Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya Memberi Edukasi Mengenai Keamanan dan Keselamatan

Penerbangan Kepada Penumpang Guna Menciptakan Kenyamanan


Pengguna Jasa Transportasi Udara di Indonesia
Penyusun : Aurelia Lystianinda Ayu P (180909518)

Sebagai negara kepulauan dan negara yang sedang berkembang dalam menjalani sebuah
hubungan dengan negara lain maka Indonesia sangat membutuhkan jasa pengangkutan untuk
menghubungkan pulau satu dengan pulau lainnya dan negara lain. Kondisi dan keadaan seperti
itu yang mengakibatkan jasa pengangkutan udara menjadi sangat penting. Pesawat udara
mempunyai karakteristik antara lain mencapai tujuan dalam waktu yang cepat, menggunakan
teknologi yang canggih, tidak mengenal batas suatu negara, memiliki tingkat keamanan dan
keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan moda transportasi lainnya.

Banyak dari sejumlah penumpang yang belum mengetahui akan pentingnya edukasi
mengenai keselamatan sebelum melakukan sebuah penerbangan, dalam mewujudkan hal tersebut
suatu organisasi maupun maskapai penerbangan perlu membenahi mengenai cara menyampaikan
informasi semenarik mungkin agar edukasi tersebut dapat diterima oleh pengguna jasa
transportasi udara khususnya di Indonesia.

Transportasi udara tidak dapat lepas dari musibah kecelakaan. Dalam kaitannya dengan
peberbangan dikenal dua pengertian yakni insiden/kejadian (incident) dan kecelakaan (acident).
Kecelakaan (accident) adalah keadaan yang dapat membahayakan manusia dan kerusakan
barang dapat dikurangi dan dipertahankan pada atau di bawah, suatu tingakt yang dapat diterima
dengan menjalankan proses pengenalan bahaya dan manajemen risiko keselamatan (Doc 9859:
2-1). Adanya berita aksiden mengenai jatuhnya pesawat udara di awal tahun 2021 serta adanya
wabah virus Covid-19 yang dapat memberikan dampak bagi pengguna jasa transportasi udara
sehingga takut melakukan berpergian melalui jalur udara.

Waktu saat melakukan penerbangan dari mulai lepas landas hingga mendarat, terdapat
tahap-tahap tertentu yang rawan terjadi sebuah kecelakaan, dalam hal ini dapat merusak sebuah
pesawat udara dan secara teknis tidak dapat diperbaiki lagi. Kita ketahui, proses suatu
penerbangan terdapat langkah-langkah yakni mulai dari taxiing (dari tempat parkir pesawat atau
disebut dengan Apron menuju landas pacu), take-off (lepas landas), climbing (menambah
ketinggian pesawat sampai batas tertentu), cruising (terbang datar sampai destination),
discending (mengurangi ketinggian pesawat di udara), holding (menunggu giliran mendarat),
approaching (menuju arah landasan pacu), landing (mendarat), setelah itu taxiing (menuju
tempat parkir pesawat atau disebut Apron).

Istilah pebenerbangan yaitu Critical Eleven atau bisa disebut plus three minus eight,
istilah ini merupakan waktu kritis dimana kecelakan pesawat dapat terjadi, yaitu tiga menit
pertama dan delapan menit terakhir penerbangan. Pada waktu ini, seorang pilot akan melakukan
komunikasi secara intensif dengan pihak Air Traffic Controller (ATC) dalam mengendalikan
pesawat sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur). Saat tiga menit pertama, akan
digunakan untuk mencari posisi stabil dan mengontrol kecepatan ketika pesawat berada di udara.
Setelah itu, delapan menit terakhir akan dipakai untuk menurunkan kecepatan pesawat dan
mencari posisi yang tepat unutk menyesuaikan dengan landasan sebelum melakukan pendaratan.
Pada saat critical eleven ini, awak kabin (pramugari/pramugara) dilarang berkomunikasi dengan
kokpit kecuali dalam keadaan darurat. Oleh sebab itu, biasanya pada saat critical eleven, awak
kabin akan mengarahkan penumpang untuk mematikan ponsel, menutup mejam membuka tirai
kaca jendela, menegakkan sandaran kursi, dan menggunakan sabuk pengaman. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan evakuasi jika kondisi darurat terjadi, karena dalam keadaan darurat seperti
emergency landing, para penumpang hanya memiliki waktu 90 detik untuk menyelamatkan diri
dari pesawat.

Peranan manusia atau pengguna jasa transportasi udara dalam suatu keselamatan
penerbangan yakni faktor manusia atau human factor. Human factor yang dimaksud adalah suatu
ilmu untuk mengoptimalkan interaksi antara manusia, mesin, metode, dan prosedur yang
bersinggungan satu dengan lainnya di dalam suatu lingkungan tertentu untuk mencapai suatu
tujuan (Mastra et al: 2017). Paling sedikit terdapat tujuh variabel yang dapat mempengaruhi
tingkat upaya manusia (Commercial Aviation Safety: 160-163).

1. Faktor fisik yang mencakup besar dan ukuran tubuh, usia, kekuatan, nilai aerobik,
pancaindera, dan sebagainya.
2. Faktor fisiologi yang mencakup kesehatan umum, mental, dan kondisi medis seperti gula
darah rendah, denyut jantung tidak teratur, riwayat sakit, kecanduan, dan sebagainya.
3. Faktor psikologi yang mencakup keaadaan mental dan emosi, kapasitas mental untuk
memproses informasi, serta tipe kepribadian.
4. Keuangan pribadi, suasana hati terganggu, atau perasaan terkekan karena gangguan
hubungan dengan keluarga.
5. Faktor alat peralatan yang mencakup rancangan peralatan, displays, controls, software,
dan hubungan manusia dengan suatu sistem.
6. Faktor tugas yang mencakup keadaan tugas yang sedang dilakukan, dan beban kerja.
7. Faktor lingkungan yang mencakup kebisingan, suhu, kelembaban, tekanan udara.

Penumpang sebagai pengguna jasa transportasi udara selalu menginginkan kenyamanan


dan sampai pada tempat tujuan dengan tanpa ada sesuatu yang terjadi, kejadian yang tidak
diharapkan oleh penumpang dalam menggunakan jasa transportasi udara adalah bentuk acaman
di bandar udara maupun pesawat, adanya kecelakaan, adanya penundaan, adanya bom, dan
adanya sabotase akan bandar udara maupun pesawat udara. Penumpang pada saat di bandar
udara akan berkumpul pada saat adanya jadwal penerbangan yang sudah terjadwal, dan
penumpang akan memulai dari pintu pemeriksaan pertama (screening point 1), melakukan
check-in di counter airlines untuk meminta nomor bangku (seat) pada saat berada di dalam
pesawat serta melakukan penimbangan barang bagasi (jika membawa barang bawaan) dan
selanjutnya penumpang akan diarahkan ke ruang tunggu. Semua hal tersebut adalah gambaran
bahwa penumpang yang melakukan kegiatan sebelum penerbangan secara bersama-sama dengan
petugas yang bekerja di dalam bandar udara akan selalu memberikan pelayanan yang baik dan
mengarahkan penumpang kepada kenyamanan untuk penumpang. Peran petugas yang bekerja di
bidang kedirgantaraan selalu harus diberikan penyegaran dan motivasi, pemberian bekal kepada
petugas akan hal psikologis akan membantu para petugas dalam menjalankan dan bekerja dengan
baik.

Menurut PM. 90 Tahun 2013, Barang berbahaya (Dangerous Goods) yang dibawa oleh
pesawat udara adalah barang atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan,
harta benda dan lingkungan. Barang berbahaya dapat berbentuk bahan cair, bahan padat atau gas
yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan jiwa dan harta benda serta keselamatan dan
keamanan penerbangan, yang terdiri dari barang berbahaya yang diklasifikasikan sebagai
berikut:

1. Bahan peledak (explosive);


2. Gas yang dimampatkanm dicairkan, atau dilarutkan dengan tekanan(compressed gases,
liquifed or dissolved under pressure);
3. Cairan mudah menyala atau terbakar (flammable liquids);
4. Bahan atau barang padat mudah menyala atau terbakar (flammable solids);
5. Bahan atau barang pengoksidasi (oxidizing subtances);
6. Bahan atu barang beracun dan mudah menular (toxic and infectious subtances);
7. Bahan atau barang perusak (corrosive subtnaces);
8. Bahan atau zat berbahaya lainnya (miscellaneous dangerous subtances).

Peralatan keamanan yang digunakan untuk membantu bagi petugas dalam memperlancar
kegiatan pemeriksaan dan memberikan kenyamanan, kemudahan, serta akurat dalam
pemeriksaan barang milik penumpang dan kargo. Peralatan keamanan penerbangan (security
equipment) yang digunakan oleh petugas pengamanan bandar udara dan petugas kemanan
maskappai diantaranya sebagai berikut:

1. Mesin X-ray (XR)


2. Walk Trough Metal Detector (WTMD)
3. Hand Held Metal Detector (HHMD)
4. Explosive Detector (ED).

Semua peralatan keamanan (security equipment) di atas membantu manusia atau petugas
keamanan bandar udara dan petugas keamanan maskapai dalam menjaga atau menghindari hal-
hal yang akan menganggu dan akan menyebabkan keselamatan penerbangan khusunya
penumpang dirugikan atau menyebabkan kejadian incident dan accident.
Keselamatan maskapai penerbangan atau penyedia jasa penerbangan haruslah merujuk
kepada program keselamatan penerbangan nasional (state safety program) yang sudah ditetapkan
oleh Menteri Perhubungan, untuk menjamin keselamatan penerbangan nasional antara lain
memuat:

1. Peraturan keselamatan penerbangan


2. Sasaran keselamatan penerbangan
3. Sistem pelaporan keselamatan penerbangan
4. Analisis data dan pertukaran informasi keselamatan penerbangan
5. Kegiatan investigasi kecelakaan dan kejadian penerbangan
6. Promosi keselamatan penerbangan
7. Pengawasan keselamatan penerbangan
8. Penegakan hukum

Menteri Perhubungan bertanggung jawab terhadap pengawasan keselamatan penerbangan


nasoinal, yang dimana pengawasan keselamatan penerbangan nasional merupakan kegiatan
pengawasan yang berkelanjutan untuk melihat pemenuhan peraturan keselamatan penerbangan
yang dilaksanakan oleh maskapai penerbangan atau penyedia jasa penerbangan dan pemangku
kegiatan mulai dari audit, inspeksi, pengamatan, serta pemantauan.

Suatu organisasi, perusahaan penerbangan, maupun pemerintah perlu memberikan


edukasi kepada pengguna jasa transportasi mengenai keamanan dan keselamatan guna
menciptakan kenyamanan bagi penumpang dapat dimulai dengan memberi informasi kepada
masyarakat secara menyeluruh dengan memanfaatkan media sosial yang ada secara menarik
maupun dapat memberikan informasi secara langsung kepada kerabat atau keluarga. Dengan ini
masyarakat tidak lagi takut akan menggunakan jasa transportasi udara, ditambah lagi dengan
kelebihan yang ada pada pesawat udara.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander T.Wells, Clarance Rodriques, MC.Graw-Hide. (2004). Comercial Aviation Safety.


Chicago

Mastra, IG.P, Firdiansyah, Ryan, Faried, Muhammad. (2017). Kemanan dan Keselamatan
Penerbangan. Mitra wacana Media: Jakarta

Mecadinisa, Nabila. (2021). Critical Eleven, Waktu Krisis yang Patut Diketahui dalam
Penerbangan. Diakses melalui https://m.fimela.com/lifestyle-
relationship/read/44544069/critical-eleven-waktu-krisis-yang-patut-diketahui-dalam-
penerbangan pada tanggal 10 Februari 2021

PM. Tahun 2013. Barang Berbahaya (Dangerous Goods)

Anda mungkin juga menyukai