Tugas Kelompok
Tugas Kelompok
NAMA-NAMA KELOMPOK :
dr. Ervin Pratiwi Pasang (Ketua Kelompok)
drg. Made Ary Prawira
Mohammad Fauzi, S.Kep.Ners
Ni Putu Sriyundiyati, S.Pd
Nunik Nursasih Pangestuti, S.Pd
https://www.youtube.com/watch?v=6Kw1lQjIyZg
Deskripsi :
Badan Pengawas Pemilu Sulawesi Tenggara menemukan sedikitnya 67 kasus
keterlibatan ASN dalam politik praktis di pemilihan umum tahun 2019. Hal tersebut
diungkapkan oleh ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sulawesi Tenggara, Hamirudin
Udu usai memberikan materi di acara Workshop Pelayanan Publik dan Kode Etik ASN di
sekretariat pusat kajian dan advokasi Hak Asasi Manusia pada hari Kamis, 1 Agustus 2019.
Menurut Hamirudin, kasus ini sudah ditangani oleh Bawaslu dan telah di rekomendasikan ke
komisi Aparatul Sipil Negara (ASN) untuk diproses sesuai dengan kode etik ASN. Namun
sanksi yang diberikan hanya berupa sanksi teguran dan sanksi moral.
Undang-undang ASN kebanyakan seperti memasang baliho, like foto di media sosial dan
menghadiri sosialisasi pasangan calon. Kehadiran mereka dalam sosialisasi atau dukung-
mendukung terhadap pasangan calon (paslon) karena mereka ingin menunjukkan loyalitas
terhadap atasan mereka dalam hal ini adalah kepala daerahnya. (Kendari, Sulawesi Tenggara)
1. Rendahnya kualitas ASN, sebagai akibat dari rekrutmen, pengangkatan dalam jabatan dan
promosi yang belum didasarkan pada pertimbangan yang obyektif sehingga dalam
2. Maraknya praktek spoil system dalam manajemen ASN, dimana jabatan diberikan kepada
pejabat yang ada hubungan dengan partai yang berkuasa. Praktek seperti itu sudah ada
2
sejak lama namun semakin berkembang sejak diberlakukannya pemilihan umum
langsung di daerah sehingga walaupun seharusnya bersikap tidak memihak tapi karena
3. Adanya konflik kepentingan diantara ASN dan paslon seperti merupakan saudara atau
keluarga sehingga mau tidak mau harus melibatkan diri karena desakan dari keluarga.
pada UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, agar ASN di masa mendatang
adalah ASN yang benar-benar memiliki keprofesionalan, memiliki nilai-nilai dasar yang
baik, paham dengan etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
2. Menghilangkan praktek spoil system dan mengubahnya menjadi sistem merit. Sistem
merit memiliki pengelolaan SDM yang didasarkan pada obyektivitas, dimana kualifikasi,
menuju ASN yang kompeten dan bahagia sehingga ada kepercayaan dalam organisasinya.
Fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik serta perekat dan pemersatu
3. Mengaplikasikan kode etik dan kode perilaku ASN secara berkelanjutan salah satunya
menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugas. Etika birokrasi
penting sebagai panduan norma bagi aparatur birokrasi dalam menjalankan tugas
pribadi, kelompok dan organisasi. Etika diarahkan pada kebijakan yang benar-benar
3
4. Penerapan ancaman hukuman disiplin bagi ASN yang terlibat dalam politik praktis,
misalnya penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun, penundaan kenaikan pangkat
selama satu tahun dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun. Hal ini
diharapkan dapat memberikan efek jera bagi ASN yang telah melakukan tindakan politik
praktis ataupun memberikan efek menakutkan bagi ASN lain agar jangan sekali-kali