Anda di halaman 1dari 30

Makalah Sistem Pengaman Pada Gardu

Dosen Mata Kuliah


Ichwan Yel Fianhar, ST, M.Eng.Sc

Disusun Oleh :

Yoga Maulana Putra 17063072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah pengaman sistem tenaga dengan judul "
Makalah Sistem Pengaman Pada Gardu" tepat pada waktunya. Penyusunan
makalah semaksimal mungkin penulis upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, terutama Bapak Ichwan Yel Fianhar, ST, M.Eng.Sc sebagai dosen
pembina mata kuliah pengaman sistem tenaga. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek
lainnya. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan
besar keinginan penulis dapat menginspirasi para pembaca.

Padang, November 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
A. Penangakal Petir..................................................................................................4
1. Jenis Lightning Arrester.........................................................................................6
a. Arester Jenis Ekspulsi atau tabung pelindung........................................................6
B. SAKELAR PEMISAH (PMS).............................................................................9
C. Pemutus Tenaga (PMT).....................................................................................14
D. Rele Proteksi dan Panel Kontrol.......................................................................19
3. Lemari Hubung..................................................................................................21
4. Saklar Pentanahan.............................................................................................22
5. Kompensator......................................................................................................22
BAB III...........................................................................................................................23
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................24
Daftar Pustaka...............................................................................................................25

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ketenagalistrikan di Indonesia dirancang dengan mengikuti


segala prosedur dan standar yang berlaku. Segala jenis peralatan pada
sistem ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin dan menjaga
kontinuitas tenaga listrik. Selain itu sistem pengaman yang memiliki
Kepekaan, Kecepatan, Selektifitas yang baik dan sesuai dengan standar
sangat penting untuk menjaga pasokan listrik tidak mengalami ganguan.
Dalam sistem ketenaga listrikan terdiri atas pembangkit, gardu, jaringan
transmisi dan jaringan distribusi. Gardu Induk adalah bagian dari sistem
transmisi yang menerima dan menyalurkan energi listrik sesuai dengan
kebutuhan tegangan serta memiliki peralatan untuk memisahkan sistem
tenaga, peralatan yang terganggu atau peralatan yang akan dipelihara.
Gardu Induk mendapatkan energi listrik yang berasal dari pembangkit
ataupun dari gardu induk lainnya dan menyalurkannya energy listrik
tersebut ke gardu induk lain, konsumen tengangan tinggi dan ke jaringan
sistem distribusi.
Gardu induk dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang diperlukan
sesuai dengan tujuannya, guna memperlancar sistem kerja dari gardu
induk itu sendiri. Peralatan utama yang harus ada pada gardu induk yaitu
transformator sebagai pengatur tegangan, busbar untuk membagi dan
peralatan switching sebagai input dan output dalam sistem penyaluran.
Dalam melakukan proteksi terhadap gardu induk dibutuhkan peralatan-
peralatan yang dapat melindungi sistem yang berada pada sebuah gardu
tersebut.
Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam
suatu instalasitenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama bila

3
terjadi gangguanhubungsingkat, system proteksi juga harus dapat
mengeliminiir

4
2

daerah yang terganggu dan memisahkan daerah yang tidak tergangggu,


sehingga gangguantidak meluas dan kerugian yang timbuk akibat
gangguan tersebut dapat diminimalisasi. Pada sebiah gardu induk terdapat

Gambar 1. Diagram Proteksi gardu induk


berbagai peralatan pengaman seperti proteksi terhadap sambaran petir,
PMT, PMS dan proteksi busbar. Adapun diagram sistem pengaman pada
sebuah gardu induk seperti gambar 1. Dibawah

Sehingga dari gambar diatas dapat diamati bahwa gardu induk memiliki
berbagai macam peralatan proteksi. Sehingga perlu dilakukan penulisan makalah
untuk memahami proteksi pada sebuah gardu induk.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas. Maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem proteksi pada sebuah gardu Induk
2. Apa saja komponen peralatan proteksi pada gardu induk
3. Bagaimana prinsip kerja peralatan proteksi gardu induk
3

C. Tujuan Penulisan

Dari uraian rumusan masalah diatas maka penulisan makalah ini memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Memahami sistem proteksi pada sebuah gardu Induk.
2. Mengetahui komponen peralatan proteksi pada gardu induk.
4. Memahami prinsip kerja peralatan proteksi gardu induk
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penangakal Petir
Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan
listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian
harta benda dan manusia. Tak ada yang dapat mengubah situasi ini. Petir
terjadi karena adanya benturan antara awan yang bermuatan listrik positif
di udara. Kilatan cahaya petir yang mengandung arus listrik sangat kuat
tersebut dapat merusak bangunan ataupun peralatan elektronik.
Petir adalah salah satu fenomena alam yang paling kuat dan
menghancurkan. kekuatan petir yang pernah tercatat adalah mulai
dari ribuan amper sampai 200.000 amper atau sama dengan kekuatan
yang dibutuhkan untuk menyalakan 500 ribu lampu bohlam 100 watt.
Meskipun arus petir hanya sesaat kira-kira selama 200 micro-detik tapi
hasil kerusakan yang ditimbulkan sangat luarbiasa. Effek dari serangan
langsung sangat jelas terlihat, mulai dari kerusakan bangunan, kebakaran
sampai bahaya kematian bagi manusia.
Selain itu pada saat petir menyambar akan ada loncatan
muatan listrik ke benda yang bersifat konduktor disekitar pusat
hantaman. loncatan ini bahkan bisa mengalir kemana- mana hingga
puluhan kilometer. Untuk hal tersebut diatas diperlukan penangkal petir
yang sangat baik terutama untuk gedung, fasilitas umum dan pusat bisnis
yang menghandalkan komputer atau peralatan elektronik untuk seluruh
kegiatan bisnis-nya. Pada gardu induk komponen untuk mengamankan
bahaya dari sambaran petir adalah Ligtning Arraster.
Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik
terhadap surja petir. Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh
arus petir, sehingga tidak mengganggu aliran arus daya sistem 50 Hz dan
tidak timbul tegangan lebih pada peralatan. Bila timbul surja maka
5

lightning arrester akan berlaku sebagai konduktor dan melewatkan aliran


arus yang tinggi. Alat ini mempunyai proteksi lebih baik, khususnya pada
saluran yang mempunyai tingkat gangguan yang rendah. Alat ini
khususnya baik digunakan pada saluran di pedesaan (rural) yang dilayani
dari gardu yang kecil. Sesudah lima atau enam kali alat ini beroperasi
ketahanan impuls isolasinya akan dengan mudah menjadi lebih tinggi dari
ketahanan impuls isolasi saluran yang diproteksinya. Dengan demikian
alat proteksi ini tidak dapat lagi memberikan proteksi yang memadai.
Untuk mendapatkan tingkat proteksi yang lebih baik disarankan
untuk menggunakan arester pada seluruh fasa pada interval tertentu.
Sistem proteksi ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan
memakai kawat tanah (tapi harga lebih mahal).
Arester merupakan alat proteksi yang dipasang pada gardu atau
saluran-saluran tenaga listrik, dengan tujuan menyalurkan tegangan lebih
ke tanah sampai batas aman untuk peralatan. Jika sebuah gelombang
mencapai arester akan terjadi tembus tegangan tertentu dan baru akan
melalui impedansi rendah ke tanah. Jika arus surja telah berlalu dan
tegangan kembali normal, maka impedansi ini harus menjadi besar.
Karakteristik Lightning Arrester yang ideal, yaitu:
a. Pada tegangan sistem yang normal arester tidak boleh bekerja.
Tegangan tembus arester pada frekuensi jala-jala harus lebih tinggi
dari tegangan pada sistem.
b. Setiap gelombang transien dengan tegangan puncak yang lebih tinggi
dari tegangan tembus arester (UA) harus mampu mengerjakan arester
untuk mengalirkan arus ke tanah.
c. Arus sistem tidak boleh mengalir ke tanah setelah gangguan diatasi
(follow current). Follow current harus dipotong begitu gangguan telah
hilang dan tegangan kembali normal.
d. Arester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa
menyebabkan tegangan pada terminal arester lebih tinggi dari tegangan
sumbunya sendiri dan tanpa merusak arester itu sendiri.
6

1. Jenis Lightning Arrester


a. Arester Jenis Ekspulsi atau tabung pelindung
Arester jenis ekspulsi ini mempunyai karakteristik dapat
memutuskan arus susulan dan volt-waktu yang lebih baik dari
sela batang, namun tegangan percik impulsnya lebih tinggi dari
arester katup. Kemampuan untuk memutuskan arus susulan
pada jenis ini tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari
sistem pada titik dimana arester itu dipasang. Arester jenis
ekspulsi terdiri dari sela percik batang yang berada diluar di
udara atau disebut sela seri dan sela percik yang berada di
dalam tabung serat seperti pada Gambar 1.

Gambar 2. Elemen-Elemen Arester Jenis Ekspulsi atau Tabung Pelindung

Tegangan surja yang tinggi akan tembus seketika dan


membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur api bila tegangan
surja tersebut sampai pada jepitan arester kedua sela percik. Jadi
arester menjadi konduktor dengan impedansi rendah dan
melakukan surja arus dan arus daya sistem bersama-sama. Panas
yang timbul karena mengalirnya arus petir akan membuat sedikit
bahan dinding tabung serat menguap membentuk gas sehingga
7

dapat mematikan busur api pada waktu arus susulan melewati titik
nolnya. Arus susulan dalam arester ini lamanya biasanya kurang
dari setengah gelombang, jadi tidak menimbulkan gangguan.

2. Arester Jenis Katup


Arester jenis katup dibagi menjadi tiga jenis yaitu jenis
gardu, jenis saluran dan arester untuk melindungi mesin-mesin
berputar. Arester jenis katup ini terdiri dari sela percik seri yang
terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik
non linier seperti pada Gambar 2.

Gambar 3. Elemen-Elemen Arester Jenis Katup


Sela seri tersebut tidak akan tembus oleh tegangan frekuensi dasar.
Pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, maka sela seri akan
tembus dan alat tersebut menjadi penghantar, namun sela seri itu tidak bisa
memutuskan arus susulan. Arester katup jenis ini dipakai secara umum
pada gardu induk besar dan merupakan jenis yang paling efisien dan juga
paling mahal. Umumnya dipakai untuk melindungi alat-alat yang mahal
pada rangkaian-rangkaian, mulai dari 2400 Volt sampai 287 kV dan lebih
tinggi.
Arester Katup Jenis Saluran  Arester ini lebih murah dari arester
jenis gardu. Kata “saluran” disini bukanlah berarti untuk perlindungan
8

saluran transmisi. Seperti arester jenis gardu, arester ini digunakan untuk
melindungi peralatan - peralatan tegangan tinggi pada sistem tegangan 15
kV sampai 69 kV. Berarti arester ini juga cocok digunakan untuk
perlindungan peralatan di sepanjang saluran distribusi. Contoh arester
jenis ini yang paling sering digunakan yaitu MOV (metal oxide varistor)
lightning arester. Arester ini bersifat clamping, yaitu merupakan nonlinier
resistor (varistor) yang mengalirkan sangat sedikit sekali arus dari
tegangan lebih yang terjadi. Clamping akan mulai menghantarkan lebih
banyak ketika impedansinya mulai turun secara cepat dengan
bertambahnya tegangan. Peralatan ini lebih efektif untuk menghantarkan
penambahan jumlah arus untuk membatasi tegangan surja. Untuk melihat
karakteristik MOV dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4. Karakteristik Volt-Ampere dari MOV


Arester mempunyai dua rating penting. Yang pertama
adalah Maximum Continuous Operating Voltage (MCOV),
mempunyai nilai yang lebih besar dari garis tegangan dan biasanya
sering tak kurang dari 125% dari tegangan nominal sistem. Yang
kedua adalah Energy Dissipation Rating (in joule). MOV lebih
bagus untuk energi rating yang lebar.

a. Arester Katup Jenis Gardu untuk mesin-mesin


Arester jenis ini khusus untuk melindungi mesin-mesin
berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.
9

Untuk arester jenis ekspulsi, tingkat perlindungan ditetapkan sama


dengan tegangan percik sela (Va). Sedang untuk arester jenis
katup, tingkat proteksi ditetapkan sama dengan tegangan Vp,
karena Vp berlangsung lebih lama dari Va.

(a) Jenis Ekspulsi                                                (b) Jenis Katup


Gambar 5. Tingkat Proteksi Arester

B. SAKELAR PEMISAH (PMS)


1. Pengertian Sakelar Pemisah (PMS)
Disconnecting switch atau pemisah (Pms) suatu peralatan
sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah
rangkaian listrik tanpa arus beban (memisahkan peralatan listrik
dari peralatan lain yang bertegangan), dimana pembukaan atau
penutupan Pms ini hanya dapat dilakukan dalam kondisi tanpa
beban.

Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari


peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh
dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.
Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat
memutuskan arus yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo
atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan penutupannya harus
dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka. Untuk
menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka
10

harus ada keadaan saling mengunci (interlock), antara pemisah dan


pemutus beban. Seperti pemisah yang terdapat di GI dalam
rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan
mencegah bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya
masih tertutup. Jika dikerjakan dengan tangan (manual), maka
untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai lampu sebagai tanda
“boleh kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol.
Cara lain adalah dengan menggunakan kunci untuk masing-masing
kontak kontrol atau kunci rangkap (doublet). Dalam pemakaiannya
PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan sistem dan
perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada
perbaikan.
Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga
dengan beban nominal.
b. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada
waktu ada gangguan listrik.
c. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban
Dari definisi diatas maka dapat diketahui fungsi dari pemisah
(PMS) adalah sebuah alat yang dapat menyambung
ataumemutuskan rangkaian dengan arus yangrendah kurang lebih
lima ampere (5A). Sesuai dengan fungsinya pemisah dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Pemisah tanah
Saklar pemisah tanah berfungsi Berfungsi untuk
memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain
yang bertegangan. Pms ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban.
b. Pemisah peralatan
11

Saklar pemisah peralatan ini berfungsi mengamankan dari


arus tegangan yang timbul sesudah saluran tegangan tinggi
diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau kabel
lainnya.Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang yang
bekerja pada peralatan instalasi.
2. Prinsip Kerja Pemisah (PMS)
Pada dasarnya prinsip PMS ini sama dengan prinsip saklar biasa.
Pada dasarnya PMS dipakai untuk membebaskan PMT dari
tegangan yang mengalir pada PMT tersebut. Agar dapat dilakukan
perawatan atau perbaikan pada PMT tersebut, maka PMS harus
dibuka agar pada PMT tersebut tidak terdapat tegangan dan PMT
aman bagi teknisi yang akan melakukan perawatan. Pada PMS
terdapat mekanisme interlocking yang berfungsi untuk
mengamankan pembukaan dan penutupan PMS. Mekanisme
interlocking tersebut adalah:
a. PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.
b. Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat di tutup hanya
pada saat PMS dalam keadaan terbuka.
c. PMS dapat di tutup ketika PMT dan Saklar pembumian
terbuka.
d. PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah
terbuka atau telah tertutup.
3. Jenis-jenis Pemisah
Menurut fungsi penempatan, pemisah dapat dibagi menjadi lima
tempat yaitu :
a. Saklar Pemisah Penghantar
Saklar pemisah ini terpasang pada sisi penghantar.
b. Saklar Pemisah Rel
Saklar pemisah ini terpasang pada sisi rel atau bus, sehingga rel
tersebut terpisah menjadi dua seksi.
c. Saklar Pemisah Kabel
12

Saklar pemisah ini terpasang pada sisi kabel.


d. Saklar Pemisah Seksi
Saklar pemisah ini terpasang pada suatu rel atau bus yang
terpisah menjadi dua seksi. Saklar ini berada didekat jalur bus
A dan bus B.
e. Saklar Pemisah Tanah
Saklar pemisah ini terpasang pada penghantar atau kabel yang
menuju atau yang menghubungkan ke tanah.
Sedangkan menurut gerakan dari lengannya pemisah dibagi
menjadi lima yaitu:
a. Pemisah Putar
Saklar pemisah putar memiliki dua buah kontak diam dan dua
buah kontak gerak yang dapat berputar pada sumbunya. Model
saklar pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.
b. Pemisah Luncur
Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya hanya bergerak
keatas dan kebawah saja. Model saklar pemisah ini biasanya
berada di dalam kubikel dengan peralatan-peralatan yang lain
dan di letakkan di dalam Gardu Induk.
c. Pemisah Siku
Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak diam tetapi
hanya terdapat dua buah kontak gerak yang gerakannya hanya
mempunyai besar sudut 90 derajat. Model saklar pemisah ini
biasanya di letakkan di luarGardu Induk.
d. Pemisah Engsel
Saklar pemisah engsel ini memiliki satu kontak diam dan satu
engsel yang dapat membuka ke atas dengan sudut 90 derajat.
Saklar pemisah ini gerakannya dari engsel yang biasanya
digunakan untuk teganganmenengah 20 kV – 6 kV. Model
saklar pemisah ini biasanya diletakkan di luar Gardu Induk.
e. Pemisah Pantograph
13

Saklar pemisah pantograph ini mempunyai kontak diam yang


terletak pada rel dan kontak gerak yang terpasang pada ujung
lengan-lengan pantograph. Model saklar pemisah ini biasanya
di letakkan di luar Gardu induk. Pemisah pantograph biasanya
digunakan di jaringan 500 kV.
4. Bagian-bagian dari Pemisah
Dilihat dari segi konstruksinya pemisah dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Tiga isolator pendukung, pendukung tengah berputar, pemisah
ganda.
2. Dua isolator pendukung, pemisah tunggal.
5. Pemeliharaan Pemisah
Pemeliharaan rutin pada pemisah sebagai berikut:
a. Mengecek kondisi fisiknya Peralatan yang di periksa Sebelum
Sesudah
1) Pentanahan (Grounding)
a. Kawat pentanahan baik baik
b. Terminal pentanahan baik baik
2) Isolator
a. Kebersihan kotor bersih
b. Retak atau pecah tidak ada tidak ada
b. Pembersihan
1) Pisau-pisau kotor bersih
2) Kontak-kontak kotor bersih
3) Kekencangan Baut
4) Terminal utama kencang kencang
5) Tangkai Penggerak kencang kencang
6) Tangkai Penggerak
7)Keadaan sambungan baik baik
7) Keadaan terkunci
8) Box Mekanik
14

9) Roda gigi normal normal


10) Motor penggerak normal normal
11) Kontak-kontak bantu kotor bersih
12) Pondasi
13) Keretakan tidak ada tidak ada
14) Kemiringan tidak ada tidak ada
Dari pemeliharaan diatas dapat dilihat bahwa sebelum diadakan
pemeliharaan kondisi pemisah pada kondisi cukup baik karena
tidak ada kerusakan yang parah, oleh karena itu pemisah perlu
diadakan pemeriksaan secara berkala.
C. Pemutus Tenaga (PMT)
1. Pengertian
Dalam penyaluran tenaga listrik diperlukan suatu gardu
induk yang berfungsi untuk pengaturan tegangan yang disalurkan
dari pembangkit ke pusat beban. Seiring dengan pesatnya
perkembangan teknologi dalam bidang kelistrikan, dewasa ini
dipasang sebuah alat bernama pemutus tenaga (PMT) di setiap
Gardu Induk. PMT adalah sakelar yang dapat digunakan untuk
menghubungkan atau memutuskan arus/daya listrik sesuai dengan
ratingnya jika terdapat gangguan pada Gardu Induk (GI) atau alat
transmisi lainnya secara otomatis (Yulistiawan, 2012:82). PMT
juga tergolong sebagai peralatan proteksi diamana akan
memutuskan hubung dan antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi
beban yang dapat bekerja secara otomatis ketika terdapat
gangguan atau dilakukan perawatan atau perbaikan.
2. Fungsi PMT
Fungsi utama dari Pemutus/PMT (Circuit Breaker/CB) ialah untuk
memutus atau menghubung rangkaian pada saat sistem tenaga
listrik pada keadaan berbeban atau tidak berbeban serta pada saat
terjadi hubung singkat. Dengan demikian kemampuan pemutus
tenaga tergantung dari dua hal yaitu :
15

a. Kemampuan dilalui arus secara kontinyu serta untuk embuka


dan menutupnya.
b. Kemampuan untuk membuka pada saat sistem tersebut pada
keadaan hubung singkat. Hal ini dapat dinyatakan dengan kA
atau MVA yang merupakan perkalian kemampuan membuka
arus dengan tegangan nominal.
3. Persyaratan PMT
Syarat–syarat yang harus dipenuhi oleh circuit breaker adalah :
a. Pada waktu keadaan tertutup harus mampu dilalui arus dalam
waktu yang panjang.
b. Bila dikehendaki, harus dapat membuka dalam keadaan
berbeban bilasedikit terjadi beban lebih.
c. Harus dapat memutus secara cepat, arus beban yang mungkin
mengalirbila terjadi hubung singkat pada system.
d. Bila kontak dalam keadaan terbuka, celah (gap) harus tahan
terhadap tegangan rangkaian.
e. Untuk membebaskan dari sistem, maka pada saat terjadi
gangguan harus segera membuka.
f. Harus tahan terhadap arus hubung singkat beberapa saat sampai
gangguan dibebaskan oleh peralatan pengaman lainnya yang
dekat dengan gangguan.
g. Harus dapat memutuskan arus yang sangat kecil, seperti arus
magnetisasi transformator atau saluran yang sifatnya induktif
atau kapasitif.
h. Harus tahan terhadap efek pembusuran pada kontak–
kontaknya, gaya elektrodinamis dan panas yang timbul pada
waktu terjadi hubung singkat.
4. Klasifikasi PMT
a. Berdasarkan besar/kelas tegangan
1) PMT tegangan rendah Dengan range tegangan 0,1 s/d 1kV
2) PMT tegangan menengah Dengan range tegangan 1 s/d 35kV
16

3) PMT tegangan tinggi Dengan range tegangan 35 s/d 245kV


4) PMT tegangan extra tinggi Dengan range tegangan lebih besar
dari 245kVAC
b. Berdasarkan jumlah mekanik penggerak/ tripping coil.
1) PMT Three Pole
PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk tiga
fasa, guna menghubungkan fasasatu dengan fasa lainnya di
lengkapi dengan kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini di
pasangpada bay trafo dan bay kopel serta PMT 20 kV untuk
Keterangan
distribusi.
1. Pondasi
2. Kerangka (Struckture)
3. Mekanik penggerak
4. Isolator suport.
5. Ruang pemutus
6a. Terminal Utama atas
6b Terminal Utama bawah
.
Gambar 5. Struktur PMT ThreePole 7. Lemari control lokal
8. Pentanahan/Gorunding

1) PMT Single Pole


PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada masing-
masing pole, umumnya PMT jenisini dipasang pada bay
penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.

Keterangan
1. Pondasi
2. Kerangka (Struckture)
3. Mekanik penggerak
4. Isolator suport
5. Ruang pemutus
6a. Terminal Utama atas
6b Terminal Utama
.
Gambar 6. Sturktur PMT SinglePole

a. Berdasarkan Media Isolasi


1) Isolasi dengan Gas SF6 (Sulphur Hexafluoride).
17

Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan


dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara ) dan kekuatan dielektrik
ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas
SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan
cepat, setelah arus bunga api listrik melalui titik nol. Sifat-sifat
dari gas SF 6 sebagai pemadam busur api sebagai berikut :
a) Cepat untuk membentuk kembali kekuatan dielektrik
( dielektrik strength ).
b) Tidak terjadi karbon selama terjadi busur api ( arcing ).
c) Tidak mudah terbakar.
d) Thermal conductivity yang baik
e) Tidak menimbulkan bunyi yang besar pada saat pemutus
Pengunaan media SF6 dibagi atas 2 tipe antara lain tipe
tekanan ganda dan tipe tekanan tunggal. Tipe tekanan ganda
( Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah tidak
diproduksi lagi. Pada tipe tekanan ganda, gas dari sistem tekanan
tinggi dialirkan melalui nozzle ke gas sistem tekanan rendah
selama pemutusan busur api. Pada sistem gas tekanan tinggi
tekanan gas lebih kurang  12 kg/cm2 dan pada sistem gas tekanan
rendah, tekanan gas lebih kurang 2 kg/cm2. Gas pada sistem
tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan
tinggi. kemudian pada Tipe tekanan tunggal ( single pressure type
). Pada PMT tipe tekanan tunggal, PMT diisi dengan gas SF 6
dengan tekanan kira-kira 5 kg/ cm2. Selama pemisahan kontak-
kontak, gas SF6 ditekan kedalam suatu tabung/cylinder yang
menempel pada kontak bergerak. Pada waktu pemutusan gas SF6
ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.
2) Isolasi dengan Udara
PMT ini menggunakan udara sebagai pemutus busur api
dengan menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini
disebut PMT Udara Hembus ( Air Blast Circuit Breaker ) Pada
18

PMT udara hembus ( juga disebut compressed air circuit


breaker   ), udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api
melalui nozzle pada kontak pemisah ionisasi media antara kontak
dipadamkan oleh hembusan udara. Setelah pemadaman busur api
dengan udara tekanan tinggi, udara ini juga berfungsi mencegah
restriking voltage ( tegangan pukul ). Kontak PMT ditempatkan
didalam isolator, dan juga katup hembusan udara.
3) Isolasi Dengan Minyak
Minyak Pemutus tenaga (circuit breaker) jenis minyak
adalah suatu pemutus tenaga atau pemutus arus menggunakan
minyak sebagai pemadam busur api listrik yang timbul pada
waktu memutus arus listrik. Jenis pemutus minyak dapat
dibedakan menurut banyak dan sedikit minyak yang digunakan
pada ruang pemutusan yaitu : pemutus menggunakan banyak
minyak (bulk oil) dan menggunakan sedikit minyak (small oil).
Pemutus minyak digunakan mulai dari tegangan menengah 20 kV
sampai tegangan ekstra tinggi 425 kV dengan arus nominal 400
A sampai 1250 A dengan arus pemutusan simetris 12 kA sampai
50 kA.
Pada PMT ini minyak berfungsi sebagai perendam loncatan
bunga api listrik selama pemutusan kontak-kontak dan bahan
isolasi antara bagian-bagian yang bertegangan dengan badan
PMT dengan media pemutus menggunakan banyak minyak (bulk
oil) PMT tipe ini ada yang mempunyai alat pembatas busur api
listrik dan ada pula yang yang tidak memakai.
PMT dengan Sedikit Minyak ( Low Oil Content Circuit
Breaker ). PMT dengan sedikit minyak ini, minyak hanya
dipergunakan sebagai perendam loncatan bunga api, sedangkan
sebagai bahan isolasi dari bagian-bagian yang bertegangan
digunakan porselen atau material isolasi dari jenis organik.
Pemutusan arus dilakukan dibagian dalam dari pemutus. Pemutus
19

ini dimasukkan dalam tabung yang terbuat dari bahan isolasi.


Diantara bagian pemutus dan tabung diisi minyak yang berfungsi
untuk memadamkan busur api waktu pemutusan.

D. Rele Proteksi dan Panel Kontrol


1. Pengertian
Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk
mengamankansuatu peralatan listrik saat terjadi gangguan,
menghindari atau mengurangiterjadinya kerusakan peralatan akibat
gangguan dan membatasi daerah yangterganggu sekecil mungkin.
Kesemua manfaat tersebut akan memberikanpelayanan penyaluran
tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
2. Macam-macam relay
a. Proteksi pada Trafo
1) Relay Arus Lebih :Berfungsi mengamankan trafo dari
gangguan hubung singkat (short circuit) antaraphasa di
dalam maupun di luar daerah pengamanan trafo
2) Relay Differensial :Berfungsi mengamankan trafo dari
gangguan hubung singkat (short circuit) yangterjadi di
dalam daerah pengaman trafo.
3) Relay Gangguan Tanah Terbatas :Berfungsi untuk
mengamankan Transformator Daya terhadap tanah di
dalamdaerah pengaman trafo, khususnya gangguan di
dekat titik netral yang tidak dapatdirasakan oleh Relay
Differensial.
4) Relay Arus Lebih Berubah :Berfungsi untuk
mengamankan Transformator Daya dari gangguan antara
phasadan tiga phasa dan bekerja pada arah tertentu.
20

5) Relay Gangguan Tanah :Berfungsi mengamankan


Transformator Daya dari gangguan hubung tanah, didalam
dan di luar daerah pengaman trafo.
6) Relay Tangki Tanah :Berfungsi untuk mengamankan
Transformator Daya terhadap hubung singkat(short
circuit) antara phasa dengan tangki trafo dan trafo yang
titik netralnyaditanahkan.
7) Relay Suhu :Berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak
trafo dan kumparan secara langsung,yang akan
membunyikan alarm serta mentripkan Circuit Breaker
8) Relay Jansen :Berfungsi untuk mengamankan pengubah/
pengatur tegangan (Tap Changer) dariTrafo.
9) Relay Bucholz :Berfungsi mendeteksi adanya gas yang
ditimbulkan oleh loncatan bunga api danpemanasan
setempat dalam minyak trafo.
10) Relay Tekanan Lebih :Berfungsi mengamankan
Transformator Daya dari tekanan lebih.Bagi Trafo tanpa
konservator, dipasang relay tekanan mendadak
dipasangpada tangki dan bekerja dengan pertolongan.
b. Proteksi pada penghantar SUTT/SKTT
1) Relay Jarak berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan
antar phasa maupun gangguan hubungan tanah.
2) Relay Differential Pilot Kabel berfungsi mengamankan
SKTT dan juga SUTT yang pendek dari gangguan antarphasa
maupun gangguan hubung singkat (short circuit).
3) Relay Arus Lebih Berarah berfungsi mengamankan SUTT
dari gangguan antar phasa dan hanya bekerja padasatu arah.
Relay ini dapat membedakan arah arus gangguan.
4) Relay Arus Lebih berfungsi mengamankan SUTT dan
gangguan antara phasa maupun gangguanhubungan tanah.
21

5) Relay Tegangan Lebih berfungsi mengamankan SUTT atau


SKTT terhadap tegangan lebih.
6) Relay Gangguan Tanah berfungsi mengamankan SUTT
terhadap gangguan hubung tanah.
7) Relay Penutup Balik berfungsi mengamankan kembali SUTT
akibat gangguan hubung singkattemporer.

Jenis-jenis panel kontrol dalam GI adalah panel kontrol utama, panel


reledan panel pemakaian sendiri. Panel kontrol utama kadang-kadang
dibagi lebihlanjut kedalam panel instrumen dan panel operasi.

Pada panel instrumen terpasang dan penunjuk gangguan dari sini


keadaanoperasi dapat diawasi. Pada panel operasi terpasang saklar
operasi pemutus bebandan pemisah serta lampu penunjuk posisi,
saklar, ril tiruan (mimic bus), saklar danlampu diatur letak dan
hubungannya sesuai dengan keadaan rangkaian yangsesungguhnya
sehingga keadaannya dapat dengan mudah dilihat. Pada gardu
indukkecil, panel kontrol utamanya dari jenis tegak dan instrumen
serta saklar-saklarnyabersama-sama terpasang dimuka. Pada gardu
induk besar, panel yang tegak harusdipakai sebagai panel instrumen.
Panel operasinya adalah dari jenis meja (benchtype) dan ada
didepannya.

Pada panel rele terpasang rele pengaman saluran transmisi, rele


pengamandifferensial trafo dan sebagainya. Bekerjanya rele dapat
diketahui dari penunjukan pada rele itu sendiri dan pada penunjukan
gangguan dipanel kontrol utama. PadaGI kecil, sisi depan dari panel
tegak dipakai sebagai panel utama dengan instrumendan saklar, dan
sisi belakangnya dipakai sebagai panel rele. Pada GI besar,
jikarangkaiannya sudah rumit, panel terpasang dalam ruangan
tersendiri.

3. Lemari Hubung
22

Lemari hubung ( cubicle ) terbuat untuk kelas 3-30 kV dan dipakai


untukpusat beban atau pusat daya ( power centre ). Karakteristiknya
adalah bahwa :
a. Bagian yang bertegangan tidak boleh terbuka (exposed )
b. Ganggguan tidak akan meluas sebab rangkaiannya terbagi
dalam satuan-satuan
c. Luas instalasi kecil dalam pemasangan,perluasan dan
pemindahan instalasi mudah
d. Kehandalannya tinggi karena pemasangannya sempurna
dipabrikLemari hubung diklasifikasikan oleh perbedaan-
perbedaan sistem rilnyakedalam jenis-jenis ril tunggal, ril
rangkap dan ril penyimpang (bypass).
e. Untuk rangkaian pemakaian gardu induk sendiri jenis yang
sering dipakai adalah yangpaling sederhana yakni jenis ril
tunggal.
4. Saklar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah /
bumiyang berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi
padakonduktor pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian
suatu sistem.Sakelar Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya apabila
sistem dalam keadaantidak bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka).
5. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat
pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran
transmisiatau transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula
dipakai untukmenurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya.
Alat tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer, yang berputar
adalah kondensator sinkron dankondensator asinkron, sedangkan yang
stationer adalah kondensator statis ataukapasitor shunt dan reaktor shunt.
23
24

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat
pembangkit, gardu, jaringan transmisi jaringan distribusi dan pusat
beban. Dalam merancang suatu sistem pengaman tetu harus
memperhatikan persyaratan suatu pengaman seperti 1) Sensitif yaitu
mampu merasakan gangguan sekecil apapun; 2) Andal yaitu akan
bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan bekerja bila
tidak diperlukan (security); 3) Selektif yaitu mampu memisahkan
jaringan yang terganggu saja; 4)Cepat yaitu mampu bekerja secepat-
cepatnya.
Gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik.
Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk
mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat
dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lainnya melalui tegangan tinggi
dan gardu-gardu induk distribusi melalui feeder tegangan menengah.
Gardu induk memiliki sistem proteksi yang berfungsi sebagai sistem
pengaman pada peralatan listrik yang terdapat pada gardu induk yang
diakibatkan oleh gangguan alam, gangguan teknis, kesalahan operasi,
dan penyebab lainya. Sistem proteksi pada gardu induk merupakan
komponen perlengkapan yang sangat penting kegunaannya pada gardu
induk.
Peralatan yang terdapat pada sistem pengaman gardu induk berupa
penangkar petir yang berfungsi mengamankan peralatan yang terdapat
pada gardu dari bahaya sambaran petir. Kemudian terdapat peralatan
Sakelar Pemisah (PMS) Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan
listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan.pemisah

24
25

yang terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian


interlock yang akan mencegah bekerjanya saklar pemisah apabila
pemutus tenaganya masih tertutup. Perlatan lainya berupa pemutus
tenaga (PMT) yang memiliki fungsi ialah untuk memutus atau
menghubung rangkaian pada saat sistem tenaga listrik pada keadaan
berbeban atau tidak berbeban serta pada saat terjadi hubung singkat.
Selanjutnya Rele Proteksi yang merupakan alat yang bekerja secara
otomatis untuk mengamankansuatu peralatan listrik saat terjadi
gangguan, menghindari atau mengurangiterjadinya kerusakan
peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yangterganggu
sekecil mungkin. rela ini dapat melakukan Proteksiv terhadap Trafo
danProteksi pada penghantar SUTT/SKTT. Kemudan peralatan
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik untuk
mengatur kegagalan dari jatuh tegangan pada sistem tenanga listrik.

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
penulis mohon kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan
besar keinginan penulis dapat menginspirasi para pembaca.

25
Daftar Pustaka

Ardianto, Firdaus, N. L. M. J. (2017). Analisis Kinerja Sistem Proteksi


Berdasarkan Frekuensi Gangguan Di Gardu Induk 150 KV Garuda Sakti.
Analisis Kinerja Sistem Proteksi Berdasarkan Frekuensi Gangguan Di
Gardu Induk 150 KV Garuda Sakti, 4(1), 1–8.
Hasan, B. (2012). Analisis Penggunaan Gas Sf6 Pada Pemutus Tenaga (pmt) Di
Gardu Induk Cigereleng Bandung. Electrans, 11(2), 81–93.

http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/L2F606024_
MKP.pdf, diakses pada tanggal 13 November 2020
https://www.academia.edu/12133687/Sistem_Proteksi_Gardu_Induk , diakses
pada tanggal 13 November 2020
https://www.academia.edu/28354774/MAKALAH_TRANSMISI_and_GARDU_I
NDUK_PERALATAN_PENGHUBUNG_PADA_GARDU_INDUK_GI_Bindar_
Mandar_13_SV , diakses pada tanggal 13 November 2020
Nasution, E. S., & Pangestu, R. I. (2019). Analisis Kinerja Circuit Breaker Pada
Sisi 150 kV.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Lightning_arrester, diakses pada tanggal 18
November 2020

26

Anda mungkin juga menyukai