Sabun Transparant 3
Sabun Transparant 3
MODUL 3
PEMBUATAN SABUN TRANSPARANT
KOMPETENSI :
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan proses pembuatan sabun
2. Menjelaskan perbedaan sabun biasa dengan sabun transparant
1. DASAR TEORY
Lemak atau minyak (trigliserida) merupakan triester dari gliserol. Lemak / minyak
merupakan senyawa organik, yang ketersediaannya di alam cukup melimpah, yang tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar. Minyak umumnya berasal dari
tumbuhan seperti kelapa, kelapa sawit, jagung, kacang-kacangan, yang di sebut juga minyak
nabati, sedangkan Lemak terdapat pada hewan disebut lemak hewani. Minyak berbentuk
carian sedangkan lemak berbentuk padatan pada suhu kamar.
O
H2 C O C (CH2 )16 CH3 ( C18 )
O
HC O C (CH2 )14 CH3 (C16 )
O
H2 C O C (CH2 )16 CH3 (C18 )
Struktur dasar lemak dan minyak adalah sama. Berdasar ketidakjenuhan rantai asam
lemaknya, lemak dapat dibedakan atas lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Minyak mempunyai
derajat ketidakjenuhan lebih tinggi dari lemak, sehingga minyak mudah jadi tengik karena
ikatan rangkapnya mudah teroksidasi. Bila minyak/lemak dipanaskan dengan alkali/basa,
akan dihasilkan gliserol dan garam dari asam lemaknya, yang disebut sebagai Sabun.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan membersihkan dengan
bantuan air. Surfaktan merupakan singkatan dari surface active agents, bahan yang bekerja
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan diantar muka (fasa cair - gas atau cair-cair)
sehingga mempermudah penyebaran dan pemerataan. Banyak sabun merupakan campuran
garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak
yang direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 50-70oC,
dengan lama pemanasan berkisar antara 30-40 menit.
O
H2 C OH
H2 C O C R O
O +
+ 3 KOH HC OH 3 R C OK
HC O C R
O
H2 C OH
H2 C O C R
Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi
minyak. Pada proses saponifikasi minyak, akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol,
sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi
terjadi karena reaksi antara asam lemak bebas dengan alkali (Kirk et al.,1954).
Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa natrium
atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani (SNI, 1994). Sabun
yang dibuat dari NaOH dikenal dengan sebutan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun
yang dibuat dari KOH dikenal dengan sebutan sabun lunak (soft soap). Sabun tersebut dapat
berwujud padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan sebagai pembersih. Sabun mandi
adalah sabun natrium yang umumnya ditambah pewangi atau antiseptik, digunakan untuk
membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Jungermann et al. (1979)
membagi sabun batangan menjadi tiga, yaitu cold-made, opaque dan transparant.
Sabun cold-made dapat berbusa dengan baik dalam air yang mengandung garam (air
sadah), sabun opaque adalah sabun mandi biasa yang berbentuk batang dan penampakannya
tidak transparan, sementara sabun transparan memiliki penampakan yang transparan dan
menarik, serta mampu menghasilkan busa yang lembut di kulit. Sabun transparan dapat
digunakan untuk merawat kulit karena mengandung bahan-bahan yang berfungsi sebagai
humektan (moisturizer).
Mitsui (1997) menyatakan bahwa sabun transparan dapat dibuat dengan menggunakan
bahan baku lemak (beef tallow), minyak kelapa, minyak zaitun atau dengan penambahan
minyak jarak. Pilihan untuk pewangi, pewarna dan bahan aditif lain lebih terbatas karena
tidak satupun dari bahan-bahan ini yang boleh memiliki efek yang berlawanan dengan
pembentukan tekstur transparan sabun (Williams dan Schmitt, 2002).
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun mandi yang dapat
menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya berkilau jika dibandingkan dengan
jenis sabun yang lain. Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara berbeda. Salah
satu metode tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut
untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna dari sabun
batangan akhir tergantung pada pilihan bahan awal dan bila tidak digunakan sabun yang
berkualitas baik, kemungkinan akan berwarna sangat kuning (Williams dan Schmitt, 2002).
2. TUJUAN PERCOBAAN
a) Mempelajari reaksi saponifikasi terhadap minyak
b) Mempelajari pengaruh variasi komposisi etanol,gliserin dan gula pada pembuatan
sabun transparant
4. ANALISA HASIL
a. Uji Nilai pH
Pengukuran nilai pH dilakukan dengan menggunakan pH Meter pada larutan sampel 10
%, yang dibuat dengan melarutkan 1 gram sampel ke dalam 9 ml air. Sebelumnya, pH Meter
harus dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 9. Pengukuran dilakukan pada suhu 25°C
dengan cara mencelupkan elektroda pH Meter yang telah dibilas dengan air suling ke dalam
larutan sampel. Nilai pH ditentukan setelah angka yang terbaca pada pH Meter menjadi stabil.
Pembacaan dilakukan dua kali. Pengukuran ulang, termasuk kalibrasi, harus dilakukan bila
selisih nilai setelah dua kali pembacaan melebihi 0,2.
5. PELAPORAN HASIL
Sabun transparent yang diperoleh, hasil analisa atau uji mutunya dilaporkan dalam bentuk
table. Untuk uji transparansi, laporkan hasil saudara dalam bentuk dokumentasi (gambar/foto)
DAFTAR PUSTAKA
a. Hart, D.J., C.M.Hadad, L.E. Craine, and H. Hart, (2012), “Organic Chemistry: a Short
Course”, 13th edition
b. Kirk, R.E., D.F. Othmer, J.D. Scott dan A. Standen, 1954, “Encyclopedia of Chemical
Technology”,12 : 573-592, Interscience publishers, New York
c. SNI 06-3532, 1994, Standar Mutu Sabun Mandi”, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta
d. Winarno, F.G., 1997,” Kimia Pangan dan Gizi”, PT. Gramedia, Jakarta
e. Wood, T.E., 1996,”Quality Control and Evaluation of Soap and Related Materials”.