Dalam kamus Bahasa Indonesia, “pencurian” berasal dari kata “curi” yang
berikut:
1. perbuatan ‘mengambil”
lain”
waktu pencuri mengambil barang itu, barang tersebut belum ada dalam kekuasaanya.
Apabila waktu memiliki itu barangnya sudah ada di tangannya, maka perbuatan
apabila barang tersebut sudah pindah tempat. Apabila orang tersebut baru memegang
37
38
saja barang itu, dan belum berpindah tempat, maka orang tersebut belum bisa
adalah milik dari orang lain, dan pengambilan itu merupakan kesengajaan dengan
(2) pencurian pda waktu kebakaran, letsan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut,
letusan gunung api, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-
(3) Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup
yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada di situ tiada dengan setahunya
(5) pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ke tempat kejahatan itu
memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu
tambahan, Pasal 363 di sertai dengan ayat (2), (3), (4), dan (5). Dari aspek hukum
Tindak pidana pencurian di tinjau dari segi pelanggaran, karena tindak pidana
Undang-Undang merupakan tindak pidana formal, maka tindak pidana tersebut harus
dianggap sebagai telah selesai dilakukan oleh pelakunya yakni setelah pelaku tersebut
dalam pengertian sehari-hari, ‘mengambil’ mempunyai lebih dari satu arti, masing-
masing:
pendapat tentang mengambil tersebut. Pendapat dari Mr. Blok, “mengambil itu ialah
suatu perilaku yang membuat suatu benda berada dalam penguasaanya yangnyata,
atau berada di bawah kekuasaanya atau di dalam detensinya, terlepas dari maksudnya
waktu pencuri mengambil barang itu, barang tersebut belum ada dalam kekuasaanya.
Apabila waktu memiliki itu barangnya sudah ada di tangannya, maka perbuatan
apabila barang tersebut sudah pindah tempat. Apabila orang tersebut baru memegang
saja barang itu, dan belum berpindah tempat, maka bisa dikatakan mencuri,
melainkan mencoba mencuri. Sedangkan barang yang di ambil adalah milik dari
orang lain, dan pengambilan itu merupakan kesengajaan dengan maksud untuk
memilikinya.
(2) pencurian pda waktu kebakaran, letsan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut,
letusan gunung api, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-
(3) Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup
yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada di situ tiada dengan setahunya
(5) pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ke tempat kejahatan itu
memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu
tambahan, Pasal 363 di sertai dengan ayat (2), (3), (4), dan (5). Dari aspek hukum
benda milik orang lain. Berikut ini akan di bahas sebab-sebab pencurian apabila di
Adanya keadaan tambahan tersebut terdakwa telah melakukan perbuatan pidana, yang
dapat dituntut untuk dijatuhi pidana sebagaimana di ancamkan. tapi dengan adanya
lain yang menjadi syarat selesainya perbuatan itu. Dengan demikian dalam rumusan
tindak pidana dengan mencantumkan semua unsur pokok, kualifikasi dan ancaman
pidana2.
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan. Tapi jika perbuatan itu
menimbulkan luka-luka berat, ancaman pidana diberatkan menjadi lima tahun, dan
jika mengakibatkan mati menjadi tujuh tahun. (Pasal 351 ayat 2 dan 3)
(1) tindak pidana material (materieel delicten) atau tindak pidana dimana akibat
2) tindak pidana yang mengandung unsur akibat sebagi syarat pemberat pidana.
dalam arti berupa alasan pemberat pidana, tetapi menjadi syarat selesainya tindak
pidana.
Perbedaan lain adalah unsur akibat konstitutif pada tindak pidana materiil
adalah unsur pokok tindak pidana, artinya jika unsur ini tidak timbul, tindak
Pada tindak pidana materiil, yaitu tindak pidana yang berisi larangan
menimbulkan akibat tertentu. Dengan akata lain, dapat dirumuskan tindak pidana
materiil adalah suatu tindak pidana yang menurut bunyi redaksi rumusannya
mengandung unsur akibat dari perbuatan sebagai syarat selesainya tindak pidana.
apabila, pelaku pencurian pada suatu malam datang ke suatu rumah kemudian dengan
tambahan, seperti datang pada malam hari dan menggunakan alat sebagai syarat
Tetapi, apabila ketika baru masuk rumah sudah ketahuan, perbuatan itu masuk
dalam kategori percobaan pencurian. Dalam hal ini unsur pokok belum terpenuhi,
Sementara itu, unsur akibat sebagai syarat memperberat pidana karena bukan
merupakan unsur pokok tindak pidana, artinya jika syarat ini tidak timbul, tidak
terjadi percobaan, melainkan terjadinya tindak pidana selesai. Misalnya, pada Pasal
288 jika akibat luka berat (ayat 2) tidak timbul, maka yang terjadi adalah kejahatan
yang selesai, yakni bersetubuh dengan wanita yang belum waktunya dikawini dan
menimbulkan luka, dan bukan percobaan bersetubuh dengan wanita yang belum
44
dalam kedua unsur itu, akibat timbul setelah perbuatan itu dilakukan.
ialah tanpa timbulnya akibat dari perbuatan yang dirumuskan dalam Undang-Undang
itu tidak dipidana. Baru dapat dipidana apabila akibat terlarang itu telah timbul.
Misalnya, Pasal 288, perbuatan persetubuhan dengan isterinya itu tidak dapat
dipidana, dan baru dipidana jika dari persetubuhan itu mendatangkan akibat luka dan
atau kematian isterinya yang belum waktunya dikawini itu telah timbul.
pada si pembuat dapat dipidana melampuai atau di atas ancaman maksimum pada
dalam dan mengenai tindak pidana tertentu tersebut. Di sebut dasar pemberat khusus,
karena hanya berlaku pada tindak pidana tertentu yang dicantumkan alasan
Di lihat dari berat ancaman pidana pada tindak pidana tertentu yang sama atau
kualifikasinya, maka dapat dibedakan dalam tindak pidana dalam bentuk pokok
(bentuk standard), bentuk yang lebih berat, dan bentuk yang lebih ringan. Pada pasal
Artinya, rumusan dalam bentuk pokok mengandung arti yuridis dari ( kualifikasi)
45
jenis tindak pidana itu, yang ancaman pidannya berada di antara bentuk yang
Sebagai ciri dari tindak pidana dalam bentuk yang diperberat ialah harus
memuat semua unsur yang ada pada bentuk pokoknya ditambah lagi satu atau lebih
dari unsur khususnya yang bersifat memberatkan. Unsur khusus yang membertakan
inilah yang dimaksud dengan dasar penberatan pidana khusus itu. Unsur khusus ini
berupa unsur tambahan atau ditambahkan pada unsur-unur tindak pidana jenis yang
diancam dengan pidana yang lebih berat dari bentuk pokoknya. Jadi untuk
ada dalam pokoknya terlebih dahulu. Walaupun dalam pasal yang bersangkutan
unsur-unsur dalam bentuk pokok itu tidak di ulang dengan merumuskannya lagi,
melainkan hanya disebut kualifikasinya atau disebut pasal bentuk pokoknya. Barulah
dirumuskan: “ barang siapa mengambil suatu benda yang sebagian atau seluruhnya
milik orang lain dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan hukum, di ancam
karena pencurian dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima ) tahun atau pidana
1. perbuatan, mengambil.
Unsur-unsur subyektif:
obyektif mupun subyektif. Pada rincian di atas dimasukan ke dalam unsur subyektif,
dengan alasan bahwa unsur ini diletakan di belakang unsur maksud (kesengajaan
sebagai maksud). artinya unsur melawan hukum di sini di tuju atau diliputi oleh unsur
orang lain itu menjadi dan melekat sifatnya yang terlarang (melawan hukum).
Unsur melawan hukum pada pencurian dapat juga dimasukan ke dalam unsur
obyektif dengan alasan perbuatan mengambil benda milik orang lain itu menjadi
tercela, karena tidak mendapat izin atau bertentangan dengan kehendak si pemilik.
Dalam bentuk pencurian yang diperberat di rumuskan dalam Pasal 363 dan
365. Dalam kedua pasal ini, unsur-unsur pokok pencurian telah ada di dalamnya dari
dalam banyak unsur, misalnya pada ayat (1) dari Pasal 363 terdiri dari banyak
alternatif, yaitu pemberat pada unsur obyeknya yakni ternak, terletak pada saat atau
bumi dan lain sebagainya) pada pembuatnya lebih dari satu (dengan bersekutu) dan
seterusnya.
Dalam pencurian yang diperberat lagi dari pada Pasal 363 ialah pencurian
dengan kualifikasi kekerasan atau disebut juga dengan pencurian dengan kekerasan
atau disebut juag dengan pencurian dengan kekerasan Pasal 365.Hal tersebut
merupakan bersatunya dari berbagai unsur (kumulatif), baik yang bersifat obyektif
maupun yang bersifat subyektif. Pada ayat (1) dari pasal ini berupa rumusan dari
unsur-unsur obyektif:
- kekerasan.
- ancaman kekerasan.
ialah :
- sebelum.
- pada saat.
48
unsur-unsur subyektif
yang ditujukan:
atau kehendak yang sangat kuat pada diri si pembuat untuk mewujudkan kehendak
telah di atur dalam Pasal 365 KUHP yang rumusanya sebagai berikut:
yang di dahului, disertai atau dilihat dengan kekerasan atau dengan ancaman
dirinya sendiri atau lain-lain peserta dalam kejahatan dapat melarikan diri jika
49
diketahui pda waktu itu juga ataupun untuk menjamin penguasaan atas benda
1. jika tindak pidana itu dilakukan pada waktu malam hari dalam sebuah tempat
sebuah tempat kediaman atau di tas jalan umum, atau di atas kereta api atau
2. jika tindak pidana itu dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama.
3. jika untuk mendapat jalan masuk ketenpat kejahatan, orang yang bersalah
4. jika tindak pidana itu telah mengakibatkan luka-luka berat pada tubuh.
(3) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun, jika tindak pidana
(4) Di jatuhkan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun, jika tindak pidana itu mengakibatkan
luka berat pada tubuh atau matinya orang yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih secara bersama-sama dan disertai dengan salah satu keadaan yang
Tindak pidana pencurian yang di atur dalam pasal 365 juga merupakan suatu
yang memberatkan.
Dengan demikian maka yang di atur dalam pasal 365 KUHP itu sesungguhnya
merupakan satu kejahatan, dan bukan dua kejahatan yang terdiri dari kejahatan
pingsan atau tidak berdaya. Kekerasan atau ancaman kekerasan seperti yang
dimaksudkan di atas itu harus ditujukan kepada orang-orang, akan tetapi tidaklah
perlu bahwa orang tersebut merupakan pemilik dari benda yang akan dicuri atau telah
di curi.
Menurut Simons, kekerasan itu tidak perlu merupakan sarana atau cara untuk
selama’ dan ‘sesudah’ pencurian itu dilakukan dengan maksud seperti yang dikatakan
2. jika kejahatan yang mereka lakukan itu ‘op heteredaad betrapt’ atau dikatahui
pada waktu sedang dilakukan, untuk memungkinkan dirinya sendiri atau lain-lain
3. untuk menjami tetap mereka kuasainya benda yang telah mereka curi.
Dari hal di tas dapat diketahui bahwa tidak setiap pencurian disertai dengan
pemakaian kekerasan, seperti yang dimaksud dengan pasal 365 ayat (1) KUHP,
yakni misalnya, pencurian pada malam hari dalam sebuah tempat kediaman yang
pasal 365 aya (2) angka 1 KUHP, karena kekerasan yang dilakukan orang dalam
dari beberapa tindak pidana ataupun yang juga di sebut sebagai “samenloop van
meerdere strafbare feiten”, yakni gabungan dari tindak pidana yang di atur dalam
pasal 363 ayat (1) angka 3 KUHP yang diancam dengan pidana penjara selama-
lamanya tujuh tahun, dan tindak pidana yang di atur dalam pasal 285 KUHP yang
berdasarkan ketenyuan yang di atur dalam pasal 65 ayat (1) jo, ayat (2) KUHP, bagi
52
tahun) = 16 tahun.
ancaman kekerasan pada pencurian dengan kekerasan itu merupakan suatu permulaan
pelaksanaan dari tindak pidana pencurian dengan seperti yang dimaksudkan dalam
pasal 365 KUHP, maka kenyataan bahwa dalam laci korban atau di dalam lemari
korban tidak terdapat uang atau perhiasan yang ingin dicuri oleh pelaku, setelah
sebelumnya ia mengancam orang seisi rumah dengan senjata tajam untuk tidak
bergerak dari tempatnya atau berteriak meminta tolong, tidak menyebabkan pelaku
tersebut tidak dapat dituntut karena telah melakukan suatu ‘percobaan pencurian
Dalam kasus ini, penggunaan kekerasan terlihat pada fakta, para pelaku
melakukan kekerasan dengan mengikat dengan tali dan menyumpal mulut korban.
kediaman. Yang dimaksudkan dengan “malam hari” itu menurut pembentuk undang-
undang dalam pasal 98 KUHP ialah ‘waktu antara matahari terbenan dengan matahari
terbit” Atau dalam Wetboek van strafrecht adalah waktu yang diperuntukan istirahat
malam, yakni sebagai pengganti dari kata ‘nuit’ yang berarti malam hari .
dan dibangun sebagai tempat kediaman. Termasuk dalam pengertiannya yakni kereta-
53
kereta, atau mobil-mobil yang dipakai sebagai tempat kediaman serta kapal-kapal
gerbong-gerbong kereta api dan gubug-gubug terbuat dari kaleng-kaleng bekas atau
kertas karton yang biasanya dipakai oleh orang tuna wisma sebagi tempat kediaman.
yang ada di sekitarnya. Pekarangan tertutup itu tidak perlu merupakan suatu
melainkan cukup jika pekarangan tersebut di tutup misalnya, dengan pagar bamboo,
dengan tumbuhan-tumbuhan, dengan tumpukan batu walaupun tidak rapat dan mudah
Unsur yang lain yang memberatkan pada tindak pidana pencurian, karena
tindak pidana pencurian seperti yang dimaksudkan dilakukan oleh dua orang atau
Yang dimaksudkan dengan dilakukan “dua orang atau lebih” secara bersama-
sama itu, ialah dilakukan dalam bentuk “medelplegen” atau “turut melakukan “
seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP ataupun dalam
bentuk apa yang lazim di sebut “mededaderschap”4 pidana -pekarangan lain yang
terdapqat di sekitarnya.
54
Menurut Profesor van Hamel, suatu “medelplegen” itu hanya ada jika tindakan-
tindakan tiap-tiap peserta dalam tindak pidana itu menghasilkan suatu “daderschap”
yang sempurna. Dengan demikian tiap-tiap peserta di dalam tindak pidana pencurian
itu harus memenuhi semua unsur tindak pidana pencurian seperti yang di atur dalam
ketentuan undang-undang.
sebagaimana yang dimaksudkan di atas itu harus terbukti, harus juga terbukti bahwa
Dari hal tersebut dapat di simpulkan agar pelaku dapat dinyatakan terbukti
bersalah telah “bersama-sama melakukan suatu pencurian”, untuk itu pelaku harus
dapat dibuktikan :
1. bahwa para pelaku tinak pidana pencurian itu menyadari bahwa mereka
2. bahwa para pelaku tindak pidana pencurian itu telah menghendaki untuk
samnewerking (kerja sama secara fisik) seperti yang dimaksudkan di atas itu, telah
melainkan cukup jika pada waktu mereka melakukan tindak pidana pencurian
tersebut, mereka menyadari bahwa mereka telah bekerja sama secara fisik.
Unsur yang memberatkan pidana pada tindak pidana pencurian yang di atur
dalam pasal 363 ayat (1) angka 5 KUHP itu ialah karena untuk dapat memperoleh
jalan masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat mencapai benda yang akan
Kata “verbreking” atau “perusahan “ itu merupakan sebuah kata yang oleh
pencurian yang di atur dalam pasal 363 ayat (1) angka 5 KUHP atas saran profesaor
de VRIES dengan alasan karena ‘perusakan’ terhadap bneda-benda yang kecil itu
mengangkat kaca ‘ atau dengan cara ‘melepaskan daun pintu atau daun jendela dari
Jika seorang pencuri telah berhasil memasuki sebuah rumah dengan maksud
berhasil merusakan pintu depan dari rumahnya yang bersangkutan, apakah orang
dapat mengatakan bahwa ia telah mulai melakukan suatu pencurian, padahal ia sama
sekali belum menyentuh sebuah barang pun yang terdapat di dalam rumah tersebut.
undang tidak memberikan penjelasannya, akan tetapi dalam pasal 99 KUHP hanya
melalui jalan masuk yang tidak disediakan untuk maksud tersebut atau melalui
sebuah lubang yang dengan sengaja telah digali untuk maksud yang sama, demikian
valse sleuttels itu adalah kunci-kunci yang oleh orang yang berhak, tidak dipakai atau
telah tidak dipakai lagi untuk membuka sebuah selot, sehingga termasuk dalam
57
pengertiannya yakni kunci-kunci sebenarnya yang hilang, yang oleh pemiliknya telah
termasuk dalam pengertian ‘kunci palsu’ yakni setiap alat yang tidak diperuntukan
Tindak pidana pembunuhan oleh pasal 338 KUHP dirumuskan sebagai barang
siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
Hal ini merupakan suatu rumusan secara materiil yaitu “menyebabkan sesuatu
tertentu” tanpa menyebutkan ujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat ditarik
a) Perbuatan itu harus disengaja, dengan kesengajaan itu harus timbul seketika itu
b) Melenyapkan nyawa orang lain itu harus merupakan yang “positif” walaupun
c) Perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang, disini harus ada hubungan
kausal di antara perbuatan yang dilakukan itu dengan kematian orang tersebut.
Dari unsur-unsur pasal 338 KUHP di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Dengan sengaja
58
Dalam KUHP tidak dijelaskan apa arti kesengajaan, tetapi didalam MvT
dijatuhkan hanya pada barang siapa yang melakukan perbuatan yang dilarang
kesengajaan. Teori berpangkal tekad karena akibat itu hanya dapat dibayangkan
dan dicita-citakan saja oleh orang yang melakukan suatu perbuatan. Kesengajaan
Kesengajaan semacam ini ada, apabila si pelaku tahu benar bahwa suatu
pemikiran si pelaku hanya suatu kemungkinan belaka akibat yang akan terjadi
membunuh
Delik ini mengandung unsur dan kualifikasi yaitu pembunuhan dan sanksi
pidana. Delik ini juga dirumuskan secara materiil artinya menitik beratkan
itu.
penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang dilindungi dan
yang merupakan obyek kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia. Pembunuhan
ini termasuk tindak pidana materiil (materiale delict), artinya untuk kesempurnaan
tindak pidana ini tidak cukup dengan dilakukannya perbuatan itu, akan tetapi menjadi
syarat juga adanya akibat dari perbuatan itu. Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP
dibedakan atas dua dasar, yaitu atas dasar unsur kesalahannya dan atas dasar
adalah kejahatan yang dimuat dalam Bab XIX KUHP, Pasal 338 s/d Pasal 350.
60
misdrijven), adalah kejahatan yang dimuat dalam Bab XXI (khusus Pasal 359).
kejahatan terhadap nyawa dengan sengaja dibedakan menjadi tiga macam, yaitu ,
a) Kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat dalam Pasal 338,339,
b) Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan,
c) Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin),
dimuat dalam Pasal 346, 347,348, dan 349 KUHP. (Adami Chazawi, 2001: 55).
dilakukan dengan sengaja atas dasar obyeknya, terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
bentuk pokok, dimuat dalam Pasal 338 KUHP, yang rumusannya adalah sebagai
berikut:
a) Unsur obyektif
c) Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara perbuatan dan
tersebut, harus dibuktikan. Walaupun antara satu dengan yang lain dapat
Apabila tidak terdapat salah satu diantara tiga syarat, maka perbuatan
nyawa (orang lain) harus seketika itu juga atau tidak lama setelah timbulnya
kehendak (niat) untuk menghilangkan nyawa orang lain itu. Apabila terdapat
tenggang waktu yang cukup lama sejak timbulnya kehendak untuk membunuh
dengan pelaksanaannya, di mana dalam tenggang waktu yang cukup lama itu
kehendaknya akan diwujudkan dalam pelaksanaan atau tidak, dengan cara apa
kehendak itu akan diwujudkan dan sebagainya, maka pembunuhan itu telah
62
pembunuhan biasa.
kejahatan pembunuhan adalah suatu tindak pidana materiil, yaitu suatu tindak
pidana yang melarang menimbulkan akibat tertentu (akibat yang dilarang atau
harus ada hubungan diantara perbuatan yang dilakukan itu dengan kematian
orang tersebut. Pada saat timbul akibat hilangnya nyawa tidaklah harus
seketika atau tak lama setelah perbuatan, melainkan dapat timbul beberapa
lama kemudian. Jadi kematian atau akibat itu harus disebabkan oleh perbuatan
itu.
ii) Pembunuhan yang Diikuti, Disertai, atau Didahului oleh tindak Pidana Lain
(3) Dalam hal tertangkap tangan ditujukan untuk menghindarkan diri sendiri
benda yang diperolehnya secara melawan hukum atau supaya apa yang
Kejahatan pokok yang terdapat dalam Pasal 339 KUHP adalah pembunuhan
Dalam pembunuhan yang diperberat ini terdapat dua tindak pidana sekaligus,
yaitu tindak pidana pembunuhan dalam bentuk pokok (Pasal 338 KUHP) dan
tindak pidana lain (selain pembunuhan). Tindak pidana lain itu tidak boleh baru
percobaan, namun harus terjadi. Adanya unsur diikuti, disertai, atau didahului
oleh tindak pidana lain, menunjukkan bahwa tindak pidana lain itu harus sudah
64
terjadi. Apabila tindak pidana lain itu baru merupakan percobaannya, sedangkan
didahului kejahatan lainnya atau menjamin agar pelaku kejahatan tetap dapat
Dalam Pasal 339 terdapat hubungan yang erat (yang bersifat subyektif)
antara pembunuhan dengan tindak pidana lain itu. Hal ini tampak dari adanya
atau mempersiapkan tindak pidana lain. Unsur maksud itu menghubungkan antara
pembunuhan itu dengan tindak pidana lain (subyektif). Secara obyektif, apakah
melaksanakan tindak pidana lain, dan itu merupakan hal yang tidak penting.
Unsur obyektif dalam Pasal 339 KUHP terdapat pada unsur/ perkataan
dengan tindak pidana (lain). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan (obyektif)
yang erat antara pembunuhan dengan tindak pidana lain. Dari sudut obyektif,
langkah awal untuk melakukan tindak pidana lain, artinya pembunuhan itu
65
melakukan tindak pidana lain ini bersifat obyektif dan harus dibuktikan.
Mempersiapkan adalah dituju oleh unsur maksud, dan dalam hal ini yang harus
dibuktikan adalah:
a) Secara obyektif, bahwa pembunuhan itu dilakukan terlebih dahulu dari tindak
pidana lain.
dalam Pasal 339 KUHP terdapat pada unsur/ perkataan dengan maksud. Hal
alam batin pelaku) antara pembunuhan dengan tindak pidana lain tersebut.
dengan tindak pidana lain, dapat dilihat dari perkataan atau unsur-unsur: dikuti,
disertai, atau didahului dan dengan maksud untuk mempersiapkan dan seterusnya.
diikuti (gevolgd) oleh tindak pidana lain, yang artinya pembunuhan itu
dilakukan terlebih dahulu, baru kemudian tindak pidana lain, maka maksud
lain itu.
disertai (vergezeld) oleh tindak pidana lain, yang artinya bahwa pelaksanaan
66
memperlancar pelaksanaan tindak pidana lain itu, dalam hal ini tidaklah
penting dan tidak perlu untuk dibuktikan. Sebab keadaan obyektif itu bukan
merupakan syarat atau unsur, yang merupakan syarat adalah maksudnya saja
c) Dari unsur didahului dan maksud melepaskan diri dan seterusnya Apabila
pembunuhan itu didahului (voorafgegaan) oleh tindak pidana lain, dalam hal
ini tindak pidana lain itu dilakukan lebih dahulu daripada pembunuhan, maka
ditujukan:
(1) untuk menghindari dirinya sendiri maupun peserta lainnya dari pidana;
67
(2) untuk memastikan penguasaan benda yang diperolehnya dari tindak pidana
lain.
didahului oleh tindak pidana lain, artinya dilakukan setelah melakukan tindak
pidana lain, dan keadaan inilah yang harus dibuktikan. Sedangkan apa peranan
pembunuhan itu terhadap tindak pidana lain, tidak ada, karena tindak pidana lain
itu sudah selesai dilaksanakan. Di sini tidak ada hubungan secara obyektif.
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dan seterusnya, dan
Perkataan melepaskan diri dari pidana mempunyai arti bahwa maksud pelaku
diadili, dan dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana lain itu. Timbulnya
menghilangkan nyawa;
(2) pada saat berada dalam hal tertangkap tangan (obyektif). Peserta lain yang
dimaksud adalah orang lain yang ikut terlibat bersama (dengan dirinya)
dalam hal melakukan tindak pidana lain, bukan terlibat dalam pembunuhan.
Mereka hanya dipersalahkan atas perbuatan pidana yang lainnya saja. Yang
dimaksud tertangkap tangan menurut Pasal 339 KUHP adalah pada saat
68
Dalam Pasal 339 KUHP terdapat hubungan antara unsur maksud (kesalahan)
dengan unsur tertangkap tangan, yaitu bahwa dalam hal pembunuhan yang
didahului oleh tindak pidana lain, dan dalam melakukan tindak pidana lain itu
tetap dapat menguasai benda yang diperoleh secara melawan hukum. Diperoleh
secara melawan hukum artinya benda itu didapatnya dari melakukan tindak
pidana lain itu, dalam hal ini adalah tindak pidana mengenai harta benda,
misalnya pencurian, pemerasan, dan sebagainya. Tindak pidana yang ada dalam
Pasal 339 KUHP ada dua, yaitu pembunuhan dan tindak pidana lain selain
hanya bagi orang yang melaksanakan pembunuhan itu atau orang yang
lain yang tidak ikut terlibat secara aktif atau fisik dengan pembunuhan itu, ia
rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
a) Unsur subyektif
(1) Dengan sengaja, yaitu kesengajaan yang harus disertai dengan suatu
b) Unsur obyektif
Pembunuhan yang terdapat dalam Pasal 340 KUHP ini adalah pembunuhan
yang dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu dalam keadaan
bagaimana cara pelaksanaan pembunuhan, alat atau sarana yang akan digunakan,
misalnya: dengan membuang alat atau sarana yang digunakan untuk melakukan
70
kejahatan, memakai sarung tangan agar tidak meninggalkan sidik jari pelaku
adalah kejahatan yang sangat menyinggung asas-asas kemanusiaan yang adil dan
beradab. Dalam pembunuhan berencana ini diperlukan suatu akal licik atau niat
yang sangat jahat, alat atau sarana yang memadai, waktu yang tepat serta motif
keji. Oleh karena itu, ancaman pidana pada pembunuhan berencana, lebih berat
Hal ini diletakkan pada adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu.
yang terdapat dalam kejahatan pembunuhan berencana ini adalah sebagai berikut:
pembunuhan itu dan kemudian melakukan maksudnya dan tidak menjadi soal
membunuh itu timbul dalam keadaan marah, dan keharuan itu berlangsung terus
sampai ia melaksanakan pembunuhan itu, maka dalam hal ini tidak ada
syarat/unsur, yaitu:
pelaksanaan kehendak;
sudah tidak ada lagi dengan rencana terlebih dahulu. Untuk dapat diterimanya
suatu rencana terlebih dahulu, maka perlu adanya suatu tenggang waktu pendek
atau panjang dalam mana dilakukan pertimbangan dan pemikiran yang tenang.
kehendak untuk membunuh itu dilakukan dalam suasana (batin) yang tenang.
Suasana (batin) yang tenang adalah suasana tidak tergesa-gesa atau tiba-tiba, tidak
dalam keadaan terpaksa dan emosi yang tinggi. Tanda-tandanya adalah sebelum
72
Pemikiran dan pertimbangan seperti ini hanya dapat dilakukan apabila ada
tenang. Unsur perancangan ini tidak perlu ada tenggang waktu lama antara waktu
Sebaliknya, walaupun ada tenggang waktu yang tidak begitu pendek, belum
tentu dapat dikatakan ada rancangan lebih dahulu secara tenang. Semua
tergantung dari keadaan konkret dan setiap peristiwa. Antara timbulnya niat untuk
membunuh dengan pelaksanaannya itu harus masih ada waktu si pembuat untuk
akan dilakukan.
Unsur waktu dalam pembunuhan berencana ini tidak boleh terlalu sempit,
akan tetapi sebaliknya juga tidak perlu terlalu lama. Yang penting disini adalah
apakah di dalam waktu itu si pembuat dengan tenang masih dapat berfikir-fikir,
(batin) tenang merupakan unsur yang terpenting. Maksudnya suasana hati pada
73