Oleh:
Hamda Hamidatu Sya’diyah
A1D020155
Rombongan 3
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Standart
Operational Procedure (SOP) dan Keselamatan Kerja di Laboratorium” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Teknik Dasar Laboratorium peminatan Perlindungan Tanaman.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang standar
prosedur operasional alat dan bahan laboratorium sebagai bentuk mencegah
kecelakaan pada kegiatan di dalam laboratorium..
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dina Istiqomah, selaku dosen
pengampu mata kuliah Teknik Dasar Laboratorium peminatan Perlindungan Tanaman
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada Mas Hilmy dan Mas Irwandhi selaku asisten praktikum
Perlindungan Tanaman yang telah membimbing saya, serta semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini.
Saya menyadari, makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….……2
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….3
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………....4
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………5
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………..……6
A. Latar Belakang……………………………………………………………………6
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………...7
C. Tujuan……………………………………………………………………………..7
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………8
A. Kesimpulan………………………………………………………………………36
B. Saran……………………………………………………………………………..37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….38
LAMPIRAN…………………………………………………………………………40
DAFTAR TABEL
2
Tabel 1.1 Pengenalan bentuk, fungsi, dan cara kerja alat-alat laboratorium
Perlindungan Tanaman……………………………………………………………...…8
Tabel 1.2. Pengenalan fungsi, karakteristik, dan spesifikasi simbol yang ada di
Laboratorium Perlindungan Tanaman. ………………………………………………29
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan kerja merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan dan dijaga
dalam aktivitas laboratorium. Bekerja di laboratorium kimia dapat menyebabkan
risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, bagi para praktikan, kepercayaan diri dan
pemahaman sangat penting untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Risiko ini
juga dikelola salah satunya dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP).
Laboratorium merupakan tempat dilakukan uji ilmiah selama berlangsungnya
percobaan. Oleh karena itu, harus dikelola dengan baik agar eksperimen berjalan
lancar. Salah satu aspek manajemen laboratorium yang perlu diperhatikan adalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan kerja terkait erat dengan semua aspek
manajemen laboratorium, salah satunya aspek implementasi.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasannya terarah, maka makalah ini dibatasi oleh beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan SOP dan keselamatan kerja pada laboratorium?
3. Bagaimana penggunaan alat dan bahan laboratorium agar sesuai dengan SOP?
C. Tujuan
2. Mengetahui cara kerja alat dan bahan agar sesuai dengan SOP dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja
BAB II
PEMBAHASAN
SOP adalah sekumpulan instruksi tertulis untuk suatu kegiatan atau proses kerja.
SOP memberikan informasi kepada pengguna laboratorium tentang proses kerja yang
akan dilakukan (OSHA, 2011). Menurut Sailendra (2015), SOP merupakan pedoman
yang digunakan untuk memastikan jalannya kegiatan suatu organisasi atau perusahaan
yang dikelola. Menurut Moekijat (2008), SOP adalah urutan langkah-langkah atau
pelaksanaan pekerjaan di mana pekerjaan itu dilakukan, terkait dengan apa yang
sedang dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, kapan di mana melakukannya, serta
siapa pelaku pelaksana. Insani (2010) mencatat bahwa SOP adalah dokumen yang
memuat sekumpulan instruksi tertulis yang terstandardisasi tentang berbagai proses
manajemen kantor, antara lain cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat
pelaksanaan dan pelaku yang terlibat dalam kegiatan.
Tujuan SOP
Tujuan dari Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah untuk (1) menjaga
tingkat kinerja atau konsistensi dalam kondisi tertentu ketika pekerja dan lingkungan
melaksanakan tugas tertentu; (2) menjadi bahan acuan bagi rekan manajemen dalam
proses pelaksanaan; (3) menghindari gangguan atau kesalahan, keraguan,
pengulangan dan pemborosan dalam pelaksanaan kegiatan; (4) sebagai parameter
untuk mengevaluasi kualitas layanan; (5) memastikan penggunaan sumber daya yang
efektif dan tenaga kerja yang efisien; (6) menjelaskan proses pekerjaan, wewenang,
dan tanggung jawab bagi pekerja terkait; (7) sebagai dokumen yang menjelaskan dan
mengevaluasi kinerja proses kerja ketika terjadi kesalahan atau dugaan kelalaian atau
kesalahan administratif lainnya; (8) sebagai dokumen pelatihan; dan (9) sebagai
dokumen sejarah (jika melakukan revisi SOP baru).
Jenis-jenis SOP
Tabel 1.1 Pengenalan bentuk, fungsi, dan cara kerja alat-alat laboratorium
Perlindungan Tanaman
1. Bunsen
2. Bor gabus
Bor gabus mempunyai fungsi untuk melubangi atau memotong jamur atau
mikroba dari media atau bahan yang lunak lalu memindahkannya ke tempat lain. Hal
ini dilakukan apabila perlu pemisahan jamur dengan media. Cara penggunaannya
adalah bor ditekan pada media dan diarahkan kepada jamur atau mikroba yang akan
dipisahkan.
3. Pinset
Pinset berfungsi untuk mengambil objek kecil atau lembut yang tidak dapat
dijangkau langsung oleh tangan. Misalnya untuk mengambil potongan kecil hasil
pemotongan dari bor gabus. Cara kerja prinset yaitu dengan cara diatur untuk
menjepit dan melepaskan objek kecil tersebut.
4. Scalpel
Scalpel memiliki bentuk menyerupai pisau namun bentuknya lebih kecil dan
lebih tumpul. Scalpel berfungsi sebagai pisau pembelah atau pemotong suatu benda.
Caranya scalpel diarahkan pada bahan yang akan dipotong sesuai dengan kebutuhan.
5. Gelas Drigalsky
Gelas drigalsky berfungsi untuk meratakan suspensi atau sampel mikroba dalam
media agar menjadi padat. Pemadatan media bertujuan untuk penumbuhan mikroba
bakteri. Penggunaan Gelas drigalsky dengan cara ditekan-tekan pada media yang
ingin diratakan dan dipadatkan.
6. Gelas L
Gelas L mempunyai fungsi yang sama dengan gelas drigalsky, hanya saja
bentuk dan cara kerja yang berbeda. Seperti namanya, gelas ini berbentuk seperti
huruf “L” yang meratakan media dengan cara diputar agar mikroba rata dan padat.
7. Jarum Ose
8. Jarum Ent
Jarum Ent berbentuk seperti pensil yang berfungsi untuk mengambil biakan
mikroba. Cara penggunaannya adalah jarum Ent dibersihkan terlebih dahulu dengan
cara dipanaskan dengan bunsen dan dibiarkan hingga dingin sebelum digunakan
untuk mencegah matinya mikroba pada sampel.
9. Rubber Bulb
Rubber bulb berfungsi untuk menyedot larutan yang dapat dipasangkan pada
pangkal pipet ukur. Prinsip kerjanya memiliki kemiripan dengan prinsip kerja pipet,
yaitu karet sebagai bahan filler yang resisten bahan kimia. Jika bagian suction ditekan
agar cairan tersedot ke atas dengan udara dari gelembung yang dikeluarkan oleh
aspirate dan cairan dari pipet ukur dikeluarkan oleh exhaust.
gelas ukur digunakan untuk mengukur larutan, cairan, atau sebuk pada berbagai
ukuran volume. Gelas ukur memiliki beberapa tingkat ketelitian yang berbeda-beda.
Cara mengukur larutan menggunakan gelas ukur yaitu larutan dimasukkan ke dalam
gelas ukur yang sudah steril untuk diukur volumenya. Apabila larutan yang akan
diukur volumenya membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi, dapat digunakan pipet
tetes untuk meneteskan larutan ke gelas secara perlahan.
Mortar dan pestle merupakan sepasang alat penghancur atau penghalus suatu zat
padat. Caranya yaitu bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk menggunakan pestle
dan mortar sebagai wadahnya.
16. Tip
Tip merupakan salah satu alat pelengkap dari mikropipet untuk mengambil
sampel dalam skala kecil. Tip digunakan sebagai wadah untuk mengambil zat cair
yang dipasangkan pada ujung mikropipet. Berikut cara penggunaan tip pada
praktikum laboratorium.
17. Inkubator
Inkubator merupakan alat untuk menginkubasi media atau alat laboratorium
untuk sterilisasi. Prinsip kerja inkubator yaitu dengan pamanasan. Berikut langkah
kerja penggunaan inkubator.
21. Autoklaf
a) Autoklaf diisi dengan air hasil destilasi sesuai batas yang telah ditentukan.
b) Alat dan bahan yang sudah di tutup dengan kertas dan aluminium foil
dimasukkan ke dalam autoklaf
c) Autoklaf ditutup rapat agar uap tidak keluar
d) Autoklaf dinyalakan lalu diatur dalam waktu minimal 15 menit dengan suhu
121°C
e) Autoklaf didiamkan hingga air mendidih untuk menciptakan uap yang memenuhi
kompartemen auto-klaf, 15 menit di-hitung mulai dari tekanan mencapai 2 atm
f) Jika alarm berbunyi tanda selesai, tunggu tekanan dalam kom-partemen turun
sehingga tekanannya mencapai angka 0
g) Autoklaf dibuka lalu alat dan bahan dikeluarkan dengan hati-hati
Aluminium foil berfungsi sebagai penutup untuk mencegah adanya udara masuk
yang dapat memicu terjadinya kontaminasi. Aluminium foil diletakkan pada mulut
gelas erlemeyer yang ditimpa dengan kertas dan diikat dengan karet untuk menjamin
kerapatan penutup. Alat yang ditutup dengan aluminium foil selanjutnya akan
dimasukkan ke dalam autoklaf untuk melakukan sterilisasi dalam suhu dan waktu
tertentu.
Keracunan
Menelan bahan kimia beracun atau toksik, seperti amonia, karbon monoksida,
benzena, dan kloroform, dapat menyebabkan keracunan. Keracunan bisa berakibat
fatal atau menyebabkan gangguan kesehatan. Jika keracunan bahan kimia terjadi,
tindakan pertolongan pertama harus dilakukan. Saat menangani keracunan bahan
kimia, langkah pertama adalah mencegah zat kimia bersentuhan dengan tubuh
manusia secepat mungkin. Dalam kasus keracunan bahan kimia dalam bentuk gas,
yang terbaik adalah memberikan udara segar. Untuk menghindari bentuk bahan kimia
dari keracunan gas, perlu memakai masker sejak awal. Karena gas seperti klorin,
hidrogen sulfida, fosgen, dan hidrogen sianida adalah bahan kimia gas yang sangat
beracun.Ooleh karena itu, penting untuk memahami cara menangani keracunan bahan
kimia sebelum menggunakan bahan kimia untuk mengantisipasi kejadian buruk.
Luka Bakar
Kelalaian menangani pelarut organik yang mudah terbakar (seperti eter, aseton,
alkohol) dapat menyebabkan kebakaran dan luka bakar. Jika bahan reaktif (seperti
peroksida dan perklorat) meledak, dapat terjadi kebakaran dan luka bakar. Jika luka
bakar parah, jangan lepas pakaian yang menempel pada luka, jangan memberi minyak
gosok, pasta gigi atau antiseptik, tidak memecah lepuh, dan segera dapatkan
pertolongan medis.
Luka Kulit
Luka pada kulit karena bekerja dengan kaca atau gelas atau karena tertusuk
benda tajam. pecahan kaca adalah penyebab umum luka pada tangan atau mata.
Pertolongan pertama untuk luka tajam terdiri dari mengeluarkan benda tajam yang
tertanam di kulit dengan hati-hati, mendisinfeksi luka, menempelkan obat pada luka,
dan membalut luka untuk mencegah kontaminasi. Jika lukanya cukup parah, segera
cari pertolongan medis.
Kebakaran
Kebakaran terjadi ketika reaksi kimia antara material dan oksigen menghasilkan
energi berupa panas dan cahaya berupa api. Panas akan menyebar di sekitarnya,
sehingga mempercepat penyalaan api. Jenis kebakaran berikut bergantung pada cara
penggunaannya, yaitu:
1. Tipe A adalah jenis kebakaran dengan bahan yang "biasanya" mudah terbakar
seperti kayu, kertas, karet, dan plastik (mengandung karbon). Gunakan alat
pemadam kebakaran, bedak kering atau selimut api. Jika ada risiko sengatan
listrik, jangan gunakan air.
2. Tipe B adalah jenis kebakaran yang menggunakan bahan yang mudah terbakar
(cairan seperti minyak tanah, bensin dan alkohol). Untuk mengatasi masalah ini,
digunakan foam, volatile liquid, karbondioksida, dry powder, fire blanket atau
alat pemadam api jenis pasir. Jangan gunakan busa dan air jika ada risiko
sengatan listrik.
3. Bahan bakar tipe C termasuk gas seperti metana, propana, asetilena, dan butana.
Untuk mengatasi masalah ini, harap tutupi bahan yang dapat mengeluarkan gas
yang mudah terbakar, kemudian dapat menggunakan alat pemadam api jenis
BCF.
4. Kebakaran tipe D disebabkan oleh logam yang mudah terbakar seperti natrium,
kalium, dan magnesium. Untuk mengatasi tipe ini, gunakan selimut pasir atau
api.
Sengatan Listrik
Salah satu risiko yang paling tidak terduga dan berbahaya di laboratorium
adalah toksisitas berbagai bahan kimia. Tidak ada zat yang sepenuhnya aman, dan
semua zat kimia memiliki efek toksik yang berbeda-beda pada sistem kehidupan. Zat
kimia tertentu mungkin memiliki efek buruk setelah kontak awal, seperti asam nitrat
korosif. Beberapa di antaranya mungkin memiliki efek berbahaya setelah terpapar
berulang kali atau dalam jangka panjang, seperti karsinogenenik klorometil (Faizal,
2013).
Berbagai zat kimia berbahaya bagi kesehatan manusia. Masalah kesehatan yang
paling sering terjadi adalah penyakit kulit kontak akibat kerja, yang biasanya
dirangsang oleh zat iritan (ammonia), dan jika bahan beracun seperti formalin
tertelan, terhirup atau terserap oleh kulit akan menyebabkan penyakit akut maupun
kronis, bahkan kematian. Zat korosif (asam dan basa) menyebabkan kerusakan
permanen pada jaringan di area yang terkena (Karimi et al., 2016).
1. Iritasi (irritant)
Bahan kimia yang memiliki tanda ini dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal, dan
dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, contohnya Natrium Hidroksida dan Klorin.
Tindakan yang perlu dilakukan saat menggunakan bahan kimia bertanda ini adalah
menghindari kontak langsung dengan kulit
2. Harmful
Bahan kimia yang bersifat harmful memiliki tanda yang sama dengan iritasi.
Namun biasanya terdapat keterangan bahwa tanda yang dimaksud merupakan bersifat
harmful. Bahan berbahaya ini dapat merusak kesehatan tubuh bila kontak langsung
dengan tubuh atau melalui inhalasi. Tindakan untuk menghindarinya adalah jangan
dihirup dan ditelan, hindari kontak langsung dengan kulit. Contoh bahan kimia yang
bersifat harmful adalah etilen glikol.
Gambar 1.2. Simbol harmful
3. Toxic (beracun)
Bahan kimia yang bersifat toxic atau beracun dapat menyebabkan sakit serius
bahkan kematian apabila tertelan atau terhirup. Tindakan agar tidak terjadi keracunan
adalah jangan ditelan dan dihirup, hindari kontak langsung dengan kulit. Contoh
bahan kimia yang memiliki sifat beracun adalah formalin.
4. Corrosive (Korosif)
Bahan kimia yang bersifat korosif dapat merusak jaringan hidup dan dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan membuat kulit mengelupas. Tindakan
yang perlu dilakukan adalah hindari kontak langsung dengan kulit dan hindari dari
bahan-bahan yang bersifat logam. Contoh bahan kimia yang bersifat korosif adalah
asam klorida (HCl) dan Natrium Hidroksida (NaOH).
Bahan kimia yang bersifat flammable atau mudah terbakar mempunyai titik
nyala rendah dan mudah terbakar dengan api bunsen, permukaan panas, atau loncatan
bunga api. Tindakan untuk menghindarinya adalah jauhkan bahan kimia dari benda-
benda yang berpotensi mengeluarkan api atau panas. Contoh bahan kimia yang mudah
terbakar adalah minyak terpentin.
Gambar 1.5. Simbol Flammable
6. Explosive (mudah meledak)
Bahan kimia yang bersifat explosive atau mudah meledak yang disebabkan oleh
adanya panas atau percikan bunga api, gesekan, atau benturan. Hal ini dapat
menyebabkan kerugian material atau bahkan terjadi kecelakaan pada praktikan. Maka
hindari pukulan atau benturan, gesekan, pemanasan, api, dan sumber nyala lain
bahkan tanpa oksigen atmosferik. Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah
KClO3 dan NH4NO3.
7. Oxidizing (oksidasi)
Tabel 1.2 Pengenalan fungsi, karakteristik, dan spesifikasi simbol yang ada di
Laboratorium Perlindungan Tanaman.
bakteri kontak
langsung
dengan kulit
2. Kloroform Membius Cairan tak
serangga uji berwarna atau
kristal, baunya
menyengat
seperti eter, Iritasi/
benzena, hindari
tinggi formalin
masuk ke
dalam tubuh
manusia,
dapat me-
nyebabkan
keracunan
hingga
kematian
5. Magnesium Sulfat- Bahan Berbentuk Tidak ada
Heptahydrate/ MgSO4.7H2O
pembuatan padat, seperti simbol
medium kristal putih, berbahaya.
pertumbuhan tidak berbau, Menurut
mikroba mudah larut Peraturan
dalam air, (EC) No.
sedikit larut 1272/2008
dalam alkohol, bahan ini
dan tidak larut bukan
dalam aseton campuran
zat
berbahaya
6. Yeast Extract Suplemen Berbentuk Tidak ada
dalam padat, dapat simbol
medium mereduksi berbahaya.
mikrobiologi sodium dan Menurut
yang gula, berwarna Peraturan
bermanfaat kuning (EC) No.
bagi kecoklatan 1272/2008
pertumbuhan dan No.
1907/2006,
bahan ini
bukan
campuran
zat
berbahaya
7. Glukosa Sumber Berbentuk Tidak ada
karbon utama padatan dan simbol
untuk tidak berbau berbahaya.
pertumbuhan Pada
mikroba dasarnya,
glukosa
merupakan
suatu
karbohidrat
sebagai
sumber
tenaga bagi
pertumbuh-
an sehingga
aman
apabila
terkena
kontak
langsung.
8. Pepton Hidrosilat Berbentuk Tidak ada
protein padatan, mudah simbol
sebagai larut dalam air, berbahaya.
sumber tahan terhadap Pepton
nitrogen suhu tinggi, aman peng-
dalam berwarna gunaannya
medium kuning, bersifat karena
pertumbuhan asam bersifat
mikroorganis sebagai
me penyangga
yang me-
ngandung
nitrogen
yang di-
gunakan
untuk per-
tumbuhan
Bahan laboratorium tersebut mengandung zat yang bersifat iritasi, toxic, korosif,
dan beberapa di antaranya tidak memiliki tanda bahaya. Asam laktat, kloroform, asam
asetat dan formalin adalah larutan kimia dengan tingkat konsentrasi berbahaya yang
berbeda, sedangkan magnesium sulfat-heptahidrat, yeast extract, glukosa dan pepton
adalah zat kimia padat, yang jika bersentuhan langsung dengan kulit atau bagian kulit
lainnya tidak enyebabkan efek fatal bagi tubuh.
Asam laktat merupakan bahan cair kimia yang digunakan untuk mendapatkan
biakan murni jamur yang ditumbuhkan pada media agar tanpa kontaminasi bakteri.
Asam laktat berbentuk cair yang tidak berwarna hingga kekuningan, dan dapat larut
dalam air, alkohol, dan eter. Asam laktat memiliki sifat irritant atau iritasi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada kulit. Larutan ini dapat menyebabkan iritasi, gatal-
gatal, dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, sehingga perlu dihindari
terjadinya kontak langsung dengan tubuh.
Asam asetat merupakan bahan kimia cair yang dapat menurunkan pH serangga
uji dan digunakan sebagai pelarut rekristalisasi. Asam asetat memiliki bau yang khas
dan rasanya asam. Larutan ini merupakan asam lemah yang dapat larut dalam alkohol,
air, dan eter, serta mudah menguap pada udara bebas. Asam asetat bersifat korosif
yang dapat merusak jaringan hidup dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-
gatal dan membuat kulit mengelupas. Oleh karena itu, hindari kontak langsung
dengan kulit atau benda yang bersifat logam.
Dengan adanya bahan kimia yang berbahaya tersebut, maka segala kegiatan
yang dilakukan di dalam laboratorium diwajibkan memakai alat pelindung diri. Alat
pelindung diri yang maksud adalah seperangkat alat yang dipakai selama kegiatan di
laboratorium dengan tujuan menghindari kecelakaan yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada tubuh. Kacamata, sarung tangan, masker, dan jas laboratorium
merupakan contoh alat pelindung diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hasugian, Armedy Ronny, & Vivi Lisdawati. 2015. “Peran Standar Operasional
Penanganan Spesimen untuk Implementasi Keselamatan Biologik (Biosafety) di
Laboratorium Klinik Mandiri”. 26(1): 1-8.
Rani, Dede Oktavia Kishar. 2017. “Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Laboratorium”. Perguruan Tinggi Widya Dharma, Palembang.
Redjeki, Sri. 2016. “Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Diakses pada 5 Mei 2021.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehat
an-dan-Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf
Roni, Ahmad, & Netty Herawati. 2012. “Uji Kandungan Asam Laktat di dalam
Limbah Kubis dengan Menggunakan NaCl dan CaCl2”. Berkala Teknik. 2(4):
320-333.
Sholikhah, Roudlotus, & Puji Hujria Suci. 2020. “Pengembangan SOP (Standart
Operational Procedure) Laboratorium dalam Rangka Optimalisasi Fungsi
Laboratorium pada Program Studi Pendidikan Tata Busana UNNES”. Jurnal
Teknologi Busana dan Boga. 8(2): 152-160.
Subamia, I Dewa Putu, Sri Wahyuni, & Ni Nyoman Widiasih. 2019. “Analisis Risiko
Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik”. Wahana Matematika
dan Sains. 13(1): 49-70
LAMPIRAN
Keterangan: diskusi dengan asisten praktikum pada jam mata kuliah Teknik Dasar
Laboratorium Perlindungan Tanaman.
Lampiran 1.3. Referensi Jurnal