Anda di halaman 1dari 6

Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662

Vol. 12, No.2, April 2009, hal 43 - 48

Model Perhitungan Titik Gelombang Pecah (Point


Breaker Wave) Disekitar Pantai
Rahmat Gernowo
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang
Email : rahmatgernowo@undip.ac.id

Abstract
In this paper will be studied numerically the point breaker wave characteristic on shore. The
model equation of the surface wave based on the equations which is governed by combining the
refraction-diffraction on mild slope bottom. As mathematical analysis approximation, the finite
difference methods was us for understanding the characteristic behavior of the surface wave on
shore. The numerical simulation is obtained from the result of the numerical computation. There
are significance changes of the height of wave, which is influenced by mild slope bottom factor
(shoaling), diffraction and refraction.

Key Word: Point Breaker Wave, finite difference, diffraction and reffraction.

Abstrak
Dalam makalah ini dikaji secara numerik model perhitungan titik gelombang pecah di perairan
pantai. Persamaan model gelombang pecah (point breaker wave) ini didasarkan pada
persamaan–persamaan yang dibentuk oleh kombinasi refraksi–difraksi pada slope dasar pantai
yang landai. Sebagai pendekatan analisis matematika akan digunakan metode beda hingga untuk
melihat perilaku karakteristik gelombang permukaan disekitar pantai. Simulasi numerik diperoleh
sebagai hasil dari perhitungan numeric, yang menunjukan adanya suatu perubahan tinggi
gelombang akibat dari faktor perubahan dasar pantai (pendangkalan), difraksi dan refraksi.

Kata Kunci : Titik Gelombang pecah, beda hingga, difraksi dan refraksi

PENDAHULUAN Persamaan Model


Aktivitas daerah pantai dalam hal Persamaan medan gelombang yang
reklamasi pantai, dewasa ini telah merupakan kondisi persamaan slope
dilakukan secara besar-besaran. landai dikembangkan oleh (Berkhoff,
Beberapa hal yang terjadi, dengan J.C.W. 1972) dan (Berkhoff. J.C.W.
adanya reklamasi pantai antara lain; Booij, N. and Radder, A.C. 1982)
terjadinya abrasi dan sedimentasi, diberikan oleh (Watanabe, A. dan
pencemaran laut dan lain-lain [1] Untuk Maruyama, K. 1986) sebagai berikut.
menghindari terjadinya hal tersebut
perlu adanya perencanaan dan ∂Q x 1 2 ∂
+ c (nζ ) = 0
pengaturan yang disesuaikan dengan ∂t n ∂x
karakteristik daerah pantai tersebut
dengan tujuan untuk menekan
∂Q y 1 2 ∂ (1)
perubahan-perubahan yang merugikan + c (nζ ) = 0
tersebut [1]. Dalam makalah ini akan ∂t n ∂y
dilakukan suatu penelitian awal dari
suatu kajian numerik Perhitungan titik ∂ζ ∂Q x ∂Q y
gelombang pecah (point breaker wave) + + =0
∂t ∂x ∂y
disekitar pantai berdasarkan perhitungan
matematis pendekatan beda hingga, dari Dimana
0 0
kasus kombinasi refraksi-difraksii
Qx = ∫ udz ; Q y = ∫ vdz (2)
[2],[3] −h −h

43
Rahmat Gernowo Model Perhitungan Titik ...

u dan v adalah komponen kecepatan gelombang dan ubc adalah kecepatan di


horizontal dalah arah ke x dan y, c puncak. Parameter ubo/cb, karena
adalah kecepatan fasa, ζ adalah elevasi variasinya lebih kecil.
permukaan air dan k adalah bilangan Pertama-tama persamaan slope
gelombang serta h kedalaman air. llandai yang bergantung waktu,
Dimana ; diselesaikan dengan asumsi tidak ada
1 ⎛ 2 kh ⎞ disipasi energi. Solusi dari ζ, Qx dan Qy
n = ⎜⎜ 1 + ⎟⎟
2 ⎝ sinh 2 kh ⎠
dinyatakan dalam suku-suku
∧ ∧ ∧
Perhitungan model gelombang amplitudonya ζ , Q x dan Q y dan
tergantung pada kondisi gelombang dan
kemiringan dasar pantai yang seragam, sudut fasa ξζ, ξx dan ξy [4].:
untuk perhitungan medan gelombang di
sin (σt + ξ ζ )

dalam surf zone, suku energi terdisipasi ζ =ζ
akibat gelombang pecah, sehingga

diperoleh persamaan; Qx = Qx sin (σt + ξ x ) (5)
∂Q x ∂
1
+ c2 (n ζ ) + f D Q x = 0
sin (σt + ξ y )

∂t n ∂x (3)
Qy = Qy
∂Q y ∂
1
+ c2 (n ζ ) + f D Q y = 0 dimana σ adalah frekuensi angular.
∂t n ∂y
Watanabe, A. dan Maruyama, K. 1986, Kecepatan orbital pada rata-rata
membandingkan persamaan di atas permukaan air (MWL=mean water
dengan model disipasi energi satu level) dibawah puncak gelombang
dimensi Mizuguchi dibawah kondisi dihitung ketika ζ mencapai maksimum
gelombang panjang (n = 1) dimana [4].:

faktor disipasi fD ditentukan dari [7] : Uc = k coth kh. Q x cos (ξx - ξζ)
⎛ ∧ ⎞ ∧
g⎜ Q ⎟ Vc = k coth kh. Q y cos (ξy - ξζ)
f D = α D tan β ⎜ − 1⎟ (4) (6)
h ⎜ Qr ⎟
⎝ ⎠ U∞ = Uc2 +Vc2 , αc = tan−1(Vc /Uc )

∧ ∧ 2 ∧ 2 dimana Uc dan Vc adalah komponen


Q = Qx + Qy , Qr = γ gh3
kecepatan dalam arah x dan y, u ∞
adalah magnitude kecepatan orbital dan
dengan tan β adalah slope dasar αc menunjukan arah u∞ terhadap sumbu
∧ ∧
disekitar titik pecah, Q x dan Q y x. Kecepatan gelombang yang
diperlukan untuk perbandingan dengan
adalah amplitudo komponen kecepatan
aliran. u∞ adalah komponen kecepatan fasa c
Watanabe, A. dan Maruyama, dalam arah kecepatan orbital dibawah
K. 1986, memberikan diagram indeks puncak.
pecah, dimana parameter pengatur
kondisi pecah adalah perbandingan Model Perhitungan Numerik
kecepatan orbital di puncak dengan Solusi analitik persamaan slope
kecepatan fasa ( ub / cb ), yang diambil landai yang bergantung waktu diawali
dari indeks pecah diberikan oleh Goda dengan pembuatan sel (grid) ruang
melalui konversi parameter dari hb / Ho dilakukan dengan membagi daerah studi
ke ub / cb dengan menggunakan teori menjadi sel-sel ruang yang panjangnya
gelombang linier. Ubo adalah kecepatan masing-masing dalam arah sumbu x dan
horisontal di MWL di bawah puncak y, dimana sumbu x arahnya dari laut

44
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol. 12, No.2, April 2009, hal 43 - 48

dalam menuju garis pantai dan sumbu y Batas non Refleksi


sejajar dengan garis pantai [5]. Langkah Syarat batas sisi tanpa refleksi
waktu ditunjukan olehΔt [4]: (KR = 0) :Paralel sumbu y terbuka :

⎧ ⎛ 1⎞ ⎫ ∂Qy ∂ζ
Qxim,+j1 = Qx ⎨iΔs, ⎜ j + ⎟Δs,mΔt⎬ = −g (11)
⎩ ⎝ 2⎠ ⎭ ∂t ∂x
⎧ 1
: Qyim, j = Qy ⎨⎛⎜i + ⎞⎟Δs, jΔs, mΔt⎬
⎫ (7) Paralel sumbu x :
⎩⎝ 2⎠ ⎭
⎧⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎫ ∂Qx ∂ζ
ζim, j =ζ ⎨⎜i + ⎟Δs, ⎜ j + ⎟Δs, ⎜m+ ⎟Δt⎬ = −g (12)
∂t ∂x
⎩⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎭
HASIL DAN PEMBAHASAN
Syarat Batas Model
Sebagaimana tersebut di atas,
Bila gelombang berdiri ada
model numerik gelombang ini dibangun
didepan suatu reflektor sepanjang batas
berdasarkan persamaan gradien landai
x = xo dengan koefisien refleksi adalah
perairan pantai. Masukan program
KR (perbandingan tinggi gelombang
berupa tinggi gelombang (Ho), periode
refleksi dengan gelombang datang) dan
gelombang (T), sudut datang gelombang
αn adalah sudut gelombang datang, serta dimensi ruang perairan pantai yang
dimana komponen laju aliran dalam arah berupa kemiringan dasar pantai dan
x pada suatu waktu tertentu pada titik (xo kedalaman perairan laut dalam.
, yo) pada batas dan pada itik lain (xo-Δs, Sedangkan keluaran program berupa
yo) diberikan sebagai jumlah laju aliran parameter gelombang selama
dari gelombang datang dan yang perambatan menuju pantai seperti
direfleksikan, QxI , QxR [4]: panjang gelombang (L), kecepatan fasa
gelombang (c), kecepatan group
Batas Refleksi gelombang (cg ), bilangan gelombang
Syarat batas digaris pantai (k), koefisien shoaling (Ks), koefisien
ditinjau dari akibat gelombang refleksi refraksi (KR), laju aliran atau kecepatan
[6] maka dapat diturunkan persamaan orbital elevasi dan tinggi gelombang.
berikut : Sebagai parameter masukan
Qxt (xo, yo) = QxIt (xo, yo) +QxR
t
(xo, yo) diambil dari (Hadi, S., H. Latief, and
(8)
Qxt (xo −Δs, yo) = QxIt (xo −Δs, yo) +QxR t
(xo −Δs, yo) Amirudin. 2002) dan (Hadi, S.,D.K.
Miharja, H. Latief, and N.S. Ningsih
untuk syarat batas parallel ke sumbu y
1994) kemiringan dasar pantai (slope) =
diperoleh:
1/30, periode = 1,2 detik, tinggi
Qxt (xo, yo ) = A QxIt (xo − Δs, yo ) gelombang laut dalam = 0,015 meter
A=
(1− KR ) (9) dan gravitasi = 9,8 m/t2 serta waktu

{1+ K }
1 iterasi 42000 detik berpengaruh pada
2
R − 2KR2 cos(2kΔs cosαn ) 2 hasil sedemikian hingga diperoleh
Gambar 1, 2 dan 3, dapat diambil suatu
analisa bahwa hasil perhitungan
untuk syarat batas parallel ke sumbu x:
karakteristik gelombang, terdapat
kesusaian antara profil rasio tinggi
Qyt (xo, yo ) = B QyIt (xo, yo − Δs) gelombang, elevasi gelombang hasil
B=
(1− KR) (10) program terhadap arah laut dalam

{1+ K }
1 kepantai. Dimana laju aliran maksimum
2
R − 2KR2 cos(2kΔs cosαn ) 2
arah positip (kearah pantai) terjadi pada

45
Rahmat Gernowo Model Perhitungan Titik ...

saat elevasi mencapai maksimum dan grafik elevasi dan laju rata – rata, elevasi
laju aliran maksimum arah negatip minimum dilaut dalam = 0,0092 meter
(kearah laut lepas). Laju aliran semakin pada jarak 0,5 meter dari laut dalam dan
kecil kearah pantai, sedangkan elevasi elevasi maksimum = 0,012 meter pada
gelombang sebaliknya. Pada dasarnya jarak 4,49 meter mendekati pantai hal
laju aliran akan membesar dengan ini berkebalikan untuk laju rata-rata
bertambahnya gradient elevasi, namun maksimum = 0,0068 dekat laut dalam
besarnya laju aliran juga dipengaruhi dan laju rata rata minimum = 0,001
oleh kedalaman perairan, dimana laju dekat garis pantai (lihat Gambar 1, 2,
aliran akan mengecil dengan dan 4 ). Kemudian jika dilihat pada
berkurangnya kedalaman, dan sangat Gambar 6. dapat dianalisa bahwa
bergantung pada besarnya kemiringan perhitungan titik gelombang pecah hasil
(slope) dasar pantai. Dari Gambar 1. simulasi dengan data pengukuran oleh
dapat diperoleh bahwa perubahan slope (Kim, J. J. , J. M. Lee and K. C. Kim
akan berpengaruh pada hasil rasio tinggi 1999) akan terlihat perbedaan penelitian
gelombang pada laut dalam besarnya (ralat relatif) berkisar 65%, hal ini
rasio tinggi gelombang = 0,015 m karena dalam model ini diambil asumsi
kemudian gelombang mulai naik bahwa ; pantai dianggap lurus, tidak ada
mencapai maksimum pada jarak sekitar sedimentasi dan kecepatan arus serta
5 meter dari laut dalam, dan pada garis kecepatan angin. Hal mana dalam
akan terdisipasi akibat efek kombinasi pengukuran langsung asumsi tersebut
refraksi – difraksi. Hal yang sama untuk sangat berpengaruh.

0.03

0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
0 1 2 3 4 5 6

a r a h kr eun1
pa nt a i ( m) r un2 r un3

Gambar 1. Perubahan tinggi gelombang hasil model kombinasi refraksi-difraksi

0.015

0.01

0.005

- 0.005 0 1 2 3 4 5 6

-0.01

-0.015

a r a h k e pa nt a i ( m )

r un1 run2 r un3

Gambar 2. Perubahan Elevasi (ζ) hasil model kombinasi refraksi-difraksi.

46
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol. 12, No.2, April 2009, hal 43 - 48

Gambar 3. Profil 3D Perubahan elevasi gelombang hasil perhitungan model.

0 .0 0 7
a
t
a
r- 0 .0 0 2
ta
a
r
u
j- 0 .0 0 3 0 1 2 3 4 5 6
a
L
- 0 .0 0 8
a rah k e p a n ta i (m ) )

ru n 1 run2
ru n 3

Gambar 4. Perubahan Laju rata rata hasil perhitungan model.

Gambar 5. Profil 3D Perubahan laju rata-rata gelombang hasil model


RASIO TINGGI GELOMBANG (m)

0 .0 4
0 .0 3
0 .0 2
0 .0 1
0
4 .3 4 .5 4 .7 4 .9
J A R A K K E P A N T A I(m )

K O M P U TA S I P E N G U K U R A N

Gambar 6. Validasi point breaker wave hasil komputasi dan data pengukuran

47
Rahmat Gernowo Model Perhitungan Titik ...

KESIMPULAN [5]. Liu, J., Pope, G. A. and


Dari model gelombang kombinasi Sephernoori, K.,1995. A High
refraksi-difraksi, hasil yang diperoleh resolution Finite-difference scheme
berupa validasi titik gelombang pecah for nonuniform grids. Appl. Math.
dari data pengukuran dan hasil simulasi, Modelling, 19: 162-169.
dimana diperoleh perbedaan sekitar [6]. Kim, J. J. , J. M. Lee and K. C.
65 % berupa ralat relatif dari hasil Kim 1999. Wave Induced Currents
perhitungan validasinya. hal ini karena in the Coastal Zone, Proc.
dalam model ini diambil asumsi bahwa ; Oceanology International 99
pantai dianggap lurus, sedimentasi dan Pacific Rim, p: 293 – 303.
kecepatan arus serta kecepatan angin
dianggap tidak ada. [7]. Mizuguchi, M 1980. A Heuristic
Model of Wave Height
DAFTAR PUSTAKA Distribution in The Coastal Zone,
[1]. Sutrisno, P. 1995. Manfaat SIG Proc. 17th Coastal Eng. Conf,
Untuk Perencanaan Reklamasi ASCE, p: 278-289
Pantai Utara Jakarta., Pertemuan [8]. Berkhoff. J.C.W. 1972.
Ilmiah MAPIN’95. Surabaya. Computation of Combined
[2]. Berkhoff. J.C.W. Booij, N. and Refraction – Diffraction, Proc. 13th
Radder, A.C. 1982. Verfication of Coastal Eng. Conf., ASCE,p: 471-
Numerical Wave Propagation 490.
Models for Simple Harmonic [9]. Hadi, S.,D.K. Miharja, H. Latief,
Linear Water Waves, Coastal Eng. and N.S. Ningsih 1994. Wave
Vol. 6. p: 255-279 Model in Surfzone, Competitif
[3]. Hsu, T.W., 1998. FLDW Research Grant II/1 Report No.
Measurements on the Vortex 054/P4M/DPPM/II/1/1993 (in
Behavior for Wave Passing over Indonesia)
the Submerged Breaker, Research [10]. Hadi, S., H. Latief, and Amirudin.
Report, NCKU 2002., Wave Field model around
[4]. Maruyama, K. and Kajima. 1985 , Coastal Structures., Proc. ITB,
Two Dimensional Wave Vol.34., No.1, p: 85-99.
Calculation Method Based on [11]. Watanabe, A and K. Maruyama
Unsteady Mild Slope equation., 1986. Numerical Modelling of
Report Electric Central Res., Inst. Nearshore Wave Field Under
No. 384041 (in Japanase) Combined Refraction, Diffraction
and Breaking. Coastal Eng, in
Japan. Vol. 29, p:19-34

48

Anda mungkin juga menyukai