2) Perlawanan Aceh
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh telah
disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu, Aceh telah memiliki
armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu, wilayah Kerajaan Aceh
telah sampai di Sumatra Timur dan Sumatra Barat. Pada tahun 1629, Aceh mencoba
menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil
mendapat kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan
yang merdeka.
Perjanjian Bongaya adalah perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC. Isi perjanjian
Bongaya sebagai berikut :
a) Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar;
b) Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar;
c) Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar
Makassar;
d) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Perjanjian Bongaya telah memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan
terkuat di Sulawesi. Tinggal kerajaan-kerajaan kecil, yang sulit melakukan perlawanan
terhadap VOC.
Serangan pertama mengalami kegagalan. Hal ini terjadi selain karena kurangnya
perbekalan, juga disebabkan Mataram kurang matang dalam memperhitungkan medan
pertempuran. Faktor lain adalah persenjataan Belanda jauh lebih modern dibandingkan
tentara Mataram.
Serangan pertama yang dilakukan oleh Mataram gagal sehingga terpaksa pasukan
ditarik kembali ke Mataram tanggal 3 Desember 1628. Pada serangan tersebut, tidak
kurang 1.000 prajurit Mataram gugur dalam medan pertempuran. Mataram segera
mempersiapkan serangan kedua, dengan pimpinan Kyai Adipati Juminah, K.A. Puger,
dan K.A. Purbaya. Persiapan dilakukan dengan lebih matang. Gudang-gudang dan
lumbung persediaan makanan didirikan di berbagai tempat. Setelah semua persiapan
selesai, pengepungan secara total terhadap Batavia pun dilakukan. Serangan dimulai pada
tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Namun, serangan kedua ini pun gagal,
karena faktor kelemahan yang sama seperti pada serangan pertama serta lumbung padi
persediaan makanan banyak dihancurkan Belanda sehingga semakin memperlemah
kekuatan Mataram.
Pada tahun 1799, terjadi peristiwa penting dalam sejarah kolonialisme dan imperialisme
Barat di Indonesia. VOC dinyatakan bangkrut hingga dibubarkan. Keberadaan VOC
sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda pemerintahan di negeri jajahan seperti
di Indonesia tidak dapat dilanjutkan lagi. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC
dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan segala milik VOC diambil alih oleh
pemerintah. Setelah dibubarkannya VOC, Indonesia berada langsung di bawah
pemerintah Hindia Belanda.