Anda di halaman 1dari 68

1

1
PENDAHULUAN

 SEJARAH PEMUNGUTAN PAJAK

 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA


 PAJAK
R. Soemitro: Peralihan kekayaan dari rakyat ke kas negara …. (lihat bab II)

 KEKAYAAN ALAM
Pasal 33 UUD 1945
 BEA DAN CUKAI
UU No. no. 10 tahun 1995 tentang kepabean dan UU No. 11
tahun 1995 tentang cukai. Dilaksanakan oleh Dirjen. Bea dan
Cukai
 RETRIBUSI
Pungutan sehubungan dengan penyediaan jasa yang
disediankan oleh pemerintah untuk setiap pembayar.
 IURAN
Pungutan sehubungan dengan penyediaan jasa yang
disediankan oleh pemerintah untuk sekelompok pembayar
 SUMBANGAN
Dilakukahn oleh golongan penduduk tertentu
 LABA DARI BUMN
BUMN adalah badan usaha yang sebagian besar atau
seluruhnya dimiliki oleh negara, sehingga labanya masuk kas
negara
 SUMBER-SUMBER LAIN
Pencetakan uang dan pinjaman

Hukum Pajak
2

2
PAJAK DAN HUKUM PAJAK
PENGERTIAN PAJAK
 DEFINISI

 CIRI-CIRI PAJAK

 FALSAFAH PAJAK

 FUNGSI PAJAK

 PENDEKATAN PAJAK

 AJARAN MATERIAL
 AJARAN FORMAL

DEFINISI HUKUM PAJAK

KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN HUKUM


PERDATA

SISTEMATIKA HUKUM PAJAK


 HUKUM PAJAK FORMAL
 HUKUM PAJAK MATERIAL

PERLAWANAN TERHADAP PAJAK


 PERLAWANAN PASIF
 PERLAWANAN AKTIF
 PENGHINDARAN PAJAK
 PENGGELAPAN PAJAK

Hukum Pajak
3

3
TEORI-TEORI
PEMUNGUTAN PAJAK
ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
 EQUALITY
 CERTAINTY
 CONVENIENCE OF PAYMENT
 ECONOMIC OF COLLECTIONS

TEORI-TEORI PEMUNGUTAN PAJAK


 TEORI ASURANSI
 TEORI KEPENTINGAN
 TEORI DAYA PIKUL/TEORI GAYA PIKUL
 TEORI KEWAJIBAN MUTLAK/TEORI BAKTI
 TEORI DAYA BELI

SYARAT-SYARAT PEMBUATAN UU PAJAK


 SYARAT KEADILAN
 SYARAT YURIDIS
 SYARAT EKONOMIS
 SYARAT FINANCIAL

STELSEL PEMUNGUTAN PAJAK


 STELSEL FIKTIF
 STELSEL NYATA
 STELSEL CAMPURAN

Hukum Pajak
4

4
PEMBAGIAN PAJAK

PAJAK LANGSUNG
BERDASARKAN
GOLONGAN
PAJAK TIDAK LANGSUNG

BERDASARKAN PAJAK PUSAT/NEGARA


PAJAK WEWENANG
PEMUNGUT PAJAK DAERAH

PAJAK SUBJEKTIF
BERDASARKAN
SIFAT
PAJAK OBJEKTIF

CARA PEMUNGUTAN PAJAK


 ASAS DOMISILI
 ASAS SUMBER
 ASAS KEWARGANEGARAAN

Hukum Pajak
5

5
SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK
PAJAK PENGHASILAN
 SUBJEK PAJAK
 ORANG PRIBADI
 WARISAN YANG BELUM TERBAGI
 BADAN
 BUT
 JENIS SUBJEK PAJAK
 SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
 SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
 PENGECUALIAN SUBJEK PAJAK

 OBJEK PAJAK
 PENGHASILAN DARI PEKERJAAN
 PENGHASILAN DARI USAHA DAN KEGIATAN
 PENGHASILAN DARI MODAL
 PENGHASILAN LAIN-LAIN

 PENGECUALIAN OBJEK PAJAK

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


 SUBJEK PAJAK
 PENGUSAHA KENA PAJAK

 OBJEK PAJAK
 BARANG KENA PAJAK
 JASA KENA PAJAK

Hukum Pajak
6

PAJAK
PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH
 SUBJEK PAJAK
 PENGUSAHA KENA PAJAK

 OBJEK PAJAK
 PENYERAHAN/IMPOR BARANG MEWAH

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


 SUBJEK PAJAK
 ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG MEMILIKI
ATAU MEMPEROLEH MANFAAT DARI TANAH
DAN ATAU BANGUNAN

 OBJEK PAJAK
 BUMI DAN ATAU BANGUNAN

 PENGECUALIAN OBJEK PAJAK

BEAPEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN


BANGUNAN
 SUBJEK PAJAK
 ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG
MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH DAN ATAU
BANGUNAN

 OBJEK PAJAK
 PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN ATAU
BANGUNAN

 PENGECUALIAN OBJEK PAJAK

Hukum Pajak
7

6
TARIF PAJAK

 TARIF TETAP
Tarif tetap adalah tarif pajak yang jumlahnya nominalnya tetap
walaupun dasar pengenaan pajaknya berbeda/berubah, sehingga
jumlah pajak yang terutang selalu tetap.
Contoh: Bea materai untuk cek dan bilyet giro, berapapun
nominalnya dikenakan Rp 3.000,00

Dasar Pengenaan Pajak Jumlah pajak


Rp 10.000.000,00 Rp 3.000,00
Rp 20.000.000,00 Rp 3.000,00
Rp 30.000.000,00 Rp 3.000,00
Rp 40.000.000,00 Rp 3.000,00

 TARIF PROPORSIONAL/SEBANDING
Tarif Proporsional atau Sebanding adalah tarif pajak yang
merupakan persentase yang tetap, tetapi jumlah pajak yang terutang
akan berubah secara proporsional/sebanding dengan dasar
pengenaan pajaknya.
Contoh: tarif PPN 10%

Dasar Pengenaan Pajak Tarif pajak Jumlah pajak


Rp 10.000.000,00 10% Rp 1.000.000,00
Rp 20.000.000,00 10% Rp 2.000.000,00
Rp 30.000.000,00 10% Rp 3.000.000,00
Rp 40.000.000,00 10% Rp 4.000.000,00

Hukum Pajak
8

 TARIF PROGRESIF

Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin besar


jika dasar pengenaan pajaknya meningkat. Jumlah pajak yang
terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan
dasar pengenaan pajaknya.

 TARIF PROGRESIF-PROPOSIONAL

Tarif Progresif - proporsional adalah tarif pajak yang persentasenya


semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan
besarnya peningkatan dari tarifnya sama besar. Jumlah pajak yang
terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan
dasar pengenaan pajaknya. Tarif progresif – proporsional masih
dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tarif progresif – proporsional
absolut dan Tarif progresif – proporsional berlapisan

Contoh Tarif progresif – proporsional absolut

Dasar Pengenaan Tarif Peningkatan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 10% - Rp 1.000.000,00
Rp 20.000.000,00 15% 5% Rp 3.000.000,00
Rp 30.000.000,00 20% 5% Rp 6.000.000,00
Rp 40.000.000,00 25% 5% Rp 10.000.000,00

Contoh Tarif progresif – proporsional berlapisan

Dasar Pengenaan Tarif Peningkatan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 10% - Rp 1.000.000,00
Rp 20.000.000,00 15% 5% Rp 2.500.000,00
Rp 30.000.000,00 20% 5% Rp 4.500.000,00
Rp 40.000.000,00 25% 5% Rp 7.000.000,00

Hukum Pajak
9

 TARIF PROGRESIF-PROGRESIF

Tarif Progresif - progresif adalah tarif pajak yang persentasenya


semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan
besarnya peningkatan tarifnya besar semakin besar . Jumlah pajak
yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan
perubahan dasar pengenaan pajaknya. Tarif progresif – progresif
masih dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tarif progresif – progresif
absolut dan Tarif progresif – progresif berlapisan

Contoh Tarif progresif – progresif absolut

Dasar Pengenaan Tarif Peningkatan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 10% - Rp 1.000.000,00
Rp 20.000.000,00 15% 5% Rp 3.000.000,00
Rp 30.000.000,00 25% 10% Rp 7.500.000,00
Rp 40.000.000,00 40% 15% Rp 16.000.000,00

Contoh Tarif progresif – progresif berlapisan

Dasar Pengenaan Tarif Peningkatan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 10% - Rp 1.000.000,00
Rp 20.000.000,00 15% 5% Rp 2.500.000,00
Rp 30.000.000,00 25% 10% Rp 5.000.000,00
Rp 40.000.000,00 40% 15% Rp 9.000.000,00

 TARIF PROGRESIF- DEGRESIF

Tarif Progresif - degresif adalah tarif pajak yang persentasenya


semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan
besarnya peningkatan tarifnya besar semakin kecil . Jumlah pajak
yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan
perubahan dasar pengenaan pajaknya. Tarif progresif – degresif

Hukum Pajak
10

masih dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tarif progresif – degresif


absolut dan Tarif progresif – degresif berlapisan

Contoh Tarif progresif – degresif absolut

Dasar Pengenaan Tarif Peningkatan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 10% - Rp 1.000.000,00
Rp 20.000.000,00 25% 15% Rp 5.000.000,00
Rp 30.000.000,00 35% 10% Rp 10.500.000,00
Rp 40.000.000,00 40% 5% Rp 16.000.000,00

Contoh Tarif progresif – degresif berlapisan

Dasar Pengenaan Tarif Peningkatan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 10% - Rp 1.000.000,00
Rp 20.000.000,00 25% 15% Rp 3.500.000,00
Rp 30.000.000,00 35% 10% Rp 7.000.000,00
Rp 40.000.000,00 40% 5% Rp 11.000.000,00

 TARIF DEGRESIF

Tarif degresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin kecil


jika dasar pengenaan pajaknya meningkat. Jumlah pajak yang
terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan
dasar pengenaan pajaknya.

 TARIF DEGRESIF- PROPOSIONAL

Tarif Degresif - proporsional adalah tarif pajak yang persentasenya


semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan
besarnya penurunan dari tarifnya sama besar. Jumlah pajak yang
terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan
dasar pengenaan pajaknya. Tarif degresif – proporsional masih
dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tarif degresif – proporsional
Hukum Pajak
11

absolut dan Tarif degresif – proporsional berlapisan. Dalam


praktek, tarif degresif ini tidak digunakan karena tidak memenuhi
asas keadilan.
Contoh Tarif degresif – proporsional absolut

Dasar Pengenaan Tarif Penurunan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 25% - Rp 2.500.000,00
Rp 20.000.000,00 20% 5% Rp 4.000.000,00
Rp 30.000.000,00 15% 5% Rp 4.500.000,00
Rp 40.000.000,00 10% 5% Rp 4.000.000,00

Contoh Tarif degresif – proporsional berlapisan

Dasar Pengenaan Tarif Penurunan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 25% - Rp 2.500.000,00
Rp20.000.000,00 20% 5% Rp 4.500.000,00
Rp 30.000.000,00 15% 5% Rp 6.000.000,00
Rp 40.000.000,00 10% 5% Rp 7.000.000,00

 TARIF DEGRESIF- PROGRESIF

Tarif Degresif - progresif adalah tarif pajak yang persentasenya


semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan
besarnya penurunan dari tarifnya semakin besar. Jumlah pajak yang
terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan
dasar pengenaan pajaknya. Tarif degresif – progresif masih dapat
dibagi menjadi dua, yaitu Tarif degresif – proporsional absolut dan
Tarif degresif – progresif berlapisan.

Contoh Tarif degresif – progresif absolut

Dasar Pengenaan Tarif Penurunan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 40% - Rp 4.000.000,00
Rp 20.000.000,00 35% 5% Rp 7.000.000,00
Hukum Pajak
12

Rp 30.000.000,00 25% 10% Rp 7.500.000,00


Rp 40.000.000,00 10% 15% Rp 4.000.000,00

Contoh Tarif degresif – progresif berlapisan

Dasar Pengenaan Tarif Penurunan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 40% - Rp 4.000.000,00
Rp 20.000.000,00 35% 5% Rp 7.500.000,00
Rp 30.000.000,00 25% 10% Rp 10.000.000,00
Rp 40.000.000,00 10% 15% Rp 11.000.000,00

 TARIF DEGRESIF- DEGRESIF

Tarif Degresif - degresif adalah tarif pajak yang persentasenya


semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan
besarnya penurunan dari tarifnya semakin kecil. Jumlah pajak yang
terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan
dasar pengenaan pajaknya. Tarif degresif – degresif masih dapat
dibagi menjadi dua, yaitu Tarif degresif – degresif absolut dan Tarif
degresif – degresif berlapisan.

Contoh Tarif degresif – degresif absolut

Dasar Pengenaan Tarif Penurunan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 40% - Rp 4.000.000,00
Rp 20.000.000,00 25% 15% Rp 5.000.000,00
Rp 30.000.000,00 15% 10% Rp 4.500.000,00
Rp 40.000.000,00 10% 5% Rp 4.000.000,00

Contoh Tarif degresif – degresif berlapisan

Dasar Pengenaan Tarif Penurunan Jumlah pajak


Pajak pajak tarif
Rp 10.000.000,00 40% - Rp 4.000.000,00
Rp 20.000.000,00 25% 15% Rp 6.500.000,00
Hukum Pajak
13

Rp 30.000.000,00 15% 10% Rp 8.000.000,00


Rp 40.000.000,00 10% 5% Rp 9.000.000,00

 SISTEM TARIF
 TARIF AD VALOREM
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu
yang diterapkan pada harga atau nilai barang.

 TARIF SPESIFIK
Tarif spesifik,adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas
suatu jenis barang tertentu, atau suatu satuan jenis barang
tertentu.

 KEBIJAKAN TARIF
Kebijakan tarif berkaitan erat dengan fungsi pajak dalam
masyarakat, yaitu fungsi budgetair atau fungsi regulerend

Hukum Pajak
14

7
PERADILAN DALAM HUKUM PAJAK
 HUKUMAN PAJAK
 HUKUMAN ADMINISTRASI
Hukuman administrasi umumnya berupa sanksi administrasi
baik berupa bunga, denda, tambahan pokok pajak, maupun
kenaikan dan dijatuhkan oleh fiscus.

 HUKUMAN PIDANA
Hukuman pidana dapat berupa denda pidana maupun
hukuman penjara dan dijatuhkan oleh hakim.

 PERADILAN ADMINISTRASI
 PERADILAN ADMINISTRASI TIDAK MURNI
Peradilan administrasi ini disebut peradilan administrasi tidak
karena dalam peradilan administrasi ini hanya melibatkan dua
pihak yaitu pihak wajib pajak dan pihak fiskus tanpa
melibatkan pihak ketiga yang independen. Fiskus sebagai
pihak yang bersengketa sekaligus menjadi pihak yang
mengambil keputusan dalam perselisihan pajak yang
bersangkutan.
Contoh
Pengajuan keberatan

 PERADILAN ADMINISTRASI MURNI


Peradilan administrasi murni adalah peradilan yang
melibatkan tiga pihak, yaitu Wajib Pajak, Fiscus dan Hakim
yang mengadili. Wajib Pajak dan fiscus adalah pihak yang
bersengketa, sedangkan Hakim atau Majelis hakim adalah
pihak yang akan memutuskan sengketa tersebut.
Contoh
Pengajuan banding

Hukum Pajak
15

 KEBERATAN DAN BANDING


 KEBERATAN

Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan


perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa
kurang /tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.
Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan.

WAJIB PAJAK DAPAT MENGAJUKAN KEBERATAN


ATAS:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).


b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga.

PIHAK YANG DAPAT MENGAJUKAN KEBERATAN


ADALAH:
a. Bagi WP Badan oleh Pengurus
b. Bagi WP Orang Pribadi oleh WP yang bersangkutan
c. Pihak yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga
d. Kuasa yang ditunjuk oleh mereka pada butir a s/d c di atas
dengan surat kuasa khusus untuk pengajuan keberatan

Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)


di tempat WP terdaftar.

SYARAT-SYARAT MENGAJUKAN KEBERATAN


a. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu
tahun/masa pajak.
b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
c. Wajib menyatakan alasan-alasan secara jelas.
d. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut
penghitungan WP.

Hukum Pajak
16

JANGKA WAKTU PENGAJUAN KEBERATAN


a. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak
tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal
dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.
b. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke Kantor
Pelayanan Pajak, maka jangka waktu 3 bulan dihitung sejak
tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan
diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
c. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos ( harus
dengan pos tercatat), maka jangka waktu 3 bulan dihitung sejak
tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan
tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.

KEPUTUSAN ATAS SURAT KEBERATAN


a. Keputusan atas surat keberatan paling lambat 12 bulan sejak
diterimanya surat keberatan Wajib Pajak. Jika tidak memberikan
keputusan maka keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak
dianggap diterima.
b. Keputusan Keberatan dapat berupa diterima seluruhnya, diterima
sebagian, ditolak, dan menambah jumlah pajak.
c. Pengajuan keberatan tidak menunda pembayaran pajak.Dengan
demikian penagihan pajak dapat tetap dilaksanakan.

 BANDING

Banding adalah upaya hukum terhadap suatu keputusan pejabat


yang berwenang sepanjang diatur dalam perundang-undangan
Perpajakan. sedangkan gugatan adalah upaya hukum terhadap
pelaksanaan penagihan pajak sebagaimana yang diatur dalam
perundang-undangan Perpajakan.

Hukum Pajak
17

SYARAT YANG HARUS DIPENUHI DALAM SURAT


BANDING ADALAH :
1. Banding diajukan dengan surat banding dalam Bahasa Indonesia
kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
2. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diterima keputusan yang dibanding
3. Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding
4. Banding diajukan disertai dengan alasan-alasan yang jelas dan
mencantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding
5. Pada surat banding dilampirkan salinan keputusan yang
dibanding
6. Apabila banding diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang
terutang, banding hanya dapat diajukan apabila jumlah pajak
yang terutang dimaksud telah dibayar lunas

Pemohon Banding tidak harus melampirkan bukti pelunasan pajak,


sepanjang Banding diajukan atas Surat Ketetapan Pajak Nihil
(SKPN) atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Proses pengajuan surat banding


Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia,
1. Ditujukan kepada BPSP dengan melampirkan :
a. Salinan keputusan yang dibanding
b. Bukti pelunasan pajak yang terutang yang dibanding
c. Data dan bukti-bukti pendukung (SKP, Surat Permohonan
Keberatan, SPT, Laporan Keuangan dll)
d. Surat Kuasa bermeterai, bila diwakili oleh kuasanya
2. Paling lambat 14 hari sejak Banding disampaikan Pemohon
Banding akan mendapat permintaan kelengkapan apabila banding
yang disampaikan ternyata tidak/kurang lengkap
3. Paling lambat 3 bulan sejak tanggal diterimanya keputusan yang
dibanding, Pemohon Banding harus melengkapi permohonan
bandingnya yang kurang lengkap/belum memenuhi persyaratan
4. Paling lambat 14 hari sebelum persidangan dimulai, Pemohon
Banding akan mendapat pemberitahuan sidang.

Hukum Pajak
18

Pihak yang dapat mengajukan banding ke BPSP


1. Banding diajukan sendiri oleh pembayar pajak, ahli waris,
seorang pengurus atau kuasa hukumnya
2. Apabila selama proses banding, pemohon banding meninggal
dunia, banding dapat dilanjutkan oleh ahli
3. warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya atau pengampunya
dalam hal pemohon banding pailit
4. Apabila selama proses banding, pemohon banding melakukan
penggabungan, peleburan, pemecahan atau pemekaran usaha
atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh
pihak yang menerima pertanggungjawaban.

Hak-hak pemohon banding:


1. Pemohon Banding dapat melengkapi bandingnya untuk
memenuhi ketentuan yang berlaku sepanjang masih dalam jangka
waktu 3 bulan sejak diterimanya keputusan yang dibanding,
2. Dapat hadir dalam sidang tertutup guna memberikan keterangan
lisan atau bukti-bukti yang diperlukan sepanjang
memberitahukan kepada Ketua BPSP secara tertulis,
3. Dapat hadir dalam sidang terbuka untuk pembacaan putusan,
4. Dapat didampingi atau diwakili oleh Kuasa Hukum yang telah
terdaftar/mendapat izin Kuasa Hukum dari Ketua BPSP,
5. Dapat meminta kepada Majelis kehadiran saksi

Pemeriksaan dalam banding dapat dibagi menjadi pemeriksaan


dengan acara biasa dan pemeriksaan dengan acara cepat.

PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA


Pemeriksaan dengan Acara Biasa oleh Majelis yang terdiri dari
Ketua Sidang, Anggota Sidang, dan Sekretaris Sidang, dan dihadiri
oleh terbading, dan apabila dipandang perlu, Pemohon Banding atau
Kuasa Hukumnya.

Hukum Pajak
19

Banding diperiksa dengan Acara Biasa, jika:


1. Surat Permohonan Banding yang memenuhi ketentuan formal
Surat Banding diajukan masih dalam tenggang waktu 3 bulan
sejak keputusan yang dibanding diterima. Pajak Terutang telah
dibayar lunas, dengan melampirkan bukti pelunasan.
2. Banding yang diajukan terhadap sengketa pajak Rp.1.000.000,-
(satu juta rupiah) ke atas.

Prosedur pemeriksaan
Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Majelis melakukan
pemeriksaan mengenai kelengkapan (seperti fotokopi putusan yang
dibanding atau digugat) dan atau kejelasan banding atau gugatan
(seperti alasan banding atau gugatan).

Wewenang Ketua Sidang


1. Ketua Sidang memanggil terbanding atau tergugat dan dapat
memanggil pemohon banding atau penggugat (Bila pemohon
banding atau penggugat bersedia hadir, Ketua Sidang
memberitahukan tanggal dan hari sidang) untuk memberikan
keterangan lisan.Ketua Sidang menjelaskan masalah yang
disengketakan
2. Ketua Sidang menanyakan kepada terbanding atau tergugat
mengenai hal-hal yang dikemukakan pemohon banding atau
penggugat dalam surat bantahan.
3. Ketua Sidang dapat meminta pemohon banding atau penggugat
untuk memberikan keterangan yang diperlukan dalam
penyelesaian sengketa pajak, bila dipandang perlu oleh Majelis.
4. Ketua Sidang dapat memerintahkan saksi untuk didengar
keterangannya dalam persidangan atas permintaan salah satu
pihak yang bersengketa.
5. Ketua Sidang dapat meminta bantuan polisi untuk membawa
saksi ke persidangan, dalam hal saksi tidak datang tanpa alasan
yang dipertanggung jawabkan, dan majelis mempunyai alasan
yang cukup untuk menyangka bahwa saksi sengaja tidak datang
serta majelis tidak dapat mengambil putusan tanpa keterangan
dari saksi dimaksud.

Hukum Pajak
20

6. Ketua Sidang menanyakan kepada saksi nama lengkap, tempat


lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kewarganegaraan,
tempat tinggal, agama, pekerjaan, derajat hubungan keluarga, dan
hubungan kerja dengan penggugat atau tergugat.
7. Ketua Sidang menunjuk ahli alih bahasa dalam hal pemohon
banding atau penggugat atau saksi tidak paham bahasa Indonesia.
8. Ketua Sidang menunjuk orang yang pandai bergaul dengan
pemohon banding atau penggugat atau saksi sebagai ahli alih
bahasa, dalam hal pemohon banding atau penggugat atau saksi
ternyata bisu dan atau tuli serta tidak dapat menulis.

Kewajiban Saksi dalam persidangan


1. Saksi yang diperintahkan oleh ketua Sidang untuk didengar
keterangannya, wajib datang sendiri di persidangan (tidak dapat
diwakilkan atau dikuasakan kepada pihak lain)
2. Sebelum memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan
sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaannya.

Jangka waktu putusan pemeriksaan dengan acara biasa


1. Putusan pemeriksaan dengan acara biasa diambil dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan sejak banding atau gugatan diterima.
2. Dalam hal jangka waktu tersebut dilampaui, maka BPSP
mengambil putusan berupa mengabulkan seluruh banding atau
gugatan melalui pemeriksaan dengan acara cepat dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak jangka waktu 12 (dua belas)
bulan terlampaui.

Anggota Sidang yang lalai tidak mengambil putusan dalam jangka


waktu 12 (dua belas) bulan sehingga mengakibatkan banding atau
gugatan dikabulkan seluruhnya dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hukum Pajak
21

PEMERIKSAAN ACARA CEPAT


Pemeriksaan dengan Acara Cepat dilakukan oleh Anggota Tunggal,
dan dihadiri oleh terbading, dan apabila dipandang perlu Pemohon
Banding atau Kuasa Hukumnya.

Persyaratan banding diperiksa dengan Acara Cepat


1. Sengketa pajak tertentu
2. Sengketa pajak yang putusannya tidak diambil dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, sejak banding diterima.
3. Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 85 ayat (1) Undng Undang No.17 Tahun 1997, atau
putusan yang keliru (kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung).
4. Sengketa pajak yang dicabut.
5. Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan
merupakan wewenang BPSP.
6. Sengketa pajak dengan jumlah pajak yang bersengketakan tidak
melebihi Rp.1.000.000,-

Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap :


1. Sengketa pajak tertentu, yaitu sengketa pajak yang banding atau
gugatanny tidak memenuhi persyaratan formal yang telah
ditentukan oleh Undang-undang, atau banding dengan jumlah
pajak yang disengketakan tidak melebihi jumlah Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
2. Putusan pemeriksaan dengan acara cepat terhadap sengketa pajak
yang banding atau gugatannya tidak memenuhi persyaratan
formal, berupa tidak dapat diterima, diambil dalam jangka waktu
a. 30 (tiga puluh) hari sejak batas waktu pengajuan banding atau
gugatan dilampaui;
b. 30 (tiga puluh) hari sejak banding atau gugatan diterima dalam
hal diajukan setelah batas waktu dilampaui.
c. Untuk pemeriksaan terhadap banding dengan jumlah pajak
yang disengketakan tidak melebihi jumlah Rp1.000.000,00
(satu juta) rupiah putusan diambil dalam jangka waktu 6
(enam) bulan sejak surat banding diterima.

Hukum Pajak
22

d. Sengketa pajak dari pemeriksaan dengan acara biasa yang


putusannya tidak diambil dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan sejak banding atau gugatan diterima.
3. Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan mengenai hal-hal yang
harus dimuat dalam suatu putusan atau kesalahan tulis dan atau
kesalahan hitung, dalam putusan BPSP. Putusan pemeriksaan
terhadap hal ini berupa membetulkan kesalahan tulis, kesalahan
hitung, diambil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
kekeliruan dimaksud diketahui atau sejak permohonan salah satu
pihak diterima.
4. Surat penyataan pencabutan banding. Putusan pemeriksaan
berupa tidak dapat diterima, diambil dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak surat pernyataan pencabutan banding diterima.
5. Surat pernyataan pencabutan gugatan. Putusan pemeriksaan
berupa tidak dapat diterima, diambil dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak surat pernyataan pencabutan gugatan
diterima.
6. Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan
merupakan wewenang BPSP seperti gugatan pihak ketiga
terhadap pelaksanaan sita berdasarkan pengakuan hak milik atas
barang yang disita.
7. Putusan pemeriksaan berupa tidak dapat diterima, diambil dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak surat banding atau surat
gugatan diterima, dan pemohon banding atau penggugat dapat
mengajukan gugatan kepada peradilan yang berwenang.

Persiapan persidangan yang dilakukan oleh BPSP sebelum


proses persidangan dilaksanakan
1. BPSP meminta Surat Uraian Banding kepada Terbanding dalam
jangka waktu 14 hari sejak diterima Surat Banding lengkap,
2. Dalam hal Pemohon Banding melengkapi surat atau dokumen
susulan kepada BPSP, jangka waktu 14 hari dihitung sejak
tanggal diterima surat atau dokumen susulan dimaksud,
3. Terbanding menyerahkan Surat Uraian Banding kepada BPSP
dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim Permintaan
Surat Uraian Banding,

Hukum Pajak
23

4. Salinan Surat Uraian Banding oleh BPSP dikirimkan kepada


Pemohon Banding dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal
diterima,
5. Pemohon Banding memberikan tanggapan/bantahan atas Surat
Uraian Banding yang diterimanya dalam jangka waktu 30 hari
sejak diterimanya salinan Surat Uraian Banding,
6. Apabila Terbanding atau Pemohon Banding tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud angka 3 dan 5, BPSP tetap
melanjutkan pemeriksaan banding.

Surat Uraian Banding


Surat Uraian Banding adalah surat terbanding kepada BPSP yang
berisi jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon

Surat Bantahan
Surat Bantahan adalah surat dari pemohon banding kepada BPSP
yang berisi bantahan atas surat uraian banding.

Sifat putusan
Putusan BPSP merupakan putusan akhir dan bersifat tetap dan
bukan Keputusan Tata Usaha Negara.

Imbalan bunga
Jika keberatan atau banding diterima maka kelebihan pembayaran
dikembalikan dengan ditambah bunga sebesar 2% sebulan, untuk
selama-lamanya 24 bulan.

 PENINJAUAN KEMBALI SANKSI ADMINISTRASI


STP bukanlah ketetapan atas pokok pajak melainkan hanya
mengenakan sanksi administrasi saja. Karena atas penerbitan STP
tidak dapat diajukan keberatan, maka upaya yang dapat dilakukan
oleh Wajib Pajak adalah mengajukan peninjauan kembali jumlah
ketetapan pajak dan sanksi administrasi yang tercantum dalam STP.

Hukum Pajak
24

8
TAX REFORM

Latar Belakang

Tax reform dilakukan karena Pemerintah menganggap bahwa


peraturan perpajakan yang berlaku saat itu (1983 dan sebelumnya)
adalah peninggalan kolonial Belanda yang sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan zaman.

Tujuan utama Tax reform adalah untuk lebih menegakkan


kemandirian kita dalam membiayai pembangunan nasional .

Dengan Tax reform diharapkan beban pajak akan makin adil dan
wajar, sehingga di satu pihak mendorong wajib pajak melaksanakan
dengan kesadaran kewajibannya membayar pajak dan di lain pihak
menutup loophole-loophole yang selama ini masih terbuka bagi WP
untuk menghindari pajak.

Pajak-Pajak Yang Berlaku Sebelum Reformasi

1. Pajak Perseroan (PPs)


2. Pajak Pendapatan (PPd)
3. Pajak Kekayaan (PKK)
4. Pajak Penjualan (PPn)
5. Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA)
6. Bea Meterai

Hukum Pajak
25

Reformasi Pajak (Tax Reform ) 1983

Diterbitkan dengan serangkaian UU


1. UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
3. UU No. 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah .
4. UU No. 12 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
5. UU No. 13 tentang Bea Materai.

Pada tahun 1991 diadakan perubahan terhadap UU PPh dengan UU


No. 7 tahun 1991 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan

Reformasi Pajak (Tax Reform ) 1994

UU pajak yang dikeluarkan adalah :


1. UU No. 9 tahun 1994 tentang perubahan atas UU No. 6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2. UU No. 10 tahun 1994 tentang perubahan kedua atas UU No. 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
3. UU No 11 tahun 1994 tentang perubahan atas UU No 8 tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang
4. UU No. 12 tahun 1994 tentang perubahan atas UU No. 12
tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Selanjutnya pada tahun 1997 dikeluarkam lagi serangkaian UU


baru, untuk melengkapi UU yang telah ada, yaitu:

a. UU No. 17 tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa


Pajak
b. UU No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
daerah
c. UU No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa
Hukum Pajak
26

d. UU No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak


e. UU No. 21 tahun 1997 tentang Bea perolehan atas tanah dan
Bangunan

Reformasi Pajak (Tax Reform ) 2000

UU pajak yang dikeluarkan adalah :


1. UU No. 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU No. 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2. UU No. 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga UU No. 7 tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan
3. UU No 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU No 8
tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang
4. UU No. 19 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 19 tahun
1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
5. UU No. 20 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 21 tahun
1997 tentang Bea perolehan atas tanah dan Bangunan.

Hukum Pajak
27

9
PENGERTIAN UMUM DAN NPWP/NPPKP

Pengertian – Pengertian Umum dalam Pajak

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan termasuk


pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu;
2. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha.
3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
4. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena
Pajak
5. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1
(satu) bulan takwim atau jangka waktu lain.
6. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim
kecuali tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
7. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 Tahun
Pajak.
8. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada
suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam
Bagian Tahun Pajak .
9. Kredit pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah
dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.

Hukum Pajak
28

10. Kredit pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang


dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak
yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar,
ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
11. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang
pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu
hubungan kerja.
12. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan
lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran
penulisan dan penghitungannya.
13. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas
keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap
pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan
oleh Wajib Pajak.
14. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas
banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan
oleh Wajib Pajak.
15. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu."
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK

KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI DAN MELAPORKAN USAHA

1. Kewajiban mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP


 Semua WP wajib mendaftarkan diri, kecuali
 WP-OP berpenghasilan dibawah PTKP
 WP-OP yang menerima/memperoleh pengh. dari satu
pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan
pasal 21 UU PPh
Hukum Pajak
29

Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula


untuk perempuan yg telah menikah yang
dikenakan pajak secara terpisah, karena
 Hidup terpisah berdasarkan kep hakim
 Dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan pengh. & harta
Setiap WP hanya diberikan satu NPWP

2. Melaporkan usaha untuk mendapatkan Pengukuhan PKP


Pengusaha yang dikenakan PPN/PPbBM wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

POLA NPWP

1.001.638. 4 - 051

no. pokok
cek digit
kode KPP

Fungsi NPWP:
- Sarana dalam administrasi perpajakan;
- Identitas WP;
- Menjaga ketertiban pembayaran pajak;
- Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.
Setiap WP hanya diberikan satu NPWP

Manfaat NPWP dan Pengukuhan PKP


NPWP
Hukum Pajak
30

a. untuk memperoleh pinjaman modal dari bank


b. untuk memudahkan berhubungan dengan instansi yang
mewajibkan mencantumkan Kantor Bea dan Cukai, kantor
KPKN, kantor PLN, Kantor NPWP, seperti kantor imigrasi,
Telkom dan sebagainya.

Pengukuhan PKP
a. untuk dapat menjadi rekanan pemerintah dalam
mendaftarkan/memperoleh tender proyek pemerintah.
b. untuk memperoleh pembayaran dari KPKN dan sebagainya.

Penerbitan NPWP dan/atau Pengukuhan PKP secara Jabatan


NPWP dan/atau Pengukuhan PKP secara jabatan, apabila WP atau
PKP tidak mendaftarkan diri dan/atau tidak melaporkan usahanya.

Syarat-Syarat Untuk Memperoleh NPWP dan NPPKP:


Pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP dapat sekaligus dilakukan
dengan cara mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran yang
dapat diminta di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Penyuluhan Pajak terdekat.
Tata Cara Mendaftarkan Diri Dan Melaporkan Usaha.
a. Mengisi formutir pendaftaran dan melampirkan kelengkapannya;
b. Menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor
Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan Pajak setempat. atau dikirim
lewat Kantor pos dengan pos tercatat.

Jangka Waktu Penyelesaian Atau Penerbitan Kartu NPWP dan


NPPKP
a. Kartu NPWP dapat diselesaikan dalam waktu satu hari kerja
b. Untuk Pengukuhan PKP:
- harus diadakan pemeriksaan lapangan
- harus diselesaikan dalam 3 hari
- Kartu NPWP dan Pengukuhan PKP yang telah selesai diproses
dikirim ke alamat wajib pajak.

Hukum Pajak
31

PERUBAHAN DATA WP
1. Perubahan data dilakukan dalam hal:
a. Perbaikan data karena kesalahan data komputer;
b. Perubahan nama WP karena penggantian nama,
c. Perubahan alamat WP karena perpindahan tempat tinggal;
d. Perubahan NPWP karena adanya kesalahan nomor (misalnya
NPWP cabang tidak sama dengan NPWP Pusat);
e. Perubahan status usaha WP, dilampiri pernyataan tertulis dan
WP atau fotokopi perubahan;
f. Perubahan jenis usaha karena ada perubahan kegiatan usaha
WP;
g. Perubahan bentuk Badan;
h. Perubahan jenis pajak karena sesuatu hal yang mengakibatkan
kewajiban jenis pajak berubah;
i. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan NPPKP karena
dipenuhinya persyaratan yang ditentukan;

2. Tatacara pembetulan data WP:


a. Mengisi formulir perubahan/mutasi data WP
b. Menyampaikan ke KPP/Kapenpa yang bersangkutan.

MUTASI WAJIB PAJAK


Mutasi atau WP pindah tempat tinggal ke wilayah KPP lain, maka
WP wajib mengajukan permohonan dengan mengisi formulir
“PEMBERITAHUAN PINDAH” dan menandatanganinya.

Hukum Pajak
32

Penghapusan NPWP / Pencabutan Pengukuhan PKP


1. Penghapusan NPWP dan persyaratannya.
a. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan,
b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan
c. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subyek
Pajak apabila sudah selesai dibagi,
d. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi
e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal
kehilangan statusnya sebagai BUT
f. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi
sebagai WP.

2. Pencabutan Pengukuhan PKP:


a. PKP pindah alamat;
b. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi;
c. PKP lainnya yang tidak memenuhi syarat sebagai PKP.

Kewajiban Setelah Memperoleh NPWP Sehubungan Dengan


PPh
1. Pembayaran pajak
2. Pemungutan pajak
3. Penyetoran pajak
4. Pelaporan pajak

Kewajiban setelah dikukuhkan sebagai PKP sehubungan


dengan PPN dan PPnBM
1. Pembayaran/penyetoran pajak
2. Faktur pajak
3. Pelaporan pajak yang telah disetor

Hukum Pajak
33

10
UTANG PAJAK

Utang perdata
Penyebab timbulnya utang perdata (utang biasa) umumnya karena
adanya perikatan yang dikuasai oleh hukum perdata.

Utang pajak
Utang pajak timbul karena undang-undang

Timbulnya Utang Pajak


1. menurut ajaran materiil utang pajak timbul jika ada Sesuatu yang
mernyebabkan (Tatbestand) yaitu :
a. Perbuatan-perbuatan,
b. Keadaan-keadaan,
c. Peristiwa
2. menurut Ajaran Formil, utang pajak itu timbul karena adanya
surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Penagihan pajak
Dalam sistem selfassesment Wajib Pajak membayar membayar
utang pajak tanpa harus menunggu adanya penagihan dari fiskus

Berakhirnya Utang Pajak


1. Pembayaran/pelunasan
2. Kompensasi
3. Penghapusan utang
4. Daluwarsa
Batas daluwarsa yang berlaku saat ini adalah:
a. untuk pajak pusat adalah 10 tahun
b. untuk pajak daerah adalah 5 tahun
c. untuk retribusi daerah adalah 3 tahun
d. sedangkan untuk wajib pajak yang terlibat tindak pidana pajak
tidak diberikan batas waktu.
5. Pembebasan
Hukum Pajak
34

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Official Assesment System


Official assesment system adalah sistem pemungutan pajak di mana
jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh Wajib Pajak
dihitung dan ditetapkan oleh fiskus/aparat pajak.

Self Assesment System


Self assesment system adalah sistem pemungutan pajak di mana
Wajib Pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan jumlah pajak yang terutang.

Untuk mensukseskan sistem self assesment ini dibutuhkan


beberapa prasyarat dari Wajib pajak, antara lain:
a. Kesadaran Wajib Pajak (Tax consciousness)
b. Kejujuran Wajib pajak
c. Kemauan membayar Pajak dari Wajib Pajak (Tax mindedness)
d. Kedisiplinan Wajib Pajak (Tax disciplin)

Witholding System
Witholding System adalah sistem pemungutan pajak yang mana
besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga.

Hukum Pajak
35

11 PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK

Fungsi Ketetapan Pajak


Ketetapan Pajak berfungsi sebagai:
a. Koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT WP;
b. Sarana untuk mengenakan sanksi;
c. Sarana untuk menagih pajak;
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih
bayar;
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

Macam-macam Ketetapan Pajak


a. Surat Tagihan Pajak (STP)
b. Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar (SKPKB)
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
f. Surat Pemberitahuan Pajak terutang

Surat Tagihan Pajak (STP)


yaitu surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa denda dan atau bunga.

STP diterbitkan KPP jika:


a. PPh tahun berjalan tidak/kurang dibayar
b. Salah tulis/jumlah dalam SPT
c. WP dikenakan sanksi denda dan/atau bunga
d. Pengusaha yang seharusnya PKP tidak melapor untuk
dikukuhkan menjadi PKP
e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan menjadi PKP tetapi
membuat faktur pajak atau PKP tetapi tidak mengisi/mengisi
tidak lengkap faktur pajak.

Sanksinya administrasi berupa denda bunga 2% perbulan


maksimal 12 bulan.
Hukum Pajak
36

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


Yaitu surat keputusan yang menentukan besarnya pajak terutang,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
Dapat diterbitkan dalam jangka waktu 10 tahun, jika:
a. Pajak terutang tidak atau kurang dibayar
b. SPT tidak disampaikan tepat waktu dan telah ditegour secara
tertulis
c. PPN dan PPnBM yang tidak seharusnya dikompensasi atau
dikenakan tarif 0%
d. Tidak melakukan kewajiban pembukuan.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)


yaitu surat keputusan yang menentukan tambahan atau jumlah pajak
yang telah ditetapkan, dimaksudkan untuk:
a. SKPKB yang telah ditetapkan lebih rendah dari yang
sebenarnya.
b. Proses pengembalikan SKPLB yang seharusnya tidak
dilakukan
c. Pajak terutang dalam SKPN yang ditetapkan lebih rendah.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


Yaitu surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena kredit pajak lebih besar dari pajak yang
terutang.

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


Yaitu surat keputusan yang menentukan jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang
atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak dan
tidak ada kredit pajak.

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)


Yaitu surat keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan mengenai pajak terutang yang harus dibayar dalam satu
tahun pajak.

Hukum Pajak
37

12
PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK

Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak (SSP) dan untuk pelaporan menggunakan Surat
Pemberitahuan (SPT).

Surat Setoran Pajak (SSP)


Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang digunakan oleh Wajib
Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank BUMN/D

Fungsi
SSP merupakan formulir yang digunakan sebagai sarana untuk
membayar pajak dan merupakan bukti pembayaran pajak.

Pembayaran pajak dapat dikelompokan menjadi:


1. Pembayaran masa
2. Pembayaran kekurangan pajak setelah berakhirnya tahun
pajak/bagian tahun pajak
3. Pembayaran karena adanya Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan kurang Bayar Tambahan,
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding.

Hukum Pajak
38

Batas Waktu Pembayaran Pajak

Pembayaran Masa

JENIS PAJAK TGL J.T. (selambat-lambatnya)

1. PPh PS 21, 23, 26


Tgl 10 bln takwim berikutnya
2. PPh PS 22, PPN
- = tgl pembayaran Bea Masuk
/PPnBM atas impor
- = tgl penyelesaian dokumen
dilunasi sendiri
impor jika Bea Masuk
dibebaskan atau ditunda
3. PPh ps 22 oleh badan ttt
Tgl 15 bln takwim berikutnya
4. PPN/PPnBM – DJBC
1 hari setelah pemungutan
5. PPN/PPnBM – Bend
Tgl 7 bln takwim berikutnya
6. PPN/PPnBMselain Bend
Tgl 15 bln takwim berikutnya
7. PPh ps 22 Bend- APBN
hari yg sama dg pembayaran
8. PPN gula/terigu bulog
sebelum SPPB/DO ditebus
9. PPh 22 pertamina-bulog
sebelum SPPB/DO ditebus
10. PPh ps 25
Tgl 15 bln takwim berikutnya
11. PPN/PPnBM
Tgl 15 bln takwim berikutnya

* Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran bertepatan dengan


hari libur maka, pembayaran dilakukan pada hari kerja
berikutnya.

 Pembayaran kekurangan pajak setelah berakhirnya tahun


pajak/bagian tahun pajak
Tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak/bagian
tahun pajak

 Pembayaran karena adanya STP, SKPKB, SKPKBT, Surat


Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding
Sesuai dengan yang tercantum dalam surat keputusan yang
bersangkutan umumnya 30 hari.

Hukum Pajak
39

Angsuran dan penundaan pembayaran pajak


Wajib Pajak yang mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami
keadaan di luar kekuasaannya (force majeur), sehingga tidak dapat
melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya, dapat
mengajukan permohonan secara tertulis Kepada direktur Jenderal
Pajak up. Kepala kantor Pelayanan Pajak untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajaknya.

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk
melaporkan atau penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang
menurut ketentuan peraturan perundang undangan Perpajakan.

Dua macam SPT yaitu:


a. SPT Masa yaitu surat yang oleh WP digunakan untuk
memberitahukan pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak
atau pada suatu saat.
b. SPT Tahunan yaitu surat yang oleh WP digunakan unt
memberitahukan pajak yang terutang dalam suatu Tahun Pajak.

Fungsi SPT merupakan sarana untuk:


1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang
2. Melaporkan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak atau bagian dari
tahun pajak.
3. Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut pajak
atau pemungut pajak tentang pemotongan/pemungutan dan
pembayaran yang telah dilakukan kepada orang atau badan lain
dalam satu masa pajak.

Yang Wajib Mengisi Dan Menyampaikan Spt:


1. Orang pribadi yang menerima penghasilan dari usaha atau
pekerjaan bebas.
2. Setiap badan
Hukum Pajak
40

Tempat pengambilan SPT


WP harus mengambil sendiri SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
atau KantorPenyuluhan Pajak (Kapenpa).

Pengisian SPT
SPT harus diisi secara benar, jelas, lengkap, dan ditandatangani.
Jika ditandatangani bukan WP, harus dilampiri surat kuasa khusus.

Penyampaian SPT
SPT disampaikan secara langsung atau melalui pos secara tercatat
ke KPP/Kapenpa setempat.

Batas Waktu Penyampaian SPT


1. SPT Masa
Jenis pajak Yang Batas Waktu terakhir
Menyampaikan
SPT
1. PPh Pasal 21 Pemotong PPh Tanggal 20 bulan takwim
pasal 21 berikutnya setelah masa pajak
berakhir
2. PPh-Pasal 22- Ditjen. Bea dan 14 hari setelah berakhirnya masa
Impor cukai pajak
3. PPh Pasal 22 Bendaharawan Tanggal 14 bulan takwim
Bendaharawan berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
4. PPh pasal 23 Pemotong PPh Tanggal 20 bulan takwim
pasal 23 berikutnya setelah masa pajak
berakhir
5. PPh pasal 25 Wajib Pajak yang Tanggal 20 bulan takwim
memiliki NPWP berikutnya setelah masa pajak
berakhir
6. PPh pasal 26 Pemotong PPh Tanggal 20 bulan takwim
pasal 26 berikutnya setelah masa pajak
berakhir
7. PPN Pengusaha Kena Tanggal 20 bulan takwim
Pajak berikutnya setelah
masa pajak berakhir
8. PPN-Yang Ditjen. Bea dan Tujuh hari setelah penyetoran
dipungut Cukai
Hukum Pajak
41

DJBC
2. SPT Tahunan
Jenis pajak Yang Batas Waktu
Menyampaikan terakhir
SPT
SPT Tahunan Wajib Pajak yang 3 (tiga) bulan setelah
PPh mempunyai NPWP berakhirnya tahun
pajak

SPT PPh Pasal Pemotong PPh 3 (tiga) bulan setelah


21-Tahunan Pasal 21 berakhirnya tahun
pajak

* Apabila tanggal jatuh tempo pelaporan bertepatan dengan hari


libur, pelaporan, dilakukan pada hari kerja sebelum tanggal jatuh
tempo.
Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan
WP berhak mengajukan permohonan perpanjangan waktu
penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan, apabila WP tidak
dapat menyelesaikan/menyiapkan laporan keuangan tahunan atau
benar-benar mengalami kesulitan sehingga sulit untuk memenuhi
batas waktu penyelesaian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan permohonan


a. Permohonan tersebut harus diajukan secara tertulis sebelum batas
waktu penyampaian SPT Tahun berakhir;
b. Melunasi kekurangan penyetoran pajak yang terutang beserta
sanksi administrasi berupa bunga;
c. Memberikan pernyataan tertulis tentang besarnya pajak yang
harus dibayar berdasarkan penghitung sementara.

Sanksi Tidak Menyampaikan SPT atau menyampaikan tidak


sesuai dengan batas waktu yang ditentukan berupa denda:
a. Rp 500.000,- untuk SPT Masa;
b. Rp 1000.000,- untuk SPT Tahunan.
Hukum Pajak
42

Pembetulan Sendiri SPT Tahunan PPh


WP dapat membetulkan SPT Tahunan atas kemauan sendiri:
a. dalam jangka waktu dua tahun
b. Belum dilakukan tindakan pemeriksaan.
Atas kurang bayar akibat pembetulan, dilunasi dengan bunga 2 %
per bulan.

Jika telah lewat 2 tahun dan DJP belum menerbitkan skp, WP


diberikan kesempatan untuk mengungkapakan ketidakbenaran,
tetapi terbatas pada:
1. bila pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar
2. Rugi menjadi lebih kecil
3. jumlah harta menjadi lebih besar
4. jumlah modal menjadi lebih besar.

Untuk hal demikian WP tetap dikenakan sanksi 50% dari pajak


yang kurang dibayar.

Hukum Pajak
43

13 PENAGIHAN PAJAK
Penagihan Pajak Pasif
Penagihan pajak menggunakan STP, SKPKB, SKPKBT, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi
lebih besar.

Penagihan Pajak aktif


Penagihan Pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,
dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak
hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti
dengan tindakan sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

DASAR PENAGIHAN PAJAK PUSAT

UU KUP UU PBB
 STP  SPPT
SKPKB SKP
SKPKBT STP

SK KEBERATAN
SK PEMBETULAN jumlah utang ber +
PUTUSAN BANDING

DASAR PENAGIHAN PAJAK DAERAH

Pajak daerah TK I Pajak Daerah Tk II


1. pajak Hotel dan Restoran
1. PKB 2. Pajak Hiburan
2. BBNKB 3. Pajak Reklame
3. PBBKB 4. Pajak penerangan jalan
5. Bahan galian gol C
6. Pemanfaatan air permukaan dan
bawah tanah
Hukum Pajak
44

Tahapan Penagihan Pajak aktif


1. Surat Tegoran
2. Surat Paksa
3. Surat Sita
4. Lelang

Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa


Pengertian umum
1. Penanggung Pajak yaitu orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak
2. Pejabat yaitu pejabat yang berwenang dalam proses penagihan
pajak
3. Juru sita pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang
ditunjuk oleh menteri keuangan atau kepala daerah.
4. Penagihan pajak adalah Serangkaian tindakan agar penanggung
pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan.
5. Surat teguran adalah surat yang digunakian untuk menegur WP
supaya melunasi Utang Pajaknya.
6. Surat Paksa adalah Surat perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak
7. Biaya penagihan pajak adalah Biaya penagihan surat paksa,
surat perintah melaksanakan penyitaan, pengumuman lelang,
pembatalan lelang, dan biaya lainnya sehubungan dengan
penagihan pajak
8. Penyitaan adalah Tindakan jurusita pajak untuk menguasai
barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk
melunasi utang pajak
9. Juru sita pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang
ditunjuk oleh menteri keuangan atau kepala daerah.
10. Objek Sita adalah Barang penanggung pajak yang dapat
dijadikan jaminan utang
11. Lelang adalah Setiap penjualan barang di muka umum dengan
cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui
usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli

Hukum Pajak
45

12. Kantor Lelang adalah Kantor yang berwenang melaksanakan


penjualan secara lelang
13. Risalah lelang adalah Berita acara pelaksanaan lelang yang
dibuat oleh pejabat lelang atau kuasanya dalam bentuk yang
ditentukan oleh peraturan perundang undangan lelang yang
berlaku.
14. Pencegahan adalah Larangan yang bersifat sementara terhadap
penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah negara RI
berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku
15. Penyanderaan adalah Pengekangan sementara waku kebebasan
penanggung pajak dengan menempatkannya ditempat tertentu
16. Gugatan atau sanggahan adalahUpaya hukum terhadap
pelaksanaan penagihan pajak dan pemilikan barang selama
diatur dalam peraturan perundang undangan yang bersangkutan
17. Penagihan seketika dan sekaligus adalah Tindakan penagihan
pajak yang dilaksanakan oleh juru sita pajak kepada penanggung
pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang
meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis, masa pajak,dan
tahun pajak

PEJABAT DAN JURUSITA PAJAK


PEJABAT
Menteri Keuangan (untuk pajak pusat) atau Kepala Daerah (untuk pajak
daerah) berwenang menunjuk Pejabat untuk penagihan pajak yang bewenang
untuk:
a. mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak;
b. menerbitkan:
1) Surat Teguran,Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis;
2) Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
3) Surat Paksa;
4) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
5) Surat Perintah Penyanderaan;
6) Surat Pencabutan Sita;
7) Pengumuman Lelang;
8) Surat Penentuan Harga Limit;
9) Pembatalan Lelang; dan
Hukum Pajak
46

10) surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.

JURUSITA PAJAK
(1) Tugas Jurusita Pajak:
a. melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
b. memberitahukan Surat Paksa;
c. melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan
d. melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

(2)Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan


kartu tanda pengenal Jurusita Pajak dan harus diperlihatkan kepada
Penanggung Pajak.

(3)Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak berwenang memasuki dan


memeriksa semua ruangan

(4)Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan


Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan
perundang-undangan, Pemerintah Daerah setempat, Badan Pertanahan
Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank
atau pihak lain.

(5)Jurusita Pajak menjalankan tugas di wilayah kerja Pejabat yang


mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau
Keputusan Kepala Daerah.

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS

a. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama


lamanya atau berniat untuk itu
b. Penanggung Pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan
kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di
Indonesia, ataupun memindahtangankan barang yang dimiliki
atau dikuasainya
c. Terdapat tanda tanda penanggung pajak akan membubarkan
usahanya atau berniat untuk itu
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara

Hukum Pajak
47

e. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak


ketiga atau terdapat tanda tanda kepailitan.

Diterbitkan SPPSS a. nama WP/WP dan PP


Oleh pejabat b. besarnya utang pajak
Sebelum SP c. perintah untuk membayar
d. saat pelunasan pajak
Tanpa menunggu saat jatuh tempo
Mempunyai kekuatan eksekutorial
SURAT PAKSA Kedudukan surat paksa = putusan
Pengadilan

a. nama WP/ WP & PP


b. besarnya utang pajak
c. perintah untuk membayar

dengan berkepala “Demi keadilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa”

SP diterbitkan apabila:
 PP tidak melunasi utang pajak s.d. tgl jatuh tempo dan
kepadanya telah diterbitkan ST atau surat peringatan
 Terhadap PP sudah dilaksanakan PSS
 PP tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan
angsuran atau penundaan pembayaran.

PEMBERITAHUAN SP
KEPADA PP ORANG PRIBADI
 Tempat tinggal atau tempat usaha
 Pada orang dewasa yang berada di tempat PP
 Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat yang mengurus
harta peninggalan

KEPADA PP BADAN
 Pengurus, pemegang saham dan pemilik modal
 Pegawai setingkat pimpinan, jika pengurus tidak dipenuhi
Hukum Pajak
48

 Hakim komisaris
 Penerima kuasa khusus dari WP
 Melalui pemda
PENYITAAN
 Dilakukan berdasarkan SPMP jika PP tidak melunasi utang
pajak setelah lewat 2x24 jam setelah SP diberitahukan
 Oleh Jurusita pajak dengan 2 orang saksi
 Setiap penyitaan jurusita membuat BAPS, ditandatangani oleh
jurusita, PP dan saksi
 Penyitaan dapat dilakukan meskipun PP tidak hadir asalkan
salah seorang saksi dari pemda, BAPS ditandatangani oleh PP
dan saksi saksi
 BAPS tetap sah jika PP menolak untuk menandatangani
 Salinan BAPS ditempelkan pada barang yang disita atau barang
yang disita berada di tempat umum
 Atas barang yang disita ditempel segel sita

OBYEK SITA
1. BARANG BERGERAK
Mobil, perhiasan, uang tunai, deposito berjangka, saldo rekening
giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi,
saham, atau surat berharga lainnya, piutang, penyertaan modal
pada perusahaan lain

2. BARANG TIDAK BERGERAK


Tanah, bangunan, kapal dengan isi kotor tertentu

3. LAINNYA
Tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat
lainnya, termasuk penguasaan pada pihak lain atau yang dibebani
dengan hak tanggungan sampai dengan nilai barang yang disita
cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.

BARANG BERGERAK MILIK PP YANG DIKECUALIKAN


DARI SITA
 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya
 Persediaan bahan makanan dan minuman selama satu bulan
Hukum Pajak
49

 Perlengkapan PP yang bersifat dinas


 Buku-buku yang bertalian dengan jabatan/pekerjaan PP
 Peralatan dalam keadaan jalan dengan jumlah tidak lebih dari 20
juta
 Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh PP atau
keluaraga yang menjadi tanggungannya.

Barang yang disita dijual melalui lelang, kecuali:


 uang tunai,
 deposito berjangka, saldo rek koran, atau bentuk lain yang
dipersamakan
 obligasi, saham, atau surat berharga lainnya
 piutang, penyertaan modal pada perusahaan lain.

LELANG

Pengumuman lelang min 14 hari


setelah pelaksanaan penyitaan

pelaksanaan lelang min 14 hari


setelah pengumuman lelang

 mengajukan permintaan lelang


 menghadiri pelaksanaan lelang
- menentukan dilepasnya barang
- menandatangani risalah lelang

Pejabat
Jurusita pajak beserta
keluarga dilarang sanksi
membeli barang sitaan sesuai
yang dilelang ketentuan

Hukum Pajak
50

Lelang dihentikan walaupun barang yang


Akan dilelang masih ada sanksi bagi
Pejabat lalai
Jika

Jumlahnya telah cukup untuk melunasi


Biaya penagihan pajak dan utang pajak
oleh
pejabat

Sisa barang + kelebihan uang dikembalikan

Gugatan
Gugatan yang diajukan ke Pengadilan negeri
1. Oleh Penanggung Pajak yang disandera
2. Jika gugatan Penanggung Pajak dikabulkan Penanggung Pajak
dapat memohon rehabilitasi nama baik dan ganti rugi atas masa
penyanderaan yang telah dijalaninya.
3. Besarnya ganti rugi adalah Rp100.000,00/hari.
4. Penanggung Pajak tidak dapat mengajukan gugatan terhadap
pelaksanaan penyanderaan setelah masa penyanderaan berakhir.

Gugatan yang diajukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Pajak


1. Gugatan Penanggung Pajak terhadap proses pelaksanaan
Penagihan pajak.
2. Jika gugatan Penanggung Pajak dikabulkan, Penanggung Pajak
dapat memohon pemulihan nama baik dan ganti rugi kepada
Pejabat.
3. Besarnya ganti rugi paling banyak Rp 5.000.000,00
4. Gugatan Penanggung Pajak diajukan dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari sejak Surat Paksa, Surat Perintah

Hukum Pajak
51

Melaksanakan Penyitaan, atau pengumuman lelang


dilaksanakan.

Sanggahan
1. Oleh pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita .
2. Pengadilan Negeri yang menerima surat sanggahan
memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat.
3. Pejabat menangguhkan pelaksanaan penagihan pajak hanya
terhadap barang yang disanggah kepemilikannya sejak menerima
pemberitahuan.
4. Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita
tidak dapat diajukan setelah lelang dilaksanakan.

SPPSS, SP, SPMP, SPP, DAN PENG. LELANG

Penggantian pembetulan

Karena permohonan PP karena jabatan atau


(hilang, rusak, alasan lain) permohonan PP
kesalahan & kekeliruan

dalam bentuk salinan pelaksanaan penagihan


yang ditandatangani pajak dilanjutkan setelah
pejabat kesalahan atau kekeliruan
dibetulkan oleh pejabat

Ketentuan Pidana
1. Penanggung pajak yang memindahkan hak, memindahtangankan,
menyewakan, meminjamkan, menyembunyikan, menghilangkan,
atau merusak barang yang telah disita
2. Apabila pihak-pihak yang diberi tugas untuk mengalihkan atau
menjual barang sitaan

Hukum Pajak
52

3. Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau


permintaan yang dilakukan menurut undang-undang, atau dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan dalam melaksanakan sita.

Hukum Pajak
53

14
PEMBUKUAN/PENCATATAN

Pembukuan
Proses pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang:
a. keadaan harta;
b. kewajiban;
c. modal;
d. penghasilan dan biaya;
e. penjualan dan pembelian;
f. harga perolehan dan penyerahan Barang/Jasa yang:
- terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
- tidak terutang PPN;
- dikenakan PPN dengan Tarif 0%; dan
- dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;

Pembukuan wajib diselenggarakan oleh:


a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas di Indonesia
b. Wajib Pajak badan di Indonesia

Pencatatan
Pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang
peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak
yang bersifat final.

Syarat-syarat penyelenggaraan pembukuan/pencatatan:


a. diselenggarakan dengan memperhatikan itikat baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
b. sekurang-kurangnya terdiri dari catatan yang dikerjakan secara
teratur
c. Diselenggarakan di Indonesia
Hukum Pajak
54

d. Pembukuan dengan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah


dapat diselenggarakan oleh Wajib pajak setelah mendapat izin
dari Menteri Keuangan.
e. Pembukuan diselengarakan dengan prinsip taat asas dan dengan
stelsel akrual atau stelsel kas.
f. Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku,
harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
g. Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajib
disimpan selama 10 tahun
Pengecualian Pembukuan dan pencatatan
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan dan melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak orang
pribadi yang tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan.

1. Tujuan Pembukuan
Adalah untuk mempermudah:
a. Pengisian SPT
b. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
c. Penghitungan PPN dan PPn BM
d. Mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiata usaha/pekerjaan
bebas

2. Tujuan Pencatatan.
Adalah untuk mempermudah:
a. Pengisian SPT
b. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
c. Penghitungan PPN dan PPn BM

Pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain rupiah


dalam rangka:
a. Penanaman Modal Asing;
b. Kontrak Karya;
c. Kontrak Bagi Hasil;
d. Kegiatan usaha atau badan lain
Hukum Pajak
55

15
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK

Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk:


- mencari;
- mengumpulkan;
- mengolah
data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:
a. SPT lebih bayar dan / atau rugi.
b. SPT tidak disampaikan atau terlambat.
c. SPT memenuhi kriteria yang ditentukan DJP untuk diperiksa.
d. Adanya indikasi tidak dipenuhi kewaijibar kewajiban selain
kewajiban pada huruf b.
2. Tujuan lain, dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan:
a. Pemberian atau pencabutan NPWP
b. Pemberian NPPKP
c. Penentuan besarnya angsuran pajak suatu masa untuk WP
baru
d. WP mengajukan keberatan dan banding
e. Pengumpulan bahan guna menyusun norma penghitungan
f. Pencocokan data dan/atau keterangan
g. Penentuan WP berlokasi di daerah tertentu
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPNdan atau PPh ps
21
i. Tujuan perpajakan lainnya selain a s.d. h

Ruang lingkup pemeriksaan:


a. Lengkap
Hukum Pajak
56

ditempat WP seluruh jenis pajak tahun berjalan dan


sebelumnya dengan tehnik pemeriksaan
yang lazim
b. Sederhana
- sederhana di lapangan, ditempat WP seluruh jenis pajak
tahun berjalan dan sebelumnya dengan tehnik dan bobot
pemeriksaan yang sederhana
- sederhana di kantor, jenis pajak tertrntu tahun berjalan
dengan tehnik dan bobot pemeriksaan yang sederhana

Unsur unsur pokok dalam pemeriksaan pajak dapat diuraikan


sebagai berikut:
a. Informasi yang terukur dengan kriteria tetap
b. Satuan usaha, yaitu setiap akan melakukan pemeriksaan pajak
c. Mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti
d. Pemeriksa yang kompeten dan independen

Pelaksanaan pemeriksaan dikelompokan sesuai sifatnya:


a. Pemeriksan rutin, dilakukan terhadap:
1. Surat Pemberitahuan (SPT) lebih bayar
2. Surat Pemberitahuan (SPT) rugi
3. Surat Pemberitahuan (SPT) yang menyalahi penggunaan
norma penghitungan

b. Pemeriksaan khusus, dilakukan setelah ada persetujuan atau


instruksi dari unit atasan dalam hal:
1. Terdapat bukti SPT yang disampaikan oleh WP tidak benar
2. Terdapat indikasi bahwa WP melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan
3. sebab-sebab lain berdasarkan instruksi dari Direktur Jenderal
Pajak atau kepala kantor wilayah

Tehnik Pemeriksaan Pajak


a. mengevaluasi
b. Menganalisis
Hukum Pajak
57

c. Mentrasir

Metode Pemeriksaan :
a. metode langsung
b. Metode tidak langsung.

TATA CARA PEMERIKSAAN


a. Dilakukan oleh seorang pemeriksa atau lebih
b. Bila WP atau kuasanya tidak ada pemeriksaan ditunda dan
tempatnya disegel
c. Bila WP atau kuasanya tidak memperlihatkan/meminjamkan
buku, tidak mengizinkan memasuki tempat tertentu dan tidak
memberikan keterangan yang diperlukan maka WP harus
menandatangani surat pernyataan penolakan pemeriksaan (SP3)
d. Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan yang disetujui
dibuatkan Laporan Pemeriksaan Pajak (LP2) dan diterbitkan skp
dan STP sejauh tidak ada tindakan penyidikan.
e. Temuan dalam pemeriksaan lengkap yang tidak disetujui
sebagian atau tidak disetujui seluruhnya oleh WP maka dilakukan
pembahasan akhir hasil pemeriksaan (PAHP)
f. Laporan pemeriksaan akhir yang dibuat harus diberitahukan
kapada WP, dengan tujuan: konsekuensi dari self assessment
system, bahan bagi WP untuk mengajukan keberatan, bahan
untuk WP melakukan penyesuaian pembukuan.
Norma Pemeriksaan Pajak
a. Norma Pemeriksaan Pajak dalam rangka pemeriksaan lapangan
b. Norma Pemeriksaan Pajak dalam rangka pemeriksaan kantor
c. Norma pelaksanaan pelaksanaan
d. Norma Wajib Pajak

HAK- HAK WP APABILA DILAKUKAN PEMERIKSAAN.


1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa
2. Meminta tindasan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak

Hukum Pajak
58

3. Menolak untuk diperiksa apabila Pemeriksa tidak dapat


menunjukan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah
Pemeriksaan
4. Meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan
5. Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku, catatan-catatan,
serta dokumen-dokumen yang dipinjam oleh Pemeriksa Pajak
6. Meminta rincian berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara
hasil pemeriksaan dengan Surat Pemberitahuan (SPT) mengenai
koreksi-korek yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak terhadap
SPT yang telah anda sampaikan
7. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha anda
dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak
8. Memperoleh lembar Asli Berita Acara Penyegelan apabila
Pemeriksa Pajak melakukan penyegelan atas tempat atau ruangan
tertentu

KEWAJIBAN WP APABILA DILAKUKAN PEMERIKSAAN


1. Memperlihatkan dan meminjamkan buku-buku, catatan-catatan,
dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan usaha WP
yang diperlukan oleh pemeriksa
2. Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat
atau ruangan yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan memberi
bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
3. Memberi keterangan lisan dan / atau tertulis yang diminta
pemeriksa.

PENYEGELAN
Dilakukan dengan alasan :
a. Wajib Pajak tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa
untuk memasuki ruang tertentu
b. Wajib Pajak tidak berada ditempat pada saat pemeriksaan
c. Wajib Pajak menolak memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan
d. Sebagai upaya pengamanan sebelum pemeriksaan dilakukan

Hukum Pajak
59

Laporan Pemeriksaan Pajak


Pemeriksa membuat laporan hasil pemeriksaan (LHP). Hasil
pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak bila terdapat
perbedaan antara surat pemberitahuan ( SPT) dengan hasil
pemeriksaan.

PENYIDIKAN (INVESTIGASI)
Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.

TUJUAN:
a. Tindak pidana menjadi terang
b. Menemukan tersangka
c. Mengetahui besarnya pajak yang digelapkan

Tindak pidana dibidang Perpajakan meliputi perbuatan:


1. Yang dilakukan oleh seorang atau badan yang diwakili oleh
orang tertentu
2. Memenuhi rumusan undang undang
3. Diancam dengan sanksi pidana
4. Melawan hukum
5. Dilaukan dibidang perpajakan
6. Dapat menimbulkan kerugian bagi pendapatan negara

Penyidik pajak
Adalah pegawai negeri sipil (PPNS) tertentu di Direktorat Jenderal
Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan.
Wewenang penyidik
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas

Hukum Pajak
60

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai


orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan
d. Memeriksa buku buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
dibidang perpajakan;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh penyidik:


a. Pemanggilan tersangka atau saksi
b. Pembatasan kebebasan orang yang dipanggil (dilalukan kalau
perlu sekali)
c. Penggeledahan
d. Pemeriksaan tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti
e. Penyitaan
f. Mengambil alih dan atau menyimpan barang barang tertentu

Penghentian Penyidikan
a. tidak terdapat cukup bukti;

Hukum Pajak
61

b. peristiwanya bukan merupakan tindak pidana d bidang


perpajakan;
c. peristiwanya telah daluwarsa;
d. tersangkanya meninggal dunia;
e. dengan alasan untuk kepentingan penerimaan negara, atas
permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan
penyidikan dengat syarat:
- Wajib Pajak (WP) melunasi pajak yang tidak atau kurang di
bayar atau tidak seharusnya dikembalikan;
- Wajib Pajak membayar sanksi administrasi berupa denda
sebesar 4 kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
atau tidak seharusnya dikembalikan.

Sanksi Pidana yang berkaitan dengan Penyidikan


a. Pihak ke-3 (Bank, Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Pajak,
Kantor Administrasi dan lain) yang dengan sengaja tidak
memberikan keterangan atau bukti yang diminta, atau memberi
keterangan atau bukti yang tidak benar, diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya satu tahun dan denda setinggi-tingginya
Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah).
b. Siapa saja yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, diancam dengan
penjara pidana selama-lamanya tiga tahun dan denda setinggi-
tingginya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

Hukum Pajak
62

16

Hukum Pajak
63

Hukum Pajak
64

Hukum Pajak
65

4.

Hukum Pajak
66

Hukum Pajak
67

Hukum Pajak
68

Hukum Pajak

Anda mungkin juga menyukai