Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI KOPERASI DAN UMKM

KINERJA KOPERASI INDONESIA

OLEH :

KELOMPOK 8

1. Ni Made Widya Martha Pratiwi (1902622010308/ 17)


2. Ni Made Ita Dwiningtyas (1902622010321/ 30)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
KINERJA KOPERASI INDONESIA

I. Variabel Kinerja Koperasi


Secara umum, variabel kinerja koperasi diukur dengan tujuan agar melihat
perkembangan atau pertumbuhan koperasi di Indonesia diantaranya terdiri dari
kelembagaan , keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha. Yang
Semua variabel tersebut dasarnya belum bisa mencerminkan dengan tepat untuk dapat
melihat peran koperasi kepada pembangunan ekonomi nasional. Begitu juga dampak dari
koperasi terhadap peningkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belum tercermin dari
variabel-variabel yang sudah ada.
II. Prinsip Pengukuran Kinerja Koperasi

Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan patokan hasil


untuk dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran
kinerja seringkali membutuhkan penggunaan bukti statistik untuk menentukan tingkat
kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik
dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum. Pengukuran
Kinerja juga merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada
kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator - indikator masukan, keluaran,
hasil, kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:

1. Aktivitas kerja yang harus diukur.


2. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena darinya tidak
ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
3. Kerja yang tak diukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
4. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur.
5. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih sekedar
mengetahui tingkat usaha.
6. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan adalah
cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja operasional.
7. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara periodik.
8. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan korektif yang segera dan tepat
waktu.
9. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan untuk manajemen kendali yang
efektif.

III. Kelembagaan, Keanggotaan, Volume Usaha, Permodalan, Asset dan SHU


A. Kelembagaan Koperasi
Kelembagaan, institusi, pada umumnya lebih di arahkan kepada organisasi,
wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai tempat, sedangkan pengertian lembaga
mencakup juga aturan main, etika, kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu
organisasi maupun suatu sistem.
Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam organisasi
atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu
dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Lembaga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu lembaga formal dan non -
formal. Lembaga formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki hubungan
kerja rasional dan mempunyai tujuan bersama, biasanya mempunyai struktur organisasi
yang jelas, contohnya perseroan terbatas, sekolah, partai politik, badan pemerintah, dan
sebagainya. Lembaga non - formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai tujuan bersama dan biasanya hanya memiliki ketua saja. Contohnya arisan
ibu-ibu rumah tangga, belajar bersama, dan sebagainya.

Terdapat 3 tujuan sebuah lembaga didirikan :

1. Memaksimumkan Keuntungan, sebuah lembaga harus mampu memaksimalkan


keuntungan yang didapat untuk meningkatkan kualitasnya, anggota maupun
sekitarnya.
2. Memaksimumkan Nilai Perusahaan, setelah sebuah lembaga mendapatkan
keuntungan maksimal, lembaga itupun harus melaksanakan nilai-nilai yang
diemban sejak didirikan.
3. Meminimumkan Biaya, untuk melaksanakan kedua poin tersebut sebuah lembaga
harus mampu memanfaatkan resource yang ada ataupun yang terbatas untuk
mengefisiensikan pelaksanaannya.
B. Keanggotaan

Anggota koperasi merupakan pemilik dan juga pengguna jasa koperasi. Dalam
koperasi ada pula anggota luar biasa. Dikatakan luar biasa bila persyaratan untuk menjadi
anggota tidak sepenuhnya dapat dipenuhi seperti yang ditentukan dalam anggaran dasar.

Syarat Keanggotaan Koperasi :


1. Setiap warga negara Indonesia (WNI) yang mampu melakukan tindakan hukum atau
badan hukum koperasi yang memenuhi persyaratan.
2. Menerima landasan dan asas koperasi.
3. Bersedia melakukan kewajiban - kewajiban dan hak - haknya sebagai anggota.

Sifat Keanggotaan Koperasi :

1. Terbuka dan sukarela.


2. Dapat diperoleh dan diakhiri setelah syarat-syarat dalam anggaran dasar terpenuhi.
3. Tidak dapat dipindahtangankan.
4. Berakhirnya Keanggotaan Koperasi
5. Meninggal dunia.
6. Meminta berhenti karena kehendak sendiri.
7. Diberhentikan pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan.

Kewajiban Anggota Koperasi Tercantum dalam Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992 :

1. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah
disepakati rapat anggota.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.
3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Hak Anggota Koperasi Menurut Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992 :

1. Menghadiri dan menyatakan pendapat serta memberikan suara dalam rapat anggota.
2. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas.
3. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
4. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta
maupun tidak diminta.
5. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antar anggota.
6. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam
anggaran dasar.

Permintaan Menjadi Anggota Koperasi

Setiap orang yang ingin menjadi anggota koperasi perlu mempelajari lebih dahulu
maksud dan tujuan koperasi tersebut, terutama mengenai syarat-syarat keanggotaan dan hak
serta kewajibannya sebagai anggota.

Jika persyaratan sudah diterima, selanjutnya calon mengisi formulir pendaftaran dikoperasi
tersebut.

Jika pengurus menyetujui permintaan calon anggota, maka selanjutnya harus diberitahukan
kepada yang bersangkutan mulai saat tersebut dapat diterima menjadi anggota koperasi.

Bila permohonan seseorang menjadi anggota koperasi ditolak, maka pencalonannya sebagai
anggota dapat diajukan kembali dalam RA yang akan datang, dan keputusannya akan
mengikat pengurus untuk memenuhinya.

Bukti Keanggotaan Koperasi

Buku daftar anggota merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UU Koperasi, karena buku
daftar anggota memuat tentang nama lengkap, umur, mata pencaharian, tempat tinggal,
tanggal masuk menjadi anggota, cap ibu jari kiri atau tanda tangan anggota, sebab
diberhentikannya seorang anggota, tanda tangan ketua dan tanggal dibubuhinya tanda tangan
tersebut.

C. Volume Usaha Koperasi

Volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada
suatu periode atau tahun buku yang bersangkutan (Sitio, 2001:141). Dengan demikian
volume usaha koperasi adalah akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa sejak awal tahun
buku sampai dengan akhir tahun buku. Aktivitas ekonomi koperasi pada hakikatnya dapat
dilihat dari besarnya volume usaha koperasi tersebut. Kegiatan atau usaha yang dilakukan
oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terutama bagi anggota
koperasi dan masyarakat pada umumnya.

D. Permodalan Koperasi
Seperti yang diuraikan dalam undang-undang koperasi, bahwa sumber modal koperasi
terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan-simpanan pokok, wajib maupun sukarela
dana cadangannya yang dikumpulkan dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi.

Berikut adalah sumber – sumber modal koperasi :

1) Modal Dasar

Tujuan utama mendirikan sebuah organisasi koperasi adalah untuk mengakumulasikan


potensi keuangan para pendiri dan anggotanya yang meskipun pada awalnya berjumlah kecil
tetapi tetap ada.

2) Modal Sendiri

a) Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas koperasi oleh
para pendiri atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak
dapat ditarik kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat
menjadi anggota koperasi.

b) Simpanan Wajib

Konsekuensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua anggota koperasi yang
dapat disesuaikan besar kecilnya dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang
hendak dikumpulkan, karena itu akumulasi simpanan wajib para anggota harus diarahkan
mencapai jumlah tertentu agar dapat menunjang kebutuhan dana yang akan digunakan
menjalankan usaha koperasi.

c) Dana Cadangan

Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang tidak
dibagikan kepada anggota; tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang dapat
digunakan sewaktu - waktu apabila koperasi membutuhkan dana secara mendadak atau
menutup kerugian dalam usaha.

d) Hibah

Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma - cuma yang tidak mengharapkan
pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun. Siapa pun dapat memberikan hibah
kepada koperasi dalam bentuk apapun sepanjang memiliki pengertian seperti itu; untuk
menghindarkan koperasi menjadi tergantung dengan pemberi hibah sehingga dapat
mengganggu prinsip-prisnsip dan asas koperasi.

Modal Pinjaman

a) Pinjaman dari Anggota

Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan sukarela
anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan
tergantung dari kerelaan anggota. sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai
uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.

b) Pinjaman dari Koperasi Lain

Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan usaha
koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja
sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit; tergantung
dari kebutuhan modal yang diperlukan.

c) Pinjaman dari Lembaga Keuangan

Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi mendapat prioritas
dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi sebetulnya merupakan
komitmen pemerintah dari negara - negara yang bersangkutan untuk mengangkat kemampuan
ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.

d) Obligasi dan Surat Utang

Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat utang kepada
masyarakat investor untuk mencari dana segar dari masyarakat umum diluar anggota
koperasi. Mengenai persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam
ketentuan otoritas pasar modal yang ada.

e) Sumber Keuangan Lain

Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang tidak sah
dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.
Distribusi Cadangan Koperasi

Cadangan menurut UU No. 25/1992, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan
sisa hasil usaha yang dimasukkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan. Sesuai Anggaran Dasar yang menunjuk pada UU No.
12/1967 menentukan bahwa 25% dari SHU yang diperoleh dari usaha anggota disisihkan
untuk Cadangan, sedangkan SHU yang berasal bukan dari usaha anggota sebesar 60%
disisihkan untuk Cadangan. Banyak sekali manfaat distribusi cadangan, seperti contoh di
bawah ini:

1. Memenuhi kewajiban tertentu


2. Meningkatkan jumlah operating kapital koperasi
3. Sebagai jaminan untuk kemungkinan kemungkinan rugi di kemudian hari
4. Perluasan usaha.

E. Aset Koperasi

窗体顶端

窗体底端

Aset merupakan sumber daya yang dikuasai koperasi sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh koperasi. Aset
yang diperoleh dari sumbangan, yang tidak terikat penggunaannya, diakui sebagai aset tetap.
Komponen Aset :

1. Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun.
Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
2. Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam
jangka waktu siklus operasi normal entitas;
3. Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan);
4. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan.

Aset lancar meliputi komponen perkiraan:


1. Kas adalah nilai mata uang kertas dan logam, baik dalam rupiah maupun mata uang
asing sebagai alat pembayaran sah.
2. Bank adalah simpanan koperasi pada bank tertentu yang likuid, seperti: tabungan, giro
dan deposito serta simpanan lainnya.
3. Surat berharga adalah investasi dalam berbagai bentuk surat berharga, yang dapat
dicairkan dan diperjualbelikan dalam bentuk tunai setiap saat;
4. Piutang Usaha adalah tagihan koperasi sebagai akibat penyerahan barang/jasa kepada
pihak lain yang tidak dibayar secara tunai.
5. Piutang Pinjaman Anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi
pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada anggota.
6. Piutang Pinjaman Non anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi
pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada non anggota.
7. Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah penyisihan nilai tertentu, sebagai "pengurang
nilai nominal" piutang pinjaman atas terjadinya kemungkinan risiko piutang tak
tertagih, yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian akibat pemberian
piutang pinjaman.
8. Persediaan adalah nilai kekayaan koperasi yang diinvestasikan dalam bentuk
persediaan, baik persediaan dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi, maupun
barang jadi untuk diperdagangkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada
anggota dan penyelenggaraan transaksi dengan non anggota;
9. Biaya dibayar di muka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada pihak lain
untuk memperoleh manfaat barang/jasa tertentu.
10. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima adalah berbagai jenis pendapatan koperasi
yang sudah dapat diakui sebagai pendapatan tetapi belum dapat diterima oleh
koperasi;
11. Aset Lancar Lain-lain.

Aset Tidak Lancar

Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset, masa manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki serta digunakan dalam kegiatan operasional
dengan kompensasi penggunaan berupa biaya depresiasi (penyusutan).

Aset tidak lancar meliputi komponen perkiraan:


1. Investasi Jangka Panjang, adalah aset atau kekayaan yang diinvestasikan pada koperasi
sekunder, koperasi lain atau perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun tidak
dapat dicairkan, berupa simpanan atau penyertaan modal.
2. Properti Investasi, adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik/koperasi atau lessee melalui
sewa pembiayaan) dan dapat menghasilkan sewa atau kenaikan nilai atau kedua-
duanya. Properti investasi tidak digunakan untuk kegiatan produksi atau penyediaan
barang/jasa, tujuan administratif, atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
3. Akumulasi Penyusutan Properti Investasi, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu
properti investasi, sebagai akibat penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi
penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai dengan umur
manfaatnya.
4. Aset Tetap, adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan
produksi, atau penyediaan barang/jasa untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan digunakan lebih dari satu periode. Aset tetap mencakup perkiraan:
Tanah/Hak Atas Tanah, Bangunan, Mesin dan Kendaraan, Inventaris dan Peralatan
Kantor.
5. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu aset tetap
yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu.
Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai
dengan umur manfaatnya.
6. Aset Tidak Berwujud, adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi namun tidak
mempunyai wujud fisik. Dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan produksi atau
disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif. Contoh aset tidak
berwujud antara lain: hak paten, hak cipta, hak pengusaha hutan, kuota impor/ekspor,
waralaba.
7. Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu
aset tidak berwujud yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan
berlalunya waktu.
8. Aset Tidak Lancar Lain, adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana pada butir 1
sampai dengan 7 seperti bangunan yang belum selesai dibangun.

F. SHU ( Sisa Hasil Usaha)


Pengertian SHU

Secara kompleks arti dari sisa hasil usaha dalam koperasi atau yang lebih dikenal
dengan (SHU) koperasi. SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau
penerimaan total (total revenue ) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau
biaya total (total cost) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu. Lebih lanjut
pembahasan mengenai pengertian koperasi bila ditinjau menurut UU No.25/1992, tentang
perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut:

a. SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku
dikurang dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun
buku yang bersangkutan.
b. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha
yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk
keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
c. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
d. Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya
ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART Koperasi.
e. Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya
partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
f. Semakin besar transaksi(usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin
besar SHU yang akan diterima.

Informasi Dasar SHU

1. Bagian SHU anggota.


2. Total simpanan seluruh anggota.
3. SHU total pada satu tahun.
4. Omzet para anggotanya.
5. Jumlah simpanan anggota.
6. Bagian SHU transaksi usaha anggotanya.
7. Total keseluruhan trasaksi anggota.
8. Bagian SHU simpanan anggotanya.

Rumus SHU
1. Persentase jasa modal = (Bagian SHU untuk jasa modal : Total modal) x 100%
Keterangan:
– Modal koperasi terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib.
– Simpanan sukarela tidak termasuk modal tetapi utang

2. Persentase jasa anggota = (Bagian SHU untuk jasa anggota : Total Penjualan
Koperasi)x 100%
Keterangan:
– Perhitungan di atas adalah untuk koperasi konsumsi
– Untuk koperasi simpan pinjam, total penjualan diganti dengan total pinjaman

3. Hasil yang diterima :


– Jasa modal = (Bagian SHU untuk jasa modal : Total modal) x Modal
– Jasa anggota = (Bagian SHU untuk jasa anggota : Total Penjualan Koperasi) x
Pembelian.

Pembagian SHU

Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi merupkan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam
satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan. SHU tersebut setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan
kepada anggota koperasi sebanding dengan jasa masing-masing anggota koperasi, serta
digunakan untuk pendidikan perkoperasian dan keperluan lain, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota. Menurut ketentuan UU No.25/1992 pasal 45 SHU koperasi digunakan
untuk :

1. Dana Cadangan
2. Jasa Untuk Anggota
3. Dana Pendidikan
4. Keperluan lain

IV. Efisiensi Koperasi


Efisiensi koperasi adalah suatu teori yang membahas tentang suatu hasil yang sesuai
dengan kemauan dan harapan yang akan membuahkan hasil maksimal. Koperasi adalah
badan usaha yang di dasari dengan rasa tanggung jawab dan tegas pada setiap anggota -
anggotanya, sehingga didalam koperasi ada kerja sama yang apik yang dapat
menghasilkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang akan di peroleh oleh para
anggota. Koperasi juga adalah badan usaha yang pada dasarnya di landasi oleh pikiran
sebagai usaha kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal. Ukuran yang terjadi untuk
memanfaatkan ekonomis adalah manfaat ekonomi dan pengukurannya dihubungkan oleh
teori efisiensi , efektivitas serta waktu diperolehnya manfaat ekonomi tersebut. Efisiensi
dalam ilmu ekonomi digunakan untuk merujuk penggunaan sejumlah konsep yang terkait
pada penggunaan secara maksimal dan pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses
produksi barang ataupun jasa pada setiap waktu. Sebuah sistem ekonomi dapat di
kategorikan memenuhi kriteria apabila :
a. Tidak ada yang bisa dibuat menjadi lebih makmur bila tidak ada pengorbanan
b. Tidak ada pengeluaran yang dapat di peroleh tanpa adanya peningkatan jumlah
pemasukan
c. Tidak ada produksi bila tanpa adanya biaya yang rendah dalam satuan unit.

Definisi tersebut tidak akan selalu sama akan tetapi pada umumnya akan mencakup semua
ide yang hanya dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Sebuah system ekonomi
yang efisien dapat member lebih banyak barang dan jasa bagi masyarakat tanpa
menggunakan lebih banyak sumber daya. Dalam ekonomi pasar secara umum diyakini akan
lebih efisien dibandingkan dengan alternatif lainnya. Yang pertama mendasar dalil
kesejahteraan berdasarkan penyediaan kepercayaan oleh karena itu bagi yang menyatakan
bahwa setiap pasar berkeseimbangan sempurna berdasarkan kompetitif adalah efisien.
Namun, tidak ada teori dasar yang jelas bahwa dengan menghapus distorsi pasar maka akan
selalu dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Selanjutnya yang kedua berdasarkan dalil yang
menyatakan bahwa jika ada beberapa distorsi pasar maka tidak dapat dihindari hanya dalam
satu sektor saja yang akan bergerak ke arah yang lebih besar dalam kesempurnaan pasar
terdapat sektor lain yang bisa menurunkan efisiensi. Efesiensi adalah penghematan
pemasukan (input) yang di ukur dengan cara membandingkan pemasukan anggaran (Ia)
dengan pemasukan realisasi atau sesungguhnya (Is), jika (Is) terbagi menjadi dua yaitu :

a. Manfaat ekonomi langsung (MEL)

Adalah manfaat ekonomi yang di terima langsung oleh anggota pada saat terjadinya transaksi
antara anggota dan dengan koperasinya.

b. Manfaat ekonomi tidak langsung (MELT)


Adalah manfaat ekonomi yang di terima oleh anggota bukan pada saat terjadinya antara
anggota dan dengan koperasinya, tetapi diperoleh kemudian setelah berakhirnya periode
tertentu atau periode pelaporan keuangan atau penanggung jawaban pengurus dan dan
pengawas yakni penerimaan SHU anggota.

Cara perhitungan manfaat ekonomi pelayanan koperasi yang di terima anggota :

TME = MEL + MELT

MEN = (MEL + MELT) – BA

Dan cara perhitungan manfaat ekonomi langsung untuk para usaha koperasi yang melakukan
kegiatan serba usaha (multipurpose) baik secara individu maupun kelompok, yaitu :

MEL = EFP + EFPK + EvS + EvP + EvPU

METL = SHUa

V. Klasifikasi Koperasi

Klasifikasi jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan berbagai hal:

1. Penggolongan koperasi berdasarkan pada ketentuan pemerintah yang diberlakukan pada


koperasi. Pada penggolongan ini koperasi dibedakan sebagai berikut:
a. Koperasi Unit Desa (KUD). Koperasi ini diarahkan khusus untuk masyarakat
pedesaan.
b. Koperasi Umum. Koperasi umum dapat didirikan oleh siapa saja dan dimana saja.

2. Berdasarkan banyaknya jenis usaha:


a. Koperasi Single Purpose. Koperasi yang hanya mempunyai satu jenis usaha.
b. Koperasi Multi Purpose. Koperasi yang mempunyai lebih dari satu macam jenis usaha
yang dikelola secara bersamaan.

3. Koperasi dibedakan menurut jenis lapangan usaha, yaitu sebagai berikut:


a. Koperasi Kredit Atau Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi yang mengelola usaha
simpan pinjam seperti halnya bank.
b. Koperasi Produksi. Koperasi yang mengelola usaha produksi barang tertentu. Contoh:
koperasi pengrajin batik, koperasi susu, dan koperasi pengusaha tahu Indonesia.
c. Koperasi Konsumsi. Koperasi yang mengelola usaha penjualan barang-barang
konsumsi. Wujud usaha koperasi ini biasanya berbentuk toko.
d. Koperasi Jasa. Koperasi yang mengelola usaha layanan jasa.

4. Didasarkan pada jenis anggota:


a. Koperasi Primer. Koperasi yang anggotanya orang-perorang, jumlah minimal anggota
koperasi ini dua puluh orang.
b. Koperasi Sekunder. Koperasi yang anggotanya badan hukum koperasi.
Koperasi didasarkan pada status anggota, yaitu sebagai berikut :
a. Koperasi pegawai negeri.
b. Koperasi petani.
c. Koperasi pedagang.
d. Koperasi nelayan.
e. Koperasi siswa dan koperasi mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai