Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sungai Bengawan Solo merupakan sugai terbesar di Pulau Jawa dengan
daerah aliran sungai (DAS) seluas 16.100 km2. Dengan adanya luasan wilayah
sungai yang besar, Sungai Bengawan Solo secara administratif mencakup 3
wilayah kota dan 17 wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Permasalahan yang kerap terjadi di DAS Bengawan Solo sangatlah
beragam, baik yang disebabkan oleh kondisi alam maupun akibat perubahan iklim
global (global climate change) yang mengakibatkan distribusi dan intensitas aliran
air Bengawan Solo menjadi tidak merata, yakni kekeringan pada musim kemarau.
Selain itu, kebutuhan penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga, industry,
perkotaan maupun pertanian yang berlebihan juga seringkali menimbulkan
bencana banjir di wilayah DAS Bengawan Solo.
Berdasarkan pertimbangan ekologis dan sosial ekonomi, DAS Bengawan
Solo merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan tidak mengenal batas wilayah
administrasi. Maka sumber daya alam yang terdapat di DAS Bengawan Solo
membutuhkan penanganan secara bersama di antara semua pemangku
kepentingan atau yang dikenal dengan collective management yang mengarah
pada suatu bentuk collaborative management.
Untuk itu dilakukanlah penyusunan arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang serta pengelolaan wilayah sungai yang terakomodasi antar
sektor dan antar wilayah sehingga dapat tercapai pola pemanfaatan ruang yang
mendukung kelestarian dan keserasian pemanfaatan wilayah Sungai Bengawan
Solo.

5.2 Rekomendasi
1. Perlunya penyelarasan pengelolaan daerah aliran sungai di setiap RTRWN
Kabupaten/Kota yang dialiri oleh DAS Bengawan Solo.
2. Pembentukan lembaga yang menangani Wilayah Sungai Bengawan Solo dan
penyusunan Masterplan Wilayah Sungai, karena selama ini lembaga yang ada
hanya menangani Daerah Sungainya saja.

1
3. Strategi pengelolaan untuk setiap pembagian wilayah DAS harus berbeda-
beda, misalnya saja pada bagian hulu lebih ditekankan untuk penghijauan
atau reboisasi dan memperkuat peran masyarakat melalui lembaga desa hutan
dalam menjaga kelestarian hutan dan DAS, lalu wilayah tengah ditekankan
untuk mengembangkan polder atau membangun waduk serbaguna sebagai
penampung air, dan pada wilayah hilir lebih ditekankan untuk penataan
kawasan sempadan pantai, pembuatan tanggul dan pengaturan drainase untuk
memperlancar pembuangan air ke laut

2
DAFTAR PUSTAKA

BKPRN. (2011). Buletin Tata Ruang. Jakarta: Sekretariat Tim Pelaksana BKPRN.
Novia, A. (2011, Oktober 22). Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) One
River
One Management Dalam Mengangani Banjir dan Kerusakan
Drainase Kota Surakarta. Retrieved from bir öğrencinin:
http://wijayanoviarum.blogspot.co.id/2011/10/pengelolaan-daerah-
aliran-sungai-das.html

Priyo. (2015, Agustus 26). One River-One Plan-One Management. Retrieved


from
BADAN LITBANG DAN INOVASI: http://www.forda-
mof.org/index.php/berita/post/2229

Samidjo, J. (2014). Pengelolaan Sumber Daya Air. Majalah Ilmiah Pawiyatan Vol
XXI No.1, 43-53.

Slamet, B. (2007, Desember 15). PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN


SUNGAI
TERPADU. Retrieved from Padepokan Kang Bejo:
http://bejoslam.blogspot.co.id/2007/12/pengelolaan-daerah-aliran-
sungai.html

Anda mungkin juga menyukai