Di dalam hidup ini, kita tak perlu berupaya untuk menjadi seseorang yang
disegani, apalagi ditakuti. Tetapi jadilah seseorang yang berguna bagi siapa pun
di sekeliling diri kita. Kita wujudkan jiwa kepemimpinan dalam diri kita, agar
diri kita bisa menjadi seseorang yang menginspirasi orang lain.
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus
dimiliki oleh seorang Muslim. Seorang Muslim lebih diperintahkan untuk
memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang
atau memanfaatkan orang lain. Ini adalah bagian dari implementasi konsep
Islam yang penuh cinta, yaitu memberi.
ُس هَّللا ُ َع ْنه َ َّب ال ُّد ْنيَا نَف ِ س َعنْ ُم ْؤ ِم ٍن ُك ْربَةً ِمنْ ُك َر َ ََّمنْ نَف
ُ س َر هَّللا َّ َس ٍر يِ س َر َعلَى ُم ْع َّ َب يَ ْو ِم ا ْلقِيَا َم ِة َو َمنْ ي ِ ُك ْربَةً ِمنْ ُك َر
ستَ َرهُ هَّللا ُ فِى ال ُّد ْنيَا َ سلِ ًما ْ ستَ َر ُم َ ْاآلخ َر ِة َو َمن ِ َعلَ ْي ِه فِى ال ُّد ْنيَا َو
ان ا ْل َع ْب ُد فِى َع ْو ِن أَ ِخي ِه َ اآلخ َر ِة َوهَّللا ُ فِى َع ْو ِن ا ْل َع ْب ِ_د َما َك ِ َو
ط ِريقًا إِلَى َ س َّه َل هَّللا ُ لَهُ بِ ِهَ س فِي ِه ِع ْل ًما ُ ط ِريقًا يَ ْلتَ ِم َ سلَ َك َ َْو َمن
ِ اب هَّللا َ َون ِكت َ ُت هَّللا ِ يَ ْتل
ِ ت ِمنْ بُيُو ٍ اجتَ َم َع قَ ْو ٌم فِى بَ ْي ْ ا ْل َجنَّ ِة َو َما
ِ س ِكينَةُ َو َغ
شيَ ْت ُه ُم َّ سونَهُ بَ ْينَ ُه ْ_م إِالَّ نَ َزلَتْ َعلَ ْي ِه ُ_م ال ُ َويَتَ َدا َر
ال َّر ْح َمةُ َو َحفَّ ْت ُه ُم ا ْل َمالَئِ َكةُ َو َذ َك َر ُه ُم هَّللا ُ فِي َمنْ ِع ْن َدهُ َو َمنْ بَطَّأ َ بِ ِه
ُسبُهَ َس ِر ْع بِ ِه ن ْ ُ َع َملُهُ لَ ْم ي.
“Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia,
maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat.
Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan,
maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa
menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut
menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah
sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca
Al-Qur’an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi
para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-
malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya,
maka nasabnya tidak juga meninggikannya.” (Hadits Riwayat Muslim, Shahîh
Muslim, juz VIII, hal. 71, hadis no. 7028, dari Abu Hurairah r.a.)
Kita tak perlu mengatakan bahwa urusan akhirat itu lebih penting daripada
urusan dunia, atau sebaliknya. Karena keduanya saling melengkapi.
Ingat firman Allah,
صيبَ َك ِم َنِ َنس ن َ ََوا ْبتَ ِغ فِي َما آتَا َك هَّللا ُ الدَّا َر اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل ت
سا َد فِي َ سن َك َما أَ ْح
َ َس َن هَّللا ُ إِلَ ْي َك ۖ َواَل تَ ْب ِغ ا ْلف ِ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَ ْح
ين
َ س ِد ِ اأْل َ ْر
ِ ض ۖ إِنَّ هَّللا َ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْف
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS al-Qashash/28: 77)
Tetapi, jangan khawatir! Sekecil apa pun amal saleh kita, Allah akan
membalasnya dengan pahala yang sepadan dengannya. Sebagaimana
firmanNya: