Anda di halaman 1dari 9

RESUME AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB 9 : AUDIT SEKTOR PUBLIK

Dosen Pengampu :
Drs. Ec. Muslimin, M.Si

Kelompok 6:
1. Aisyah Ghina A. I. (19013010221)
2. Adinda Meriayusti (19013010228)
3. Mochammad Arief Firmansyah (19013010235)
4. Elsa Sabrina Agustia Putri (19013010238)
5. Leydinda Lailingga Hartono (19013010240)
6. Berliana Virliandita (19013010252)
7. Irmaya Octavia Elrossi Aisyah (19013010263)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2021
BAGIAN FIRMAN
KARAKTERISTIK AUDIT SEKTOR PUBLIK
Dalam hal ketentuan yang harus ditaati, auditor sektor publik dalam melaksanakan
pekerjaannya banyak terikat dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku mengingat hampir semua kegiatan pada sektor publik diatur dengan undang-undang
dan ketentuan. Oleh karena itu, aspek kepatuhan terhadap peraturan sangat menonjol pada
setiap pelaksanaan audit sektor publik.
Perbedaan yang paling mendasar antara audit sektor publik dan swasta adalah pertimbangan
kebijakan politik. Dalam akhir proses audit, khususnya dalam audit keuangan, auditor akan
menggunakan objektivitas terbaiknya dan rekomendasi secara menyeluruh. Auditor yang
kurang berpengalaman dalam sektor publik biasanya memberikan rekomendasi yang
kontroversial seperti meningkatkan harga untuk mengimbangi kenaikan beban. Hal yang
penting untuk membedakan audit sektor publik dan swasta adalah perbedaan kepentingan
antara kebijakan politik dan rasional ekonomi, kebijakan politik biasanya diprioritaskan
dalam sektor publik setidaknya dalam jangka pendek.
Tabel 6.1 Perbedaan Antara Audit Sektor Swasta Dan Audit Sektor Publik di Indonesia
Uraian Audit Sektor Swasta Audit Sektor Publik
Pelaksana Audit Kantor Akuntan Publik Lembaga audit pemerintah dan juga KAP yang
ditunjuk oleh lembaga audit pemerintah.
Obyek Audit Perusahaan / entitas Entitas, program, kegiatan, dan fungsi yang
swasta berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Standar audit yang Standar Profesional Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
digunakan Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh BPK.
yang dikeluarkan IAI
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan Merupakan factor dominan karena kegiatan dalam
peraturan perundang- dalam audit sector publik sangat dipengaruhi oleh peraturan dan
undangan perundang-undangan.

TUJUAN AUDIT SEKTOR PUBLIK


Untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan sumber daya tersebut,
diperlukan audit pada sektor publik. Informasi yang diperlukan dari hasil audit sektor publik
dapat digunakan oleh pihak internal (entitas yang diaudit) untuk melaksanakan perbaikan
internal. Di samping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (diluar entitas yang
diaudit) untuk mengevaluasi apakah :
1. Sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan kewenangannya secara
tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan.
2. Program yang dilaksankan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan.
3. Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis dan berkeadilan.
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. UU ini menyatakan bahwa pemeriksaan
berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan keuangan Negara secara tertib
dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

JENIS AUDIT SEKTOR PUBLIK


Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat 3 jenis audit keuangan
negara yaitu audit keuangan, audit kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu.
Audit Keuangan adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Audit Kinerja adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai
macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi dan
efektivitas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan
meningkatkan akuntanbilitas publik.
Audit dengan tujuan tertentu adalah audit khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja
yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit dengan tujuan
tertentu mencakup audit atas hal-hal lain dibidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas
system pengendalian internal.
Meskipun terdapat beberapa jenis audit pada sector public, lembaga audit pemerintah tidak
harus melaksanakan audit tersebut sekaligus. Selain membutuhkan waktu yang cukup lama
dan menyerap sumber daya yang cukup besar, pelaksanaan audit tersebut tidak akan
memberikan nilai tambah yang besar sehingga hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan
sumber daya yang dikeluarkan. Dengan demikian selain dilaksanakan oleh KAP untuk dan
atas nama lembaga audit pemerintahan tersebut.
STANDAR AUDIT
Standar Audit adalah ukuran mutu berupa persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh
seorang auditor. Pasal 5 UU No. 15 Tahun 2004 menyatakan bahwa standar audit keuangan
negara disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Saat ini, BPK telah menetapkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebagai standar audit di lingkungan
keuangan negara. SPKN ini merupakan revisi dari Standar Audit Pemerintahan (SAP) 1995,
yang secara resmi dikeluarkan oleh BPK pada tanggal 19 April 2007.
SPKN merupakan patokan untuk melakukan audit atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara. SPKN berlaku untuk semua audit yang dilaksanakan terhadap entitas,
program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara. SPKN berlaku bagi BPK dan akuntan publik atau pihak lainnya yang
melakukan audit keuangan Negara untuk dan atas nama BPK. Sementara itu, Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) seperti BPKP, Itjen dan Bawasda dapat
menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan
kedudukan, tugas, dan fungsinya.
AUDITOR EKSTERNAL PEMERINTAH
Auditor eksternal pemerintah yang dilaksanakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai
perwujudan dari pasal 23E ayat 1 Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi bahwa “untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu
badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri”. Dalam UUD tersebut juga
disebutkan bahwa hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada DPR, DPD dan
DPRD sesuai dengan kewenangannya.
Peraturan baru yang mengatur BPK adalah UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. UU ini memberikan tanggung jawab
pemeriksaan keuangan negara kepada BPK, yang meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan
pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan. Jenis pemeriksaan yang dapat dilaksanakan oleh
BPK adalah (Pasal 4 UU No. 15/2004) :
1. Pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan.
2. Pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri
atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
BPK berbentuk dewan dengan tujuh orang yang terdiri atas seorang ketua merangkap anggota
dan seorang wakil ketua merangkap anggota.Berdasarkan SK BPK nomor 11/SK/K/1993
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK, dewan dibantu pejabat sebagai pembantu
utama dewan terdiri atas:
1) Sekretariat Badan. Sekjen menyelenggarakan pelayanan kepadaseluruh jajaran
BPK, menyelenggarakan pembinaan administrsi, dan mengkoordinasikan secara
administratif pelaksanaan kegiatan seluruh unsur pelaksana BPK.
2) Inspektur Utama. Inspektur utama (IRUTAMA) terdiri atas; IRUTAMA
Perencana, Analisa, Evaluasi dan Pelaporan, (IRUTAMA RENALEV) dan
IRUTAMA Intern dan Khusus (IRUTAMA WANINSUS).
Irutama Renalev bertugas menyusun rencana kerja, analisa dan evaluasi hasil pemeriksaan
atas tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara, serta pelaksanaan penelitian dan
pengembangan sistem, metode, dan teknik pemeriksaan keuangan negara.
Irutama Waninsus bertugas melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan satuan kerja
pelaksana BPK dan melakukan pemeriksaan khusus atas temuan pemeriksaan, LAPIP, dan
pengaduan masyarakat yang menimbulkan kerugian negara.
3) Auditor Utama Keuangan Negara (AUDITAMA KEUANGAN NEGARA)
Mempunyai tugas; melaksanakan pemeriksaan atas tanggung jawab pemerintah tentang
pelaksanaan APBN/APBD, BUMN/BUMD dan melaksanakan pemeriksaan atas penguasaan
dan pertanggung jawaban kekayaan negara.
Dalam melaksanakan tugas BPK mempunyai fungsi :
1.) Fungsi Operasional yaitu melaksanakan pemeriksaan dan tanggung jawab keuangan
negara dan pelaksanaan APBN. Fungsi ini dilaksanakan oleh AUDITAMA Keuangan
Negara.
2.) Fungsi Yudikatif yaitu melakukan peradilan komtabel dalam hal tuntutan
perbendaharaan. Fungsi ini dilaksanakan oleh IRUTAMA WANINSUS.
3.) Fungsi Rekomendasi yaitu memberi saran/pertimbangan pada pemerintah berhubungan
dengan keuangan negara. Fungsi ini dilaksanakan oleh IRUTAMA RENALEV.
Menurut tujuannya pemeriksaan BPK bertujuan untuk :
1. Pemeriksaan atas penguasaan dan pengurusan keuangan
2. Pemeriksaan atas ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku
3. Pemeriksaan atas penghematan dan efisiensi dalam penggunaan keuangan negara
4. Pemeriksaan atas efektivitas pencapaian tujuan.
AUDITOR INTERNAL PEMERINTAH
Aparat Pengendalian Intern Pemerintah (APIP) terdiri dari BPKP, Itjen Departemen/Unit
Pengawasan LPND, Satuan Pengawasan Intern BUMN. Tujuan pengawasan APIP adalah
mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan
sedangkan ruang lingkup pemeriksaannya adalah pemeriksaan operasional dan pemeriksaan
komprehesif.
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
BPKP dibentuk berdasarkan Keppres No.31 tahun 1983, pada saat itu BPKP merupakan
peningkatan fungsi pengawasan yang sebelumnya dilakukan oleh direktorat jendral
pengawasan keuangan negara, departemen keuangan. Disamping itu terdapat peraturan baru
berkenaan dengan BPKP yaitu Keppres No 42 tahun 2002. Dalah melaksanakan tugasnya
BPKP menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang pengawasan keuangan dan
pembangunan.
2. Perumusan pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan.
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP.
4. Pemantauan, pemberi bimbingan, dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
keuangan dan pembangunan.
5. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandingan, perlengkapan, dan rumah tangga.
Dalam menyelenggarakan dungsi BPKP mempunyai kewenangan:
1. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidang pengawasan keuangan dan
pembanguan.
2. Perumusan kebijakan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan untuk
mendukung pembangunan secara makro.
3. Penetapan sistem informasi dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan.
4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi dibidang
pengawasan keuangan dan pembanguan.
5. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesioanl/ahli serta persyaratan jabatan dibidang pengawasan keuangan dann
pembangunan.
6. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
INSPEKTORAT JENDRAL (INJEND) DEPARTEMEN/UNIT PENGAWASAN LPND
Inspektorat jendral bertugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan departemen
keuangan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
tugas semua unsur berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh menteri dan peraturan
perundangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya itjen menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan, perumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan.
2. Pemeriksaan, pengujian, penilaian dan pengusutan terhadap kebenaran pelaksanaan
tugas, pengaduan, penyimpangan, dan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan
nsur-unsur departemen.
3. Pembinaan dan pengembangan sistem dan prosedur serta teknis pelaksanaan
pengawasan.
4. Penyampaian hasil pengawasan, pemantauan, dan penilaian penyelesaian tindak lanjut
hasil pengawasan.
5. Pelaksanaan urusan administrasi itjen

Badan Pengawasan Daerah


Sejalan dengan UU No. 32 tentang Pemerintah Daerah, paragraf 9 tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, maka dalam Pasal 184 ayat (1) disebutkan bahwa
kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Namun demikian,
dalam rangka pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah, maka
akan senantiasa diadakan kegiatan pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di
daerah; dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Pengawasan
sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh aparat pengawas intern Pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai dengan Pasal 222 UU tentang Pemerintah Daerah maka telah diatur bahwa:
1. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional
dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.
2. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana
dimaksud untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh Gubernur
3. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa dikoordinasikan
oleh Bupati/Walikota.
4. Bupati dan walikota dalam pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dapat
melimpahkannya kepada camat. Atas dasar ketentuan di atas lah maka aparat
pengawasan intern Pemerintah di suatu Daerah (provinsi, kabupaten/kota) dilakukan
oleh Badan Pengawasan Daerah yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku di daerah masing-masing.
PROFESI AUDITOR
Seiring dengan perkembangan lingkungan dan kebutuhan akan profesi akuntansi dan
auditing sektor publik, IAl sebagai organisasi profesi akuntansi di Indonesia sejak tahun 2000
lalu telah membentuk Kompartemen Akuntan Sektor Publik (KASP), yang mempunyai
tujuan untuk mengembangkan profesi akuntansi sektor publik, yang didalamnya terdapat
pengembangan profesi auditing sektor publik.
KASP bekerja bersama-sama dengan instansi dan lembaga-lemabaga negara yang
berkaitan untuk mengembangkan kelengkapan profesi akuntansi sektor publik antara lain
pembentukan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik, Standar Auditing, dan Kode Etik.
Profesi Akuntansi sektor publik saat ini mencakup pengembangan profesi auditing pada
sektor keuangan negara atau pemerintahan.
Terkait dengan audit pengelolaan keuangan negara, sesuai dengan amandemen ketiga
UUD 1945 tahun 2001, maka BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) akan menjadi "supreme
audit institution" yang harus mengambil bagian terdepan dalam melakukan perbaikan dan
penyempurnaan peraturan perundangan yang berlaku.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu
dilakukan pemeriksaan oleh suatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. Dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara BPK harus
berpedoman pada Undang-Undang Nomor15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Negara.
Pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara
mencakup seluruh unsur keuangan neagara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. BPK diberi kewenangan untuk melakukan
3 jenis pemeriksaan, yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu. Pelaksanaan pemeriksaan harus didasarkan pada suatu standar
pemeriksaan. Standar tersebut disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan standar di
lingkungan profesi audit secara internasional. Sebelum standar tersebut ditetapkan, BPK
perlu mengonsultasikannya dengan pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang
pemeriksaan.
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap
perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akan diperiksa, kecuali
pemeriksaan yang obyeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang atau pemeriksaan
berdasarkan permintaan khusu dari lembaga perwakilan.
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawas intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak
lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu, kebebasan dalam
penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan
waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat
investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan neagara mencakup
ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat pengawas intern
pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat disesuaikan dan
difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada kwajaran laporan
keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas penegeloaan keuangan negara. Untuk itu,
aparat pengawas intern pemerintah wajib menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK.
BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang
diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam
pengurusan pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk
mengamankan uang, barang dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat
pemeriksaan berlangsung.
Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam
laporan hasil pemeriksaan LHP segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Selain
disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh
BPK kepada pemerintah. Apabila pemeriksaan menemukan unsur pidana, undang-undang
nomor 15 tahun 2004 mewajibkan BPK melaporkannya kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama satu semester.
Dalam rangka transparansi dan pengikatan partisipasi publik, ditetapkan juga bahwa setiap
laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada lembaga perwakilan dinyatakan
terbuka untuk umum.

Laporan Hasil Audit dan Opini


Laporan audit adalah sarana untuk mengkomunikasikan pekerjaan audit dan temuan audit
secara komprehensif, yang diberikan oleh tim audit kepada organisasi audit.
Peran utama laporan audit:
a) Laporan audit adalah jalan utama bagi institusi audit untuk memahami informasi
tentang proses audit.
b) Laporan audit adalah dasar dalam pembuatan surat opini audit dan keputusan audit.
c) Laporan audit adalah dasar yang penting untuk mengumpulkan dan mengolah
informasi audit.
Fungsi laporan audit tertulis:
a) Mengkomunikasikan hasil audit kepada pejabat pemerintah yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Membuat hasil audit terhindar dari kesalahpahaman.
c) Membuat hasil audit sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi terkait.
d) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan yang
semestinya telah dilakukan.
Standar pelaporan laporan audit:
a) Lengkap
b) Akurat
c) Objective
d) Meyakinkan
e) Jelas
f) Ringkas
Tipe opini / pendapat auditor yang dapat digunakan dalam laporan audit atas laporan
keuangan adalah:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelasan
3. Pendapat wajar dengan pengecualian
4. Pendapat tidak wajar
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat
Di lingkungan pemerintahan, audit kinerja dilakukan dalam rangka menilai suatu departemen
apakah pimpinan departemen / kantor / lembaga telah menerapkan anggaran belanjanya
secara ekonomis, efisien, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Berbeda dengan audit
keuangan, audit kinerja tidak diatur dalam PSA-IAI. Government Auditing Standard 2003
Revision mengemukakan standar pelaporan audit kinerja yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Auditor harus membuat Laporan Audit untuk dapat mengkomunikasikan setiap hasil
audit.
b. Laporan Audit harus mencakup tujuan, lingkup dan metodologi audit dan jika
mungkin informasi yang bersifat istimewa dan rahasia.
c. Laporan Audit harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas
dan ringkas.

Anda mungkin juga menyukai