan posita gugatan sebagai berikut:
Bahwa Penggugat I dan Penggugat II pada tahun 1984 telah mewakafkan
sebidang tanah yang saat sekarang ini terletak di RT. III RW. IV Jalan Bhakti
Kelurahan Babussalam, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis dengan
luas 100 x 80 meter;
Bahwa pada saat Penggugat berwakaf tersebut dimana hanya dibuat
selembar surat di atas Segel yaitu berupa surat penyerahan wakaf tanah,
namun di dalam surat penerima wakaf dan saksi hanya ditanda tangani oleh
satu orang saja;
Bahwa semenjak Penggugat mewakafkan tanah tersebut, tanah wakaf
itu terbiar begitu lama dan baru belakangan ini dikelola, namun tidak lagi
sesuai apa yang semestinya menurut ikrar wakaf;
Bahwa karena tanah wakaf tersebut tidak juga dikelola sebagaimana
mestinya, maka tahun 1997 Penggugat mewakafkan kembali kepada pihak
lain, akan tetapi timbul keributan dan akhirnya Penggugat serta merta
mencabut dan membatalkan surat-surat yang berhubungan tanah wakaf
tersebut;
48
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………….……….... iii
3. Tujuan Penulisan…………………………………......... 8
1. Pengertian Wakaf................................................................ 12
1. Duduknya Perkara 29
…….......................................................
K/AG/2004 40
53
……………………………………………….. 40
1. Simpulan
………………………………………………...
2. Saran
…………………………………………………….
DAFTAR BACAAN
54