Anda di halaman 1dari 3

Nama : Devina Aulia

NIM : 20/464042/SV/18361
Kelas : B

RESUME SISTEM MONITORING HUTAN


NASIONAL

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=P9N4jDz5uY0

Hutan tropis mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Saat ini,
Indonesia memiliki hutan tropis seluas 94 juta hektar dan menjadi salah satu yang terluas di
dunia serta berperan penting dalam pengendalian perubahan iklim. Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan merupakan instansi yang bertanggung jawab untuk mengurus hutan
dan kawasan hutan Indonesia. Direktur Jendral Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menjelaskan perbedaan hutan dan kawasan hutan. Apa perbedaan hutan dan
kawasan hutan?
Menurut No. 41 Tahun 1999 tentang Hutan adalah suatu kesatuan titik-titik berupa
hamparan tanah berisi sumber daya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, sedangkan kawasan
hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap. Saat ini, luas kawasan hutan adalah 120 juta hektar dari
94 juta hektar hutan. Yang terpantau saat ini 86 juta hektar berada di kawasan hutan dan 8
juta hektar berada di luar kawasan hutan. Contoh kawasan hutan yang tidak berhutan
misalnya adalah lautan pasir Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sedangkan di luar
kawasan hutan yang berhutan contohnya adalah hutan kota seperti Kebun Raya Bogor.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 250 juta jiwa yang terus bertambah
dengan segala kebutuhannya yang artinya kebutuhan pembangunan di Indonesia
menyebabkan tingginya dinamika kebutuhan atas lahan tidak dapat dihindarkan dan itu
berakibat pada dinamika perubahan penutupan lahan yang semula berurutan menjadi tidak
berurutan maupun sebaliknya. Oleh sebab itu, hutan harus dirawat dengan baik agar hutan
Indonesia tetap terjaga sampai anak cucu kita nanti dengan baik. Maka diperlukan data dan
informasi yang akurat dan terkini sehingga kebijakan yang diambil akan lebih tepat ke arah
kelestarian dan kesejahteraan masyarakat.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempunyai SIMONTANA (Sistem
Monitoring Hutan Nasional) yang menyediakan informasi sumber daya hutan. Sistem ini
merupakan sistem yang terintegrasi berbasis penginderaan jauh dan terestris untuk
menyajikan data sumber daya hutan diantaranya potensi hutan penutupan hutan dan
perubahannya. SIMONTANA menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan
menggunakan citra satelit karena citra satelit ini dapat mengidentifikasi sebaran dan luas
hutan se-Indonesia dengan cepat. Kemudian dengan beberapa sampel di lapangan dan diolah
secara statistik, maka kita dapat mengetahui potensinya. 2 cara tersebut kemudian
diintegrasikan untuk memperoleh total potensi hutan di Indonesia.
Di samping itu dengan SIMONTANA dapat memantau perubahan kerusakan hutan.
Data utama dalam SIMONTANA adalah penutupan lahan yang dikerjakan dengan
melibatkan beberapa pihak yaitu :
- LAPAN, menyediakan data citra satelit
- BIG (Badan Informasi Geospasial), menyediakan peta dasar yang menjadi acuan
dalam pembuatan peta hutan
- Unit pelaksana teknis di daerah / Balai Pemantapan Kawasan Hutan, melakukan
identifikasi berdasarkan citra satelit serta melakukan cek lapangan untuk
memastikan kebenarannya. Selanjutnya dikompilasikan dan dikontrol kualitasnya
oleh Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan hasilnya berupa
peta penutupan lahan dengan jumlah kelas sebanyak 23 macam.
Pemantauan penutupan lahan ini sudah dilakukan sejak tahun 1990-an yang pada
awalnya dibuat dengan periode 6 sampai 3 tahunan karena teknologi dan data masih terbatas
dan mahal, namun saat ini sudah bisa dilakukan secara tahunan dan sedang dikembangkan
untuk menghasilkan data yang lebih cepat. Sementara itu, untuk mengetahui potensi hutan
berdasarkan jenis volume dan lain- lain digunakan metode inventarisasi hutan secara terestris
melalui pengukuran pada plot sampel. SIMONTANA membutuhkan data hasil inventarisasi
hutan yang pengambilan data langsung di lapangan melalui kegiatan inventarisasi hutan
enumerasi TSP dan PSP atau permanen sample plot dan temporary sampe plot. Sampai saat
ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempunyai kurang lebih 4000 titik atau
sampel plot yang tersebar di seluruh Indonesia. Sampel plot yang tersebar di seluruh
Indonesia dilakukan secara berkala yang dilaksanakan oleh tenaga inventarisasi yang sudah
terlatih dan kemudian data tersebut dianalisis secara statistik. Dari analisis tersebut diperoleh
potensi tegakan hutan per kelas penutupan hutan misalnya pada hutan lahan kering primer
diperoleh potensi hutan sebesar 164 m3 per hektar. Selain itu, pada hutan lahan kering
sekunder diperoleh potensi hutan sebesar 124 m3 per hektar.
Data simontana digunakan sebagai dasar untuk mengambil kebijakan yang terintegrasi
antara lain :
• Rekalkulasi penutupan lahan,
• Penghitungan deforestasi,
• Inventarisasi hutan dan lahan,
• Inventarisasi gas rumah kaca,
• Forest reference emission level,
• Indeks kualitas lingkungan hidup,
• Program Nasional Tanah Objek Reforma Agrarian (TORA),
• Arahan pemanfaatan hutan,
• Moratorium hutan,
• Emisi kebakaran,
• Lahan kritis,
• Kajian lingkungan hidup strategis,

Anda mungkin juga menyukai