Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kimia Dasar
H041201088
KELOMPOK IV
H041201088
Asisten Praktikan
PENDAHULUAN
Indikator adalah pewarna atau pigmen yang bisa terisolasi dari berbagai
sumber, termasuk tanaman, jamur, dan ganggang. Hampir semua bunga misalnya,
berwarna merah, warna biru, atau ungu mengandung pigmen organik disebut
antosianin yang berubah warna dengan pH. Penggunaan pewarna alami sebagai
indikator asam basa pertama kali dilaporkan di Indonesia tahun 1664 oleh Sir Robert
Boyle dalam kumpulan esainya Sejarah Eksperimental Warna. Boyle membuat sebuah
kontribusi penting untuk teori awal asam dan dasar dengan menggunakan indikator
untuk klasifikasi eksperimental dari zat ini. Semua indikator pH berubah warna
bertindak sebagai donor proton sedangkan basa bertindak sebagai akseptor proton.
(Bhise, 2014).
Indiktor pH biasanya asam lemah atau basa lemah yang berubah warna sesuai
fenolftalein, metil jingga, biru metelin, dan lain lain, tidak ada indikator yang
memiliki perubahan warna terjadi pada rentang pH, yang berbeda untuk indikator
mengatur harga pH sesuai dengan nilai yang diinginkan. Besar pH diperoleh dari
proses titrasi antara asam dan basa. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesetimbangan
laju reaksi balik sama besar dan di mana konsentrasi reaktan dan produk tetap tidak
berubah seiring berjalannya waktu. Keadaan setimbang dinamik ini ditandai dari
reaktan dan produk. Perubahan tekanan dan volume mungkin dapat memberikan
pengaruh yang sama terhadap sistem gas pada kesetimbangan. Hanya perubahan suhu
balik, tetapi katalis tidak dapat mengubah posisi kesetimbangan atau konstanta
tertentu dalam bejana reaksi yang dijaga pada T dan P tetap dan menunggu sampai
produk yang diharapkan tersebut muncul secara spontan. Dalam prakteknya, sejumlah
besar reaksi tidak dapat berlangsung secara sempurna tetapi lebih cenderung
merupakan akhir dari reaksi tersebut, merupakan suatu pencampuran antara produk
yang dihasilkan dan reaktan yang tidak terpakai dan berada dalam jumlah yang telatif
tetap. Begitu kesetimbangan tercapai, praktis tidak ada lagi reaktan yang berubah
menjadi produk kecuali kondisi eksperimen dari reaksi (suhu dan tekanan) tersebut
dalam kimia dan bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran,
dan pertanian. Titrasi yang melibatkan asam dan basa digunakan secara luas dalam
pengendalian analitik banyak produk komersial, dan penguraian asam dan basa
mempunyai pengaruh yang penting atas proses-proses metabolisme dalam sel hidup.
Walaupun zat-zat dengan sifat asam dan basa telah dikenal dalam ratusan tahun.
elektrolitik. Dalam larutan berair, menurut Arrhenius, asam teruai menjadi ion-ion
hidrogen dan anion, dan basa terurai menjadi ion-ion hidroksida dan kation
(Day, 2002).
Asam: HX H+ + X-
Asam lemah dan basa lemah tidak pernah terionisasi sepenuhnya di dalam air.
Jadi, pada kesetimbangan larutan asam lemah, misalnya, mengandung asam tak
terionisasi seperti ion H dan basa konjugasi. Namun, semua spesies ini larut, sehingga
Asam Lemah adalah asam yang di dalam sebuah larutannya hanya sedikit mengalami
reaksi ionisasi atau mempunyai derajat ionisasi yang kecil. Reaksi ionisasi yang
terjadi pada asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan ionisasi. Misalnya, untuk
asam lemah HA, setiap satu molekul HA yang terionisasi akan menghasilkan sebuah
ion H+ dan sebuah ion A-. Oleh karena itu, [H+] yang berasal dari HA akan selalu
sama dengan konsentrasi ion atau [H+] = [A-] (Ridwan dan Rahmawati, 2017).
reasi. Dari tetapan ini, komposisi dari campuran reaksi pada keadaan kesetimbangan
memaksimalkan hasil dari reaksi itu. Oleh karena itu, perhitungan komposisi dalam
eksperimen, adalah hal yang sangat penting dalam kimia. Tetapan kesetimbangan
empiris untuk reaksi dilambangkan dengan Kc sesuai yang tercantum pada hukum aksi
massa yang dikemukakan oleh C.M. Guldberg dan P.Waage (Oxtoby dkk., 2001).
merupakan sifat hakiki yang sudah melekat pada reaksi kimia itu sendiri, dan tidak
tergantung pada konsentrasi awal spesifik dari reaktan dan produk yang diseleksi
kesetimbangan, konsentrasi atau tekanan parsial produk akan lebih besar daripada
konsentrasi atau tekanan parsial reaktan. Begitu pula sebaliknya. Jika nilai tetapan
kesetimbangan hampir sama maka reaktan dan produk akan ada dalam jumlah yang
ini dipertahankan dengan penambahan sedikit asam, sedikit basa dan air yang tidak
melebihi kapasitas. Hal ini karena jika ditambahkan melebihi kapasitasnya larutan
buffer didefinisikan sebagai kerja yang membuat pH larutan hampir tidak berubah
dengan penambahan asam atau basa. Larutan yang memiliki kerja buffer disebut
larutan bufer. Sebagian besar larutan buffer terbentuk dari kombinasi garam dan asam
lemahnya. Cairan tubuh organisme adalah larutan buffer, yang akan menekan
adalah proses penguraian senyawa garam dengan air. Senyawa garam NaCN
merupakan salah satu senyawa garam yang terhidrolisis sebagian. Senyawa garam ini
+
un ersif t s , eng n ers m n re ksi: N N( ) → N (aq) + CN- (aq)
Berdasarkan reaksi tersebut, ion Na+ merupakan asam konjugasi dari basa kuat NaOH
dan ion CN- merupakan basa konjugasi dari asam lemah HCN (Kb = 4 x 10-6 ).
Sehingga yang mampu mengalami hidrolisis adalah ion CN- (Darmiyanti dkk., 2017).
Misalnya, dari natrium asetat, garam yang dihasilkan atau yang terbentuk dari asam
asetat dan natrium hidroksida, merupakan asam yang bersifat asam lemah. Sebaliknya,
dari amonium klorida, garam yang terbentuk atau yang dihasilkan dari asam kuat HCl
dan basa lemah amonia, bersifat asam lemah. Fenomena ini disebut hidrolisis garam.
Sebagai rangkuman, dalam hidrolisis garam dari asam lemah dan basa kuat, bagian
anion dari garam bereaksi dengan air menghasilkan ion hidroksida (Takeuchi, 2006).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan asam formiat
roll, larutan pH indikator metil merah, merah neral, brom cresol green, timol biru,
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu semprot, 2 pipet
volume 5 mL, pipet tetes, 5 labu ukur 50 mL, gelas kimia 100 mL, kertas pH
pipet volume lalu dihimpitkan dengan labu ukur dengan tujuan tidak terjadi
bertingkat). Tahap analisis, diambil 5 mL larutan asam formiat 0,1 M dan dimasukkan
mengukur dan mencatat hasil dari pengukuran suhu. Selanjutnya, teteskan asam
formiat 0,1 M ke plat tetes lalu diukur pH-nya menggunakan kertas pH universal.
perlakuan yang sama pada pengenceran 2 sampai pengenceran 5 kali. Asam formiat
0,1 M yang telah diukur memiliki pH sekitar 3, maka indikator yang digunakan salah
satunya adalah Bromphenol Blue yang memiliki range pH 2,6-4,6. Ditetesi indikator
Bromphenol Blue ke plat tetes yang terdapat larutan asam formiat. Diamati dan dicatat
pipet volume lalu dihimpitkan dengan labu ukur dengan tujuan tidak terjadi
bertingkat). Tahap analisis, diambil 5 mL larutan asam asetat 0,1 M dan dimasukkan
mengukur dan mencatat hasil dari pengukuran suhu. Selanjutnya, teteskan asam asetat
0,1 M ke plat tetes lalu diukur pH-nya menggunakan kertas pH universal. Untuk
yang sama pada pengenceran 2 sampai pengenceran 5 kali. Diamati dan dicatat setiap
B 2 3
C 3 4
D 4 5
E 5 6
B 3 4
C 4 4
D 4 5
E 5 5
B 0,01 3
C 0,001 4
D 0,0001 5
E 0,00001 6
B 0,01 4
C 0,001 4
D 0,0001 5
E 0,00001 5
4.2 Pembahasan
asam lemah dalam hal ini asam asetat dan asam formiat. Asam lemah yaitu asam
universal. Untuk percobaan asam asetat konsentrasi 0,1 M diperoleh nilai pH 3, untuk
bahwa apabila semakin kecil konsentrasi maka nikai Ka-nya semakin kecil pula.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
melihat kecocokan warna sesuai dengan warna yang telah ditetapkan dan pH
derajat ionisasi larutan asam lemah. Semakin encer larutan, maka semakin besar
nilai pH, semakin kecil nilai tetapan ionisasi, dan semakin kecil derajat ionisasi.
3. derajat ionisasi suatu asam lemah dalam tingkat keasamanyang berbeda, tetap
menunjukkan jumlah yang sama, hal ini menunjukkan bahwa nilai derajat ionisasi
5.2 Saran
Bhise, S.H., Namdeo, G.S., Bhagyashree, S.S., Nayana, V.P., dan Sanobar, S.S., 2014,
Acalypha Wilkesiana as Natural pH Indicator, International Journal of
Natural Products Research, 4(1): 33-35.
Chandra, A. D., 2012, Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self Tuning PID Melalui
Metode Adaptive Control, Jurnal Teknik Pomits, 1(1): 1-6.
Chang, R., 2003, Kimia Dasar; Konsep-Konsep Inti Jl.2 Ed.3, diterjemahkan oleh
Achmadi, S, S., Erlangga, Jakarta.
Darmiyanti, W., Rahmawati, Y., Kurniadewi, F., dan Ridwan, A., 2017, Analisis
Model Mental Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle
8E pada Materi Hidrolisis Garam. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 1(1), 38-51.
Day, R.A., dan Underwood, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, , Erlangga, Jakarta.
Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., dan Nachtrieb, N.H., 2001, Kimia Modern Jl.1 Ed.4,
diterjemahkan oleh Achmadi, S.S., Erlangga, Jakarta.
Pradeep, D.J., dan Kapil, D., 2013, A Novel Inexpensive and Less Hazardous Acid-
Base Indicator, Journal of Laboratory Chemical Education, 1(2): 34-38.
Ridwan, A., dan Rahmawati, Y., 2017, Bahan Ajar Asam Basa Berbasis STEAM
(Science, Technology Engineering, Art and Matchematics), LPPM Universitas
Negeri Jakarta, Jakarta.
Takeuchi, Y., 2006, Buku Teks Pengantar Kimia, diterjemahkan oleh Ismunandar,
Iwanami Publishing Company, Tokyo.
Lampiran 1. Bagan Kerja
HCOOH 0,1 M
universal.
HCOOH.
Hasil
B. Pengenceran Asam Asetat
CH3COOH 0,1 M
CH3COOH.
Hasil
Lampiran 2. Perhitungan
A. Asam Formiat
1) Konsentrasi 0,1 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,1 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,01 M
2) Konsentrasi 0,01 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,01 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,001 M
3) Konsentrasi 0,001 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,001 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,0001 M
4) Konsentrasi 0,0001 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,0001 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,00001 M
5) Konsentrasi 0,00001 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,00001 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,000001 M
2. Kesetimbangan Asam Formiat
1) Konsentrasi 0,1 M
Kan =
Ka1 =
Ka1 =
Ka1 = 10-3
2) Konsentrasi 0,01 M
Kan =
Ka2 =
Ka2 =
Ka2 = 10-4
3) Konsentrasi 0,001 M
Kan =
Ka3 =
Ka3 =
Ka3 = 10-5
4) Konsentrasi 0,0001 M
Kan =
Ka4 =
Ka4 =
Ka4 = 10-6
5) Konsentrasi 0,00001 M
Kan =
Ka5 =
Ka5 =
Ka5 = 10-7
1) Konsentrasi 0,1 M
αn =
α1 =
α1 =
α1 = 10 %
2) Konsentrasi 0,01 M
αn =
α2 =
α2=
α2 = 10 %
3) Konsentrasi 0,001 M
αn =
α3=
α3 =
α3 = 10 %
4) Konsentrasi 0,0001 M
αn =
α4 =
α4 =
α4 = 10 %
5) Konsentrasi 0,00001 M
αn =
α5 =
α5 =
α5 = 10 %
̅=
̅=
̅ = 0,05324
B. Asam Asetat
1) Konsentrasi 0,1 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,1 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,01 M
2) Konsentrasi 0,01 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,01 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,001 M
3) Konsentrasi 0,001 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,001 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,0001 M
4) Konsentrasi 0,0001 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,0001 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,00001 M
5) Konsentrasi 0,00001 M
M 1 . V1 = M2 . V2
0,00001 M . 5 mL = M2 . 50 mL
M2 = 0,000001 M
1) Konsentrasi 0,1 M
Kan =
Ka1 =
Ka1 =
Ka1 = 10-5
2) Konsentrasi 0,01 M
Kan =
Ka2 =
Ka2 =
Ka2 = 10-6
3) Konsentrasi 0,001
Kan =
Ka3 =
Ka3 =
Ka3 = 10-5
4) Konsentrasi 0,0001 M
Kan =
Ka4 =
Ka4 =
Ka4 = 10-6
5) Konsentrasi 0,00001 M
Kan =
Ka5 =
Ka5 =
Ka5 = 10-5
1) Konsentrasi 0,1 M
αn =
α1 =
α1 =
α1 = 1 %
2) Konsentrasi 0,01 M
αn =
α2 =
α2=
α2 = 1 %
3) Konsentrasi 0,001 M
αn =
α3=
α3 =
α3 = 10 %
4) Konsentrasi 0,0001 M
αn =
α4 =
α4 =
α4 = 10 %
5) Konsentrasi 0,00001 M
αn =
α5 =
α5 =
α5 = 100 %
̅=
̅=
̅ = 0,00968
Lampiran 3. Dokumentasi Percobaan