Anda di halaman 1dari 22

Pengertian Bitcoin

Bitcoin adalah sebuah uang elektronik yang dibuat pada tahun 2009 oleh Satoshi
Nakamoto. Nama tersebut juga dikaitkan dengan perangkat lunak sumber
terbuka yang dia rancang, dan juga menggunakan jaringan peer-ke-peer tanpa
penyimpanan terpusat atau administrator tunggal di mana Departemen
Keuangan Amerika Serikat menyebut bitcoin sebuah mata uang yang
terdesentralisasi . Tidak seperti mata uang pada umumnya, bitcoin tidak
tergantung dengan mempercayai penerbit utama. Bitcoin menggunakan sebuah
database yang didistribusikan dan menyebar ke node-node dari sebuah jaringan
P2P ke jurnal transaksi, dan menggunakan kriptografi untuk menyediakan
fungsi-fungsi keamanan dasar, seperti memastikan bahwa bitcoin-bitcoin hanya
dapat dihabiskan oleh orang memilikinya, dan tidak pernah boleh dilakukan lebih
dari satu kali.

Bitcoin

Bitcoin logo.svg

Logo Bitcoin

Denominasi

Subsatuan

 .00000001

Satoshi[1]

Simbol

BTC, XBT,[2] BitcoinSign.svg, ฿ (sama dengan simbol baht),[3] Ƀ[4]

Demografi

Tanggal peluncuran

3 Januari 2009

Pengguna

Internasional

Emisi

Bank sentral

Transaksi diverifikasi dan dilindungi oleh jaringan peer-to-peer desentral.[5]

Valuasi

Pencetakan

6,25BTC setiap sepuluh menit

 Sumber
Total BTC in Circulation

 Metode

Nilai Bitcoin baru akan berkurang setengahnya setiap empat tahun sampai
jumlahnya mencapai 21 juta BTC[6]:17

Berkas:Bitcoin explained in 3 minutes.webmPutar media

Penjelasan mengenai Bitcoin

Desain dari Bitcoin memperbolehkan untuk kepemilikan tanpa identitas


(anonymous) dan pemindahan kekayaan. Bitcoin – bitcoin dapat disimpan di
komputer pribadi dalam sebuah format file wallet atau di simpan oleh sebuah
servis wallet pihak ketiga, dan terlepas dari semua itu Bitcoin – bitcoin dapat di
kirim lewat internet kepada siapapun yang mempunyai sebuah alamat Bitcoin.
Topologi peer-to-peer bitcoin dan kurangnya administrasi tunggal membuatnya
tidak mungkin untuk otoritas, pemerintahan apapun, untuk memanipulasi nilai
dari bitcoin – bitcoin atau menyebabkan inflasi dengan memproduksi lebih
banyak bitcoin.

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut
cryptocurrency (mata uang kripto?), pertama kali di deskripsikan oleh Wei Dai
pada tahun 1998 dalam milis cypherpunks.[7]

Bitcoin dan mata uang kripto “cryptocurrency” lainnya, disebut sebagai “aset
kripto”, kini sudah bisa diperdagangkan di bursa berjangka komoditas Indonesia,
setelah Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditas (Bappebti)
menerbitkan Peraturan Bappebti No 5 tahun 2019 pada 8 Februari 2019.[8]
Keberadaan mata uang virtual, seperti halnya bitcoin dan lainnya di Indonesia
memang sudah mendapat lampu hijau dari Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditas (Bappebti). Akan tetapi, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) tetap melarang penggunaan mata uang kripto sebagai alat
pembayaran di Tanah Air. Duit digital ini juga bukan merupakan produk industri
keuangan. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa tempat untuk melakukan
perdagangan bitcoin secara online. Tempat-tempat tersebut sering disebut
dengan nama Exchange (pertukaran / jual beli). Jumlah perusahaan Crypto
Exchange di Indonesia cukup banyak dan menawarkan beragam fitur.

Bila kita mendaftar pada sebuah platform exchange, maka di dalamnya sudah
ada wallet Bitcoin yang bisa langsung digunakan. Bitcoin wallet dibutuhkan
untuk menjaga keamanan aset kripto atau mata uang digital yang kita miliki.
Karena sebuah wallet pada dasarnya sama seperti rekening bank. Di mana bisa
melakukan penerimaan, penyimpanan hingga pengiriman Bitcoin.[9] Contoh
perusahaan Crypto Exchange di Indonesia adalah Indodax, Luno, Triv,
Rekeningku.com, Tokenomy, Tokocrypto, Coinene Indonesia, Bitocto, UpBit
Indonesia dan lain lain.
Otoritas berjangka Amerika Serikat (AS), US Commodity Futures Trading
Commossion (CFTC) menyatakan virtual currency sebagai komoditas pada tahun
2014. Sejak itu pula, pengawasan berada di bawah CFTC. Pengawsan ini
termasuk mengambil tindakan pada bursa futures bitcoin yang tidak terdaftar
dan menindak manipulasi pasar di platform derivatif. CFTC pun menerbitkan
panduan pembeda pasar derivatif dan pasar spot untuk virtual currency.[10]

Ruang lingkup pengawasan CFTC hanya berada di pasar berjangka dan derivatif.
CFTC menerbitkan peringatan soal valuasi dan volatilitas pasar virtual currency,
serta mengatasi skema Ponzi yang menggunakan virtual currency. AS tidak
mengawasi secara komprehensif terhadap perdagangan bitcoin atau virtual
currency lain. Tapi, virtual currency menghadapi beberapa aturan dari otoritas.
Regulator perbankan mengawasi bursa kripto di dalam dan luar negeri lewat
peraturan transfer uang.

TEKNIS

Bitcoin adalah sebuah implentasi peer-to-peer dari proposal b-money oleh Wei
Dai dan proposal Bitgold oleh Nick Szabo. Prinsip dari sistem secara umum telah
di deskripsikan pada tahun 2008 oleh Satoshi Nakamoto.

Pengiriman

Seseorang yang berpartisipasi di dalam jaringan bitcoin mempunyai sebuah


wallet yang menyimpan beberapa keypair – keypair kritografi. Kunci publik –
kunci publik, atau alamat -alamat bitcoin, yang bertindak sebagai tujuan
akhir(endpoint) mengirim atau menerima untuk semua pembayaran. Kunci
pribadi yang terkait hanya memperbolehkan pembayaran hanya dari user itu
sendiri. Alamat – alamat tidak mengandung informasi apapun mengenai
pemiliknya dan secara umum tidak diketahui.[11] Alamat – alamat dalam format
yang dapat dibaca manusia terdiri dari angka – angka acak dan huruf – huruf
yang panjangnya sekitar 33 karakter, dalam format semi numerik. Pengguna
bitcoin dapat memiliki banyak alamat, dan faktanya dapat menghasilkan alamat
baru tanpa batasan apa pun, karena membuat sebuah alamat baru adalah
bersifat segera, sebanding dengan membuat sebuah umum/pribadi pasangan
kunci baru, dan tidak membutuhkan hubungan dengan node – node apapun
dalam jaringan. Dalam membuat tujuan-tunggal/penggunaan-tunggal alamat –
alamat dapat membantu anonimitas user tersebut.[butuh rujukan]
Transaksi

Bitcoin – bitcoin mengandung kunci publik (alamat) sang pemilik yang sekarang.
Ketika pengguna A mengirim suatu nilai ke pengguna B, A akan melepaskan nilai
kepemilikan mereka dengan menambahkan kunci publik (alamat) B ke koin –
koin tersebut dan menandatanganinya dengan kunci pribadi dia sendiri.[12]
Kemudian dia akan menyiarkan bitcoin – bitcoin ini dalam sebuah pesan yang
sesuai, atau disebut transaksi, di dalam jaringan peer-ke-peer. Sisa dari node –
node jaringan menvalidasi tanda tangan kritografi dan jumlah dari transaksi
sebelum menerimanya.

Rantai-blok

Rantai yang paling utama (hitam) terdiri dari seri terpanjang yang berasal dari
dari blok awal (hijau) dari blok yang sekarang. Blok yang tidak berpemilik
(ungu) ada di luar rantai utama.

Transaksi apapun yang di siarkan ke node – node lainnya tidak secara langsung
menjadi resmi sampai diakui dalam sebuah daftar-waktu yang telah dicap dari
semua transaksi yang diketahui, yaitu disebut sebagai rantai blok. Pengakuan ini
berasal dari sebuah sistem yang-diyakini-jalan untuk mencegah pengeluaran
ganda dan pemalsuan.

Saat – saat tertentu, setiap node yang menghasilkan mengoleksi semua


transaksi – transaksi tidak diakui yang mana diketahui dari dalam sebuah blok
kandidat, sebuah file yang mana di antara lainnya[13], mengandung hash
kriptografi dari blok-yang berlaku sebelumnya dan diketahui pula oleh node
tersebut. Kemudian node itu mencoba untuk menghasilkan sebuah hash
kriptografi dari blok itu dengan karakteristik tertentu, sebuah usaha yang
membutuhkan sebuah nilai yang dapat diprediksi dari pengulangan percobaan
dan kesalahan. Ketika sebuah node menemukan sebuah solusi, dia akan
mengumumkannya ke semua jaringan. Anggota jaringan akan menerima blok
baru yang telah di pecahkan dan mengvalidasikannya sebelum menerima, dan
kemudian menambahkannya ke rantai.

Akhirnya, rantai-blok mengandung sejarah kriptografi kepemilikan dari semua


koin – koin yang berasal dari alamat sang pembuat ke pemilik alamat yang
sekarang.[14] Oleh karena itu, kalau seorang pengguna berusaha untuk
menggunakan kembali koin-koin yang telah dia belanjakan, maka jaringan akan
menolak transaksi tersebut.

Produksi Bitcoin
Jaringan Bitcoin secara acak membuat dan mendistribusikan sekumpulan dari
bitcoin – bitcoin yang baru sekitar 6 kali dalam satu jam ke seseorang yang
menjalankan perangkat lunak dengan opsi ‘menghasilkan koin’ yang telah dipilih
sebelumnya. Setiap pengguna berpotensi menerima sekumpulan dengan
menjalankan opsi itu, atau program yang telah dispesialisasikan untuk
dijalankan di alat yang pengguna punya (contohnya kartu grafis – VGA).
Menghasilkan bitcoin – bitcoin adalah sering diistilahkan sebagai “menambang”,
sebuah istilah yang sama dengan analogi penambangan emas. Mengenai
probabilitas kemungkinan bahwa seorang pengguna akan menerima sekumpulan
sangat bergantung pada kekuatan komputasi yang dia kontribusikan ke jaringan
yang juga berhubungan dengan gabungan kekuatan komputasi dari semua node
– node.[15] Jumlah dari bitcoin yang dibuat dalam setiap kumpulan adalah tidak
lebih dari 50 BTC, dan seiringan dengan waktu penghargaannya juga telah
diprogram untuk berkurang sampai ke titik nol, dengan begitu tidak akan ada
lebih dari 21 juta bitcoin yang akan ada.[11] Seiring dengan pembayaran
berkurang, maka motif dari pengguna tersebut diharapkan akan berubah untuk
mendapatkan biaya Transaksi.

Semua node – node yang menghasilkan dari jaringan adalah berkompetisi untuk
menjadi yang pertama dalam mencari sebuah solusi untuk sebuah masalah
kriptografi mengenai blok-kandidatnya, sebuah masalah yang mengharuskan
pengulangan percobaan dan kesalahan. Ketika sebuah node menemukan sebuah
solusi yang benar, maka akan mengumumkannya ke sisa dari jaringan dan
mengklaim sekumpulan dari bitcoin – bitcoin. Anggota – anggota dari jaringan
akan menerima blok yang telah dipecahkan dan menvalidasikannya sebelum
menerima secara penuh, dan menambahkannya ke rantai. Nodes dapat
memperkerjakan Unit Pengolah Pusat mereka menggunakan klien standar atau
menggunakan perangkat lunak lainnya yang memanfaatkan kekuatan dari
Graphics processing unit mereka.[11][16][17] Pengguna juga dapat
menghasilkan bitcoin secara kolektif.[18]

Dikarenakan setiap satu blok akan dihasilkan setiap 10 menit, maka setiap node
secara terpisah mengatur ulang kesulitan dari masalah yang dicoba untuk
dipecahkan setiap dua dua minggu sekali untuk setiap perubahan dari kekuatan
keseluruhan unit pengolah pusat(CPU) dari jaringan peer-ke-peer.[butuh
rujukan]

Biaya Transaksi

Dikarenakan node – node tidak mempunyai obligasi untuk menyertakan


transaksi – transaksi dalam setiap blok yang mereka hasilkan, pengirim Bitcoin
dapat juga secara sukarela membayar biaya transaksi. Dengan melakukan itu
akan mempercepat transaksi tersebut dan menyediakan insentif untuk pengguna
– pengguna yang menjalankan node, terutama ketika kesulitan dari
menghasilkan bitcoin – bitcoin ditingkatkan atau hadiah dari setiap jumlah blok
berkurang seiring waktu. Node – node mengumpulkan biaya transaksi yang
dikaitkan dengan semua transaksi-transaksi yang dimasukkan dalam blok-
kandidat mereka

EKONOMI

Ekonomi dari Bitcoin masih kecil dibandingkan dengan ekonomi – ekonomi yang
sudah lama didirikan dan perangkat lunak masih dalam tahap perkembangan
beta. Tetapi barang pakai dan servis, seperti mobil bekas dan kontrak
pengembangan perangkat lunak freelance, sekarang sudah dapat
diperdagangkan. Bitcoin – bitcoin diterima untuk kedua hal, baik servis maya
maupun barang nyata.[19] Electronic Frontier Foundation dan Singularity
Institute menerima donasi melalui bitcoin.[20][21] Para penukar mata uang
menukarkan mata uang yang biasa dipakai sehari-hari (termasuk dollar
Amerika, rubble Russia, dan yen Jepang) ke bitcoin melalui situs penukaran
bitcoin.[22][sumber terbitan sendiri?][23] Siapapun dapat melihat rantai-blok
dan mengamati transaksi secara real time. Berbagai macam fasilitas servis
untuk mengamati telah tersedia.[24][25]

Perbedaan moneter

Total pasokan Bitcoin dari waktu ke waktu.

Berbeda dengan matauang fiat konvensional, bitcoin berbeda dalam hal tidak
ada kepengawasan yang dapat mengontrol nilai dikarenakan sifatnya yang
desentralisasi,[26] pengurangan sirkulasi dapat menyebabkan ketidakstabilan
yang biasanya disebabkan oleh bank – bank sentral. Terdapat pula pengontrolan
inflasi secara terbatas yang diimplementasikan dalam perangkat lunak Bitcoin,
tetapi itu dapat diprediksi dan diketahui oleh semua pihak. Karena itu inflasi
tidak dapat dimanipulasi dari sentral untuk memengaruhi redistribusi nilai dari
khalayak ramai.

Transfer – transfer difasilitasi secara langsung tanpa menggunakan sebuah


pemeroses keuangan di antara node – node. Jenis transaksi ini membuat
chargeback mustahil. Klien Bitcoin akan menyiarkan transaksi ke node sekitar
yang akan menyebarkan pembayaran ke semua jaringan. Transaksi – transaksi
yang gagal atau salah akan ditolak oleh klien – klien yang jujur. Transaksi –
transaksi kebanyakan bebas pungutan biaya, tetapi sebuah biaya biasanya
dapat dibayarkan ke node lainnya untuk mempriotiskan pemerosesan transaksi.

Seiringnya waktu, jumlah total dari bitcoin akan meningkat mengarah ke 21


juta. Peredaran uang meningkat sebagai sebuah serial geometris yang
berlangsung setiap 4 tahun sekali; diperkirakan pada tahun 2013 setengah dari
total peredaran akan berhasil dihasilkan, dan pada tahun 2017, ¾ dari itu akan
selesai dihasilkan. Seiring dengan perarahan menuju nilai tersebut, bitcoin
sepertinya akan mulai mengalami deflasi (pertambahan nilai nyata) nilai
dikarenakan kekurangan perkenalan baru. Walaupun Bitcoin dapat dibagi
dengan delapan angka di belakang koma (memberikan 2.1 x 1015 unit total),
menghilangkan ketebatasan praktis dapat menyebabkan penyesuaian nilai ke
arah linkungan deflasi.[11] Daripada mengandalkan dari insentif bitcoin yang
baru dibuat untuk mencatat transaksi – transaksi ke dalam blok – blok, node –
node dalam perioda ini diharapkan untuk menggantungkan kemampuannya
untuk secara kompetitif mengumpulkan biaya pemerosesan transaksi – transaksi
.

Hasil

Kemungkinan kegagalan skenario untuk Bitcoin adalah termasuk di antaranya


devaluasi mata uang, penurunan basis pengguna, atau tindakan keras seluruh
pemerintah untuk menghentikan operasi perangkat lunak. Bagaimanapun juga,
mungkin saja tidak mungkin untuk “uang-kripto seperti bitcoin. “[27] Sepertinya
desentralisasi dan anonimitas yang terkandung dalam Bitcoin adalah sebuah
reaksi terhadap pemerintah Amerika Serikat yang memprosekusi perusahaan –
perusahaan mata uang maya seperti e-gold dan Liberty Dollar.[28] Disebuah
surat kabat Irish Times menginvestigasi artikel Danny O’Brien yang melaporkan
“Ketika saya menunjukkan orang mengenai ekonomi Bitcoin, mereka
menanyakan: ‘Apakah ini legal’ Mereka menanyakan: ‘Apakah ini sebuah
penipuan?’ Saya membayangkan bahwa para pengacara dan ekonom berusaha
keras menjawab kedua pertanyaan tersebut. Saya menyangka anda akan
sesegera mungkin menambahkan anggota – anggota parlemen ke dalam daftar
tersebut.”[27]

Pada tahun 2011 februari, peliputan di Slashdot dan berikutnya efek Slashdot
memengaruhi nilai dari bitcoin dan ketersediaannya dari beberapa situs – situs
yang terkait..[

LEGALITAS

Legalitas penggunaan Bitcoin berubah-ubah secara cepat diseluruh dunia,


beberapa negara seperti Thailand melarang Bitcoin, negara Jerman memberikan
status legal dan beberapa negara seperti Cina membatasi penggunaan bitcoin.
Pada 6 Februari 2014, Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa Bitcoin dan
virtual currency lainnya bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran
yang sah di Indonesia. Masyarakat Indonesia dihimbau untuk berhati-hati
terhadap Bitcoin dan virtual currency lainnya. Segala risiko terkait
kepemilikan/penggunaan Bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik/pengguna
Bitcoin dan virtual currency lainnya.[31]

Bitcoin dan mata uang kripto “cryptocurrency” lainnya, disebut sebagai “aset
kripto”, kini sudah bisa diperdagangkan di bursa berjangka komoditas Indonesia,
setelah Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditas (Bappebti)
menerbitkan Peraturan Bappebti No 5 tahun 2019 pada 8 Februari 2019.
Peraturan ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Perdagangan No
99 tahun 2018 yang terbit pada September 2018. Peraturan Bappebti No 5
tahun 2019 berisi ketentuan teknis penyelenggaraan pasar fisik aset kripto di
bursa berjangka. Terdiri atas 28 pasal dan mulai berlaku sejak 8 Februari 2019.
[32]

Penerbitan peraturan tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah terus mengikuti


perkembangan industri Perdagangan Berjangka Komoditas (PBK) yang dinamis
dan selalu berupaya memberikan ruang untuk pengembangan usaha inovasi
komoditas digital. Bappebti berkomitmen memberikan kepastian dan
perlindungan hukum bagi masyarakat, serta kepastian berusaha di sektor
tersebut. Dengan kata lain, saat ini Anda dapat memperdagangkan bitcoin dan
emas digital secara resmi di Indonesia. Tapi transaksi jual beli tersebut harus
dilakukan di bursa berjangka Indonesia. Jadi, bitcoin dan mata uang digital lain
resmi dikategorikan Bappebti sebagai komoditas. Sama seperti komoditas lain
yang diperdagangkan di bursa berjangka, seperti karet, kopi, tekstil, dan lainnya
Pengertian 2

Bitcoin adalah mata uang digital yang dibuat pada Januari 2009 setelah jatuhnya
pasar perumahan. Ini mengikuti ide-ide yang ditetapkan dalam whitepaper oleh
Satoshi Nakamoto yang misterius dan merupakan nama samaran. Identitas
orang yang menciptakan teknologi ini masih menjadi misteri.

Bitcoin menawarkan janji biaya transaksi yang lebih rendah daripada mekanisme
pembayaran online tradisional dan dioperasikan oleh otoritas terdesentralisasi,
tidak seperti mata uang yang dikeluarkan pemerintah.

Tidak ada bitcoin fisik, hanya saldo yang disimpan di buku besar publik yang
aksesnya transparan setiap orang, yang bersama dengan semua transaksi
Bitcoin, diverifikasi oleh sejumlah besar daya komputasi.

Bitcoin tidak diterbitkan atau didukung oleh bank atau pemerintah mana pun,
dan bitcoin individu juga tidak berharga sebagai komoditas. Meskipun bukan
merupakan alat pembayaran yang sah, grafik Bitcoin memiliki popularitas tinggi,
dan telah memicu peluncuran ratusan mata uang virtual lainnya yang secara
kolektif disebut sebagai Altcoin.

Berikut apa itu bitcoin dan cara penggunaannya serta kekurangan dan
kelebihannya yang perlu diketahui:

Apa itu Bitcoin?

Bitcoin (BTC) adalah mata uang digital, yang digunakan dan didistribusikan
secara elektronik. Bitcoin adalah jaringan peer-to-peer terdesentralisasi. Tidak
ada satu lembaga atau orang yang mengontrolnya.

Bitcoin tidak dapat dicetak dan jumlahnya sangat terbatas – hanya 21 juta
Bitcoin yang dapat dibuat.

Bitcoin adalah salah satu jenis cryptocurrency. Saldo token Bitcoin disimpan
menggunakan “kunci” publik dan pribadi, yang merupakan rangkaian panjang
angka dan huruf yang dihubungkan melalui enkripsi algoritma matematika yang
digunakan untuk membuatnya.
Kunci publik (sebanding dengan nomor rekening bank) berfungsi sebagai alamat
yang dipublikasikan ke dunia dan ke mana orang lain dapat mengirim bitcoin.
Kunci pribadi (sebanding dengan PIN ATM) dimaksudkan sebagai rahasia yang
dijaga dan hanya digunakan untuk mengotorisasi transmisi Bitcoin.

Kunci Bitcoin tidak sama dengan dompet Bitcoin, yang merupakan perangkat
fisik atau digital yang memfasilitasi perdagangan Bitcoin dan memungkinkan
pengguna untuk melacak kepemilikan koin. Istilah “dompet” agak menyesatkan,
karena sifat Bitcoin yang terdesentralisasi berarti bahwa ia tidak pernah
disimpan “di” dompet, melainkan secara desentralisasi di dalam blockchain.

Bagaimana cara kerja bitcoin?

Setiap bitcoin (simbol perdagangan “BTC,” meskipun “XBT” juga digunakan)


adalah file komputer yang disimpan dalam dompet digital di komputer atau
smartphone. Untuk memahami cara kerja bitcoin, ada baiknya memahami
istilah-istilah ini dan sedikit konteksnya:

Blockchain : Bitcoin didukung oleh kode sumber terbuka yang dikenal sebagai
blockchain, yang membuat buku besar publik bersama. Setiap transaksi adalah
“blok” yang “dirantai” ke kode, membuat catatan permanen dari setiap
transaksi. Teknologi Blockchain adalah jantung dari lebih dari 2.200 mata uang
kripto yang telah mengikuti setelah bitcoin.

Kunci pribadi dan publik : Dompet bitcoin berisi kunci publik dan kunci privat,
yang bekerja sama untuk memungkinkan pemilik memulai dan menandatangani
transaksi secara digital, memberikan bukti otorisasi.

Penambang Bitcoin : Penambang – atau anggota platform peer-to-peer –


kemudian secara independen mengonfirmasi transaksi menggunakan komputer
berkecepatan tinggi, biasanya dalam 10 hingga 20 menit. Penambang dibayar
dalam bitcoin untuk usaha mereka.

Bagaimana bitcoin menghasilkan uang?

Nilai Bitcoin mengikuti hukum penawaran dan permintaan, dan karena


permintaan naik dan turun, ada banyak volatilitas dalam harga cryptocurrency.

Selain menambang bitcoin, yang membutuhkan keahlian teknis dan investasi


pada komputer berkinerja tinggi, kebanyakan orang membeli bitcoin sebagai
bentuk spekulasi mata uang, bertaruh bahwa nilai dolar AS dari satu bitcoin
akan lebih tinggi di masa depan daripada saat ini. Tapi itu sulit diprediksi.
Kekurangan dan Kelebihan Bitcoin

Kekurangan Bitcoin atau Kontranya

Gejolak harga.

Lonjakan harga bitcoin 2017 didorong oleh spekulan yang bergegas ke pasar
bitcoin, seperti yang dibahas penulis staf NerdWallet pada saat itu. Keuntungan
baru-baru ini adalah kabar baik jika Anda membeli bitcoin pada Desember 2018;
mereka yang membeli pada tahun 2017 ketika harga bitcoin melesat menuju $
20.000 masih harus memulihkan kerugian mereka.

Masalah peretasan.

Sementara pendukung mengatakan teknologi blockchain di balik bitcoin bahkan


lebih aman daripada transfer uang elektronik tradisional, dompet panas bitcoin
telah menjadi target yang menarik bagi peretas. Ada sejumlah peretasan profil
tinggi, seperti berita pada Mei 2019 bahwa lebih dari $ 40 juta bitcoin telah
dicuri dari beberapa akun bernilai tinggi di bursa cryptocurrency Binance
(perusahaan menutupi kerugian).

Penggunaan terbatas (tapi terus bertambah).

Pada Mei 2019, raksasa telekomunikasi AT&T bergabung dengan perusahaan


seperti Overstock.com, Microsoft, dan Dish Network dalam menerima
pembayaran bitcoin. Tetapi perusahaan-perusahaan ini adalah pengecualian,
bukan aturannya.

Tidak dilindungi oleh SIPC.

Perusahaan Perlindungan Investor Sekuritas mengasuransikan investor hingga $


500.000 jika pialang gagal atau dana dicuri, tetapi asuransi itu tidak mencakup
cryptocurrency.

Kelebihan Bitcoin atau Pro-nya

Transaksi pribadi dan aman kapan saja – dengan potensi biaya yang lebih
sedikit.

Setelah Anda memiliki bitcoin, Anda dapat mentransfernya kapan saja, di mana
saja, mengurangi waktu dan potensi biaya transaksi apa pun. Transaksi tidak
mengandung informasi pribadi seperti nama atau nomor kartu kredit, yang
menghilangkan risiko informasi konsumen dicuri untuk pembelian yang curang
atau pencurian identitas. (Namun, perlu diingat bahwa untuk membeli bitcoin di
bursa, biasanya Anda harus menautkan rekening bank Anda terlebih dahulu.)
Potensi pertumbuhan besar.

Beberapa investor yang membeli dan menahan mata uang bertaruh bahwa
begitu bitcoin matang, kepercayaan yang lebih besar dan penggunaan yang
lebih luas akan mengikuti, dan oleh karena itu nilai bitcoin akan tumbuh.

Kemampuan untuk menghindari bank tradisional atau perantara pemerintah.

Setelah krisis keuangan dan resesi hebat, beberapa investor sangat ingin
merangkul mata uang alternatif yang terdesentralisasi, mata uang yang pada
dasarnya berada di luar kendali bank biasa, otoritas pemerintahan atau pihak
ketiga lainnya. (Namun, untuk membeli bitcoin di bursa dengan dolar AS, Anda
mungkin perlu menautkan rekening bank Anda.)

Sumber 1

Menu

JELAJAHI

Komentar

Baca artikel lebih nyaman dan mudah melalui aplikasi Kompas.com

DAPATKAN

Home Money Whats New

BI Bakal Terbitkan Mata Uang Digital Bank Sentral

Kamis, 25 Februari 2021 | 12:06 WIB

Komentar

Komentar Lihat Foto

Dok. Bank Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi video di Jakarta,
Jumat (17/4/2020)

Penulis: Fika Nurul Ulya | Editor: Erlangga Djumena

JAKARTA, KOMPAS.com – Bank Indonesia (BI) berencana menerbitkan mata


uang rupiah digital yang dikelola bank sentral, seiring maraknya fenomena mata
uang kripto yang berkembang selama pandemi Covid-19.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, saat ini bank sentral masih
merumuskan pembentukan Center Bank Digital Currency (CBDC).

“Kami dalam proses merumuskan center bank digital currency. Itu kami
rumuskan yang nantinya BI akan terbitkan Center bank digital currency,” kata
Perry dalam CNBC Outlook, Kamis (25/2/2021).

Baca juga: Mata Uang Digital Dogecoin Melejit 800 Persen akibat Forum Reddit

Perry menyebut, nantinya mata uang itu akan diedarkan ke masyarakat melalui
bank-bank dan fintech, baik secara wholesale maupun secara ritel.

Adapun untuk membentuk mata uang digital itu, pihaknya melakukan kerja
sama yang erat dengan bank sentral lain di berbagai dunia. Bank-bank sentral
ini bakal melakukan studi komprehensif mengenai peredaran mata uang digital
tersebut.

“Untuk menyusun dan mengeluarkan ke depannya Central Bank Digital


Currency,” kata Perry.

Sebagai informasi, beberapa bank-bank sentral negara maju memang sudah


memiliki wacana untuk menerbitkan mata uang digital. Bank sentral US The Fed
misalnya, berencana membuat Fedcoin sebagi saingan Bitcoin.

Hal itu diungkapkan Gubernur The Fed Jerome Powell beberapa waktu lalu.
Namun, pengembangan bakal dilakukan secara bertahap agar tidak terjadi risiko
fraud maupun pemalsuan.
Sumber 2

Home

Nasional

Politik Hukum & Kriminal Peristiwa

Internasional

Asean Asia Pasifik Timur Tengah Eropa Amerika

Ekonomi

Keuangan Energi Bisnis Makro

Olahraga

Sepakbola Moto GP F1 Raket

Teknologi

Teknologi Informasi Sains Telekomunikasi Otomotif

Hiburan

Film Musik Seleb Seni Budaya Music At Newsroom

Gaya Hidup

Kesehatan Kuliner Wisata Tren


Fokus

Kolom

Aku & Jakarta

Music at Newsroom

Terpopuler

Infografis

Foto

Video

TV

Indeks

Download Apps

Ikuti Kami

Home Nasional Internasional Ekonomi Olahraga Teknologi Hiburan Gaya Hidup


Fokus Kolom Terpopuler Infografis Foto Video Indeks

Home Ekonomi Berita Keuangan

ANALISIS

Uang Digital Bank Sentral, Upaya BI Bendung Bitcoin

Hendra Friana, CNN Indonesia

Jumat, 26/02/2021 06:45

1. Uang Digital Bank Sentral, Upaya BI Bendung Bitcoin

Ekonom menilai upaya penerbitan uang digital bank sentral merupakan suatu
hal yang wajar di tengah kepopuleran uang kripto dan era yang kian
terdigitalisasi.

Ilustrasi. (iStockphoto/Jirapong Manustrong).

Jakarta, CNN Indonesia – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo


melontarkan wacana penerbitan Central Bank Digital Currency (CBDC) untuk
membendung maraknya penggunaan mata uang kripto seperti bitcoin. Nantinya,
kata dia, CBDC akan diedarkan melalui perbankan maupun financial technology
(fintech) baik secara wholesale maupun ritel.
Meski demikian, belum ada kejelasan kapan mata uang tersebut dapat
digunakan. Pasalnya, hingga saat ini BI masih terus mengkaji berbagai opsi
kebijakan agar CDBC bisa diimplementasikan.

“Bersama bank-bank sentral, kami saling studi satu sama lain untuk menyusun
dan mengeluarkan, Insyaallah, ke depan Central Bank Digital Currency,” ujarnya
dalam acara CNBC Indonesia Market Outlook 2021, Kamis (25/2).

Lihat juga: BI Bakal Edarkan Uang Digital

Sejak 2017, pemerintah dan BI memang melarang penggunaan bitcoin dan


berbagai mata uang kripto lainnya sebagai alat pembayaran. Keputusan tersebut
diambil karena penggunaan uang di luar kendali bank sentral dapat mengganggu
stabilitas sistem pembayaran dan berimplikasi pada inflasi yang tak terkendali.

Di samping itu, pelarangan bitcoin juga tak lepas dari dukungan penggunaan
mata uang kripto tersebut untuk aktivitas kejahatan seperti terorisme,
pencucian uang, atau tindakan asusila.

Namun, bank sentral tampaknya menyadari bahwa pelarangan bitcoin ibarat


pekerjaan menjaring angin. Oleh Itu lah, pada awal 2018, BI mulai intensif
mengkaji penerbitan mata uang kripto sendiri dalam bentuk CBDC.

Ekonom Universitas Indonesia Telisa Falianty, salah satu pihak yang terlibat
dalam kajian akademik mata uang tersebut, mengatakan upaya penerbitan
CBDC tak hanya dilakukan Indonesia melainkan juga beberapa negara lain di
dunia. Blockchain, teknologi yang mendukung mata uang kripto, disebut-sebut
sebagai solusi keuangan digital yang potensial.

Lihat juga: BI Jelaskan Uang Digital Berbeda dengan Uang Elektronik

Salah salah bank sentral yang telah menerbitkan mata uang digital tersebut
adalah People’s Bank of China (PBOC). Pada Oktober 2019, PBOC melakukan
soft launching penggunaan CBDC yang dilanjutkan dengan piloting untuk
transaksi di sektor pertaniannya.

“Sejak China launching akhir 2019, makin meningkat atensi terhadap CBDC ini.
Di sisi lain bitcoin kan jadi sangat populer, padahal dia sifatnya sangat volatile
dan tidak ada legal tender,” ucapnya saat dihubungi CNNIndonesia.com.
CBDC pun kian diakui keberadaannya oleh beberapa bank sentral di dunia. Pada
akhir 2020, misalnya, Bank for International Settlements dan tujuh bank sentral
lain termasuk Federal Reserve, European Central Bank dan Bank of England
menerbitkan laporan yang memuat sejumlah rekomendasi atas mata uang
digital tersebut.

Beberapa di antaranya, CBDC harus aman, semurah mungkin, serta tidak


menggantikan uang tunai dan bentuk legal tender lainnya yang dapat merusak
stabilitas moneter.

Lihat juga: Dewan Pengawas LPI Ungkap Beda SWF RI dengan Negara Lain

Dalam konteks ini lah, menurut Telisa, persiapan BI untuk meluncurkan mata
uang digital bank sentral di Indonesia menjadi penting. “Sekarang kan dunia
makin digitalize karena ada pandemi dan sebagainya, jadi kebutuhan akan
digital currency ini sebagai alternatif orang bertransaksi juga meningkat. Jadi ini
hal yang memang sudah sewajarnya kita siapkan,” jelasnya.

Kendati demikian, Telisa memprediksi penerbitan CBDC oleh BI akan


memerlukan waktu yang cukup panjang. Pasalnya, dibutuhkan kehadiran
infrastruktur blockhain yang mumpuni serta didukung SDM dengan kemampuan
blockchain tingkat tinggi.

“Teknologi kita tiga tahun lagi lah bisa dipersiapkan. Mungkin bisa lebih cepat
dari tiga tahun. Tapi terlalu cepat juga enggak bagus karena, kan, masalahnya
ada cyber risk artinya SDM nya harus benar-benar disiapkan banget,” tuturnya.

Di luar itu, ada pula hal-hal non teknis seperti kesiapan regulasi yang
membutuhkan waktu tak sebentar. Sebab penerapan CBDC juga mensyaratkan
adanya perubahan Undang-Undang (UU) Mata Uang serta UU Bank Indonesia
melalui omnibus law.

Mengenal Bitcoin Sebagai Alternatif Investasi

Kemudian, lanjut Telisa, BI juga harus membuat semacam regulatory sandbox


untuk menguji proses bisnis hingga tata kelola penyelenggaraan CBDC.
Pasalnya, mata uang kripto bersifat desentralistik dan bakal mengubah
landscape perbankan yang selama ini eksis.
“Jadi perbankan harus dipikirkan peranannya. Apakah sebagai peer to peer.
Karena kalau model cryptocurrency, kan, langsung enggak butuh third party dan
pastinya akan memengaruhi sistem fractional reserve banking,” jelasnya.

Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter


Abdullah Redjalam masih mempertanyakan urgensi BI untuk menerbitkan mata
uang digital. Sebab belum ada kejelasan seperti apa penerapan mata uang
tersebut ke depannya.

“Saya melihat belum jelas BI akan mengeluarkan uang digital untuk


mengantisipasi perkembangan uang kripto atau uang digital. Uang digitalnya
bank sentral beda konsep dengan uang kripto,” sebutnya.

Menurut Piter, penerbitan CBDC tidak tepat jika BI ingin mengantisipasi atau
menahan laju perkembangan uang kripto. Sebab, menurutnya bank sentral tidak
bisa mengadopsi mata uang kripto yang sifatnya desentralistik ke dalam CBDC.

Lihat juga: Jokowi Buka Izin Investasi Bagi Industri Miras

“Central bank pasti sentralistik, sementara uang kripto jiwanya desentralistik.


Uang digitalnya BI akan berhadapannya dengan uang digital yang sudah eksis
sebagai alat pembayaran sekarang ini seperti OVO, Gopay dan sebagainya,” ujar
Piter.

Oleh karena itu, ia menyarankan BI sebaiknya tidak merespons peredaran mata


uang kripto yang terus berkembang di dalam negeri. “BI sudah melarang uang
kripto sebagai alat transaksi. Kenaikan uang kripto sebagai alternatif investasi
biarkan saja. Kalau BI mau mengeluarkan digital money lebih untuk mendorong
perkembangan uang digital dalam negeri saja,” pungkas Piter.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI


Erwin Haryono mengatakan penerbitan uang digital tersebut mempertimbangkan
manfaat efisiensi sistem pembayaran domestik dan keuangan inklusif serta
memitigasi shadow banking.
CBDC, menurutnya, juga akan menjadi simbol kedaulatan negara (sovereign
currency) yang diterbitkan oleh bank sentral dan menjadi bagian dari kewajiban
moneternya. BI sendiri masih terus melakukan kajian untuk melihat potensi dan
manfaat uan digital bank sentral ke depan.

Kajian tersebut disesuaikan dengan perkembangan ekonomi Indonesia, begitu


juga dengan desain dan mitigasi risiko uang digital tersebut. “BI juga
berkoordinasi dengan bank sentral lain termasuk melalui forum internasional
untuk bertukar pandangan terkait pendalaman CBDC,” tutur Erwin.

Sumber 3

Bank Indonesia (BI) tengah menyiapkan mata uang digital atau Central Bank
Digital Currency (CBDC).

Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono


memberikan penjelasan detail mengenai rencana kebijakan penerbitan mata
uang digital atau CBDC ini.
Melalui keterangan tertulis Kamis (25/2/2021) malam, ia menjelaskan, secara
definisi, CBDC atau mata uang digital merupakan sebuah representasi digital
dari uang yang menjadi simbol kedaulatan negara atau sovereign currency.

Baca juga: Ini Uang Koin Termahal, Kepingan Rp 850.000 Gambar Pak Harto

CBDC atau mata uang digital ini diterbitkan oleh bank sentral dan menjadi
bagian dari kewajiban moneternya.

Sebagai catatan, saat ini, bank sentral memiliki kewajiban moneter berupa uang
kartal (uang kertas dan uang logam) yang dipergunakan oleh masyarakat
sebagai alat pembayaran yang sah, dan rekening giro pihak ketiga.

Erwin Haryono juga memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang telah


ditempuh oleh Bank Indonesia (BI) mengenai mata uang digital atau CBDC ini.

Pertama, BI melakukan kajian atau asesmen untuk melihat potensi dan manfaat
mata uang digital atau CBDC dikaitkan dengan kondisi di Indonesia yang
tentunya akan berimplikasi kepada perbedaan desain dan arsitektur CBDC yang
akan dipilih, beserta mitigasi risikonya.

Kedua, BI berkoordinasi dengan bank sentral lain termasuk melalui forum


internasional untuk bertukar pandangan terkait pendalaman penerbitan mata
uang digital atau CBDC ini.

Baca juga: Curiga Terima Uang Palsu? Ini yang Harus Dilakukan

Erwin mengatakan, motivasi bank sentral untuk penerbitan mata uang digital
atau CBDC dari berbagai negara juga berbeda-beda.

Misalnya di negara-negara maju, penerbitan mata uang digital atau CBDC


didorong oleh kebutuhan untuk mendukung keamanan pembayaran dan
stabilitas keuangan, memitigasi private digital currency dan merespons
penggunaan uang kartal menjadi key driver utama negara-negara tersebut
dalam melakukan eksplorasi.
Sementara bagi negara-negara berkembang, penerbitan mata uang digital
dipengaruhi faktor untuk memperoleh efisiensi sistem pembayaran domestik dan
keuangan inklusif serta memitigasi shadow banking.

“Bank Indonesia tengah menjajaki kemungkinan implementasi CBDC,” kata


Erwin, sebagaimana dikutip dari KONTAN, pada Jumat (26/11/2021).

Baca juga: Awas Pakai WiFi Sembarangan, Saldo Rekening Bisa Tiba-tiba
Terkuras

Menurut Erwin, Bank Indonesia memandang penting untuk mempersiapkan


mata uang digital atau CBDC secara memadai termasuk untuk menghadapi
situasi yang berubah melalui penelitian atau eksperimen yang sedang
berlangsung tentang konsep CBDC yang tepat diterapkan di Indonesia dan
implikasinya pada sektor publik dan swasta.

“Pada waktunya kami tindaklanjuti dengan perumusan kebijakan terkait


penerbitan mata uang digital atau CBDC, yang implementasinya akan didahului
dengan studi/kajian hingga tahapan eksperimen secara matang dan
komprehensif,” katanya.

Soal kapan aturan baru terkait digital currency yang akan diterbitkan, Erwin
bilang, Bank Indonesia baru saja melakukan reformasi kebijakan regulatory
reform di bidang sistem pembayaran.

Kebijakan ini untuk menata kembali struktur industri sistem pembayaran dengan
pendekatan yang bersifat prinsipil.

Baca juga: Beda Cara Menggunakan SMS Banking, Mobile Banking, dan Internet
Banking

Untuk saat ini, pendekatan pengaturan dimaksud dinilai mengakomodasi seluruh


aktivitas di bidang Sisitem Pembayaran sehingga aturan yang akan diterbitkan
merupakan turunan/penjelasan dari aturan dimaksud.
Soal perbedaan mata uang digital atau CBDC dengan Uang Elektronik, Erwin
menjelaskan, CBDC merupakan uang digital yang diterbitkan bank sentral
sehingga merupakan kewajiban bank sentral terhadap pemegangnya.

Sedangkan Uang Elektronik adalah instrumen pembayaran yang diterbitkan oleh


pihak swasta/industri dan merupakan kewajiban penerbit Uang Elektronik
tersebut terhadap pemegangnya.

Anda mungkin juga menyukai