Anda di halaman 1dari 16

RINGKASAN MATERI KOPERASI DAN UMKM

SEJARAH KOPERASI

OLEH :

KELOMPOK 8

Kelas Akuntansi Malam E

NI MADE WIDYA MARTHA PRATIWI (1902622010308/ 17)


NI MADE ITA DWININGTYAS (1902622010321/ 30)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
A. Timbulnya Cita – Cita Kearah Pembentukan Koperasi
Sejak sistem ekonomi liberal dilaksanakan di Hindia Belanda (nama Indonesia ketika masih
dijajah Belanda) setelah pemerintah kolonial Belanda menghentikan pelaksanaan ”Cultuur
Stelseel” (sistem tanam paksa). Hingga saat ini para penanam modal/usahawan Belanda
berlomba menginvestasikan dananya ke Hindia Belanda. Bidang-bidang yang menarik bagi
mereka untuk dikembangkan seperti perkebunan, perdagangan dan transportasi dan lain-lain.
Disinilah praktik penindasan, pemerasan dan pemerkosaan hak tanpa prikemanusiaan
makin berlangsung ganas, sehingga kehidupan sebagian besar rakyat di bawah batas kelayakan
hidup. Beberapa tahun kemudian investasi besar-besaran yang dilakukan investor Belanda itu
membawa keuntungan yang melimpah bagi mereka. Antara tahun 1867 hingga tahun 1877
mereka berhasil membawa pulang hasil investasi tersebut ke negeranya sebanyak kurang lebih
15 juta Gulden. Akan tetapi apa yang diperoleh bangsa Hindia Belanda, ialah tidak lain
kemelaratan yang merajalela atas kehidupan rakyat dimana-mana.
Dengan keadaan hidup yang demikian, pihak kolonial secara terus-menerus
mengintimidasi penduduk pribumi sehingga kondisi sebagian besar rakyat sangat
memprihatinkan. Disamping itu para rentenir, pengijon dan lintah darat turut pula memperkeruh
suasana. Mereka berlomba mencari keuntungan yang besar dari para petani yang sedang
menghadapi kesulitan hidup, sehingga tidak jarang terpaksa melepaskan tanah miliknya
sehubungan dengan ketidakmampuan mereka membayarkan hutang-hutangnya yang
membengkak akibat sistem bunga berbunga yang diterapkan pengijon.
E. Sieburgh (pejabat tertinggi/kepala daerah di Purwokerto) dan De Wolf van Westerrede
(pengganti Sieburgh) merupakan orang Belanda yang banyak kaitannya dengan perintisan
koperasi yang pertama-tama di tanah air kita, yaitu di Purwokerto.
Masalah timbul diawali oleh Raden Aria Wirjaatmadja (Patih Purwokerto) sebagai
seorang yang rasa sosialnya tebal. Dengan mendapat bantuan moril atau dorongan-dorongan dari
E. Sieburgh pada tahun 1891 didirikan Bank penolong dan Penyimpanan di Purwokerto, dimana
maksud utamanya membebaskan para pegawai dari segala tekanan utang. Pada tahun 1898 E.
Sieburgh digantikan oleh De Wolf van Westerrede yang mengharapkan terbentuknya koperasi
simpan pinjam untuk para petani. Pertama-tama langkah yang dilakukan yaitu memperluas
bidang kerja Bank Penolong dan penyimpanan sehingga meliputi pula pertolongan bagi para
petani di daerahnya. Bank tersebut mendapatkan perubahan nama menjadi Purwokerto Hulp
Spaar En Landbouwcrediet atau bank penolong, penyimpanan dan kredit pertanian, yang dapat
dikatakan sebagai pelopor berdirinya bank rakyat di kemudian hari, perubahan nama tersebut
bertujuan untuk menyerasikan nama dan tugasnya.
Menurut De Wolf van Westerrede para petani Indonesia memiliki kebiasaaan-kebiasaan
yang telah mendarah daging pada para petani Indonesia (gotong royong, kerja sama) merupakan
suatu dasar yang paling baik untuk berdirinya dengan subur koperasi kredit yang menjadi cita-
citanya. Cita-cita De Wolf sebagai lanjutan dari perintisan pembentukan koperasi kredit oleh R.
Aria Atmadja, untuk mendirikan koperasi kredit model Raiffeisen memang belum terwujud,
akan tetapi sedikit banyak usahanya telah tampak pada bank-bank desa, lumbung-lumbung desa
dan rumah-rumah gadai yang sempat didirikannya di tanah air kita, yang keseluruhannya
memang mengembangkan usaha pemberian kredit untuk para petani dan kaum ekonomi lemah
bangsa kita.
Selain dari kegiatan lumbung, bank desa dan bank rakyat yang menyalurkan pinjaman-
pinjaman bentuk padi dan uang kepada petani dan mereka yang ekonomi lemah, Departemen 
Pertanian atau Departemen Pertanian-Kerajinan dan Perdagangan melakukan aktivitas
penerangan tentang perlunya pembentukan koperasi kepada para petani, kemudian dilakukan
oleh Departemen Perekonomian mulai pada tahun 1935. Pada waktu itu koperasi belum juga
terbentuk, penyebab utamanya karena pemerintahan kolonial Belanda tidak sungguh-sungguh
memperhatikan, politik pemerintahan kolonial masih memikirkan akibat persatuan rakyat
Indonesia yang terbentuk melalui koperasi.

B. Pembentukan Koperasi pada Zaman Penjajahan


Penindasan yang terjadi secara terus-menerus kepada rakyat Indonesia dan berlangsung cukup
lama mengakibatkan kondisi umum rakyat semakin parah. Walaupun demikian, masih beruntung
semangat bergotong royong masih tetap tumbuh dan bahkan berkembang semakin kuat. Di
samping itu kesadaran dalam juga makin tinggi, sehingga perlahan tapi pasti mulai tumbuh
keinginan untuk melepaskan diri dari keadaan yang selama ini membelenggu mereka.
Meningkatnya kesadaran rakyat secara terus menerus dan seiring dengan itu rakyat mulai
mengangkat senjata untuk mengusir para penjajah. Di seluruh Nusantara api perang berkobar
dimana-mana di berbagai pulau terutama di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan lain-
lain, yang dipimpin oleh pahlawan – pahlawan setempat, diantaranya Imam Bonjol, Pangeran
Diponegoro, Teuku Umar, Pattimura dan lain-lain. Perang lokal melawan kolonial ini
kebanyakan mengalami kekalahan dan kegagalan. Keadaan ini makin menyengsarakan
kehidupan rakyat. Pemerintah Hindia Belanda tak segan – segan menyiksa mereka baik fisik
maupun mental. Para pengijon dan lintah darat memanfaatkan kesempatan dan keahlian mereka
sehingga makin banyak yang terjepit hutang yang tercekik lehernya.
Pergerakan nasional untuk mengusir penjajah tumbuh dimana-mana. Kaum pergerakan pun
dalam memperjuangkan, mereka memanfaatkan sektor perkoperasian ini. Realisasi pembentukan
koperasi di tanah air kita dipelopori oleh Budi Utomo (sebuah pergerakan kebangsaan yang lahir
tahun 1908 di bawah pimpinan Sutomo dan Gunawan Mangun kusumo), yang dijadikan sebagai
pelopor dalam pembentukan koperasi industri kecil dan kerajinan. Dalam kongres Budi Utomo
di Yogyakarta telah diputuskan, bahwa Budi Utomo akan berdaya upaya untuk :
1. Memperbaiki dan meningkatkan kecerdasan rakyat melalui bidang pendidikan,
2. Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui koperasi - koperasi yang
segera dibentuk.
Sebagai wujud pelaksanaan keputusan kongres tersebut, maka koperasi yang dibentuk adalah
Koperasi Konsumsi yang bernama ”Toko Adil”. Sejak saat itu arus gerakan koperasi
internasional mulai masuk mempengaruhi gerakan koperasi Indonesia, yaitu terutama melalui
penggunaan sendi – sendi dasar dan prinsip – prinsip Rochdale itu.

C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOPERASI PADA KURUN WAKTU


MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN (1945-1949)
Dalam suasana perang untuk mempertahankan kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia.
pemerintah Indonesia juga membenahi diri sehingga seluruh tugas-tugas pemerintah dapat
berjalan sebagaimana mestinya, termasuk juga tugas-tugas yang diemban jawatan koperasi.
tentang Koperasi telah dengan jelas dicantumkan pada pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
yang mulai berlaku secara resmi sejak tanggal 18 Agustus 1945, terutama ayat 1 yang menjamin
berlangsungnya perkoperasian di negara kita dengan memainkan peranan yang penting dalam
mengembangkan perekonomian masyarakat Indonesia.
Semangat berkoperasi yang sesungguhnya telah luntur pada masa ini karena tugas-tugas
pelaksanaan “kumiai” (koperasi yang didirikan oleh pemerintah jepang). Kemudian mulai timbul
kembali pada saat bergeloranya ”Semangat Nilai-nilai Perjuangan ‘45”, dimana rakyat bahu-
membahu bersama pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Pengembangan
koperasi dapat berjalan dengan lancar maka pada bulan desember 1946 oleh pemerintah RI telah
diadakan reorganisasi koperasi dan Perdagangan dalam negeri menjadi dua instasi yang terpisah
dan berdiri sendiri. Koperasi dangan tugas tugas mengurus dan menangani pembinaan gerakan
koperasi, sedangkan perdagangan dengan tugas-tugas mengurus perdagangan.

Ketahanan rakyat indonesia dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi dengan
semangat kekeluargaan, kegotong royongan untuk mencapai masyarakat yang dapat
menignkatkan taraf hidupnya telah mendorong lahirnya berbagai bebagai jenis koperasi dengan
pesat, koperasi pada kurun waktu ini merupakan alat perjuangan dibidang ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 1947 tercatat kurang lebih 2500 koperasi yang diawasi
oleh pemerintah RI namun pengawasannya kurang seksama sehingga ada yang mengatakan
koperasi-koperasi yang ada lebih banyak bersifat kuantitas daripada kualitas. Pergerakan
koperasi di RI telah berhasil mewujudkan tiga kegiatannya yang akan selalu tercatat dalam
sejarah perkoperasian Indonesia yaitu :

1.      Koperasi Desa

Gagasan tentang perlu dibentuknya koperasi di desa–desa adalah gagasan dari Sir Horace
Plunkett yang berkebangsaan Inggris sebelumnya beliau mengembangkannya di India yang
terkenal dengan “Multy Purposes Cooperative” dan beliau berpendapat bahwa “ Dengan
Koperasi Desa akan tercapai pertanian yang lebih baik, usaha perdagangan yang lebih baik dan
kehidupan yang lebih baik” (Better Farming, Better Business, and Better Living) yang
merupakan cikal-bakal terbentuknya KUD (Koperasi Unit Desa) dimana dalam bentuk koperasi
ini petani diharapkan hendaknya bergabung agar dapat tercapainya peningkatan pendapatan
untuk memenuhi segala kebutuhan mereka baik untuk memproduksi atau keperluan hidup agar
tercapai kesejahteraan hidupnya. Tugas dari Koperasi desa meliputi meningkatkan produksi,
pemasaran hasil produksi secara terpadu, dan mengusahakan kredit untuk memperlancar usaha
tani. Kalau kita hubungkan dengan peranan KUD pada waktu sekarang pada umumnya petani
yang bergabung dalam KUD tingkat kesejahteraan hidupnya adalah lebih baik karena KUD telah
dapat menimbulkan kegairahan kerja untuk meningkatkan produksi dan para petani dibimbing
untuk mengolah lebih lanjut hasil dari pertanian itu untuk menjadi komoditi perdagangan yang
harganya lebih tinggi.
2.      Koperasi Batik
Sekitar tahun 1800, warga Tionghoa menanam sejenis kapas (ciam). Dari serat tanaman jong
dan ciam masyarakat Pekajangan berusaha membuat kain dengan alat tenun sederhana. Jiwa
dagang warga daerah ini mendorong perajin dan pedagang bepergian ke daerah lain, termasuk ke
Yogyakarta dan Surakarta yang interaksinya semakin kental dari tahun ke tahun. Situasi
pertekstilan semakin maju tahun 1920 sehingga timbul pengaturan izin lisensi untuk pengusaha
tekstil harus diurus di Batavia (Jakarta) ke Gubernur Jenderal Belanda.
Kemajuan pesat pertekstilan di Pekajangan ditandai munculnya Batik Trading Compani tahun
1950. Pada tahun 1937, perajin mendirikan Koperasi Batik Pekajangan yang memberi sumber
inspirasi munculnya koperasi batik di Setono, Tirto, dan lainnya. Kemunculan koperasi batik
akhirnya disatukan dalam Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) pada tahun 1948.
3.      Koperasi adalah alat pembangunan Ekonomi
Tanggal 11 Juli sampai dengan 14 Juli 1947 gerakan koperasi Indonesia menyelenggarakan
kongresnya yang pertama di Tasikmalaya. Pelaksanaan kongres dan keputusan–keputusan yang
dihasilkannya telah memberi warna, bahwa gerakan koperasi Indonesia merupakan alat
perjuangan dibidang ekonomi dan pembangunan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan,
keputusannya–keputusan lainnya adalah:

a) Terwujudnya Kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi


Rakyat Indonesia).
b) Ditetapkannya azas Koperasi Indonesia “Berdasar atas azas kekeluargaan dan gotong
royong.
c) Ditetapkannya tanggal 12 Juli sebagai “Hari koperasi Indonesia”
d) Diperluasnya pengertian dan Pendidikan tentang  perkoperasian, agar para
anggotanya dapat lebih loyal terhadap koperasinya.
e) Pembentukan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang
berkedudukan di Tasikmalaya (Bandung sebagai ibukota provinsi sedang diduduki
oleh tentara Belanda).

Baru pada tahun 1948 rakyat mencoba lagi menghidupkan kembali gerakan koperasi dalam
batas batas kemungkinan yang diberikan oleh revolusi. Akan tetapi baru sesudah penyerahan
kedaulatan pada permulaan tahun 1950 dapat dikatakan dengan sungguh sungguh tentang adanya
perkembangan bebas dari pada gerakan koperasi (Soesastro dkk, 2005:86 ). Pada tanggal 12 Juli
1953, mengadakan kembali Kongres Koperasi yang ke-2 di Bandung. Kongres koperasi ke -2
mengambil putusan :

a.       Membentuk Dewan Koperasi Indonesia Dekopin sebagai pengganti SOKRI


b.      Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
c.      Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia
d.   Segera akan dibuat undang-undang koperasi yang baru Pelaksanaan program perkoperasian
pemerintah mengadakan / kebijakan.
e.      Menggiatkan pembangunan organisasi perekonomian rakyat terutama koperasi
f.       Memperluas pendidikan dan penerangan koperasi
g.     Memberikan kredit kepada kaum produsen, baik di lapangan industri maupun pertanian yang
bermodal kecil

Menjelang saat-saat dilakukannya Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949,
Undang-Undang/Peraturan Koperasi Tahun 1927. Stbl. no. 91 telah ditinjau kembali, ternyata
banyak di antara ketentuannya yang kurang cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia, karena
itu diadakan Peraturan Koperasi yang baru, yaitu Peraturan Koperasi Tahun 1949 nomor 179.
Dalam Peraturan Koperasi yang baru ini jelas dinyatakan bahwa "koperasi merupakan
perkumpulan orang-orang atau badan-badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan kepada
setiap orang atas dasar persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti dari
padanya.
Maksud utama mereka dalam wadah koperasi ini yaitu memajukan tingkat kesejahteraan
lahiriah para anggotanya dengan melakukan usaha-usaha bersama di bidang perdagangan, usaha
kerajinan, pembelian/pengadaan barang-barang keperluan anggota, tanggung-menanggung
kerugian yang dideritanya, pemberian atau pengaturan pinjaman, pembentukan koperasi harus
diperkuat dengan akta (surat yang sah) dan harus didaftarkan serta diumumkan menurut cara-
cara yang telah ditentukan pemerintah".
Peraturan Koperasi Tahun 1949, No. 179 walau persiapan dan pembentukannya dilakukan
pada saat-saat pemerintah kolonial Belanda sedang sibuk dengan kegiatan pembentukan Negara
federal bersama negara-negara bagian yang telah dibentuknya, jelas banyak diilhami oleh gerak
langkah koperasi-koperasi yang telah dibentuk di daerah-daerah Republik Indonesia yang telah
menyesuaikan diri dengan gelora perjuangan dan pembangunan bangsa dan negara dalam satu
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Demikianlah tentang pertumbuhan dan perkembangan koperasi selama Pemerintahan RI
beserta segenap rakyatnya sedang mempertahankan kemerdekaan negaranya dari berbagai usaha
penghancuran yang dilakukan kolonialis Belanda. Ketahanan rakyat Indonesia dalam bidang
koperasi telah menunjukkan keunggulan bangsanya bangsanya untuk mengatasi atau
menanggulangi kesulitan ekonomi akibat blokade ekonomi yang dilancarkan kolonialis Belanda.
Blokade ekonomi tidak mampu melemahkan perjuangan bangsa Indonesia, bahkan sebaliknya
menjadi bumerang yang menghantam Belanda sendiri.

D. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada kurun waktu ( 1950 - 1965)


Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan dan diganti
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan disatukannya kembali Negara-
negara bagian ke dalam wadah kesatuan RI, jawatan-jawatan koperasi di Negara-negara bagian
tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya digabungkan dalam satu bentuk organisasi jawatan
koperasi yang bernaung dalam Negara RI, segala sesuatunya diseragamkan dan disesuaikan
dengan semangat dan nilai-nilai perjuangan 1945, semangat Pancasila dan semangat UUD
1945.
Pada kurun waktu tesebut, sementara koperasi tengah mengadakan penyempurnaan di dalam,
situasi dalam negeri berubah di mana persatuan dan kekeluargaan antara sesama rakyat
Indonesia secara lambat tengah dibawa kearah keretakan yang dikarenakan sistem liberalisme.
Sistem ini sangat mengabaikan cara-cara musyawarah dan mufakat, merusak terjalinnya
persatuan antara sesama warga Negara, liberalisme menimbulkan pengkotak-kotakan dalam
masyarakat yang masing-masing menggunakan cara mutlak-mutlakan dalam mewujudkan
segala sesuatu yang menjadi cita-citanya. Jadi liberalisme sangat bertentangan dengan gotong
royong dan kekeluargaan yang menjadi kepribadian bangsa kita.

Liberalisme, tekanan dan pengaruhnya terasa sekali terhadap perkoperasian, antara lain:

a. Sering terjadi pergantian kabinet, dengan sendirinya garis kebijakan dan program-
program kementrian yang menangani urusan koperasi pun selalu berubah-ubah.
b. Keanggotaan koperasi yang tidak mengenal perbedaan golongan, aliran, suku, agama
menjadi terpengaruh oleh tindakan para pemimpin gerakan-gerakan politik.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai koperasi dalam kurun waktu 1950-1958 yaitu: kemajuan
dalam bidang pendidikan koperasi (peningkatan refreshing courses bagi para karyawan
jawatan koperasi dan pergerakan koperasi, petugas-petugas melakukan pendidikan di luar
negeri) serta perkembangan fisik koperasi (baik secara kuantitas dan kualitas).
Akibat liberalisme yang akarnya makin hari makin kuat, sehingga Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit (5 Juli 1959) untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Ini
mendapatkan sambutan yang hangat dari rakyat Indonesia karena sejalan dengan kepribadian
bangsa, yang mana Pancasila merupakan dasar dari segala ketentuan yang terdapat dalam
UUD 1945. Musyawarah dan mufakat akan diutamakan kembali sehingga persatuan dan
kesatuan bangsa terjamin degan baik. Tetapi sangat disayangkan demokrasi terpimpin dan
ekonomi terpimpin yang seharusnya terpimpin oleh Pancasila, pengertiannya berubah
menjadi terpimpin oleh garis-garis pemikiran pribadi Bung Karno, yang mengakibatkan
diktatorisme ataupun otokrasi.

Khusus bagi gerakan koperasi hal ini berarti penyelewengan yang jauh dari jiwa koperasi,
urusan intern perkumpulan koperasi semakin banyak dicampuri pemerintah, kebebasan
koperasi untuk mengambil keputusan menjadi sangat terbatas.

Kongres Koperasi II

Terdapat beberapa sebab yang mendorong diadakannya Kongres Koperasi II, antara lain:

1. SOKRI yang merupakan hasil Kongres Koperasi I tidak mampu melaksanakan fungsinya
dengan baik. Sehingga tidak terwujud kesatuan pandangan tentang bentuk organisasi,
dasar atau tujuan koperasi.
2. Adanya anggapan oleh sementara kalangan gerakan koperasi bahwa peraturan
perkoperasian yang ada sudah tidak relevan lagi. Peraturan perkoperasian dimaksud
adalah Undang-undang No. 179/1949 yang dianggap tidak sesuai lagi dengan alam
kemerdekaan.
Oleh karena itu gerakan koperasi sepakat mengadakan Kongres Koperasi.
Pada tanggal 15 – 17 Juli 1953 terwujudlah pelaksanaan Kongres Besar Koperasi Seluruh
Indonesia II di Bandung. Kongres dihadiri sekitar 2000-an orang utusan yang datang
mewakili 83 pusat-pusat koperasi dari seluruh Indonesia. Akan tetapi di antara utusan-
utusan itu ada pula yang hanya mewakili organisasi koperasi yang masih berbentuk
panitia.
Di dalam kongres itu beberapa orang Pejabat Pemerintah dan para tokoh gerakan koperasi
turut aktif memberikan prasaran mereka, antara lain:
1. Prof. Dr. Sumitro Djojohardikusumo (Menteri Perekonomian) tentang ”Fungsi Koperasi
dalam proses pengembangan ekonomi”.
2. Iskandar Tejasukmana (Menteri Perburuhan) tentang ”Perumahan Rakyat”
3. R. Moh. Abiyah Hadiwinoto (GKBI) tentang ”Undang-undang Koperasi”.
4. Roesli Rahim (Kepala Koperasi Pusat) tentang ”Pendidikan dan Penerangan Koperasi”.
5. R.S. Soeria Atmadja (Kepala Direktorat Perekonomian Rakyat) tentang ”Perluasan
Tugas Gerakan Koperasi di Indonesia”.
Berdasarkan prasaran-prasaran tersebut di atas serta pendapat para peserta Kongres, maka
Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia ke II mengambil keputusan sebagai berikut:
1. Ke dalam
a. Menyetujui pokok-pokok prasaran Prof. Dr. Sumitro, Iskandar Tejasukmana, R.
Moh. Abiyah Hadiwinoto, Roesli Rahim dan R.S. Soeria Atmaja.
b. Mendirikan sebuah badan pemusatan pimpinan koperasi untuk seluruh Indonesia
yang dinamakan ”Dewan Koperasi Indonesia”.
c. Mewajibkan ”Dewan Koperasi Indonesia” membentuk sebuah lembaga
pendidikan koperasi untuk mendidik para anggota, pemimpin, pegawai koperasi
serta mendirikan sekolah menengah koperasi di tiap-tiap propinsi.
d. Mengeluarkan harian, majalah, brosur, buku pelajaran koperasi.
e. Membentuk sebuah panitia yang akan memberi saran-saran kepada pemerintah
mengenai Undang-undang Koperasi.
f. Mengusahakan kemudahan pemberian badan hukum.
g. Mengangkat Bung Hatta (Drs. H. Moh. Hatta) sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
h. Memilih Dewan Pimpinan Koperasi Republik Indonesia.
2. Ke luar
a. Mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya:
 Melaksanakan perubahan dasar ekonomi dengan menggunakan koperasi sebagai
sistem dan alat utama untuk mencapai kemakmuran rakyat bersama, sesuai
dengan maksud pasal 38 UUD Sementara RI.
   Koperasi dijadikan mata pelajaran pada sekolah lanjutan, dan menanam benih
perkoperasian pada Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar).
 Segera mengadakan undang-undang koperasi yang berdasarkan pasal 38 Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
 Menambah anggaran belanja negara bagi kemakmuran rakyat terutama di luar
Pulau Jawa/Madura.
 Menyempurnakan susunan Jawatan Koperasi.
 Rencana pembangunan rumah rakyat diundangkan serta menunjuk Gerakan
Koperasi sebagai penyelenggaraan pembangunan rumah-rumah rakyat.
 Penyelenggaraan pembelian padi hanya diserahkan kepada organisasi koperasi.
b. Menganjurkan kepada guru-guru supaya di sekolahnya masing-masing mendidik
murid-murid menabung secara teratur.
1. Peraturan Pemerintah (PP) no. 60 tahun1959
Merupakan peraturan peralihan sebelum dicabutnya UU koperasi tahun 1958 no 79.
untuk merumuskan pola perkoperasian sehubungan dengan PP no. 60 tahun 1959,
yang menetapkan antara lain:
 Koperasi berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin.
 Menjadikan Manipol sebagai landasan Idiil koperasi.

Maka pada tanggal 25-28 mei 1960 di Jakarta telah diadakan musyawarah kerja
koperasi yang telah diputuskan beberapa diktum yang berciri pada pola pikir Bung
Karno yaitu:

a. Menjadikan manipol USDEK sebagai landasan idiil koperasi,sehingga     segala


tindakan koperasi mengikuti garis yang dikehendaki Bung Karno.
b. Pelaksanaan ekonomi terpimpin merupakan fungsi koperasi yang berarti
perkoperasian dikuasai secara ketat oleh pemerintahan.
2. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960
Sehubungan dengan instruksi Presiden ini, untuk mempercepat perkembangan
koperasi, telah dibentuk BAPENGKOP (Badan Penggerak Koperasi) beranggotakan
petugas pemerintahan. Pemerintah menjadikannnya sebagai penyalur bahan-bahan
pokok dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar, akan tetapi hal ini dapat
mematikan inisiatif koperasi, juga tidak membawa perbaikan terhadap mentalitas
koperasi, dan dapat menimbulkan penyelewengan penyelewengan dalam tubuh
koperasi.
3. Instruksi presiden Nomor 3 tahun 1960
Satu-satunya yang benar-benarnya bermanfaat bagi perkembangan koperasi pada
masa itu ialah tentang peningkatan pendidikan koperasi. Kegiatan ini dapat
menciptakan insan-insan koperasi yang bermental tinggi, jujur, terampil, giat dan
bergairah kerja untuk meningkatkan usaha koperasi.
4. Musyawarah nasional koperasi ke-1 (MUNASKOP I)
Dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 21 april 1961 dengan tujuan untuk lebih
menyempurnakan dan atau mensejalankan perkoperasian nasional dengan garis-garis
ekonomi terpimpinnya Bung Karno. Adapun Munaskop dalam sidangnya kemudian
menghasilkan beberapa keputusan, antara lain meliputi:
a. Peranan Koperasi Indonesia
b. Organisasi gerakan serta program koperasi Indonesia Dewan Koperasi Indonesia
yang berdiri sejak tahun 1953 dibubarkan dan diganti dengan kesatuan Organisasi
Koperasi (KOKSI). Intervensi intensif pemerintah atas perkoperasian nasional
dapat dilihat melalui susunan organisasi KOKSI yang diatur Keputusan Presiden
No.226 Tahun 1961, yaitu:
 Gubernur ditunjuk sebagai Ketua KOKSI Daerah Tingkat I. Bupati/Walikota
sebagai Ketua KOKSI Daerah Tingkat II. Mereka ini bertanggung jawab
terintegrasinya gerakan koperasi nasional terhadap kebijakan pemerintah.
 Pada tingkat pusat dibentuk Dewan Nasional dan keanggotaan Dewan
Pimpinan diatur sebagai gabungan antara unsur-unsur pemerintah, tenaga-
tenaga ahli, gerakan koperasi dan wakil Daerah Tingkat I yang diangkat
pemerintah.
5. Musyawarah Nasional Koperasi ke-2 (MUNASKOP II)
Bertempat di Jakarta pada bulan Agustus 1965, ternyata MUNASKOP II lebih
menghancurkan ideologi koperasi Indonesia yang murni. Bung Karno juga
mengesahkan UU koperasi nomor 14 tahun 1965 dengan pengertian koperasi
“merupakan organisasi ekonomi dan alat revolusi yang berfungsi sebagai tempat
pesemaian insan masyarakat serta wahana menuju sosialisasi Indonesia berdasarkan
Pancasila”. Hal ini sangat membatasi gerak serta pelaksanaan strategi dasar
perekonomian.
Munaskop II ini dalam sidangnya mengesahkan sebuah kuputusan yang cukup
kontroversial, seperti adanya sebuah pernyataan tentang Bung Karno yang ditetapkan
sebagai Bapak Koperasi, Pimpinan Tertinggi Gerakan Koperasi Indonesi, dan di
samping itu beberapa keputusan lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Haluan Gerakan Koperasi Indonesia, antara lain:
a) Landasan idiil Pancasila
b) Lima Azimat Revolusi Indonesia (Nasakom, Pancasila, Manipol, Trisakti Tavip,
Berdikari), Dekon dan ketetapan-ketetapan MPRS
c) Amanat dan tulisan PJM Presiden/BPR Bung Karno
b. Bidang produksi, antara lain:
a) Peningkatan produksi dan mutu (menurut Manipol dan Dekon): seluruh mata
rantai produksi sudah dikuasai/diatur oleh Koperasi Produksi sebagai organisasi
produsen di bawah pengawasan/bimbingan Pemerintah.
b) Pembiayaan pada prinsipnya secara swadaya dan swasembada, tapi jika perlu
juga diperoleh dari pemerintah dan swasta progresif revolusioner atas petunjuk
pejabat.
c. Bidang distribusi, antara lain:
a) Soko guru revolusi (buruh, tani, nelayan, produsen)
b) Angkatan Bersenjata/fungsional, pegawai negeri dan pensiun
c) Pegawai badan/lembaga kenegaraan dan perusahaan Negara
d) Golongan ekonomi lemah lainnya
d. Organisasi, antara lain memuat:
a) Penjenisan Koperasi Produksi, Koperasi Konsumsi dan Koperasi Jasa.
b) Daerah Kerja Jasa.
c) Tingkat-tingkat Organisasi.
d) Alat Perlengkapan Organisasi.
e) Pembinaan Organisasi.
f) Pendidikan
g) Hubungan dengan Orpol/Ormas.
h) Gerakan Koperasi Indonesia perlu segera dibentuk dengan struktur, aktivitas dan
pimpinan yang mencerminkan kegotong-royongan nasional progresif
revolusioner berporoskan Nasakom.
i) Pimpinan Gerakan Koperasi Indonesia.
j) Lambang dan lagu akan segera disayembarakan.
e. Rencana kerja 4 tahun: dalam rencana kerja 4 tahun ini mencakup realisasi Undang-
undang Nomor.14/1965, pasal 24 ayat 1 mengenai Gerakan Koperasi Indonesia dan
Pembubaran KOKSI, inventarisasi peningkatan pembinaan perkumpulan koperasi
sesuai Undang-undang Nomor.14/1965, meningkatkan jumlah kader koperasi,
penyebaran idiologi koperasi melalui mass media, mengadakan sensus koperasi dan
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika.
E. Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi
    Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timbulnya pemberontakan yang
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan yang kita kenal dengan
sebutan G 30 S/PKI merupakan pemicu atas runtuhnya rezim Orde Lama yang dipimpin oleh
Ir. Soekarno. Memang amatlah tragis sejarah hitam politik termasuk sejarah hitam kehidupan
perkoperasian nasional mencoreng muka kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
telah diyakini kebenarannya.   
Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan Soekarno yang
telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan Pancasila, maka
terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Soeharto  yang melakukan
pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan dan badan-badan kemasyarakatan.
Tampilnya Orde Baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru bagi
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan perkoperasian nasional.

Tentang Undang-Undang Koperasi yang baru yaitu Undang-undang nomor 12 tahun


1967 (tentang pokok-pokok perkoperasian) telah disahkan oleh Presiden pada tanggal 18
Desember 1967 dan berlaku sampai sekarang. Dengan adanya UU koperasi yang baru ini maka
terpenuhilah keinginan masyarakat khususnya para pecinta koperasi untuk memiliki landasan
pokok untuk mengatur perkoperasian yang sesuai dengan jiwa dan semangat orde baru,
berdasarkan Pancasila serta undang-undang Dasar 1945, terutama pasal 33 ayat 1.

Sejak saat Jenderal Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan pemerintahan sesuai dengan
SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret 1966), perbaikan demi perbaikan mulai dilakukan.
Tanpa terkecuali bidang perkoperasian untuk dikembalikan sesuai denga fungsinya yang
sesungguhnya.
    Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang perkoperasian nasional, dimana
urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada Kementerian Perdagangan melalui
Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan kekeliruan yang terjadi di zaman Orde Lama,
yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar Koperasi sesuai dengan keberadaannya. Oleh karena itu
dikeluarkan Surat Edaran No.1 dan No.2 tahun 1966 oleh Deputi Mentri Perdagangan yang
membawahi Departemen Koperasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, yang mengatur
bahwa: koperasi harus bekerja berdasarkan asas dan sendi dasar yang sebenarnya, koperasi
sebagai alat demokrasi ekonomi harus menegakkan asas demokrasi dengan kekuasaan tertinggi
pada rapat anggota, dan seterusnya.

Landasan-landasan Koperasi, yaitu antara lain:

1) Landasan Idiil: Pancasila


2) Landasan Struktural dan Landasan Gerak: UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945
serta penjelasannya
3) Landasan mental koperasi Indonesia: setia kawan dan kesadaran berpribadi

Fungsi koperasi, antara lain:

a) Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.


b) Alat pendemokrasian nasional.
c) Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
d) Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa
Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata slaksana perekonomian rakyat.

Asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan


Sendi-sendi Dasar Koperasi, yaitu:

a) Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia.
b) Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan demokrasi
dalam koperasi.
c) Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
d) Adanya pembatasan bunga atas modal.
e) Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.
f) Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
g) Swadaya,swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan dari prinsip dasar, yaitu
percaya pada diri sendiri.

Masalah-masalah yang dihadapi koperasi pada masa ini, antara lain:

1) Masalah manajemen
2) Masalah modal dan pemupukan modal
3) Masalah pemasaran dan peningkatan produk

Pada jaman kemerdekaan sampai sekarang telah dikeluarkan UU koperasi, yaitu sebagai berikut:

a) Peraturan koperasi No.179 tahun 1949


b) UU koperasi No.79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi
c) PP No.60 tahun 1959 tentang perkembangan gerakan koperasi
d) UU koperasi No.14 tahun 1965
e) UU koperasi No.12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian
f) UU koperasi No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian

Anda mungkin juga menyukai