RMK 3 Pedoman Dan Tata Cara Mendirikan Koperasi KLP 8
RMK 3 Pedoman Dan Tata Cara Mendirikan Koperasi KLP 8
OLEH :
KELOMPOK 8
2019
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN KOPERASI
Pelaksanaan koperasi perlu adanya dasar hukum untuk mengaturnya di dalamnya. Dasar
hukum Koperasi Indonesia yaitu UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang di
dalamnya mengatur tentang fungsi, peran, dan prinsip koperasi. Undang-undang ini disahkan
di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1992, di tandatangani oleh Presiden RI Soeharto, Presiden
RI pada masa itu dan di umumkan pada Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 116. Dan
demikian dengan terbitnya UU Nomor 25 Tahun 1992 maka UU Nomor 12 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 23 dan
Tambahan Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 2832, yang sebelumnya dipergunakan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Koperasi Indonesia berdasarkan UU No. 25 tahun 1992, koperasi suatu badan usaha yang
dipandang oleh undang-undang sebagai suatu perusahaan. Dimana dibentuk oleh anggota-
anggotanya untuk melakukan kegiatan usaha dan menunjang kepentingan ekonomi
anggotanya.
Dasar-dasar hukum koperasi Indonesia :
a. Koperasi Primer:
Primary Society (Koperasi Primer) sekurang-kurangnya dapat dibentuk oleh 20 orang
perorangan (individual) yang masing-masing memenuhi syarat sebagai berikut:
Daerah kerja Koperasi Primer terbatas pada satu lingkungan tempat tinggal (pedesaan) atau
lingkungan tempat bekerja (perkantoran, pabrik, kampus, sekolah, dan lain sebagainya).
Dengan demikian merupakan suatu pelanggaran peraturan kalau dalam satu lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan tempat kerja terdapat 2 atau lebih koperasi yang sejenis atau
yang sama usahanya. Terdapatnya 2 atau lebih Koperasi Primer yang sejenis dalam satu
daerah kerja (desa, perkantoran dan lain-lain) dapat menimbulkan beberapa kesulitan
(dampak negatif), antara lain:
1. Dapat menimbulkan persaingan yang akan menjadikan usaha koperasi itu tidak sehat;
2. Dapat menimbulkan terpecah-pecahnya potensi ekonomi dan produksi yang terdapat
dalam satu daerah kerja, sehingga efektivitas dan efisiensi sulit atau bahkan tidak
akan mungkin tercapai.
Dari keseluruhan di atas pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan dari Koperasi Primer
yang tidak dapat dipisahkan. Sesuai dengan azas demokrasi, tata kehidupan koperasi
ditentukan oleh para anggota, dilihat dari sudut tata laksana, koperasi harus memiliki
kebijaksanaan yang mengikat antara koperasi bawahan dengan koperasi atasan dan
sebaliknya, deretan kegiatan usaha ekonominya merupakan deretan kegiatan yang terpadu
dengan maksud agar kebutuhan-kebutuhan para anggotanya dapat terpenuhi secara maksimal
dan seekonomis mungkin, dengan lain kata yaitu untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi.
Dalam tingkatan-tingkatan ini, sehubungan dengan dimilikinya kebijaksanaan yang mengikat
antara koperasi tingkat bawah dengan koperasi tingkat atasnya secara timbal-balik tanpa
mengurangi hak koperasi tingkat bawah untuk mengawasi koperasi tingkat atasnya,
merupakan kewajiban dan wewenang koperasi tingkat atasnya untuk memberikan bimbingan
dan pemeriksaan terhadap koperasi tingkat bawahnya, hal demikian bertujuan agar koperasi
yang sehat dapat terjaga pertumbuhannya. Adapun tanggungjawab mengenai jalannya
koperasi bawahan tetap pada koperasi bawahan yang bersangkutan.
Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi
Daerah Kerja
Mengenai daerah kerja suatu badan hukum koperasi pada dasarnya harus cukup memiliki
potensi ekonomi bagi perkembangan koperasi yang bersangkutan, ini berarti agar tercegah
tugas-tugas operasional yang saling bertabrakan dikarenakan terjadinya kompetisi antara
koperasi yang sejenis. Jelasnya untuk Koperasi Primer pada umumnya harus berada di
wilayah adminstrasi pemerintahan yang terendah, yaitu desa, Koperasi Pusat daerah kerjanya
meliputi Kabupaten/Kotamadya, Koperasi Gabungan meliputi satu provinsi dan Koperasi
Induk mempunyai daerah kerja meliputi seluruh Indonesia. Kesemuanya ini hanya berlaku
pada tiap-tiap jenis koperasi, jadi pada suatu desa kemungkinan untuk berdirinya 2 atau 3
Koperasi Primer yang berlainan jenis tetap saja terbuka, karena tugas-tugasnya berlainan dan
tidak akan bertabrakan. Jelasnya sebagai berikut:
Menurut pasal 16 UU no. 12 Tahun 1967, daerah kerja koperasi Indonesia pada dasarnya
didasarkan pada ketentuan wilayah adminstrasi pemerintahan dengan memperhatikan
kepentingan ekonomi, di dalam hal di mana ketentuan tersebut tidak dapat dipenuhi, menteri
menentukan lain. Dalam hal ini kita perhatikan misalnya KUD yang merupakan koperasi
serba usaha yang mempunyai sub unit peternakan, sub unit sayur mayur (palawija), sub unit
susu (sapi), yang kemungkinan masing-masing sub unit berada pada desa-desa tertentu, maka
daerah kerjanya tentu akan lebih luas, lazimnya meliputi daerah kecamatan.
Menyinggung tentang hak suara bagi anggota-anggota koperasi, dalam Koperasi Primer
seorang anggota mempunyai satu suara. Dalam hubungannya dengan terwujudnya
pemusatan-pemusatan Koperasi Primer ke tingkat lebih atas, karena dalam hal ini anggota-
anggota koperasi adalah badan hukum, untuk mendekati dasar demokrasi dilakukan menurut
suara yang berimbang (vide pasal 20 ayat (4) UU no. 12 Tahun 1967). artinya anggota-
anggota badan hukum masing-masing mempunyai hak suara yang proporsional
(sebanding) dengan jumlah anggota perorangannya, tetapi dengan ketentuan bahwa untuk
menghindarkan terjadinya "pemborongan suara" oleh anggota badan hukum yang jumlah
anggotanya terlalu banyak, selanjutnya diadakan pembatasan maksimum suara bagi anggota
badan hukum semacam itu.
Sebagai pengelola koperasi, pengurus menghadapi berbagai macam masalah yang harus
diselesaikan. Masalah yang paling sulit adalah masalah yang timbul dari dalam dirinya
sendiri, yaitu berupa keterbatasan. Keterbatasan dalam hal pengetahuan paling sering terjadi,
sebab seorang pengurus harus diangkat oleh, dan dari anggota, sehingga belum tentu dia
merupakan orang yang profesional di bidang perusahaan. Dengan kemampuannya yang
terbatas, serta tingkat pendidikan yang terbatas pula, pengurus perlu mengangkat karyawan
yang bertugas membantunya dalam mengelola koperasi agar pekerjaan koperasi dapat
diselesaikan dengan baik. Dengan masuknya berbagai pihak yang ikut membantu pengurus
mengelola usaha koperasi, semakin kompleks pula struktur organisasi koperasi tersebut.
Pemilihan bentuk struktur organisasi koperasi harus disesuaikan dengan macam usaha,
volume usaha, maupun luas pasar dari produk yang dihasilkan. Pada prinsipnya semua bentuk
organisasi baik, walaupun masing-masing mempunyai kelemahan.
a. Rapat Anggota
Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam organisasi
koperasi.
b. Pengurus
Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota koperasi. Dalam
hal ini pengurus menjadi pemegang kuasa rapat anggota. Tugas pengurus adalah
mengelola koperasi dalam usahanya, mengajukan rancangan rencana kerja serta
rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, menyelenggarakan
rapat anggota, mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas, menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib, dan
memelihara daftar buku anggota dan pengurus. Pengurus koperasi dapat mengangkat
pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Masa jabatan
pengurus dibatasi 5 (lima) tahun.
c. Pengawas
Pengawas juga dipilih oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota dan bertanggung
jawab kepada Rapat Anggota. Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi, dan membuat laporan tertulis
tentang hasil pengawasannya.
Merupakan bentuk koperasi / organisasi yang tanpa memperhatikan bentuk hukum dan dapat
didefiniskan dengan pengertian hukum.
Suatu sistem sosial ekonomi atau sosial tehnik yang terbuka dan berorientasi pada
tujuan.
Sub sistem koperasi :
a. Individu (pemilik dan konsumen akhir).
b. Pengusaha Perorangan/kelompok ( pemasok /supplier).
c. Badan Usaha yang melayani anggota dan masyarakat.
Struktur organisasi koperasi dapat dibentuk dari segi internal dan eksternal organisasi.
Struktur internal organisasi koperasi melibatkan perangkat organisasi di dalam organisasi itu
sendiri. Perangkat organisasi koperasi adalah rapat anggota, pengurus, pengawas, dan
pengelola. Di antara rapat anggota, penggurus, dan pengelola terjalin hubungan perintah dan
tanggung jawab. Sedangkan pengawas hanya memiliki hubungan satu arah, yaitu
bertanggung jawab terhadap rapat anggota, tanpa memberikan perintah pada pengakat
organisasi lainnya
Pengurus : Melaksanakan keputusan keputusan yang ditetapkan oleh rapat anggota untuk
menggerakkan roda organisasi dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan.
Pengelola : Pelaksana harian kegiatan koperasi yang diangkat oleh pengurus koperasi atas
persetujuan rapat anggota.
Koperasi Induk : Gabungan dari paling sedikit 3 koperasi gabungan yang berkedudukan di
ibukota Negara.
Koperasi Gabungan : Gabungan dari paling sedikit 3 koperasi pusat dan berkedudukan di
ibukota provinsi.
Koperasi Pusat : Gabungan dari paling sedikit 4 koperasi primer dan berkedudukan di ibukota
kabupaten.
Koperasi Primer : Koperasi yang merupakan perkumpulan dari paling sedikit 20 orang yang
bergabung dengan tujuan yang sama