Anda di halaman 1dari 56

KATA PENGANTAR

Laporan ini adalah Laporan Program dan Pelaksanaan K3 dari PT. Gaharu Sempana, untuk
pekerjaan Supervisi Pembangunan Embung Sanda di Kabupaten Tabanan
berdasarkan surat kontrak Nomor: HK.02,03/Bws15/SNVT PB/PB/03/2020 tanggal 20 Juli
2020 antara PT. Gaharu Sempana selaku penyedia jasa dengan Satker Balai Wilayah
Sungai Bali-Penida selaku pengguna jasa. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan
dalam kerangka acuan kerja.
Laporan ini berisi tentang pengertian K3, metodologi pelaksanaan K3, identifikasi bahaya
dan pengendalian risiko, sasaran dan program pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan
Supervisi Pembangunan Embung Sanda di Kabupaten Tabanan.
Kepada semua pihak yang telah membantu sampai selesai disusunnya laporan ini, kami
ucapkan terima kasih.

Denpasar, 16 Desember 2020


PT. Gaharu Sempana

I Gede Budiarta, S.T.


Team Leader

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan..........................................................................................1
1.3 Lokasi Pekejraan...............................................................................................2
1.4 Waktu Pekerjaan...............................................................................................2
BAB II PENGERTIAN K3....................................................................................................3
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)............................................................3
2.2 Kecelakaan kerja...............................................................................................3
2.3 Safe/Aman........................................................................................................5
2.4 Faktor yang memengaruhi Bahaya...................................................................6
BAB III METODOLOGI.......................................................................................................7
3.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja...................................................................7
3.2 Kebijakan Keselamatan Konstruksi (Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi)........................7
3.2.1 Latar Belakang K3................................................................................7
3.2.2 Kebijakan Keselamatan Konstruksi......................................................9
3.2.3 Action Plan Keselamatan Konstruksi.................................................11
3.2.4 Evaluasi Penyebab Kecelakaan Konstruksi........................................12
3.3 Penerapan Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.....................................12
3.4 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).................23
3.4.1 Operasi Keselamatan Konstruksi........................................................29
3.4.2 Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat.........................34
3.4.3 Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi.........................................36
BAB IV KEGIATAN K3....................................................................................................40
4.1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko................................................40
4.2 Sasaran dan Program Pengawasan..................................................................45

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan prasarana tampungan air berupa embung merupakan suatu alternatif
dalam mengatasi permasalahan pemenuhan kebutuhan air domestik dan non domestik di
suatu daerah. Embung Sanda direncanakan menampung aliran air anak sungai Tukad
Balian. Selain itu tampungan embung juga diperoleh dari air hujan. Tampungan air dari
embung ini nanti dimanfaatkan untuk pengelolaan Taman Teknologi Pertanian/Perkebunan
dan masyarakat sekitar yang berada di Desa Sanda, Kecamatan Pupuan, Kabupaten
Tabanan.
Pelaksanaan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum adalah untuk memenuhi keinginan terhindarnya dari
kerugian materi akibat kecelakaan kerja, dengan catatan tanpa melanggar aturan-aturan
yang berlaku. Penerapan K3 dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum harus dapat
menunjukkan peningkatan berkelanjutan dalam Unit Kerja/Unit Pelaksana di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dengan mengutamakan prinsip-prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja dalam setiap proses kegiatan, Bahan ajar ini mejelaskan mengenai : latar
belakang timbulnya K3, pengertian K3, dasar hukum dan sanksi K3, kerugian dalam
kecelakaan, K3 pada pekerjaan pembangunan bendungan, sasaran K3 dan Jamsostek serta
tindakan pencegahan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pembangunan Embung Sanda di Kabupaten Tabanan, serta tersusunnya suatu
organisasi pengawasan konstruksi dengan beban tugas pengawasan konstruksi yang
bersifat Task Concept dan memberikan masukan secara periodik kepada Pejabat Pembuat
Komitmen, baik yang bersifat rutin dan teknis maupun usulan-usulan yang sifatnya
menunjang pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan dituangkan dalam laporan.
Sedangkan tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengawasan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan konstruksi.
2. Memberikan laporan, masukan dan saran kepada Direksi maupun Kontraktor
pelaksana mengenai aspek teknis yang harus/ tidak boleh dilaksanakan.
1
3. Memberikan alternatif solusi kepada Direksi/Kontraktor pelaksana, mengenai
permasalahan lapangan.
4. Membuat laporan seluruh kegiatan pengawasan dan hal-hal penting yang terjadi
selama proses konstruksi.

1.3 Lokasi Pekejraan


Lokasi pekerjaan Supervisi Pembangunan Embung Sanda di Kabupaten Tabanan
ini terletak di Desa Sanda Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.

1.4 Waktu Pekerjaan


Kegitan Supervisi Pembangunan Embung Sanda di Kabupaten Tabanan ini
direncanakan ini selama 5 (lima) bulan atau 150 (seratus lima puluh) hari kalender
termasuk mobilisasi, terhitung mulai sejak tanggal mulai kerja pada Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK).

2
BAB II
PENGERTIAN K3

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


K3 adalah Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja, lain-lain.
Memberikan perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang
berhubungan dengan pemindahan bahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja
konstruksi, proses produksi, dan lingkungan sekitar tempat kerja. Ahli K3 Konstruksi
adalah ahli K3 yang mempunyai kompetensi khusus dibidang K3 konstruksi Pekerjaan
umum dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi manajemen K3 konstruksi
ditempat penugasannya, yang dibuktikan dengan sertifikat dari yang berwenang dan sudah
berpengalaman sekurang-kurangnya 2(dua) tahun dalam melaksanakan K3 konstruksi
penyelia bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan anak buahnya, semua karyawan
berkewajiban mematuhi system pengelolaan K3, semua karyawan wajib mendapatkan
pelatihan K3L secukupnya guna mencapai tingkat kesadaran K3L yang memadai untuk
melaksanakan tu gasnya.

2.2 Kecelakaan kerja


Kecelakaan Kerja dalah suatu kejadian tidak diduga (incident) yang mengakibatkan
terganggunya proses pekerjaan/produksi yang direncanakan sebelumnya. Setiap kejadian
kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada Kementerian
Tenaga Kerja & Transmigrasi dan Kementerian Pekerjaan Umum yang menunjukkan
cacatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja dari masing-masing pekerja serta
menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali harus
diperiksa kesehatan fisik dan kesehatan individunya. Demikian pula secara berkala
dilakukan pengecekan kesehatannya pula sesuai dengan resiko-resiko yang ada pada
pekerjaan tersebut. Pekerja dibawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan khusus,
meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur, organisasi untuk keadaan
darurat dan pertolongan pertama harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat
bekerja meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat komunikasi, alat jalur transportasi. Pertolongan pertama jika terjadi
kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan oleh dokter, juru rawat atau
3
seseorang yang sudah terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan(PPPK). Alat-
alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai harus disediakan ditempat kerja dan
dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain, minimal berisi obat
kompres, perban, gauze yang steril, antiseptic, plester, forniquet, gunting, splint dan
perlengkapan gigitan ular. Kereta untuk mengangkut orang sakit(carrying basket) harus
selalu tersedia, jika tenaga kerja dipekerjakan dibawah tanah atau pada keadaan lain, maka
alat penyelamat harus selalu tersedia didekat tempat kerjanya. Alat PPPK ini harus
diperiksa secara teratur dan dijaga supaya tetap berisi kelengkapan minimalnya.,
Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat.

Tabel 2. 1 Petunjuk-petunjuk informasi harus ditempatkan pada tempat-tempat yang


mudah untuk dilihat.

Gambar Keterangan
Gambar ini menunjukan bahwa dilokasi ini banyak
kendaraan berat yang berlalulalang.

Pada gambar ini menunjukan bahwa setiap orang harus


menggunakan sepatu kerja, karena licin.

Pada gambar ini menunjukan bahwa setiap orang harus


menggunakan masker dan kaca mata karena rentang gas
beracun, debu, dll.

Pada gambar ini memberi peringatan sebagai Kawasan


bebas rokok.

Tempat penanganan kesehatan darurat.

4
Gambar Keterangan
Kawasan listrik tegangan tinggi.

2.3 Safe/Aman
Suatu kondisi sumber bahaya telah ter-identifikasi dan telah dikendalikan ke
tingkat yang memadai/aman. Bahaya merupakan kondisi yang telah teridentifikasi melalui
pemeriksaan/kajian dan disimpulkan telah menunjukkan melampaui batas aman. Beberapa
kondisi berbahaya yang berpotensi timbulnya kecelakaan:
1. Pengamanan saat repair yang tidak sempurna
2. Peralatan/bahan/perlengkapan yang tidak aman
3. Kecacatan, ketidak sempurnaan
4. Prosedur dan iklim kerja yang tidak aman
5. Penerangan tidak sempurna
6. Tekanan udara yang tidak aman
7. Getaran yang berbahaya
8. Posisi alat berat saat operasi tidak tepat

Demikian pula beberapa tindakan berbahaya dapat menimbulkan kecelakaan :


1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
4. 4 Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
5. Melakukan Proses dengan tidak aman
6. Posisi atau sikap tubuh tidak aman
7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono / berkelakar, mengagetkan dan
lain-lain.
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
10. Lain-lain.

2.4 Faktor yang memengaruhi Bahaya


5
Faktor yang memengaruhi biaya pelaksanaan K3 pada saat konstruksi di lapangan
antara lain:
‐ Kepadatan Penduduk.
‐ Kebutuhan produk meningkat.
‐ Intensitas dan kapasitas produksi meningkat.
‐ Inovasi teknologi.
‐ Potensi bahaya bertambah banyak.
‐ Kesenjangan dengan upaya penanggulangan.
K3 belum menjadi bagian terintegrasi dalam kegiatan.

6
BAB III
METODOLOGI

3.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Dalam pelaksanaan pekerjaan supervisi ini, Konsultan akan menerapkan proses
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana :
1. Pemborong wajib memberlakukan Penyelenggaraan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahanan Rakyat No. 11/SE/M/2019 tanggal 1
Agustus 2019.
2. Konsultan Supervisi harus menyiapkan dan mewajibkan
pemakaian peralatan safety bagi para Tenaga Ahli/Pengawas Lapangan seperti :
helm, rompi, sepatu, dll sebagai mana tertuang dalam Rencana Anggaran
Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
3. Melakukan Pencegahan Penyebaran COVID-19 dalam
Penyenggaraan Jasa Konstruksi sesuai dengan Instruksi Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat No. 2/IN/M/2020 tanggal 27 Maret 2020 tentang Protokol
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Dalam
Penyenggaraan Jasa Konstruksi.

3.2 Kebijakan Keselamatan Konstruksi (Sumber : Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi)
Dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan, tidak terkecuali dalam pelaksanaan
pekerjaan Supervisi Pembangunan Embung Sanda di Kabupaten Tabanan, sangat penting
untuk memperhatikan aspek keselamatan konstruksi bagi pekerja konstruksi. Hal ini
dimaksudkan agar dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan langkah-langkah penanganan apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan selama pelaksanaan konstruksi. Berikut akan diuraikan mengenai kebijakan
keselamatan konstruksi dan pada sub bab selanjutnya akan diuraikan mengenai rencana
keselamatan dan kesehatan kerja (RK3).

3.2.1 Latar Belakang K3


Lima masalah strategis keselamatan konstruksi, meliputi :
1. Kegiatan konstruksi tidak memperhatikan K3.
7
2. Pengawasan K3 saat kegiatan konstruksi kurang.
3. Tenaga ahli secara kuantitas dan kualitas masih kurang.
4. Petugas K3 yang bersertifikat masih kurang.
5. Regulasi belum mendukung.

Faktor ancaman keselamatan konstruksi, sebagai berikut:

Dampak kecelakaan kerja meliputi:

8
Hubungan investasi keselamatan dan biaya kecelakaan, sebagai berikut:

3.2.2 Kebijakan Keselamatan Konstruksi

9
Peraturan perundangan terkait K3 meliputi:

Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

10
11
Permen PUPR No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

3.2.3 Action Plan Keselamatan Konstruksi

12
3.2.4 Evaluasi Penyebab Kecelakaan Konstruksi

3.3 Penerapan Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019


(Covid-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Di tengah merebaknya pandemi Virus COVID-19 (Corona), Kementerian


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tetap berkomitmen menyelesaikan
pembangunan infrastruktur dalam rangka menjaga keberlanjutan kegiatan ekonomi.
Langkah pencegahan COVID-19 telah dilaksanakan Kementerian PUPR salah satunya
dengan dikeluarkannya Instruksi Menteri (Inmen) No 02/IN/M/2020 tentang Protokol
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi yang ditandatangani pada 27 Maret 2020.

A. Skema Protokol Pencegahan Covid-19 dalam Penyelenggaraan Jasa


Konstruksi
1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID-19
a. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib membentuk Satgas Pencegahan
COVID-19 yang menjadi bagian dari Unit Keselamatan Konstruksi;

b. Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a


dibentuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut;

c. Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a


berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang yang terdiri atas :
1) 1 (satu) Ketua merangkap anggota; dan
2) 4 (empat) Anggota yang mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.

d. Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan


kewenangan untuk melakukan :
1) sosialisasi;

13
2) pembelajaran (edukasi);
3) promosi teknik;
4) metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan;
5) berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID-19
Kementerian PUPR melakukan Identifikasi Potensi Bahaya COVID-
19 di lapangan;
6) pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada
semua pekerja dan tamu proyek;
7) pemantauan kondisi kesehatan pekerja clan pengendalian
mobilisasi/demobilisasi pekerja;
8) pemberian vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas
pekerja;
9) pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan;
10) melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang
positif dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
merekomendasikan dilakukan penghentian kegiatan sementara.

2. Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di Lapangan


a. Satgas Pencegahan COVID-19 berkoordinasi dengan Satgas
Penanggulangan COVID-19 Kementerian PUPR untuk menentukan :
1) Identifikasi potensi risiko lokasi proyek terhadap pusat sebaran
penyebaran COVID-19 di daerah yang bersangkutan;
2) Kesesuaian fasilitas kesehatan di lapangan dengan protokol
penanganan COVID-19 yang dikeluarkan oleh Pemerintah;
3) Tindak lanjut terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

b. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi :


1) Memiliki risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran;
2) Telah ditemukan pekerja yang positif dan/ atau berstatus Pasien
Dalam Pengawasan (PDP); atau
3) Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi/Kepala Daerah telah
mengeluarkan peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara
akibat keadaan kahar;

14
Maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diberhentikan
sementara akibat Keadaaan Kahar.

c. Penghentian Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud


huruf b diatas dilakukan sesuai ketentuan.

d. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan


urgensinya tetap harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan
dampak sosial dan ekonomi dari COVID-19, maka Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi tersebut dapat diteruskan dengan ketentuan :
1) Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
2) Melaksanakan protokol pencegahan COVID-19 dengan disiplin tinggi
dan dilaporkan secara berkala oleh Satgas Pencegahan COVID-19;
3) Menghentikan sementara ketika terjadi angka 2.b.2) di atas untuk
melakukan penanganan sesuai protokol Pemerintah.

3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan


a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik
kesehatan di lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang
memadai, antara lain tabung oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh
(thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan, dan petugas medis;

b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional


perlindungan kesehatan dan pencegahan COVID-19 dengan rumah sakit
dan/ atau pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk tindakan darurat
(emergency);

c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan


antara lain : pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker
dikantor dan lapangan bagi seluruh pekerja dan tamu; dan

d. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin


dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.

4. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di Lapangan

15
a. Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster (flyers) baik digital
maupun fisik tentang himbauan/anjuran pencegahan COVID-19 untuk
disebarluaskan atau dipasang di tempat-tempat strategis di lokasi proyek;

b. Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis harus


menyampaikan penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik
pencegahan COVID-19 dalam setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi hari
(safety morning talk);

c. Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff)


melaksanakan pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja dan
karyawan setiap pagi, siang, dan sore;

d. Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu)


yang terindikasi memiliki suhu tubuh ≥ 38 derajat Celcius datang ke lokasi
pekerjaan;

e. Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan


(PDP) COVID-19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh
Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa paling sedikit 14 hari kerja;

f. Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan


evakuasi dan penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan
peralatan kerja;

g. Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan


penyemprotan disinfektan, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
isolasi tenaga kerja yang pernah melakukan kontak fisik dengan tenaga
kerja yang terpapar telah selesai.

B. Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019


(COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019


(COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dijelaskan dalam bagan
berikut ini.

16
C. Tindak Lanjut Terhadap Kontrak Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
C.1. Penghentian Pekerjaan Sementara
Dalam hal Kontrak Penyelenggaraan Jasa Konstruksi ditetapkan untuk
diberhentikan sementara akibat keadaan kahar, maka diberlakukan
ketentuan:
a. Mekanisme Penghentian Pekerjaan Sementara
1) Pengusulan penghentian sementara dapat dilakukan oleh PPK
dan/atau Penyedia Jasa berdasarkan usulan Satgas Pencegahan
COVID-19 setelah dilakukan Identifikasi Potensi Bahaya
COVID-19 di lapangan;
2) Penghentian sementara sebagaimana dimaksud angka 1) di atas
ditetapkan oleh PPK setelah mendapatkan persetujuan dari
Kasatker/KPA dan Kabalai (untuk Direktorat Jenderal Sumber

17
Daya Air, Direktorat Jenderal Bina Marga, dan Direktorat
Jenderal Cipta Karya) atau oleh Kasatker (untuk Direktorat
Jenderal Perumahan) dan dilaporkan kepada Direktur Jenderal;
3) Waktu penghentian paling sedikit 14 (empat belas) hari kerja
atau sesuai dengan kebutuhan yang disertai dengan laporan
pencegahan dan penanganan COVID-19 di lokasi proyek dan
penetapan keadaan kahar;
4) Dalam hal tidak diatur secara khusus dalam Dokumen Kontrak,
mekanisme penetapan keadaan kahar dan penghentian pekerjaan
sementara akibat dari penanganan COVID-19 maka berlaku
ketentuan :
a) Terpenuhinya ketentuan pada huruf A.2.b tersebut di atas
maka Satgas Pencegahan COVID-19 melaporkan dan
memberikan rekomendasi penghentian pekerjaan
sementara kepada PPK yang disertai dengan dokumen dan
bukti pendukungnya;
b) PPK bersama-sama dengan Satgas Pencegahan COVID-
19, Penyedia Jasa dan Pengawas Pekerjaan melakukan
pembahasan, penelitian dan menyepakati rekomendasi
penghentian pekerjaan sementara akibat keadaan kahar;
c) Berdasarkan hasil kesepakatan bersama tentang
penghentian pekerjaan sementara akibat dari keadaan
kahar sebagaimana dimaksud huruf b) di atas, PPK
melaporkan dan meminta persetujuan penghentian
pekerjaan sementara kepada KPA;
d) PPK menetapkan penghentian pekerjaan sementara sesuai
ketentuan dan menyampaikan secara tertulis kepada
seluruh Penyedia Jasa;
e) Penetapan penghentian pekerjaan sementara akibat dari
keadaan kahar wajib menyebutkan jangka waktu
penghentian pekerjaan sementara;
f) Khusus untuk pekerjaan yang bersifat strategis nasional
sebagai pelaksanaan Perpres/Keppres/Inpres maupun
direktif lainnya, PPK menetapkan penghentian pekerjaan
18
sementara akibat dari keadaan kahar sesuai ketentuan dan
melaporkan untuk mendapatkan persetujuan Menteri
PUPR.

b. Mekanisme Pergantian Spesifikasi


Dalam hal Kontrak Penyelenggaraan Jasa Konstruksi adanya material
dan/atau peralatan dan/atau suku cadang Import dari Negara yang
ditetapkan sebagai negara terjangkit COVID-19 dan atau dari Negara
yang tidak terjangkit dengan COVI0-19 namun proses pengiriman
barang terkendala pada pembatasan jalur pengadaan barang impor di
Indonesia, maka dapat diusulkan untuk pergantian spesifikasi dengan
mekanisme sebagai berikut :
1) Penyedia Jasa menyampaikan kepada PPK kendala pengadaan
dan/atau mobilisasi material dan/atau peralatan dan/atau suku
cadang impor dengan disertai bukti pendukungnya;
2) PPK bersama dengan pengawas pekerjaan dan Penyedia Jasa
melakukan pembahasan, penelitian dan menyepakati perubahan
spesifikasi material dan/atau suku cadang;
3) Berdasarkan hasil kesepakatan bersama tentang perubahan
spesifikasi material dan/atau suku cadang, PPK melaporkan dan
meminta persetujuan pergantian spesifikasi kepada KPA;
4) Dalam rangka penyampaian persetujuan, KPA dapat melakukan
pembahasan Bersama dengan pihak pengeloladan/atau
Pengguna;
5) Atas persetujuan KPA, PPK menyampaikan persetujuan
perubahan spesifikasi secara tertulis kepada Penyedia Jasa;
6) Perubahan spesifikasi material dan/atau suku cadang wajib
mengutamakan produksi dalam negeri.

c. Kompensasi Biaya Upah Tenaga Kerja dan Sub


Kontraktor/Produsen/Pemasok Penghentian sementara tidak
melepaskan hak dan kewajiban Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
terhadap Tenaga Kerja Konstruksi, Subkontraktor, Produsen dan
Pemasok yang terlibat dalam bentuk antara lain :

19
1) Pemenuhan terhadap pembayaran upah Tenaga Kerja
Konstruksi selama masa penghentian sementara; dan
2) Pemenuhan terhadap pembayaran Subkontraktor, Produsen dan
Pemasok selama masa penghentian sementara.

Dalam hal Kontrak Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tetap dilanjutkan


sesuai dengan ketentuan huruf A.2.d tersebut di atas, diberlakukan
ketentuan bahwa pelaksanaan pencegahan dan penanganan COVID-19 di
lapangan dapat diusulkan menjadi biaya tambahan penerapan SMKK sesuai
peruntukannya melalui Adendum Kontrak Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.

Untuk memastikan kewajaran harga Biaya Tambahan sebagaimana


dimaksud pada huruf A.2.d, huruf d.1) dan d.2) tersebut di atas,
Kabalai/Kasatker menyampaikan permohonan kepada Inspektorat
Jenderal/Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) untuk melakukan reviu
usulan pemenuhan terhadap pembayaran upah Tenaga Kerja Konstruksi,
Sub kontraktor, Produsen dan Pemasok selama masa penghentian
sementara.

C.2. Mekanisme Penghentian Pekerjaan Sementara

Mekanisme penghentian pekerjaan sementara dijelaskan melalui bagan


berikut ini.

20
C.3. Mekanisme Pengajuan Pemenuhan Terhadap Pembayaran Upah
Tenaga Kerja Konstruksi dan SubKontraktor/Produsen/Pemasok
selama Masa Penghentian Sementara

Mekanisme pengajuan pemenuhan terhadap pembayaran upah tenaga kerja


konstruksi dan subkontraktor/produsen/pemasok selama masa penghentian
sementara diuraikan dalam tabel berikut.

No. Pengaturan Keterangan


1. Penyebab penghentian a. Memiliki resiko tinggi akibat lokasi proyek
sementara berada di pusat sebaran;
b. Telah ditemukan pekerja yang positif
dan/atau berstatus Pasien Dalam
Pengawasan (PDP); atau
c. Pimpinan

21
No. Pengaturan Keterangan
Kementrian/Lembaga/Instansi/Kepala
Daerah telah mengeluarkan peraturan untuk
menghentikan kegiatan sementara akibat
keadaan kahar.
2. Tahapan :
2.1. Penyedia Jasa a. Menyampaikan usulan perubahan kurva-S
proyek yang berisi usulan rencana
pekerjaan yang dihentian sementara dan
usulan perpanjangan waktu akibat
penghentian sementara yang dibutuhkan;
b. Menyampaikan perkiraan jumlah Tenaga
Kerja, Sub Kontraktor, Produsen dan
Pemasok yang terdampak akibat rencana
pekerjaan yang dihentikan;
c. Menyampaikan analisa harga upah Tenaga
Kerja, Sub Kontraktor, Produsen dan
Pemasok untuk rencana pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b;
d. Melakukan pemenuhan pembayaran upah
Tenaga Kerja, Sub Kontraktor, Produsen
dan Pemasok setelah mendapatkan
persetujuan PPK.
2.2. Pejabat Pembuat a. Mereview usulan perubahan kurva-S
Komitmen proyek yang disampaikan penyedia jasa
terhadap program dan progress pekerjaan
yang telah diselesaikan;
b. Mereview perkiraan jumlah Tenaga Kerja,
Sub Kontraktor, Produsen dan Pemasok
yang terdampak dan analisa harga upah
Tenaga Kerja, Sub Kontraktor, Produsen
dan Pemasok akibat rencana pekerjaan yang
dihentikan.
c. Berdasarkan hasil review tersebut,
dilakukan penyusunan usulan perpanjangan

22
No. Pengaturan Keterangan
waktu dan penambahan biaya untuk
pembayaran upah Tenaga Kerja, Sub
Kontraktor, Produsen dan Pemasok selama
masa penghentian sementara terhadap
kontrak berjalan;
d. Menyampaikan hasil huruf a, b, dan c di
atas dalam lampiran surat usulan kepada
Kabalai/Kasatker;
e. Menginstruksikan kepada Penyedia Jasa
untuk melakukan pemenuhan pembayaran
upah Tenaga Kerja, Sub Kontraktor,
Produsen dan Pemasok.
2.3. Kabalai/Kasatker a. Membentuk Tim Kaji Cepat Balai;
b. Menugaskan Tim Kaji Cepat untuk
mengevaluasi usulan PPK;
c. Menyampaikan hasil evaluasi oleh Tim
Kaji Cepat Balai kepada Dirjen sebagai
laporan;
d. Menyampaikan hasil evaluasi oleh Tim
Kaji Cepat Balai kepada Itjen untuk
permohonan reviu;
e. Menginstruksikan PPK untuk
menindaklanjuti persetujuan atau penolakan
pemenuhan terhadap pembayaran upah
Tenaga Kerja, Sub Kontraktor, Produsen
dan Pemasok selama masa penghentian
sementara berdasarkan hasil evaluasi oleh
Tim Kaji Cepat Balai kepada Itjen untuk
permohonan reviu;
f. Mengawasi pelaksanaan pemenuhan
pembayaran upah Tenaga Kerja, Sub
Kontraktor, Produsen dan Pemasok.
2.4. Direktur Jenderal a. Menerima laporan hasil evaluasi Tim Kaji

23
No. Pengaturan Keterangan
Cepat Balai;
b. Memantau pelaksanaan pemenuhan
pembayaran upah Tenaga Kerja, Sub
Kontraktor, Produsen dan Pemasok.
2.5. Inspektorat Jenderal a. Itjen memberikan rekomendasi atas usulan
pemenuhan pembayaran upah Tenaga
Kerja, Sub Kontraktor, Produsen dan
Pemasok;
b. Itjen melaksanakan reviu terhadap usulan
pemenuhan pembayaran upah Tenaga
Kerja, Sub Kontraktor, Produsen dan
Pemasok yang disampaikan oleh
Kabalai/Kasatker;
c. Menyampaikan hasil reviu kepada Dirjen
dengan tembusan Kabalai/Kasatker.

3.4 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) merupakan bagian
dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi. Keselamatan Konstruksi diartikan segala kegiatan
keteknikan untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan
standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan yang menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja keselamatan publik, harta benda, material, peralatan, konstruksi
dan lingkungan. SMKK ini mengacu kepada peraturan perundang-undangan di antaranya :
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang undang No. 2
tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi serta mengadopsi ISO 45001 : 2018 dengan beberapa
penyesuaian.

Undang-undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, mengamanatkan pada


Pasal 3, bahwa tujuan penyelenggaraan Jasa Konstruksi diantaranya memberikan arah
pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang
kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas. Selain itu
penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada UU tersebut mengamanahkan untuk mewujudkan

24
ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Atas dasar hal tersebut, Pemerintah Pusat diberikan tanggungjawab atas


penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang sesuai dengan standar keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan keberlanjutan (Standar K4) sesuai Pasal 4 ayat (1) huruf c, serta
kewenangan Pemerintah sesuai amanat Pasal 5 ayat (3) dan kemudian bahwa Standar K4
wajib untuk dipenuhi oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sesuai amanat Pasal 59 ayat
(1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

5.1.3.1. Perencanaan Keselamatan Konstruksi

A. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang

Perencanaan Keselamatan Konstruksi meliputi :


1. Identifikasi dan penetapan isu-isu eksternal dan internal;
2. Identifikasi dan penetapan kebutuhan dan harapan pihak yang berkepentingan;
3. Identifikasi bahaya serta penilaian risiko dan peluang keselamatan konstruksi.
Risiko yang dimaksud adalah risiko keselamatan konstruksi untuk menentukan
kebutuhan ahli k3 konstruksi dan/atau petugas keselamatan konstruksi, tidak
untuk menentukan kompleksitas atau segmentasi pasar jasa konstruksi.
4. Identifikasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan dan lainnya;
5. Perencanaan pengendalian risiko.

B. Identifikasi dan Penetapan Isu Eksternal dan Internal


Penyedia Jasa harus mengidentifikasi bahaya dengan mengacu kepada isu-isu
eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi Penyedia Jasa dalam mencapai
sasaran atau hasil yang diharapkan dari SMKK.
1. Isu eksternal seperti :
a. Lingkungan budaya, sosial, politik, hukum, keuangan, teknologi, ekonomi
dan alam serta persaingan pasar, baik internasional, nasional, regional
maupun lokal;
b. Pengenalan pesaing, kontraktor, subkontraktor, pemasok, mitra dan
Penyedia Jasa baru; teknologi baru; undang-undang baru dan pekerjaan
baru;

25
c. Pengetahuan baru tentang produk dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan
keselamatan;
d. Dorongan dan kecenderungan utama yang terkait dengan industri atau
sektor yang berdampak pada penyedia jasa;
e. Hubungan, persepsi, dan nilai pihak eksternal yang berkepentingan;
f. Perubahan terkait dengan hal-hal di atas.

2. Isu internal seperti :


a. Tata kelola, struktur organisasi, peran dan akuntabilitas;
b. Kebijakan, tujuan, dan strategi pencapaiannya;
c. Kemampuan dan pemahaman dalam hal sumber daya, pengetahuan, dan
kompetensi (seperti modal, waktu, sumber daya manusia, proses, sistem,
dan teknologi);
d. Sistem informasi, arus informasi dan proses pengambilan keputusan (baik
formal maupun informal);
e. Pengenalan produk, bahan, layanan, peralatan, perangkat lunak, tempat, dan
peralatan baru;
f. Hubungan persepsi dan nilai-nilai pekerja;
g. Budaya dalam organisasi;
h. Standar, pedoman dan model yang diadopsi oleh penyedia jasa;
i. Bentuk dan tingkat hubungan kontraktual, termasuk, misalnya, kegiatan
yang dialihdayakan;
j. Pengaturan waktu kerja;
k. Kondisi kerja; dan
l. Perubahan yang terkait dengan hal-hal di atas.

C. Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan dan Harapan Pihak yang


Berkepentingan
Penyedia Jasa harus melakukan identifikasi dan penetapan :
1. Pihak-pihak berkepentingan lainnya, selain pekerja, yang dapat mempengaruhi
dan/atau dipengaruhi oleh SMKK;
2. Kebutuhan dan harapan dari dari para pekerja maupun pihak-pihak yang
berkepentingan, termasuk di dalamnya ketentuan peraturan perundang-undangan
dan peraturan lainnya yang terkait;
3. Prosedur identifikasi potensi bahaya, penetapan tingkat risiko dan peluang.

26
Pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Pemerintah (kementerian/lembaga pemerintah pada berbagai tingkatan dan
fungsi, termasuk pemerintah daerah);
2. Pemasok, kontraktor dan sub kontraktor;
3. Perwakilan pekerja;
4. Organisasi pekerja (serikat pekerja) dan organisasi pengusaha;
5. Pemilik, pemegang saham, klien, pengunjung, komunitas lokal dan masyarakat
sekitar serta masyarakat umum;
6. Pelanggan, layanan medis dan layanan masyarakat lainnya, media massa,
akademisi, asosiasi usaha, asosiasi profesi dan organisasi non-pemerintah
(lembaga swadaya masyarakat/LSM);
7. Organisasi yang bergerak di bidang keselamatan dan kesehatan kerja profesional
di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

D. Identifikasi Bahaya serta Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi dan


Peluang Keselamatan Kerja
Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :
1. Peraturan dan prosedur kerja, faktor sosial (termasuk beban kerja, jam kerja,
pelecehan dan intimidasi), kepemimpinan dan budaya dalam organisasi;
2. Kegiatan rutin dan non-rutin, termasuk bahaya yang timbul dari :
a. Kondisi prasarana, peralatan, material, zat berbahaya dan kondisi fisik
tempat kerja;
b. Desain produk dan layanan, penelitian, pengembangan, pengujian, produksi,
perakitan, pengadaan, pemeliharaan dan pembuangan;
c. Faktor manusia;
d. Cara pelaksanaan pekerjaan.
3. Kejadian yang pernah terjadi pada periode sebelumnya, baik dari internal
maupun eksternal organisasi, termasuk keadaan darurat, dan penyebabnya;
4. Potensi keadaan darurat;
5. Faktor manusia, termasuk :
a. Orang yang memiliki akses ke tempat kerja dan/atau kegiatan Pekerjaan
Konstruksi, termasuk pekerja, pengunjung, dan orang lain;
b. Orang di sekitar tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan
Pekerjaan Konstruksi;

27
c. Pekerja di lokasi yang tidak berada di bawah kendali langsung organisasi;
6. Isu lainnya, meliputi :
a. Desain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi
dan organisasi kerja, termasuk kesesuaiannya dengan kebutuhan dan
kemampuan pekerja yang terlibat;
b. Situasi yang terjadi di sekitar tempat kerja yang disebabkan oleh kegiatan
yang berhubungan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali
organisasi;
c. Situasi yang tidak di bawah kendali organisasi dan terjadi di sekitar tempat
kerja yang dapat menyebabkan cedera dan penyakit/kesehatan yang buruk
bagi orang-orang di tempat kerja;
7. Perubahan yang terjadi atau perubahan yang diusulkan terkait organisasi,
operasi, proses, kegiatan dan SMKK;
8. Perubahan ilmu pengetahuan dan informasi tentang bahaya.

E. Penilaian Risiko dan Peluang Keselamatan Konstruksi


Identifikasi bahaya serta penilaian risiko dan peluang keselamatan konstruksi. Risiko
yang dimaksud adalah Risiko Keselamatan Konstruksi untuk menentukan kebutuhan
Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi, tidak untuk
menentukan kompleksitas atau segmentasi pasar Jasa Konstruksi.

Penilaian risiko dan peluang Keselamatan Konstruksi meliputi :


1. Penilaian risiko bahaya yang telah teridentifikasi, dengan mempertimbangkan
keberhasilgunaan pengendalian yang ada;
2. Penentuan dan penilaian risiko lain yang terkait dengan penerapan,
pengoperasian dan pemeliharaan SMKK;
3. Penilaian peluang keselamatan konstruksi untuk meningkatkan kinerja
keselamatan konstruksi, dengan mempertimbangkan perubahan yang
direncanakan terkait organisasi, kebijakan, proses atau kegiatan dan :
a. Peluang untuk menyesuaikan pekerjaan, organisasi kerja dan lingkungan
kerja;
b. Peluang untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko keselamatan
konstruksi.
4. Penilaian peluang lain guna peningkatan SMKK.

28
Metodologi dan kriteria untuk penilaian risiko Keselamatan Konstruksi harus
ditetapkan dengan memperhatikan :
1. Ruang lingkup, sifat dan jangka waktu untuk memastikan bahwa yang dilakukan
adalah lebih bersifat proaktif dari pada reaktif dan digunakan dengan cara yang
sistematis.
2. Kemungkinan terjadinya risiko dan peluang lain untuk Penyedia Jasa sebagai
akibat terjadinya risiko Keselamatan Konstruksi dan peluang Keselamatan
Konstruksi.

F. Perencanaan Pengendalian Risiko


Perencanaan pengendalian risiko meliputi :
1. Jenis tindakan pengendalian risiko :
a. mengatasi risiko dan peluang;
b. mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya;
c. mempersiapkan dan menanggapi situasi darurat.
2. Cara melaksanakan tindakan pengendalian risiko :
a. mengintegrasikan dan menerapkan tindakan ke dalam
b. penerapan SMKK;
c. mengevaluasi keberhasilgunaan tindakan.

Perencanaan tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan :


1. Tingkatan pengendalian dan keluaran dari penerapan SMKK;
2. Praktek terbaik yang pernah dilakukan oleh organisasi lainnya;
3. Teknologi yang digunakan (peralatan, material, metode);
4. Kemampuan keuangan;
5. Kebutuhan operasional dan bisnis.

G. Rencana Tindakan (Sasaran dan Program)


1. Penetapan Sasaran Keselamatan Konstruksi
Sasaran Keselamatan Konstruksi pada setiap fungsi dan tahapan Pekerjaan
Konstruksi harus :
a. konsisten dengan kebijakan Keselamatan Konstruksi;
b. memiliki indikator kinerja yang dapat diukur;
c. memperhitungkan :
 persyaratan yang diterapkan;
 hasil penilaian risiko dan peluang;

29
 hasil konsultasi dengan wakil pekerja, Ahli K3 Konstruksi, Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), atau pihak lain
yang terkait.
d. dilakukan pemantauan;
e. dikomunikasikan; dan
f. dimutakhirkan bila perlu.

2. Program Pencapaian Sasaran Keselamatan Konstruksi


Perencanaan pencapaian sasaran Keselamatan Konstruksi meliputi :
a. kegiatan yang akan dilakukan;
b. sumber daya yang diperlukan;
c. pihak yang bertanggung jawab;
d. jangka waktu pelaksanaan;
e. cara evaluasi hasil pencapaian, termasuk indikator pemantauan;
f. cara mengintegrasikan pencapaian sasaran Keselamatan Konstruksi dengan
kegiatan bisnis Penyedia Jasa.

Dokumen Sasaran Keselamatan Konstruksi dan Perencanaan Pencapaian


Sasaran Keselamatan Konstruksi harus disimpan dan dipelihara sebagai
informasi terdokumentasi.

3.4.1 Operasi Keselamatan Konstruksi


A. Perencanaan Keselamatan Konstruksi
Perencanaan dan pengendalian pelaksanaan meliputi kegiatan :
1. Menetapkan penanggungjawab untuk setiap proses;
2. Menetapkan kriteria untuk proses dengan struktur organisasi proyek;
3. Menerapkan kendali atas proses sesuai dengan kriteria Keselamatan Konstruksi,
publik, peralatan, material dan lingkungan;
4. Memelihara dan menyimpan informasi terdokumentasi yang diperlukan untuk
memastikan bahwa proses telah dilakukan sesuai rencana;
5. Mengadaptasi pekerjaan dengan pekerja.

B. Menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko Keselamatan Konstruksi


Penyedia harus menetapkan, menerapkan dan memelihara suatu proses untuk
menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko SMKK dengan dasar sebagai berikut :

30
1. Menghilangkan bahaya;
2. Penggantian proses, operasi, bahan, atau peralatan dengan yang tidak berbahaya;
3. Melakukan rekayasa teknik;
4. Melakukan pengendalian administrasi; dan
5. Penggunaan alat pelindung diri yang memadai.

C. Pengendalian Operasi
Pengendalian operasi dalam pelaksanaan konstruksi meliputi kegiatan :
1. Analisis Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis)
JSA dilaksanakan pada saat pekerjaan yang berisiko Keselamatan Konstruksi
sedang dan besar, pekerjaan yang jarang dilakukan, dan pekerjaan yang
menggunakan alat khusus, yang diturunkan dari metode kerja konstruksi.

2. Pengelolaan Komunikasi
a. Prosedur induksi Keselamatan Konstruksi
 Pada pekerja baru dan pindahan
 Tamu proyek
 Karyawan

b. Penjelasan Keselamatan Konstruksi berdasarkan kelompok kerja (Tool Box


Meeting)
 Pada pekerjaan yang berisiko besar
 Pada pekerjaan yang jarang dilakukan (bersifat insidentil)

c. Penjelasan bahaya-bahaya Keselamatan Konstruksi (Safety Talk)


Dilakukan setiap hari.

d. Penjelasan umum tentang penerapan Keselamatan Konstruksi di lapangan


(General Safety Talk)
Bulanan.

e. Rapat Mingguan Keselamatan Konstruksi (Weekly Safety Meeting)

f. Pengelolaan Rambu-rambu, Spanduk Keselamatan Konstruksi, dan Bendera


Keselamatan Konstruksi.

3. Pengelolaan Izin Kerja Khusus


Pengelolaan pekerjaan khusus dilakukan untuk pekerjaan yang memerlukan izin
antara lain :

31
a. Pekerjaan di ketinggian;
b. Pekerjaan menggunakan perancah;
c. Pekerjaan pengangkatan;
d. Pekerjaan di ruang tertutup terbatas;
e. Pekerjaan menyelam (diving);
f. Pekerjaan dingin (cold work);
g. Pekerjaan di atas air;
h. Pekerjaan pancang;
i. Pekerjaan di tempat yang mengeluarkan panas;
j. Pekerjaan yang menggunakan bahan peledak;
k. Pekerjaan dengan menggunakan radiography (x-ray);
l. Pekerjaan bertegangan listrik (electrical work); dan
m. Pekerjaan penggalian atau kedalaman (excavation work).

4. Pengelolaan Alat Pelindung Diri dan Alat Pelindung Kerja


Pengelolaan alat pelindung diri dan alat pelindung kerja meliputi :
a. Penilaian kebutuhan alat pelindung diri dan alat pelindung kerja yang sesuai
dengan jenis pekerjaan dan bahaya yang timbul;
b. Penyediaan alat pelindung diri dan alat pelindung kerja dengan jumlah yang
memadai;
c. Evaluasi kepatuhan terhadap penggunaan dan perawatan alat pelindung diri
dan alat pelindung kerja; dan
d. Pelaksanaan pelatihan untuk pekerja konstruksi yang terkait dengan fungsi,
manfaat, penggunaan, dan perawatan alat pelindung diri dan alat pelindung
kerja.

5. Pengelolaan Lingkungan Kerja


Pengelolaan lingkungan kerja meliputi :
a. Pengelolaan lingkungan kerja yang sekurang-kurangnya terdiri atas
pengendalian debu, kebisingan, getaran, pencahayaan, kualitas dan
kuantitas udara kerja, radiasi, faktor kimia dan biologi, serta kebersihan
lingkungan kerja;
b. Identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan, dan penyimpanan alat-alat
pemeriksaan, ukur, dan uji lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan dan standar yang berlaku; dan

32
c. Pengelolaan tata graha (housekeeping) tempat kerja yang sekurang-
kurangnya terdiri atas kebersihan, kerapihan, tata letak, dan sanitasi.

6. Pengelolaan Kesehatan Kerja


Pengelolaan kesehatan kerja meliputi :
a. Pengelolaan kesehatan kerja dalam rangka mencegah terjadinya sakit dan
penyakit akibat kerja serta menciptakan budaya hidup bersih dan sehat;
b. Pemeriksaan awal dan pemantauan berkala kesehatan pekerja yang terpapar
bahaya kesehatan di tempat kerja;
c. Pengelolaan dan pengembangan kegiatan kesehatan di tempat kerja yang
bersifat promosi, pencegahan, penyembuhan, dan rehabilitasi;
d. Pengelolaan makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan pekerja,
mencegah kasus keracunan, dan memastikan asupan gizi yang memadai
untuk makanan dan minuman yang disediakan oleh Penyedia Jasa;
e. Penyediaan dan/atau kerja sama pelayanan kesehatan pekerja termasuk
dokter untuk memeriksa kesehatan pekerja.

7. Pengelolaan Perlindungan Sosial Tenaga Kerja


Pengelolaan perlindungan sosial tenaga kerja meliputi penetapan dan
pelaksanaan program perlindungan sosial tenaga kerja sesuai dengan aturan
yang berlaku.

8. Pengelolaan Keselamatan Instalasi


Pengelolaan Keselamatan Instalasi meliputi :
a. Instalasi kelistrikan;
b. Instalasi hidrolik;
c. Instalasi pneumatik;
d. Instalasi bahan bakar cair;
e. Instalasi gas;
f. Instalasi air;
g. Instalasi proteksi kebakaran; dan
h. Instalasi komunikasi.

9. Pemeliharaan dan Perawatan Sarana, Prasarana, dan Peralatan

33
Pemeliharaan dan perawatan sarana, prasarana, dan peralatan sekurang-
kurangnya meliputi :
a. Penetapan program dan jadwal pemeliharaan dan perawatan secara berkala;
b. Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan sesuai dengan program dan
jadwal;
c. Penyediaan peralatan yang sesuai dan layak untuk pelaksanaan;
d. Pemeliharaan dan perawatan;
e. Pengujian kelayakan secara berkala terhadap sarana, prasarana dan
peralatan;
f. Kebersihan barak pekerja, kantin, dan toilet.

10. Pengamanan Lingkungan Kerja


a. Pengamanan lingkungan kerja meliputi antisipasi dan perlindungan
terhadap ancaman dan/atau gangguan keamanan dalam berbagai bentuk,
seperti huru hara dan anarkisme, tindak kriminal, termasuk terorisme;
b. Pengamanan lingkungan kerja sekurang-kurangnya terdiri dari :
 Penyediaan petugas pengamanan yang kompeten dan memadai;
 Penyediaan pos pengamanan, pagar pengaman proyek dan
peralatan/perlengkapan yang memadai;
 Sosialisasi dalam rangka peningkatan pemahaman kepada pekerja
tentang pentingnya keamanan pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
 Koordinasi dan pelaporan kepada pihak berwenang;
 Penyediaan akses bantuan keamanan dari pihak berwenang; dan
 Kartu identitas pekerja.

11. Inspeksi Keselamatan Konstruksi


Inspeksi Keselamatan Konstruksi paling sedikit diantaranya :
a. Prosedur inspeksi Keselamatan Konstruksi
 Inspeksi harian
 Inspeksi mingguan
 Inspeksi bulanan
b. Prosedur sebelum peralatan digunakan (preused procedure)
c. Prosedur pemeriksaan alat pelindung diri

12. Manajemen Perubahan

34
a. Perubahan pelaksanaan dan pengendalian Keselamatan Konstruksi yang
meliputi perubahan dan/atau penggantian produk, layanan dan proses
termasuk :
 Lokasi dan lingkungan tempat kerja;
 Organisasi kerja;
 Kondisi kerja;
 Peralatan; dan
 Tenaga kerja.
b. Perubahan tersebut dilakukan terkait dengan :
 Perubahan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yang terkait;
 Perubahan ilmu pengetahuan atau informasi tentang risiko keselamatan
konstruksi; dan/atau
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Perubahan tersebut termasuk peninjauan ulang atas konsekuensi dan
tindakan yang diperlukan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan.

13. Pengendalian Rantai Pasok


a. Penyedia jasa harus mengordinasikan dengan sub penyedia jasa terkait
proses pengadaan alat, material, dan jasa untuk identifikasi bahaya dan
pengendalian risiko Keselamatan Konstruksi yang meliputi kegiatan
pemasokan dan penyediaan jasa yang berdampak pada Penyedia Jasa,
pekerja pemasok, sub penyedia jasa dan pihak lain yang berkepentingan.
b. Dalam pengadaan oleh subpenyedia jasa, Penyedia Jasa harus memastikan :
 Kriteria Keselamatan Konstruksi telah dimuat dalam dokumen
pemilihan sub penyedia jasa; dan
 Persyaratan SMKK dipenuhi oleh sub penyedia jasa dan para
pekerjanya.
c. Pengadaan melalui alih daya (outsourcing)
Alih daya oleh Penyedia Jasa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan peraturan lainnya yang terkait.

14. Pengelolaan Rekayasa Lalu Lintas


Pengelolaan rekayasa lalu lintas meliputi :

35
a. Mengidentifikasi kepadatan lalu lintas di sekitar lokasi proyek.
b. Membuat rencana rekayasa lalu lintas serta menyiapkan petugas lalu lintas
(flag man), jika dibutuhkan dapat berkoordinasi dengan aparat terkait.
c. Memasang rambu-rambu lalu lintas sesuai ketentuan/standar yang berlaku.
d. Menggunakan Alat Pelindung Kerja (APK) yang sesuai dengan kondisi
lingkungan dan jenis pekerjaan.
e. Melaksanakan manajemen dan keselamatan lalu lintas sesuai dengan
peraturan perundangan.
3.4.2 Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat
A. Kesiapan Terhadap Kondisi Darurat
Kesiapan terhadap kondisi darurat meliputi :
1. Menetapkan rencana untuk menanggapi keadaan darurat, yang sekurang-
kurangnya mencakup :
a. Penyediaan tim tanggap darurat yang memadai, kompeten, dengan
pembagian peran dan tanggung jawab yang jelas, dan selalu siaga;
b. Penyediaan sarana dan prasarana keadaan darurat yang memadai dan selalu
siap digunakan;
c. Penyediaan ruang pusat kendali darurat yang dilengkapi dengan peta, papan
tulis, jam, daftar nama dan nomor kontak anggota tim, nomor pihak lain
yang terkait, serta
d. Peralatan komunikasi dua arah;
e. Penyediaan akses bantuan dari pihak luar apabila diperlukan dalam
penanganan keadaan darurat;
f. Penyelidikan kejadian keadaan darurat termasuk perkiraan kerugian dan
pelaporan;
g. Pemulihan pasca penanganan keadaan darurat yang sekurang-kurangnya
mencakup penyediaan tim pemulihan, pembersihan lokasi, operasi
pemulihan, dan laporan pemulihan pasca penanganan keadaan darurat;
h. Penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada kecelakaan (p3k),
sekurang-kurangnya terdiri atas :
 Penyediaan petugas p3k yang kompeten;
 Penyediaan peralatan p3k yang memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan

36
 Pencatatan penggunaan peralatan p3k.
2. Memberikan pelatihan tanggap darurat yang telah direncanakan;
3. Menguji dan melatih kemampuan tanggap darurat yang direncanakan secara
berkala;
4. Mengomunikasikan informasi yang terkait kepada semua pekerja tentang tugas
dan tanggung jawabnya;
5. Mengomunikasikan informasi yang terkait kepada sub penyedia jasa dan
pemasok, pengunjung, pihak terkait layanan tanggap darurat, pihak berwenang,
dan masyarakat sekitar.

B. Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat


Tanggapan terhadap kondisi darurat meliputi :
1. Mengambil tindakan untuk mengendalikan dan memperbaiki kondisi darurat;
2. Memperhitungkan konsekuensi dari kondisi darurat tersebut;
3. Mengevaluasi, dengan melibatkan partisipasi pekerja dan keterlibatan pihak
berkepentingan yang terkait lainnya;
4. Perlu melakukan tindakan korektif untuk menghilangkan penyebab kondisi
darurat dengan :
a. Menyelidiki kejadian atau meninjau ketidaksesuaian;
b. Menentukan penyebab kejadian atau ketidaksesuaian; dan
c. Memperhitungkan kejadian dan ketidaksesuaian yang pernah terjadi, jika
ada.
5. Menentukan dan mengimplementasikan tindakan yang diperlukan, termasuk
tindakan korektif, sesuai dengan tingkat pengendalian dan manajemen
perubahan;
6. Menilai risiko keselamatan konstruksi yang terkait dengan bahaya baru atau
yang berubah, sebelum mengambil tindakan;
7. Meninjau keefektifan tindakan-tindakan yang pernah diambil, termasuk tindakan
korektif.

C. Penyelidikan Kejadian Kondisi Darurat


1. Penyelidikan kejadian kondisi darurat meliputi :
a. Pelaporan awal;
b. Pengamanan lokasi dan barang bukti di tempat kejadian;
c. Pembentukan tim penyelidik

37
d. Melakukan penyelidikan yang terdiri atas:
 Pengumpulan data dan informasi;
 Evaluasi dan analisis;
 Penyusunan kesimpulan dan rekomendasi;
 Tindak lanjut hasil penyelidikan;
 Pelaporan dan dokumentasi hasil penyelidikan;
 Komunikasi hasil penyelidikan.
2. Penyedia Jasa harus melaporkan kecelakaan berat, kasus kematian, dan kejadian
berbahaya kepada pihak-pihak terkait (Dinas Ketenagakerjaan, Komite
Keselamatan Konstruksi, dll) dalam waktu 2 x 24 jam untuk dilakukan
penyelidikan lebih lanjut.

3.4.3 Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi


A. Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemantauan, Pengukuran, Analisis dan Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja Keselamatan Konstruksi meliputi kegiatan pemantauan,
pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja.

Penyedia Jasa harus menetapkan :


a. Hal-hal yang perlu dipantau dan diukur yang meliputi :
 Tingkat kepatuhan pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan peraturan lain;
 Penanganan terkait dengan bahaya, risiko, dan peluang yang
teridentifikasi;
 Pencapaian tujuan keselamatan konstruksi; dan
 Tingkat hasil guna pengendalian dan pelaksanaan.
b. Metode pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja;
c. Kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja keselamatan
konstruksi;
d. Waktu pemantauan, pengukuran, analisis, dan evaluasi, serta pelaporan;
e. Prosedur pengukuran kinerja keselamatan konstruksi.

2. Evaluasi Kepatuhan
Evaluasi kepatuhan dilakukan dengan cara :

38
a. Menentukan frekuensi dan metode evaluasi kepatuhan;
b. Mengevaluasi kepatuhan dan mengambil tindakan jika diperlukan;
c. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi (stop working) jika
ditemukan hal yang membahayakan.
d. Mengisi lembar penghentian pekerjaan yang ditandatangani oleh pihak-
pihak berwenang yang ditunjuk oleh pimpinan tertinggi penyedia jasa.
e. Menjaga pengetahuan dan pemahaman tentang status kepatuhannya; dan
f. Menyimpan informasi terdokumentasi hasil evaluasi kepatuhan.

3. Audit Internal
a. Penyedia Jasa harus melakukan audit internal untuk memberikan informasi
apakah SMKK telah diterapkan sesuai dengan persyaratan, kebijakan dan
tujuan Keselamatan Konstruksi, dan telah ditetapkan serta dipelihara secara
efektif.
b. Audit internal wajib dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
jangka waktu 1 (satu) siklus Pekerjaan Konstruksi. Kegiatan dalam
pelaksanaan audit internal, meliputi :
 Merencanakan, menetapkan, menerapkan dan memelihara program
audit, termasuk frekuensi, metode, tanggung jawab, konsultasi,
persyaratan perencanaan dan pelaporan, serta hasil audit internal
sebelumnya;
 Menentukan kriteria dan ruang lingkup audit untuk setiap kali
pelaksanaan audit;
 Memilih dan menetapkan auditor yang kompeten, objektif dan tidak
memihak;
 Memastikan bahwa hasil audit dilaporkan kepada pimpinan yang
berwenang; pekerja, dan perwakilan pekerja (jika ada), serta pihak
terkait lainnya;
 Mengambil tindakan untuk mengatasi ketidaksesuaian guna
meningkatkan kinerja Keselamatan Konstruksi;
 Menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti pelaksanaan
program audit dan hasil audit.

B. Tinjauan Manajemen

39
1. Pimpinan Penyedia Jasa harus melakukan kaji ulang sistem manajemen
Keselamatan Konstruksi untuk memastikan keberlanjutan, kesesuaian,
kecukupan dan keefektifannya.
2. Kaji ulang manajemen wajib dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
jangka waktu siklus Pekerjaan Konstruksi.
3. Prosedur tinjauan manajemen.
4. Kaji ulang manajemen harus mencakup :
a. Perubahan dalam isu eksternal dan internal yang terkait dengan sistem
manajemen Keselamatan Konstruksi, termasuk :
 Kebutuhan dan harapan pihak yang berkepentingan;
 Ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya;
 Risiko dan peluang;
b. Tingkat pencapaian kebijakan dan tujuan Keselamatan Konstruksi;
c. Informasi tentang kinerja Keselamatan Konstruksi, termasuk tren dalam :
 Kejadian, ketidaksesuaian, tindakan korektif dan perbaikan
berkelanjutan;
 Pemantauan dan hasil pengukuran;
 Hasil evaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan
peraturan lainnya;
 Hasil audit;
 Konsultasi dan partisipasi pekerja; dan
 Risiko dan peluang.
d. Kecukupan sumber daya untuk memelihara SMKK yang efektif;
e. Komunikasi dengan pihak yang berkepentingan;
f. Peluang untuk peningkatan berkelanjutan.
5. Keluaran kaji ulang manajemen harus mencakup keputusan :
a. Kesesuaian berkelanjutan, kecukupan dan efektivitas SMKK dalam
pencapaian hasil yang diharapkan;
b. Peluang peningkatan berkelanjutan;
c. Kebutuhan untuk perubahan SMKK;
d. Sumber daya yang dibutuhkan;
e. Tindakan yang diperlukan;
f. Peluang untuk meningkatkan integrasi SMKK dengan proses bisnis lainnya;

40
g. Implikasi untuk arah strategis bagi Penyedia Jasa.
6. Kaji ulang manajemen harus disimpan sebagai informasi terdokumentasi sebagai
bukti telah dilaksanakannya tinjauan manajemen.
7. Hasil tinjauan manajemen harus dikomunikasikan kepada pekerja, dan
perwakilan pekerja (jika ada).

C. Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi


Penyedia Jasa harus meningkatkan kesesuaian, kecukupan dan keefektifan SMKK
secara berkesinambungan melalui upaya :
1. Meningkatkan kinerja Keselamatan Konstruksi;
2. Mempromosikan budaya SMKK;
3. Mempromosikan partisipasi pekerja dalam melaksanakan tindakan untuk
perbaikan secara berkesinambungan pada SMKK;
4. Mengkomunikasikan hasil peningkatan berkesinambungan yang terkait kepada
para pekerja dan perwakilan pekerja; dan
5. Memelihara dan menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti
peningkatan berkesinambung.

41
BAB IV
KEGIATAN K3

4.1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko


Mengidentifikasi bahaya dan pengendalian risiko terhadap aktivitas pengawasan
pelaksanaan konstruksi yang dapat dilihat pada table berikut

Tabel 4. 1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko


Uraian Identifikasi
No Dampak/Risiko Pengendalian Risiko
Kegiatan Bahaya
Pekerjaan ‐ Lokasi lapangan ‐ Terjadi ‐ Perlu diatur kendaraan
Mobilisasi dan banyak kendaraan kemacetan yang akan ke proyek
Demobilisasi yang berlalulalang disekitar lokasi dan ke luar proyek
Pembersihan ‐ Lokasi lapangan ‐ Pekerja atau ‐ Buldozer memiliki
dan Pengupasan licin saat musim masyarakat SILO
hujan sekitar terpeleset ‐ Operator kompetensi
‐ Lokasi lapangan tanah licin memiliki SIO
berdebu saat ‐ Pekerja atau ‐ Pemasangan rambu-
musim kemarau masyarakat rambu K3 dan safety
‐ Tertabrak sekitar sesak line untuk batas kerja
buldozer nafas terkena ‐ Pengawasan operasi
debu buldozer
‐ Pekerja atau ‐ Pemasangan lampu
masyarakat hazard
sekitar terluka ‐ Penempatan flagman
tertabrak ‐ Penggunaan APD
buldozer (helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
‐ Penyiraman area kerja
untuk mengurangi debu
Kistdam ‐ Lokasi lapangan ‐ Pekerja atau ‐ Pemasangan rambu-
licin saat musim masyarakat rambu K3 dan safety
hujan sekitar terpeleset line untuk batas kerja
‐ Lokasi lapangan tanah licin ‐ Penggunaan APD
berdebu saat ‐ Pekerja atau (helm, rompi, sarung
musim kemarau masyarakat tangan, masker, dan
‐ Terluka sekitar sesak sepatu boats safety)
nafas terkena ‐ Penyiraman area kerja
debu untuk mengurangi debu
‐ Pekerja atau
masyarakat
sekitar terluka
terkena alat berat
Pengeringan ‐ Lokasi lapangan ‐ Pekerja atau ‐ Pemasangan rambu-
(Dewatering) licin saat musim masyarakat rambu K3 dan safety

42
Uraian Identifikasi
No Dampak/Risiko Pengendalian Risiko
Kegiatan Bahaya
hujan sekitar terpeleset line untuk batas kerja
‐ Lokasi lapangan tanah licin ‐ Penggunaan APD
berdebu saat ‐ Pekerja atau (helm, rompi, sarung
musim kemarau masyarakat tangan, masker, dan
sekitar sesak sepatu boats safety)
nafas terkena ‐ Penyiraman area kerja
debu untuk mengurangi debu
Galian Tanah ‐ Tanah hasil galian ‐ Pekerja terkena ‐ Excavator memiliki
Biasa (Dengan longsor timbunan tanah SILO
Alat) ‐ Terkena swing yang longsor ‐ Operator kompetensi
excavator ‐ Pekerja terluka / memiliki SIO
‐ Menghirup cidera karena ‐ Pemasangan rambu-
debu/tanah hasil swing excavator rambu K3 dan safety
galian. ‐ Sesak nafas line untuk batas kerja
akibat menghirup ‐ Pengawasan operasi
debu / tanah hasil excavator
galian ‐ Pemasangan lampu
hazard
‐ Penempatan flagman
‐ Penggunaan APD
(helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
Galian Tanah ‐ Tanah hasil galian ‐ Pekerja terkena ‐ Pemasangan rambu-
Biasa (Manual) longsor timbunan tanah rambu K3 dan safety
‐ Terkena alat galia yang longsor line untuk batas kerja
(cangkul,sekop) ‐ Pekerja terluka / ‐ Pengawasan operasi
‐ Menghirup cidera karena alat excavator
debu/tanah hasil galian (cangkul) ‐ Penempatan flagman
galian. ‐ Sesak nafas ‐ Penggunaan APD
akibat menghirup (helm, rompi, sarung
debu / tanah hasil tangan, masker, dan
galian sepatu boats safety)
Galian Tanah ‐ Tanah hasil galian ‐ Pekerja terkena ‐ Pemasangan rambu-
Keras (Manual) longsor timbunan tanah rambu K3 dan safety
‐ Terkena alat galia yang longsor line untuk batas kerja
(cangkul,sekop) ‐ Pekerja terluka / ‐ Pengawasan operasi
‐ Menghirup cidera karena alat excavator
debu/tanah hasil galian (cangkul) ‐ Penempatan flagman
galian. ‐ Sesak nafas Penggunaan APD (helm,
akibat menghirup rompi, sarung tangan,
debu / tanah hasil masker, dan sepatu boats
galian safety)
Timbunan ‐ Lokasi lapangan ‐ Pekerja sesak ‐ Pemasangan rambu-
Tanah Kembali berdebu saat nafas terkena rambu K3 dan safety
Dipadatakan musim kemarau debu Pekerja line untuk batas kerja
‐ Terkena alat terkena alat ‐ Penggunaan APD

43
Uraian Identifikasi
No Dampak/Risiko Pengendalian Risiko
Kegiatan Bahaya
pemadatan pemadatan (helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
‐ Penyiraman area kerja
untuk mengurangi debu
Pekerjaan ‐ Lokasi lapangan ‐ Pekerja sesak ‐ Pemasangan rambu-
Timbunan Pasir berdebu saat nafas terkena rambu K3 dan safety
musim kemarau debu line untuk batas kerja
‐ Penggunaan APD
(helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
‐ Penyiraman area kerja
untuk mengurangi debu
10 Pasangan Batu ‐ Tertimpa batu ‐ Luka karena ‐ Pemasangan rambu-
Kali 1:4 ‐ Lokasi lapangan tetimpa batu rambu K3 dan safety
berdebu saat ‐ Pekerja sesak line untuk batas kerja
musim kemarau nafas terkena ‐ Penggunaan APD
‐ Terkena adukan debu (helm, rompi, sarung
‐ Luka karena tangan, masker, dan
adukan sepatu boats safety)
‐ Penyiraman area kerja
untuk mengurangi debu
11 Plesteran 1:3 ‐ Terkena ‐ Pekerja ‐ Pemasangan rambu-
campuran mengalami iritasi rambu K3 dan safety
plesteran kulit karena line untuk batas kerja
‐ Terjatuh dari terkena campuran ‐ Penggunaan APD
ketinggian plesteran (helm, rompi, sarung
‐ Pekerja terluka / tangan, masker, dan
cidera patah sepatu boats safety)
tulang
12 Pekerjaan ‐ Terkena ‐ Pekerja ‐ Pemasangan rambu-
Acian campuran acian mengalami iritasi rambu K3 dan safety
‐ Terjatuh dari kulit karena line untuk batas kerja
ketinggian terkena campuran ‐ Penggunaan APD
acian (helm, rompi, sarung
‐ Pekerja terluka / tangan, masker, dan
cidera patah sepatu boats safety)
tulang
13 Siaran 1:2 ‐ Terkena ‐ Pekerja ‐ Pemasangan rambu-
campuran siaran mengalami iritasi rambu K3 dan safety
‐ Terjatuh dari kulit karena line untuk batas kerja
ketinggian terkena campuran ‐ Penggunaan APD
siaran (helm, rompi, sarung
‐ Pekerja terluka / tangan, masker, dan
cidera patah sepatu boats safety)
tulang

44
Uraian Identifikasi
No Dampak/Risiko Pengendalian Risiko
Kegiatan Bahaya
14 Geomembran ‐ Lokasi lapangan ‐ Pekerja atau Pemasangan rambu-
licin saat musim masyarakat rambu K3 dan safety line
hujan sekitar terpeleset untuk batas kerja
‐ Lokasi lapangan tanah licin Penggunaan APD (helm,
berdebu saat ‐ Pekerja atau rompi, sarung tangan,
musim kemarau masyarakat masker, dan sepatu boats
Terkena alat berat sekitar sesak safety)
nafas terkena
debu
‐ Pekerja terluka /
cidera

15 Pekerjaan ‐ Terkena ‐ Pekerja ‐ Pemasangan rambu-


Beton campuran beton mengalami iritasi rambu K3 dan safety
‐ Terkena mesin kulit karena line untuk batas kerja
pencampur beton terkena campuran ‐ Penggunaan APD
beton (helm, rompi, sarung
‐ Perkerja terluka / tangan, masker, dan
cidera sepatu boats safety)
16 Pekerjaan ‐ Terkena ‐ Pekerja ‐ Pemasangan rambu-
Beton Tumbuk campuran beton mengalami iritasi rambu K3 dan safety
‐ Terkena mesin kulit karena line untuk batas kerja
pencampur beton terkena campuran ‐ Penggunaan APD
beton (helm, rompi, sarung
‐ Perkerja terluka / tangan, masker, dan
cidera sepatu boats safety)
17 Pekerjaan ‐ Terjatuh dari ‐ Pekerja terluka / ‐ Pemasangan rambu-
Bekisting ketinggian cidera patah rambu K3 dan safety
‐ Terkena bekisting tulang line untuk batas kerja
‐ Pekerja terluka / ‐ Penggunaan APD
tergores bekisting (helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
18 Pekerjaan ‐ Terkena besi ‐ Pekerja terluka / ‐ Pemasangan rambu-
Penulangan ‐ Terjatuh dari tergores besi rambu K3 dan safety
ketinggian tajam line untuk batas kerja
‐ Pekerja terluka / ‐ Penggunaan APD
cidera patah (helm, rompi, sarung
tulang tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
19 Pemasangan ‐ Lokasi berdebu ‐ Pekerja sesak ‐ Penggunaan APD
Paving Blok t = pada saat musim terkena debu (helm, rompi, sarung
6 cm kemarau ‐ Kaki tertimpa tangan, masker, dan
‐ Terkena paving paving yang sepatu boats safety)
yang terjatuh terjatuh ‐ Penyiraman area kerja
untuk mengurangi debu
20 Pemasangan ‐ Tekena besi ‐ Pekerja terluka / ‐ Pemasangan rambu-

45
Uraian Identifikasi
No Dampak/Risiko Pengendalian Risiko
Kegiatan Bahaya
Pagar Keliling tergores besi rambu K3 dan safety
BRC tajam line untuk batas kerja
‐ Penggunaan APD
(helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
21 Pekerjaan ‐ Bau cat ‐ Pekerja sesak ‐ Penggunaan APD
Pengecatan menyengat menghirup bau (helm, rompi, sarung
Besi cat tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
22 Pekerjaan ‐ Cairan coating ‐ Pekerja terpapar ‐ Penggunaan APD
Waterproofing berceceran cairan coating (helm, rompi, sarung
‐ Cairan coating ‐ Mata terkena tangan, masker, dan
memiliki bahan percikan cairan sepatu boats safety)
kimia yang coating
berbahaya
23 Pekerjaan ‐ Terkena alat ‐ Pekerja terluka / ‐ Penggunaan APD
Waterstop pemasangan tergores benda (helm, rompi, sarung
waterstop tajan tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
24 Pekerjaan ‐ Terkena besi ‐ Pekerja terluka / ‐ Pemasangan rambu-
Reiling tergores besi rambu K3 dan safety
tajam line untuk batas kerja
‐ Penggunaan APD
(helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
25 Pekerjaan ‐ Terkena kawat ‐ Pekerja terluka / ‐ Pemasangan rambu-
Kawat Berduri tergores kawat rambu K3 dan safety
tajam line untuk batas kerja
‐ Penggunaan APD
(helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
26 Pekerjaan ‐ Lokasi lapangan ‐ Pekerja sesak ‐ Pemasangan rambu-
Penanaman berdebu saat nafas terkena rambu K3 dan safety
Rumput musim kemarau debu line untuk batas kerja
‐ Penggunaan APD
(helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
‐ Penyiraman area kerja
untuk mengurangi debu
27 Pekerjaan ‐ Lokasi lapangan ‐ Pekerja sesak ‐ Pemasangan rambu-
Penanaman berdebu saat nafas terkena rambu K3 dan safety
Pohon musim kemarau debu line untuk batas kerja
‐ Penggunaan APD

46
Uraian Identifikasi
No Dampak/Risiko Pengendalian Risiko
Kegiatan Bahaya
(helm, rompi, sarung
tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
‐ Penyiraman area kerja
untuk mengurangi debu
28 Pekerjaan Pintu ‐ Terkena alat ‐ Pekerja terluka / ‐ Penggunaan APD
Penutup Plat pemasangan pintu tergores benda (helm, rompi, sarung
Baja penutp plat baja tajan tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
29 Pekerjaan Pipa ‐ Terkena alat ‐ Pekerja terluka / ‐ Penggunaan APD
GIP pemasangan pipa tergores benda (helm, rompi, sarung
GIP tajan tangan, masker, dan
sepatu boats safety)
30 Pekerjaan ‐ Terkena alat ‐ Pekerja terluka / ‐ Penggunaan APD
Aksesoris Pipa pemasangan tergores benda (helm, rompi, sarung
GIP aksesoris pipa tajan tangan, masker, dan
sepatu boats safety)

4.2 Sasaran dan Program Pengawasan


Berdasarkan identifikasi bahaya dan pengendalian risiko terhadap aktivitas
pengawasan pelaksanaan kontstruksi dapat dibuat sasaran dan program pengawasan.

Tabel 4. 2 Sasatran dan Program Pengawasan


No Uraian Kegiatan Sasaran Program Pengawasam
Pekerjaan ‐ Tidak terjadi kemacetan ‐ Memastikan metode
Mobilisasi dan di sekitar lokasi proyek pelaksanaan yang disepakati
Demobilisasi dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
Pembersihan dan ‐ Pekerja tidak terpeleset ‐ Memastikan metode
Pengupasan karena tanah licin pelaksanaan yang disepakati
‐ Pekerja tidak sesak dilaksanakan dengan baik
nafas karena menghirup ‐ Memastikan pekerja
debu mengikuti prosedur yang
‐ Pekerja tidak tertabrak sudah ditetapkan
buldozer ‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis

47
No Uraian Kegiatan Sasaran Program Pengawasam
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
Kistdam ‐ Pekerja tidak terpeleset ‐ Memastikan metode
karena tanah licin pelaksanaan yang disepakati
‐ Pekerja tidak sesak dilaksanakan dengan baik
nafas karena menghirup ‐ Memastikan pekerja
debu mengikuti prosedur yang
‐ Pekerja tidak terkena sudah ditetapkan
alat berat ‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
Pengeringan ‐ Pekerja tidak terpeleset ‐ Memastikan metode
(Dewatering) karena tanah licin pelaksanaan yang disepakati
‐ Pekerja tidak sesak dilaksanakan dengan baik
nafas karena menghirup ‐ Memastikan pekerja
debu mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
Galian Tanah ‐ Galian tidak terjadi ‐ Memastikan metode
Biasa (Dengan longsor pelaksanaan yang disepakati
Alat) ‐ Pekerja tidak terluka dilaksanakan dengan baik
karena terkena swing ‐ Memastikan pekerja
excavator mengikuti prosedur yang
‐ Pekerja tidak sesak sudah ditetapkan
nafas karena menghirup ‐ Memastikan metode
debu pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
Galian Tanah ‐ Galian tidak terjadi ‐ Memastikan metode
Biasa (Manual) longsor pelaksanaan yang disepakati
‐ Pekerja tidak terluka dilaksanakan dengan baik
karena terkena terkena ‐ Memastikan pekerja
alat galian mengikuti prosedur yang
‐ Pekerja tidak sesak sudah ditetapkan
nafas karena menghirup ‐ Memastikan metode
debu pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
Galian Tanah ‐ Galian tidak terjadi ‐ Memastikan metode
Keras (Manual) longsor pelaksanaan yang disepakati

48
No Uraian Kegiatan Sasaran Program Pengawasam
‐ Pekerja tidak terluka dilaksanakan dengan baik
karena terkena terkena ‐ Memastikan pekerja
alat galian mengikuti prosedur yang
‐ Pekerja tidak sesak sudah ditetapkan
nafas karena menghirup ‐ Memastikan metode
debu pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
Timbunan Tanah ‐ Pekerja tidak sesak ‐ Memastikan metode
Kembali nafas karena menghirup pelaksanaan yang disepakati
Dipadatakan debu dilaksanakan dengan baik
‐ Pekerja tidak terluka ‐ Memastikan pekerja
karena terkena terkena mengikuti prosedur yang
alat pemadatan sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
Pekerjaan ‐ Pekerja tidak sesak ‐ Memastikan metode
Timbunan Pasir nafas karena menghirup pelaksanaan yang disepakati
debu dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
10 Pasangan Batu ‐ Batu kali terpasang ‐ Memastikan metode
Kali 1:4 dengan baik pelaksanaan yang disepakati
‐ Pekerja tidak sesak dilaksanakan dengan baik
nafas karena menghirup ‐ Memastikan pekerja
debu mengikuti prosedur yang
‐ Tidak ada pekerja yang sudah ditetapkan
terluka karena terkena ‐ Memastikan metode
adukan pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
Memastikan pekerja
menggunakan APD
11 Plesteran 1:3 ‐ Hasil plesteran sesuai ‐ Memastikan metode
dengan quality pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan

49
No Uraian Kegiatan Sasaran Program Pengawasam
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
Memastikan pekerja
menggunakan APD
12 Pekerjaan Acian ‐ Hasil pengacian sesuai ‐ Memastikan metode
dengan quality pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
13 Siaran 1:2 ‐ Hasil siaran sesuai ‐ Memastikan metode
dengan quality pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
14 Geomembran ‐ Pekerja tidak terpeleset ‐ Memastikan metode
karena tanah licin pelaksanaan yang disepakati
‐ Pekerja tidak sesak dilaksanakan dengan baik
nafas karena menghirup ‐ Memastikan pekerja
debu mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
15 Pekerjaan Beton ‐ Hasil pengecoran beton ‐ Memastikan metode
sesuai quality pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja

50
No Uraian Kegiatan Sasaran Program Pengawasam
menggunakan APD
16 Pekerjaan Beton ‐ Hasil pengecoran beton ‐ Memastikan metode
Tumbuk sesuai quality pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
17 Pekerjaan ‐ Bekisting terpasang ‐ Memastikan metode
Bekisting dengan baik pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
18 Pekerjaan ‐ Pemasngan penulangan ‐ Memastikan metode
Penulangan sesuai spesifikasi pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
19 Pemasangan ‐ Hasil pemasangan ‐ Memastikan metode
Paving Blok t = 6 paving sesuai spesifikasi pelaksanaan yang disepakati
cm dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
20 Pemasangan Pagar ‐ Hasil pemasangan pagar ‐ Memastikan metode
Keliling BRC BRC sesuai spesifikasi pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik

51
No Uraian Kegiatan Sasaran Program Pengawasam
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
21 Pekerjaan ‐ Hasil pengecatan besi ‐ Memastikan metode
Pengecatan Besi sesuai spesifikasi pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
22 Pekerjaan ‐ Hasil pengecatan ‐ Memastikan metode
Waterproofing waterproofing sesuai pelaksanaan yang disepakati
spesifikasi dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
23 Pekerjaan ‐ Hasil pemasangan ‐ Memastikan metode
Waterstop waterstop sesuai pelaksanaan yang disepakati
spesifikasi dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
24 Pekerjaan Reiling ‐ Hasil pemasangan ‐ Memastikan metode
reiling sesuai spesifikasi pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode

52
No Uraian Kegiatan Sasaran Program Pengawasam
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
25 Pekerjaan Kawat ‐ Hasil pemasangan kawat ‐ Memastikan metode
Berduri berduri sesuai pelaksanaan yang disepakati
spesifikasi dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
26 Pekerjaan ‐ Hasil penanaman ‐ Memastikan metode
Penanaman rumput sesuai pelaksanaan yang disepakati
Rumput spesifikasi dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
27 Pekerjaan ‐ Hasil penanaman ‐ Memastikan metode
Penanaman Pohon rumput sesuai pelaksanaan yang disepakati
spesifikasi dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
28 Pekerjaan Pintu ‐ Hasil pemasangan pintu ‐ Memastikan metode
Penutup Plat Baja penutup plat baja sesuai pelaksanaan yang disepakati
spesifikasi dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD

53
No Uraian Kegiatan Sasaran Program Pengawasam
29 Pekerjaan Pipa ‐ Hasil pemasangan pipa ‐ Memastikan metode
GIP GIP sesuai spesifiaksi pelaksanaan yang disepakati
dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD
30 Pekerjaan ‐ Hasil pemasangan ‐ Memastikan metode
Aksesoris Pipa aksesoris pipa GIP pelaksanaan yang disepakati
GIP sesuai spesifiaksi dilaksanakan dengan baik
‐ Memastikan pekerja
mengikuti prosedur yang
sudah ditetapkan
‐ Memastikan metode
pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi teknis
‐ Memastikan pekerja
menggunakan APD

54

Anda mungkin juga menyukai