Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN STRATEJIK

KELOMPOK 1

DI SUSUN OLEH:

1. Andi Dzakwan Mallarangeng ( 1993141035 )

2. Ahmad Almuhtadibillah ( 1993141028 )

3. Nurwinda ( 1993141026 )

4. Mery ( 1993141023 )

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN B 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Dalam perkembangan dunia yang sangat cepat, khususnya Indonesia
mengakibatkan lingkungan bisnis semakin kompetitif, manajemen organisasi yang
baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh organisasi baik
organisasi profit maupun organisasi non profit. Kini tidak hanya organisasi profit saja
yang dituntut untuk memiliki daya saing, organisasi nonprofit (nirlaba) juga dituntut
untuk bekerja secara profesional layaknya organisasi swasta. Sebuah organisasi
dituntut memiliki misi yang jelas (Drucker, 1993:79), serta mampu bertahan dengan
perubahan lingkungannya (Armitage, 1992:70). Sebuah Organisasi agar dapat
bertahan dan bersaing, Pertama, organisasi harus berpikir strategis, yang tidak pernah
dilakukan sebelumnya. Kedua, organisasi harus menerjemahkan inputnya untuk
strategi efektif guna menanggulangi lingkungannya yang telah berubah. Ketiga,
organisasi harus mengembangkan alasan yang diperlukan untuk meletakkan landasan
bagi pemakaian dan pelaksanaan strateginya. Perencanaan strategis dapat membantu
berpikir dan bertindak strategis bagi pemimpin dan manajer organisasi publik dan
nirlaba. Perencanaan strategis merupakan proses yang digunakan untuk mengevaluasi
peluang dan resiko serta menentukan kekuatan dan kelemahan dalam usaha untuk
mendefinisikan misi perusahaan, membentuk sasaran jangka panjang dan
merumuskan strateginya (Durbin & Ireland (1993:43) 1 2 Menurut Kaplan & Norton
(1996:35) para manajer menjalankan perencanaan strategis sebagai proses
merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam upaya menyediakan nilai bagi
konsumen untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan. BSC (Balanced Scorecard)
merupakan penerjemahan strategi ke dalam tindakan (Kaplan dan Norton, 1996:36),
yang terdiri dari empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif customer,
perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. BSC
(Balanced Scorecard) berfungsi sebagai pengukuran kinerja organisasi, bahkan kini
telah meluas menjadi bagian dari sistem manajemen strategi (Mulyadi, 2001:53). Di
samping itu, BSC tidak hanya berfungsi sebagai alat pengukur kinerja, tapi telah
berkembang menjadi alat untuk merumuskan sistem strategi manajemen. Pendekatan
perencanaan strategis berbasis BSC menjadikan sistem manajemen strategi bersifat
komprehensif, terpadu, seimbang dan terukur. Bersifat komprehensif dapat
dianalogikan sebagai “dashboard” yang memberikan informasi komprehensif, akurat,
relevan dengan tujuan dan “real time.”
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap organisasi bisnis di hadapkan kepada dua jenis “lingkungan”, yaitu lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Makin besar suatu perusahaan, atau organisasi, makin
kompleks pula bentuk, jenis dan sifat interaksi yang terjadi dalam menghadapi kedua jenis
lingkungan tersebut. Salah satu implikasi kompleksitas itu ialah proses pengambilan
keputusan yang semakin sulit dan rumit.

Secara internal, manajemen di hadapkan kepada tuntutan dan pemuasan kepentingan berbagai
pihak, seperti para manajer madya dan manajer tingkat rendah, para pemegang saham, serta
para karyawan dan karyawati organisasi.

1. PENGERTIAN MANAJEMEN STRATEJIK DAN DIMENSINYA

Manajemen stratejik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang di


buat oleh mnajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kiranya telah umum di
ketahui bahwa istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan secara
populer sering dinyatakn sebagai “kiat yang digunkan oleh para jenderal untuk untuk
memenangkan suatu peperangan.”

Dalam merumuskan suatu strategi, manajemen puncak harus memperhtikan


berbagai faktor yang sifatnya kritikal.

1. Strategi berarti menentukan misi pokok suatu organisasi karena manajemen puncak
menyatakan secara garis besar apa yang jadi pembenaran kebenaran organisasi,
filosofi yang bagaimna yang akan digunakan untuk menjamin keberadaan
organisasi tersebut dan sasaran apa yang ingin dicapai.
2. Dalam merumuskan dan menempatkan strategi manajemen puncak
mengembangkan profil tertentu bagi organisasi. Profil dimaksud harus
menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan kondisi internal yang dihadapi oleh
organisasi yang bersangkutan.
3. Pengenalan tentang lingkungan dengan mana organisasi akan berinteraksi,
terutama situasi yang membawa suasana persaingan yang mau tidak mau harus
dihadapi oleh organisasi apabila organisasi yang bersangkutan ingin tidak mampu
melanjutkan eksistensinya, akan tetapi juga meningkatkan efektivitas dan
produktivitas kerjanya.
4. Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang dimiliki
oleh organisasi, kelemahan yang mungkin melekat pada dirinya, berbagai peluang
yang mungkin timbul dan harus di manfaatkan serta ancaman yang diperkirakan
akan dihadapi.
5. Mengidentifikasikan beberapa pilihan yang wajar ditelaah lebih lanjut dan berbagai
alternative yang tersedia dikaitkan dengan keseluruhan upaya yang akan dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
6. Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang di pandang paling tepat dikaitkan
sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai nilai yang paling stratejik dan
diperhitungkan dapat dicapai karena di dukung oleh kemampuan dan kondisi
internal organisasi.
7. Suatu sasaran jangka panjang pada umumnya mempunyai paling sedikit 4 ciri yang
menonjol yaitu: Sifatnya yang idealistic, Jangkauan waktunya jauh kemasa depan,
Hanya bisa dinyatakan secara kualitatif dan Masih abstrak.
8. Memperhatikan pentingnya operasional keputusan dasar yang dibuat dengan
memperhitungkan kemampuan organisasi di bidang anggaran, sarana, prasarana
dan waktu.
9. Mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan bukan hanya
dalam arti kualitifikasi teknis, akan tetapi juga keperilakuan serta mempersiapkan
system manajemen sumber daya manusia yang berfokus pada pengakuan dan
penghargaan harkat dan martabat manusia dalam organisasi.
10. Teknologi yang akan di manfaatkan yang karena peningkatan kecanggihannya
memerlukan seleksi yang tepat.
11. Bentuk tipe dan struktur organisasi yang akan di gunakan pun sudah turut harus di
perhitungkan, misalnya apakah akan mengikuti pola tradisional dalam arti
menggunakan struktur yang hierarkikal dan pyramidal, atauka akan menggunakan
struktur yang lebih datar dan mungkin berbentuk matriks.
12. Menciptakan suatu system pengawasan sedemikian rupa sehingga daya inovasi,
kreativitas dan diskresi para pelaksana kegiatan operasional tidak “dipadamkan.”
13. System penilaian tentang keberhasilan atau ketidakberhasilan pelaksanaan strategi
yang dilakukan berdasarkan serangkaian kriteria yang rasional dan objektif.
14. Menciptakan suatu system umpan balik sebagai instrument yang ampuh bagai
setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi yang telah ditentukan itu
untuk mengetahui apakah sasaran terlampaui, hanya sekadar tercapai atau mungkin
bahkan tidk tercapai.

Dari pembahasan diatas kiranya jelas bahwa pada dasarnya yang dimaksud dengan
strategi bagi manajemen organisasi pada umumnya dan manajemen organisasi
bisnis khususnya ialah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa
depan yang jauh serta di tetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi
persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.

2. KEPUTUSAN STRATEJIK YANG BERSIFAT MULTIDIMENSIONAL

Bagi mereka yang menekuni teori organisasi dan manajemen,baik selaku


teoretisi maupun selaku praktisi,telah umum diketahui bahwa jika suatu strategi
dikatakan sebagai rencana berskala besar, berarti antara lain pengambilan
keputusan mendasar sekarang untuk dilaksanakan dimasa depan. Suatu rencana
dapat dikatakan “baik” apabila di dalamnya telah tercakup upaya
memperhitungkan berbagai faktor yang diduga akan berpengaruh terhadap
pelaksanaan rencana tersebut. Dalam pada itu pada umumnya para teoritisi dan
praktisi tersebut maklum pula bahwa kegiatan perencanaan selalu mengandung
resiko karena betapa pun cermatnya perhitungan dan prediksi tentang masa depan
yang akan dihadapi itu dilakukan, dalam perencanaa selalu terdapat elemen
ketidakpastian. Untuk mengurangi atau memperkecil dampak ketidakpastian
itu,berbagai dimensi keputusan stratejik berikut ini mutlak perlu dikenali dan
diperhitungkan .

 Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak. Salah satu sifat keputusan stratejik


ialah bahwa keputusan tersebut menyangkut seluruh segi organisasi. Karena sifat
yang demikian, keterlibatan manajemen puncak bukan hanya tidak dapat
dielakkan, akan tetapi bahkan merupakan suatu keharusan.

 Dimensi Alokasi Dana,Sarana dan Prasarana.suatu hal yang lumrah terjadi dalam
suatu organisasi, baik yang kecil maupun yang besar,ialah bahwa para manajer dan
karyawan yang bekerja pada satu satuan kerja tertentu cenderung merasa bahwa
satuan kerja tempat mereka berkarya-lah yang terpenting.kaerena itu, mereka
merasa berhak memperoleh dana, sarana, prasarana dan tenaga kerja lebih dari
satuan-satuan kerja lainnya dalam organisasi.

 Dimensi Waktu keputusan Stratejik. Salah stu ciri keputusan stratejik ialah
jangkauan waktunya yang relatife jauh kedepan. Memang tidak ada “Rumus” yang
pastitentang berapa lama jangkauan ke depan itu, apakah lima tahun, sepuluh tahun
atau lebih. Yang jelas ialah bahwa suatu keputusan stratejik antara lain berarti
bahwa manajemen puncak “mengikat” organisasi untuk suatu kurun waktu yng
oleh organisasi di kategorikan sebagai “jangka panjang”.

 Dimensi Orientasi Masa Depan. Salah satu ungkapan yang paling sering terdengar
di kalangan bisnis ialah bahwa para manajer diharapkan tidak hanya mampu
bersifat kreaktif terhadap perkembangan yang terjadi, baik dalam arti internal
maupun eksternal. Yang diandalkan ialah manajer yang antisipatif dan proaktif.

 Konsekuensi Isu Stratejik Yang Multifaset. Kiranya penting untuk menekankan


bahwa keputusan stratejik biasanya menjangkau semua komponen atau unsur
organisasi, baik dalam arti dana, sarana, prasarana, tenaga kerja maupun dalam arti
satuan-satuan kerja yang terdapat dalam organisasi dengan nomenklatur apa pun
satuan-satuan kerja tersebut dikenal, seperti departemen, divisi, biro, bagian, seksi,
direktorat dan lain sebagainya.

 Dimensi Lingkungan Eksternal . salah satu truisme dalam menjalankan roda


organisasi ialah bahwa setiap organisasi bisnis merupakan suatu system. Oleh
karena itu ia tidak bisa tidak harus berinteraksi dengan lingkungannya. Suatu
organisasi bisnis biasanya mempengaruhi lingkungannya dan pasti di pengaruhi
oleh kondisi eksternal yang faktor-faktornya pada umumnya berada di luar kendali
organisasi yang bersangkutan.
3. TINGKAT-TINGKAT STRATEGI

Berbagai organisasi bisnis dikategorikan pada dua kategori utama, yaitu: organisasi
bisnis yang hanya terlibat dalam satu bidang usaha dan organisasi bisnis yang terlibat
dalam berbagai bidang usaha.dapat dikatakan bahwa untuk suatu organisasi Yang
hanya terlibat pada satu bidang bisnis, strateginya hanya dua tingkat, yaitu :

a. Strategi pada tingkat korporasi


b. Trategi yang sifatnya fungsional.

Strategi pada tingkat korporasi merupakan tanggung jawab sekelompok orang yang
menduduki posisi manajerial puncak, sedangkan perumusan dan penentuan strategi
fungsional diserahkan kepada para manajer yang bertanggung jawab atas satu fungsi
tertentu seperti produksi, pemasaran, keuangan dan akunting, hubungan masyarakat dan
lain sebagainya.

Lain halnya dengan organisasi yang terlibat dalam berbagai bidang kegiatan bisnis.
Korporasi demikian dikenal dengan berbagai nama seperti “Group” atau
“Konglomerat”, “Holding Company” atau nama lain yang sejenis. Pada korporasi yang
“multi bisnis” terdapat tiga tingkat strategi, yaitu :

a. Strategi tingkat korporasi


Strategi pada tingkat korporasi dirumuskan dan ditetapkan oleh kelompok orang
yang menduduki jabatan manajemen puncak. Mencakup semua kegiatan
organisasi, termasuk beraneka bidang bersifat bisnis yang ditangani dan semua
kegiatan yang bersifat fungsional .
b. Strategi tingkat bidang satuan bisnis
Strategi pada tingkat ini dirumuskan dan ditetapkan oleh para manajer yang
diserahi tugas dan tanggung jawab oleh manajemen puncak untuk memgelola
bisnis yang bersangkutan.
c. Strategi tingkat fungsional
Strategi pada tingkat ini bersifat incremental karena para penanggung jawab
“hanya” bertanggung jawab untuk merumuskan dan menetapkan strategi yang
menyangkut bidang fungsional tertentu dari satuan bisnis.

4. FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH DALAM RANCANG BANGUN SISTEM


MANAJEMEN STRATEJIK

"Benang merah" yang selalu harus tampak dalam pembahasan tentang manajemen
stratejik ialah bahwa manajemen puncak dalam suatu organisasi - terutama organisasi
bisnis- harus mampu merumuskan dan menentukan strategi organisasi sehingga organisasi
yang bersangkutan tidak hanya mampu mempertahankan eksistensinya, akan tetapi
tangguh melakukan penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sehingga organisasi
semakin meningkat efektivitas dan produktivitasnya. Untuk mewujudkan situasi demikian,
para anggota manajemen puncak harus menguasai teknik-teknik desain atau rancang
bangun sistem manajemen stratejik yang tepat dan cocok bagi organisasi yang
dipimpinnya. Faktor-faktor yang harus dikenali dan diperhitungkan antara lain ialah:

a. tipe dan struktur organisasi,


b. gaya manajerial
c kompleksitas lingkungan eksternal, d. kompleksitas proses produksi, dan
e. hakikat berbagai masalah yang dihadapi.

a. Tipe dan struktur organisasi


Setiap organisasi memiliki "kepribadian" yang khas. Tipe dan struktur yang dipilih
untuk digunakan harus dikaitkan dengan "kepribadian" dimaksud. Secara tradisional,
tipe dan struktur yang paling banyak digunakan adalah tipe yang hierarkikal atau
piramidal. Tipe demikian mungkin saja cocok untuk organisasi besar, kompleks dan
kultur organisasi membenarkan berlakunya "jarak kekuasaan" dan oleh karena itu
memerlukan berbagai "lapisan" kewe nangan. Tipe demikian juga cocok apabila ingin
ditonjolkan pembedaan penugas an antara mereka yang melakukan tugas pokok dan
mereka yang menyeleng garakan berbagai kegiatan penunjang. Alasan lain ialah
apabila jumlah karyawan besar dengan aneka ragam spesialisasinya. Akan tetapi
gejala yang tampak semakin jelas terlihat dewasa ini ialah bahwa karena berbagai
alasan, seperti tuntutan pengakuan dan penghargaan atas harkat dan martabat manusia,
pentingnya keterlibatan para karyawan dalam proses pengambilan keputusan,
pemberdayaan karyawan, otonomi, diskresi dan lain sebagainya, tipe dan struktur
yang piramidal itu sering dipandang tidak cocok dan mengarah pada penciptaan
organisasi yang semakin "datar" atau dengan menggunakan tipe matriks. Sifat tugas
yang harus diselesaikan pun turut berperan dalam memilih

b. Gaya Manajerial
Gaya kepemimpinan (leadership style) berhubungan dengan interaksi antara
sang pemimpin dengan orang lain. Pendekatan serta perilaku dipakai oleh seorang
manajer untuk mempengaruhi seseorang akan menunjukkan gaya kepemimpinan dari
manajer tersebut.

Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin melaksanakan


fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha
dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar (Robert, 1992).
James et. al. (1996) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah berbagai pola
tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan
mempengaruhi pekerja. Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai
hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang
pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja dan motivasi bawahannya
(Tampubolon, 2007).

Para teoritis dan praktisi yang mendalami teori kepemimpinan dan gaya
manajerial dalam mengelola organisasi dan kompleks menekankan beberapa hal,
yakni:

1. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang situasional.


Teori kepemimpinan menekankan bahwa satu tipe kepemimpinan pada
implementasinya tidak ada yang cocok dan dapat diterapkan secara konsisten
untuk semua jenis organisasi dan situasi, artinya satu tipe kepemimpinan
biasanya hanya cocok untuk satu situasi tertentu. Jadi, semua tipe
kepemimpinan pada hakikatnya hanya akan cocok pada satu situasi tertentu
sesuai situasi ruang dan waktunya. Dengan demikian, gaya manajerial sebagai
faktor yang harus diperhitungkan dalam manajemen strategik memerlukan
“cara membaca situasi organisasi yang tepat.”
Kepemimpinan bersifat situasional ini dibagi atas empat sebagai berikut:
1) Instruktif, yaitu gaya yang menekankan instruksi atau pengarahan
langsung dari atasan pada bawahan (-bawahan baru).
2) Konsulatif, yaitu gaya kepemimpinan di mana ada lebih banyak kolaborasi
antara atasan dengan bawahan. Hal ini disebabkan karena pemimpin
konsulatif adalah tipe pemimpin yang suka berdiskusi dengan bawahan
sebelum membuat keputusan.
3) Parsitipatif, yaitu gaya kepimpinan dimana anggota organisasi/kelompok
diberikan kebebasan dalam mengutarakan pendapat, ide ataupun gagasan.
4) Delegatif, yaitu gaya kepemimpinan yang dipenuhi dengan tindakan
atasan yang lebih banyak menyerahkan keputusan kepada bawahan
Keempat gaya kepemimpinan tersebut didalam pelaksanaannya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi bawahan, sehingga diharapkan
bahwa pelaksanaan tugas dan pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.

2. Gaya manajerial yang tepat ditentukan oleh tingkat kedewasaan atau kematangan
para anggota organisasi.
Jika kelompok manajemen mempunyai persepsi bahwa para bawahannya
adalah orang-orang yang sudah matang dan dewasa dalam arti pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, mental, intelektual, dan emosional, gaya partisipatif lah
yang tepat untuk ditampilkan. Bila para bawahan menampilkan sikap yang
menunjukkan ketidakdewasaan atau kekurangmatangan apalagi bila disertai oleh
perilaku yang disfungsional sangat mungkin gaya manajerial yang cocok
digunakan adalah gaya yang paternalistik atau bahkan yang otoriter.
Adapun tingkat kematangan bawahan yang harus mendapatkan perlakuan yang
berbeda dari hal diatas adalah sebagai berikut :
1) Tidak mampu dan tidak mau yaitu ketika bawahan membutuhkan
keterampilan dan pengalaman karena masih kurangnya kemampuan.
2) Tidak mampu tetapi mau yaitu bawahan yang kurang percaya diri
membutuhkan dorongan dan pengawasan pelaksanaan tugas.
3) Mampu tetapi tidak mau jika bawahan mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi namun masih membutuhkan dorongan.
4) Mampu dan mau adalah bawahan yang mempunyai rasa percaya diri
yang tinggi sehingga hanya butuh sedikit pengawasan.

3. Peranan apa yang diharapkan dimainkan oleh para manajer dalam organisasi.
Seperti diketahui para manajer diharapkan dapat memainkan berbagai jenis
peranan, seperti selaku simbol keberadaan organisasi, pemrakarsa visi
organisasi di masa depan, pengambil keputusan, juru bicara organisasi,
penerima dan penyebar informasi, penentu alokasi dana, sarana, prasarana, dan
tenaga “pemadam kebakaran,” dan berbagai peranan lainnya. Dalam
perjalanannya organisasi akan mengalami berbagai kondisi dan setiap kondisi
menuntut peranan tertentu.

c. Kompleksitas Lingkungan Eksternal


Merupakan kenyataan pula bahwa setiap organisasi menghadapi kondisi
lingkungan yang berbeda-beda. Yang jelas lingkungan eksternal suatu organisasi
selalu bergerak (sangat) dinamis. Gerakan yang (sangat) dinamis tersebut pasti
berpengaruh pada cara mengelola organisasi, termasuk dalam merumuskan dan
menetapkan strategi. Contoh-contoh kondisi dinamik tersebut dapat menampakan diri
di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.

1. Bidang Politik
Kebijkan-kebijakan yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak, serta penentuan
kebijakan-kebijakan dalam suatu sistem-sistem tertentu yang diambil oleh para
pemegang kekuasaan pada suatu periode tertentu. Hal ini menyebabkan para
pengambil keputusan stratejik perlu memahami percaturan kekuatan dan
pengaruh yang terjadi dalam suatu masyarakat bangsa di lingkungan mana ia
bergerak, termasuk percaturan kekuasaan dan kekuatan yang terjadi di kalangan
para politisi dan para negarawan.

2. Bidang Ekonomi
Pertimbangan ekonomi yang perlu dianalisa dalam pengambilan suatu kebijakan
atau keputusan adalah berbagai faktor di bidang ekonomi dalam lingkungan mana
suatu perusahaan bergerak atau beroperasi. Contoh-contoh dinamika itu antara
lain ialah: lingkungan yang relatif stabil, lingkungan yang penuh gejolak,
persaingan yang tajam dan atau persaingan yang lunak.

3. Bidang Sosial Budaya


Kondisi sosial yang selalu berubah-ubah menjadi suatu hal penting yang harus di
respon sedemikian rupa oleh para pengambil keputusan guna memanfaatkan
peluang-peluang yang muncul maupun mengendalikan resiko usaha yang terjadi.
Berbagai faktor seperti keyakinan, sistem nilai yang dianut, sikap, opini dan
bahkan gaya hidup harus dikenali secara tepat.

Posisi organisasi dalam penguasaan pasar pun turut menentukan. Strategi manajemen
akan mengambil suatu bentuk tertentu dalam hal posisi organisasi adalah pada “seller’s
market.” Lain halnya bila organisasi berada pada posisi “buyer’s market.” Karena tidak ada
organisasi yang dapat “membebaskan” diri dari dampak dinamika lingkungan eksternal,
dinamika tersebut harus dikenali, diperhitungkan dan bahkan dimanfaatkan demi pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

d. Kompleksitas Proses Produksi


Semua jenis organisasi niaga dapat digolongkan pada dua kategori, yaitu organisasi
yang menghasilkan barang dan yang menghasilkan jasa. Dalam menyelenggarakan proses
produksi, tidak terlalu penting untuk membedakan keduanya karena sama-sama harus
memenuhi berbagai persyaratan seperti persyaratan mutu, harga, manfaat, usia produk,
pelayanan yang cepat dan akurat, kontinuitas suplai dan jaminan pelayanan purna jual. Di
samping berbagai persyaratan tersebut, kompleksitas proses produksi yang turut berpengaruh
dalam manajemen stratejik antara lain ialah apakah organisasi akan berproduksi berdasarkan
pendekatan padat karya atau paat modal,apakah akan menggunakan teknologi canggih atau
tidak, misalnya robotisasi dalam kegiatan perakitan atau otomtisasi kegiatan perkantoran,
apakah masyarakat pengguna barang atau pemakai jasa sudah siap menggunakan produk baru
atau tidak, apakah organisasi memiliki keunggulan kompetitif atau tidak dan sebagainy.
Semua itu pasti mempunyai dampak terhadap proses penentuan strategi dan
implementasinya.

e. Hakikat permasalahan yang Dihadapi


Dikatakan bahwa strategi merupakan keputusan dasar yang diambil oleh manajemen
punca, salah satu implikasi pernyataan tersebut ialah bahwa manajemen puncak harus
merupakan orang-orang yang cekatan memecahkan masalah, terlepas apakah masalah
itu rumit dan mempunyai dampak kuat untuk jangka panjang atau relatif sederhana
dan dengan dampak yang tidak kuat dan hanya bersifat jangka pendek atau sedang.
Yang jelas ialah bahwa pendekatan dan teknik yang digunakan untuk memecahkan
masalah harus berhasil mencabut akar permasalahan dan tidak sekedar mengobati
gejala-gejalanya saja.

Untuk maksud tersebut, misalnya, diperlukan kemampuan melakukan analisis


informasi sedemikian rupa sehingga dari anallisis yang dilakukan tampak berbagai
alternative yang mungkin ditempuh. Jika berbagai alternatif tersebut sudah dikenali
kekuatan dan kelemahannya, diperlukan keberanian untuk memilih salah satu di
antaranya yang dianggap merupakan opsi yang paling tepat. Sudah barang tertentu,
masalah yang rumit memerlukan strategi pemecahan yang lain dari pamecahan
masalah yang relative sederhana.

Agar manajemen stratejik benar-benar mencapai sasarannya, berbagai pihak


yang terlibat di dalamnya dengan beraneka ragam peranan perlu memahami proses
manajemen stratejik yang menjadi objek pembahasan.

BAB III

KESIMPULAN

Manajemen stratejik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang di buat oleh
mnajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kiranya telah umum di ketahui bahwa istilah strategi
semula bersumber dari kalangan militer dan secara populer sering dinyatakn sebagai “kiat
yang digunkan oleh para jenderal untuk untuk memenangkan suatu peperangan

Factor-faktor yang mempengaruhi

a. tipe dan struktur organisasi,


b. gaya manajerial
c kompleksitas lingkungan eksternal,
d. kompleksitas proses produksi, dan
e. hakikat berbagai masalah yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai