Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATERI KOPERASI DAN UMKM

PEDOMAN DAN TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI

OLEH :

KELOMPOK 8

1. Ni Made Widya Martha Pratiwi (1902622010308/ 17)


2. Ni Made Ita Dwiningtyas (1902622010321/ 30)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN KOPERASI
Pelaksanaan koperasi perlu adanya dasar hukum untuk mengaturnya di dalamnya. Dasar
hukum Koperasi Indonesia yaitu UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang di
dalamnya mengatur tentang fungsi, peran, dan prinsip koperasi. Undang-undang ini disahkan
di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1992, di tandatangani oleh Presiden RI Soeharto, Presiden
RI pada masa itu dan di umumkan pada Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 116. Dan
demikian dengan terbitnya UU Nomor 25 Tahun 1992 maka UU Nomor 12 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 23 dan
Tambahan Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 2832, yang sebelumnya dipergunakan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Koperasi Indonesia berdasarkan UU No. 25 tahun 1992, koperasi suatu badan usaha yang
dipandang oleh undang-undang sebagai suatu perusahaan. Dimana dibentuk oleh anggota-
anggotanya untuk melakukan kegiatan usaha dan menunjang kepentingan ekonomi
anggotanya.
Dasar-dasar hukum koperasi Indonesia :

1. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.


2. Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan
Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
3. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah
4. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam oleh
Koperasi
5. Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi.
6. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PPK No. 36/Kep/MII/1998 tentang
Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan Peleburan Koperasi
7. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PKM No. 19/KEP/Meneg/III/2000 tentang
Pedoman kelembagaan dan Usaha Koperasi
8. Peraturan Menteri No. 01 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

SYARAT DAN TATA CARA PEMBENTUKAN KOPERASI


Sebelum mengetahui syarat pendirian koperasi, akan diulas beberapa hal mengenai pondasi
utama yaitu perundang-undangan yang membahas koperasi
·     Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
atas asas kekeluargaan. Koperasi terbagi atas dua yakni:
1. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang
seorang.
2. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan badan-
badan hukum koperasi.
1)   Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan
Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
2)   Peraturan Menteri Nomor 01 Tahun 2006 yaitu tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
Langkah-langkah mendirikan Koperasi :
1. Calon-calon pendiri harus mempunyai kepentingan ekonomi yang sama
Koperasi sebaiknya dibentuk oleh sekelompok orang atau anggota masyarakat
yang mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama. Alangkah baiknya
sebelum melanjutkan proses pendirian koperasi, lakukan tindakan penyuluhan tentang
perkoperasian terlebih dahulu agar kelompok masyarakat yang ingin mendirikan
koperasi tersebut memahami mengenai perkoperasian, sehingga anggota koperasi
nantinya benar-benar memahami nilai dan prinsip koperasi dan paham akan hak dan
kewajibannya sebagai anggota koperasi (Pasal 3 dan Pasal 4 UU No.25 Tahun 1992)
2. Dilaksanakannya Rapat Pembentukan
Proses kedua dalam pendirian koperasi yaitu dijalankannya rapat pembentukan
dimana untuk Koperasi Primer sekurang-kurangnya dihadiri oleh 20 orang anggota
pendiri, sedangkan untuk Koperasi Sekunder sekurang-kurangnya dihadiri oleh 3 (tiga)
koperasi melalui wakil-wakilnya (Pasal 5 Ayat 1). Rapat pembentukan koperasi tersebut
dihadiri oleh pejabat dinas/instansi/badan yang membidangi koperasi setempat sesuai
domisili anggota (Pasal 5 Ayat 3), kehadiran pejabat tersebut bertujuan antara lain untuk
: memberi arahan berkenaan dengan pembentukan koperasi, melihat proses pelaksanaan
rapat pembentukan, sebagai narasumber apabila ada pertanyaan berkaitan dengan
perkoperasian dan untuk meneliti isi konsep anggaran dasar yang dibuat oleh para
pendiri sebelum di”akta”kan oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi setempat.
Dalam rapat pembentukan akan dibahas mengenai Anggaran Dasar Koperasi yang
memuat antara lain (Pasal 5 Ayat 5) :
a. Nama dan tempat kedudukan
b. Maksud dan tujuan
c. Jenis koperasi dan Bidang usaha Keanggotaan
d. Rapat Anggota
e. Pengurus, Pengawas dan Pengelola
f. Permodalan, jangka waktu dan Sisa Hasil Usaha 

3. Penyusunan Akta Pendirian Koperasi


Proses ketiga yang harus dilakukan untuk mengesahkan Badan Hukum Koperasi
adalah Pembuatan atau penyusunan akta pendirian koperasi, yang dapat disusun oleh para
pendiri (apabila di wilayah setempat tidak terdapat NPAK) atau dibuat oleh Notaris
Pembuat Akta Koperasi (Pasal 6 Ayat 1). Selanjutnya notaris atau kuasa pendiri
mengajukan permohonan pengesahan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
dengan dilampirkan Pasal 7 ayat (1) :
a. 2 (Dua) rangkap salinan akta pendirian bermeterai cukup.
b. Data akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangani nbotaris.
c. Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar simpanan
pokok dan simpanan wajib yang wajib dilunasi oleh para pendiri.
d. Rencana kegiatan usaha minimal tiga tahun ke depan dan RAPB.
e. Dokumen lain yang diperlukan sesuai peraturan perundang undangan. 

4. Penelitian oleh Pejabat yang memiliki Kewenangan


Langkah akhir yang harus dilalui untuk mengesahkan koperasi tersebut sebagai
Badan Hukum adalah Penelitian oleh pejabat yang berwenang.
Pejabat yang berwenang akan melakukan :
1. Penelitian terhadap materi Anggaran Dasar yang diajukan (Pasal 8 Ayat 2),
2. Pengecekan terhadap keberadaan koperasi tersebut (Pasal 8 Ayat 2).

Syarat untuk pendirian Koperasi Umum :


1. Dua rangkap Salinan Akta Pendirian koperasi dari notaris (NPAK).
2. Berita Acara Rapat Pendirian Koperasi.
3. Daftar hadir rapat pendirian Koperasi
4. Foto Copy KTP Pendiri (urutannya disesuaikan dengan daftar hadir agar
mempermudah pada saat verifikasi).
5. Kuasa pendiri (Pengurus terpilih) untuk mengurus pengesahan pembentukan koperasi.
6. Surat Bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang;kurangnya sebesar simpanan
pokok dan simpanan wajib yang wajib dilunasi para pendiri.
7. Rencana kegiatan usaha koperasi minimal tiga tahun kedepan dan Rencana Anggaran
Belanja dan Pendapatan Koperasi.
8. Daftar susunan pengurus dan pengawas.
9. Daftar sarana kerja koperasi.
10. Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga antara pengurus.
11. Struktur organisasi koperasi.
12. Surat Pernyataan Status kantor koperasi dan bukti pendukungnya.
13. Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Syarat Untuk Pendirian Koperasi Simpan Pinjam (KSP) :


1. Dua rangkap Salinan Akta Pendirian koperasi dari notaris (NPAK)
2. Berita Acara Rapat Pendirian Koperasi
3. Daftar hadir rapat pendirian koperasi
4. Foto Copy KTP Pendiri (urutannya disesuaikan dengan daftar hadir agar
mempermudah pada saat verifikasi)
5. Kuasa pendiri (pengurus terpilih) untuk mengurus permohonan pengesahan
pembentukan koperasi.
6. Surat bukti penyetoran modal sendiri pada awal pendirian KSP berupa deposito pada
bank pemerintah atas nama Menteri Negara Koperasi dan UKM, dilengkapi degan
bukti penyetoran dari anggota kepada koperasi
7. Rencana kerja koperasi minimal (3) tiga tahun kedepan (rencana permodalan, neraca
awal, rencana kegiatan usaha (business plan), rencana bidang organisasi &SDM)
8. Kelengkapan administrasi organisasi dan pembukuan
9. Daftar susunan pengurus dan pengawas
10. Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga antara pengurus.
11. Daftar sarana kerja
12. Permohonan ijin menyelenggarakan usaha simpan pinjam
13. Surat pernyataan bersedia untuk diperiksa dan dinilai kesehatan koperasinya oleh
pejabat yang berwenang
14. Surat pernyataan status kantor koperasi dan bukti pendukungnya
15. Struktur organisasi KSP
16. Nama dan riwayat hidup calon pengelola yang dilengkapi dengan :
 Bukti telah mengikuti pelatihan/magang usaha simpan pinjam koperasi.
 Surat keterangan berkelakuan baik
 Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda
dengan pengurus dan pengawas
 Surat pernyataan pengelola tentang kesediaannya untuk bekerja secara purna
waktu.
 Menteri dapat mengadakan pengecualian mengenai pembayaran bea materai atas
akta pendirian.

TINGKATAN KOPERASI DAN DAERAH KERJA KOPERASI

Menurut keanggotaannya inilah dapat ditentukan tingkatan-tingkatan koperasi, yaitu:

a. Koperasi Primer:
   Primary Society (Koperasi Primer) sekurang-kurangnya dapat dibentuk oleh 20 orang
perorangan (individual) yang masing-masing memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Mampu untuk melakukan tindakan hukum,


2. Menerima landasan idiil, azas dan sendi dasar koperasi,
3. Sanggup dan bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak sebagai anggota,
sebagaimana tercantum dalam UU no. 12 Tahun 1967, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga serta peraturan koperasi lainnya.

Daerah kerja Koperasi Primer terbatas pada satu lingkungan tempat tinggal (pedesaan) atau
lingkungan tempat bekerja (perkantoran, pabrik, kampus, sekolah, dan lain sebagainya).

Dengan demikian merupakan suatu pelanggaran peraturan kalau dalam satu lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan tempat kerja terdapat 2 atau lebih koperasi yang sejenis atau
yang sama usahanya. Terdapatnya 2 atau lebih Koperasi Primer yang sejenis dalam satu
daerah kerja (desa, perkantoran dan lain-lain) dapat menimbulkan beberapa kesulitan
(dampak negatif), antara lain:
1. Dapat menimbulkan persaingan yang akan menjadikan usaha koperasi itu tidak sehat;
2. Dapat menimbulkan terpecah-pecahnya potensi ekonomi dan produksi yang terdapat
dalam satu daerah kerja, sehingga efektivitas dan efisiensi sulit atau bahkan tidak
akan mungkin tercapai.

b. Koperasi Pusat, Gabungan dan Induk:


    Tentang tingkatan koperasi ini sangat berkaitan dengan keanggotaan koperasi yang terdiri
dari badan-badan hukum koperasi, yaitu:

1. Sekurang-kurangnya 5 Koperasi Primer yang telah berbadan hukum dapat membentuk


suatu Pusat Koperasi. Dalam satu kesatuan perjuangan efisiensi akan dapat lebih
terjamin.
2. Sekurang-kurangnya 3 Pusat Koperasi yang telah berbadan hukum dapat membentuk
Gabungan Koperasi;
3. Sekurang-kurangnya 3 Gabungan Koperasi yang tekah berbadan hukum dapat
membentuk Induk Koperasi.

Dari keseluruhan di atas pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan dari Koperasi Primer
yang tidak dapat dipisahkan. Sesuai dengan azas demokrasi, tata kehidupan koperasi
ditentukan oleh para anggota, dilihat dari sudut tata laksana, koperasi harus memiliki
kebijaksanaan yang mengikat antara koperasi bawahan dengan koperasi atasan dan
sebaliknya, deretan kegiatan usaha ekonominya merupakan deretan kegiatan yang terpadu
dengan maksud agar kebutuhan-kebutuhan para anggotanya dapat terpenuhi secara maksimal
dan seekonomis mungkin, dengan lain kata yaitu untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi.
Dalam tingkatan-tingkatan ini, sehubungan dengan dimilikinya kebijaksanaan yang mengikat
antara koperasi tingkat bawah dengan koperasi tingkat atasnya secara timbal-balik tanpa
mengurangi hak koperasi tingkat bawah untuk mengawasi koperasi tingkat atasnya,
merupakan kewajiban dan wewenang koperasi tingkat atasnya untuk memberikan bimbingan
dan pemeriksaan terhadap koperasi tingkat bawahnya, hal demikian bertujuan agar koperasi
yang sehat dapat terjaga pertumbuhannya. Adapun tanggungjawab mengenai jalannya
koperasi bawahan tetap pada koperasi bawahan yang bersangkutan.
Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi

Daerah Kerja
Mengenai daerah kerja suatu badan hukum koperasi pada dasarnya harus cukup memiliki
potensi ekonomi bagi perkembangan koperasi yang bersangkutan, ini berarti agar tercegah
tugas-tugas operasional yang saling bertabrakan dikarenakan terjadinya kompetisi antara
koperasi yang sejenis. Jelasnya untuk Koperasi Primer pada umumnya harus berada di
wilayah adminstrasi pemerintahan yang terendah, yaitu desa, Koperasi Pusat daerah kerjanya
meliputi Kabupaten/Kotamadya, Koperasi Gabungan meliputi satu provinsi dan Koperasi
Induk mempunyai daerah kerja meliputi seluruh Indonesia. Kesemuanya ini hanya berlaku
pada tiap-tiap jenis koperasi, jadi pada suatu desa kemungkinan untuk berdirinya 2 atau 3
Koperasi Primer yang berlainan jenis tetap saja terbuka, karena tugas-tugasnya berlainan dan
tidak akan bertabrakan. Jelasnya sebagai berikut:

1. Di Pedesaan terdapat : Koperasi Primer Kopra, dan Koperasi Primer Batik.


2. Di Kabupaten terdapat : Koperasi Pusat Perkantoran dan Koperasi Pusat
Pembatikan.
3. Di Provinsi terdapat : Koperasi Gabungan Perkopraan dan Koperasi Gabungan
Pembatikan.
4. Di Indonesia terdapat : Koperasi Induk Perkopraan dan Koperasi Induk
Pembatikan.

Menurut pasal 16 UU no. 12 Tahun 1967, daerah kerja koperasi Indonesia pada dasarnya
didasarkan pada ketentuan wilayah adminstrasi pemerintahan dengan memperhatikan
kepentingan ekonomi, di dalam hal di mana ketentuan tersebut tidak dapat dipenuhi, menteri
menentukan lain. Dalam hal ini kita perhatikan misalnya KUD yang merupakan koperasi
serba usaha yang mempunyai sub unit peternakan, sub unit sayur mayur (palawija), sub unit
susu (sapi), yang kemungkinan masing-masing sub unit berada pada desa-desa tertentu, maka
daerah kerjanya tentu akan lebih luas, lazimnya meliputi daerah kecamatan.

Menyinggung tentang hak suara bagi anggota-anggota koperasi, dalam Koperasi Primer
seorang anggota mempunyai satu suara. Dalam hubungannya dengan terwujudnya
pemusatan-pemusatan Koperasi Primer ke tingkat lebih atas, karena dalam hal ini anggota-
anggota koperasi adalah badan hukum, untuk mendekati dasar demokrasi dilakukan menurut
suara yang berimbang (vide pasal 20 ayat (4) UU no. 12 Tahun 1967). artinya anggota-
anggota badan hukum masing-masing mempunyai hak suara yang proporsional
(sebanding) dengan jumlah anggota perorangannya, tetapi dengan ketentuan bahwa untuk
menghindarkan terjadinya "pemborongan suara" oleh anggota badan hukum yang jumlah
anggotanya terlalu banyak, selanjutnya diadakan pembatasan maksimum suara bagi anggota
badan hukum semacam itu.

STRUKTUR INTERN DAN EKSTERN KOPERASI

Struktur organisasi merupakan wujud peran formal yang didalamnya dimaksudkan


sebagai  prosedur, governansi dan mekanisme kontrol, kewenangan serta proses pengambilan
kebijakan. Struktur organisasi koperasi dibentuk sedemikan rupa sesuai dengan ideologi dan
strategi pengembangan untuk memperoleh Strategic Competitiveness sehingga setiap
koperasi boleh jadi mempunyai bentuk yang berbeda secara fungsional karena menyesuaikan
dengan strategi yang sedang dikembangkan tetapi secara basic ideologi terutama terkait
dengan perangkat organisasi koperasi akan menunjukan kesamaan.

Sebagai pengelola koperasi, pengurus menghadapi berbagai macam masalah yang harus
diselesaikan. Masalah yang paling sulit adalah masalah yang timbul dari dalam dirinya
sendiri, yaitu berupa keterbatasan. Keterbatasan dalam hal pengetahuan paling sering terjadi,
sebab seorang pengurus harus diangkat oleh, dan dari anggota, sehingga belum tentu dia
merupakan orang yang profesional di bidang perusahaan. Dengan kemampuannya yang
terbatas, serta tingkat pendidikan yang terbatas pula, pengurus perlu mengangkat karyawan
yang bertugas membantunya dalam mengelola koperasi agar pekerjaan koperasi dapat
diselesaikan dengan baik. Dengan masuknya berbagai pihak yang ikut membantu pengurus
mengelola usaha koperasi, semakin kompleks pula struktur organisasi koperasi tersebut.
Pemilihan bentuk struktur organisasi koperasi harus disesuaikan dengan macam usaha,
volume usaha, maupun luas pasar dari produk yang dihasilkan. Pada prinsipnya semua bentuk
organisasi baik, walaupun masing-masing mempunyai kelemahan.

Dalam koperasi kita mengenal 3 perangkat organisasi yang digunakan yaitu:

a. Rapat Anggota
Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam organisasi
koperasi.
b. Pengurus
Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota koperasi. Dalam
hal ini pengurus menjadi pemegang kuasa rapat anggota. Tugas pengurus adalah
mengelola koperasi dalam usahanya, mengajukan rancangan rencana kerja serta
rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, menyelenggarakan
rapat anggota, mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas, menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib, dan
memelihara daftar buku anggota dan pengurus. Pengurus koperasi dapat mengangkat
pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Masa jabatan
pengurus dibatasi 5 (lima) tahun.
c. Pengawas
Pengawas juga dipilih oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota dan bertanggung
jawab kepada Rapat Anggota. Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi, dan membuat laporan tertulis
tentang hasil pengawasannya.

Bentuk Organisasi Koperasi Menurut Para Ahli :

Bentuk Organisasi Menurut Ropke :


Koperasi merupakan bentuk organisasi bisnis yang para anggotanya adalah juga
pelanggar utama dari perusahaan.
 Identifikasi Ciri Khusus.
a. Kumpulan sejumlah individu dengan tujuan yang sama (kelompok
koperasi).
b. Kelompok usaha untuk perbaikan kondisi sosial ekonomi (swadaya
kelompok koperasi).
c. Pemanfaatan koperasi secara bersama oleh anggota (perusahaan koperasi)
d. Koperasi bertugas untuk menunjang kebutuhan para anggotanya
(penyediaan barang dan jasa).
 Sub system
a. Anggota Koperasi.
b. Badan Usaha Koperasi.
c. Organisasi Koperasi.

Bentuk Organisasi Menurut Hanel :

Merupakan bentuk koperasi / organisasi yang tanpa memperhatikan bentuk hukum dan dapat
didefiniskan dengan pengertian hukum.

 Suatu sistem sosial ekonomi atau sosial tehnik yang terbuka dan berorientasi pada
tujuan.
 Sub sistem koperasi :
a. Individu (pemilik dan konsumen akhir).
b. Pengusaha Perorangan/kelompok ( pemasok /supplier).
c. Badan Usaha yang melayani anggota dan masyarakat.

Struktur organisasi koperasi dapat dibentuk dari segi internal dan eksternal organisasi.

Struktur Internal Organisasi Koperasi

Struktur internal organisasi koperasi melibatkan perangkat organisasi di dalam organisasi itu
sendiri. Perangkat organisasi koperasi adalah rapat anggota, pengurus, pengawas, dan
pengelola. Di antara rapat anggota, penggurus, dan pengelola terjalin hubungan perintah dan
tanggung jawab. Sedangkan pengawas hanya memiliki hubungan satu arah, yaitu
bertanggung jawab terhadap rapat anggota, tanpa memberikan perintah pada pengakat
organisasi lainnya

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini :


Anggota : Setiap orang yang terdaftar sebagai peserta pemilik koperasi sesuai dengan
persyaratan dalam anggaran dasar.

Rapat Anggota : Pemegang  kekuasan tertinggi dalam organisasi koperasi.

Pengurus : Melaksanakan keputusan keputusan yang ditetapkan oleh rapat anggota untuk
menggerakkan roda organisasi dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan.

Pengawas : Bertugas melaksanakan pengawasan atas pekerjaan pengawasannya.

Pengelola : Pelaksana harian kegiatan koperasi yang diangkat oleh pengurus koperasi atas
persetujuan rapat anggota.

 Struktur Eksternal Organisasi Koperasi

Struktur eksternal organisasi koperasi berkaitan dengan adanya penggabungan koperasi


sejenis pada suatu wilayah tertentu. Penggabungan itu dibutuhkan untuk pembinaan,
pelatihan, kemudian mendapat modal, dan kebutuhan kemudahan lainnya. Berkaitan dengan
itu, adanya koperasi induk, koperasi gabungan, koperasi pusat, dan koperasi primer. Berikut
adalah bagan struktur eksternal organisasi koperasi :

 
Koperasi Induk : Gabungan dari paling sedikit 3 koperasi gabungan yang berkedudukan di
ibukota Negara.

Koperasi Gabungan : Gabungan dari paling sedikit 3 koperasi pusat dan berkedudukan di
ibukota provinsi.

Koperasi Pusat : Gabungan dari paling sedikit 4 koperasi primer dan berkedudukan di ibukota
kabupaten.

Koperasi Primer :  Koperasi yang merupakan perkumpulan dari paling sedikit 20 orang yang
bergabung dengan tujuan yang sama

Anda mungkin juga menyukai