Anda di halaman 1dari 6

RESUME

Audit Kecurangan

Dosen Pengampu : Delfi Panjaitan, S.E., M.Si., Ak., BKP., CA., CPA., ASEAN CPA.

DiSusun Oleh :

1. Giovani Monica (1921093)


2. Lisbeth Herawati (1921098)
3. Marta Olivia Pratiwi (1921112)

Kelas : PA 403

FAKULTAS BISNIS DAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG
TAHUN 2020/2021
A. Pengertian Audit Kecurangan
Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan
mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat
melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial
memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan
kriminal investigator. Kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang
disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain.
Dalam audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan
keuangan yang disengaja. Dua kategori yang utama adalah pelaporan keuangan yang
curang dan penyalahgunaan aktiva.

Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut


merupakan kecurangan (fraudulent). Istilah “Irregulary” merupakan kesalahan
penyajian keuangan yang disengaja atas informasi keuangan. Auditor terutama
tertarik pada pencegahan, deteksi, dan pengungkapan kesalahan-kesalahan karena
alasan berikut ;
a. Eksistensi kesalahan dapat menunjukan bagi auditor bahwa catatan
akuntansi dari kliennya tidak dapat dipercaya dan dengan demikian tidak
memadai sebagai suatu dasar untuk penyusunan laporan keuangan. Adanya
sejumlah besar kesalahan dapat mengakibatkan auditor menyimpulakan
bahwa catatan akuntansi yang tepat tidak dilakukan.
b. Apabila auditor ingin mempercayai pengendalian intern, ia harus
memastikan dan menilai pengendalian tersebut dan melakukan pengujian
ketaatan atas operasi. Apabila pengujian ketaatan menunjukan sejumlah
besar kesalahan, maka auditor tidak dapat mempercayai pengendalian
intern.
c. Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi
kebenaran (truth) dan kewajaran (fairness) laporan tersebut.

B. Jenis-jenis Kecurangan
Sebagai suatu konsep hukum yang luas! kecurangan merupakan
setiapketidakjujuran yang disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan
orangatau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan!
kecurangandidefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang
dilakukandengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan
dalamlaporan keuangan dan penyalahgunaan aset.

 Kecurangan dalam Laporan Keuangan


Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang disengaja
dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para penggunanya. Sebagian
besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang
dilaporkan telah mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap,
yang semestinya harus dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang
dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum ditemukan, namun sebuah
perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan menghapus utang
dagang dan liabilitas lainnya.

 Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan
pencurian atas aset milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak
semuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak material terhadap laporan
keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali
menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat
materialitasnya, karena pencurian- pencurian kecil dapat dengan mudah
meningkat ukurannya setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset seringkali digunakan untuk mengacu
pada pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal
lainnya di dalam suatu organisasi. Menurut perkiraan Association of
Certified Fraud Examiners, rata-rata perusahan merugi 6 persen dari
pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari
pencurian tersebut melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan
yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuan yang dilakukan oleh
pemasok.

C. Kondisi yang Menyebabkan Kecurangan


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA
70 (SA 316). Terdapat 3 kondisi yang menyebabkan kecurangan, yang
dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle) :
1. Sensentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memilik insentif atau
tekanan untuk melakukan kecurangan.
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan kecurangan.
3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-
nilai etika yang memungkinkan menajemen atau pegawai untuk melakukan
tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang
memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga mengakibatkan
mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan


Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar
kecurangan adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
kecurangan. Dalam segitiga kecurangan, kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan aset memiliki tiga kondisi yang sama namun faktor risikonya
berbeda. Pertama kita akan membahas faktor-faktor risiko untuk penyalahguanaan
aset.
 Insentif/Tekanan 
Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi
laporan keuangannya adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan
perusahaan. Sebagai contoh, penurunan laba dapat mengancam
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan pendanaan. Perusahaan
mungkin juga melakukan manipulasi laba untuk memenuhi proyeksi analis
pasar, atau untuk menggelembungkan harga saham. Dalam beberapa
kasus, manajemen dapat memanipulasi laba hanya untuk menjaga reputasi
mereka.
 Kesempatan 
Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat
terjadi manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang
bergerak dalam industri yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi
yang signifikan. Sebagai contoh, terdapat kemungkinan salah saji dalam
persediaan bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki persediaan yang
terletak di beberapa tempat yang berbeda. Risiko salah saji persediaan
lebih meningkat jika terjadi kemungkinan keusangan persediaan.
Pergantian pegawai di bagian akuntansi atau kelemahan lainnya
dalam proses akuntansi dan informasi dapat menyebabkan munculnya
kesempatan terjadinya salah saji. Banyak kasus kecurangan dalam laporan
keuangan yang disebabkan oleh komite audit dan dewan direksi yang tidak
efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan.
 Sikap/Rasionalisasi 
Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan
faktor risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan
dalam laporan keuangan. Jika CEO atau manajer puncak lainnya
menunjukkan dominasi terhadap proses penyusunan laporan keuangan,
seperti terus menerus mengeluarkan proyeksi laba para analis pasar,
kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan menjadi
lebih besar. Karakter manajemen atau seperangkat etika juga dapat
membuat manajemen lebih mudah dalam membenarkan perilaku
kecurangan.

D. Tipe-tipe Kecurangan
Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal.
Kecurangan ekstrenal (eksternal fraud ) adalah kecurangan yang dilakukan oleh
pihak luar terhadap entitas. Misalnya, kecurangan eksternal mencakup :
kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha, wajib pajak terhadap
pemerintah, atau pemegang polis terhadap perusahaan asuransi. Tipe kecurangan
internal (internal fraud ). Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari
karyawan, manajer, dan eksekutif terhadap perusahaan.

E. Tipe-tipe Korban
Terdapat empat kategori utama korban kecurangan, yaitu :
a. Pemegang Saham Pemegang saham sering menjadi korban kecurangan
manajemen ( management  fraud  ), yaitu manajer berusaha secara palsu
meningkatkan laba atau aktiva.
b. Investor Misalnya investor mengalami kerugian dipasar modal karena
tindak pidana yang dilakukan emiten ( insider trading , dan lain – lain ).
c. Perusahaan ( enterprise ) Baik organisasi komersial maupun pemerintahan
dapat menjadi korban baik kecurangan internal maupun eksternal.
d. Pelanggan Organisasi usaha sering mengorbankan pelanggannya melalui
advertensi yang menyesatkan, substitusi produk dan pola yang sejenis.

F. Pengawasan Tata Kelola Perusahaan Untuk Mengurangi Risiko Kecurangan


Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan
dan prosedur pengendalian untuk mengurangi resiko kecurangan yang dapat
dilakukan melalui kombinasi antara tindakan pencegahan,antisipasi dan
pendeteksian. Dengan menerapkan program-program dan pengendalian
antikecuragan, manajemen dapat mencegah kecurangan dengan mengurangi
kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Untuk membantu
manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha antikecurangan, AICPA,
bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan Program dan
Pengendalian Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk Membantu
Mencegah, Mengantisipasi, dan Mendeteksi Kecurangan. Panduan tersebut
mengidentifikasi adanya 3 elemen untuk mencegah,mengantisipasi dan mendeteksi
kecurangan, yaitu Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi, Tanggung
jawab manajemen untuk mengevaluasi resiko-resiko kecurangan dan pengawasan
dari komite Audit.
g. Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi resiko-resiko
kecurangan
Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka
untuk melakukan dan menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab
untuk melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan
Dimulai dari kesadaran manajemen bahwa  kecurangan mungkin
terjadi dan hamper setiap pegawai mampu melakukan tindakan yang tidak
jujur pada kondisi lingkungan yang normal serta mengidentifikasi factor-
faktor yang dapat menimbulkan kecurangan dalam perusahaann.
Menangani Resiko Kecurangan
Manajemen bertanggung jawab untuk mrancang dan menerapkan
program-program dan pengendalian untuk menangani resiko kecurangan.
Dapat dilakukan dengan cara mengubah aktivitas dan proses bisnis yang
rentan terhadap terjadinya kecurangan.
Pengawasan dalam program-program dan pengendalian pencegahan
kecurangan
Manajemen secara berkala harus mengevaluasi apakah program-
program pengendalian antikecurangan telah diterapkan dan berjalan secara
efektif, tentunya melalui pengendalian internalnya.

Anda mungkin juga menyukai