Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUGAS FISIKA BANGUNAN 02

DESAIN BANGUNAN HEMAT ENERGI

OLEH
HABIB SOBARI (3201707018)
HELNI MULYASARI (3201707054)
NEDI OKTABENI (3201707027)
RITA KUSSERAWATI (3201707033)
YULIUS YOGI HASUN (3201707062)

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
PROGRAM STUDI D.III ARSITEKTUR
PONTIANAK
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana
atas berkatnya kami dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil desain
rancangan cafe hemat energi ini. Laporan ini kami tulis berdasar hasil diskusi
kelompok yang bermodal materi Fisika Bangunan 02 mengenai penghawaan dan
pencahayaan buatan yang telah diberikan oleh Dosen. Adapun perihal lain yang
dapat kami sampaikan adalah semoga laporan ini dapat sesusai dengan apa yang
bapak dosen harapkan, karena bisa saja konteks dalam laporan ini tidak terlalu
lengkap ataupun sempurna dalam perihal penulisan maupun data. Oleh karena
itu, kami mohon harap maklum dari bapak dosen sebagai penilai hasil dari laporan
yang telah kami buat, karena kualitas dari laporan ini sekiranya akan berpengaruh
bagi pengalaman kami pada masa mendatang agar dapat menjadi pelajaran agar
kami menjadi lebih baik lagi. Ini saja yang dapat kami sampaikan, mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan kata maupun pemilihan kosa kata, Terima
kasih.

Pontianak, November 2018

Penulis;

Habib sobari
Helni Mulyasari
Nedi Oktabeni
Rita Kuserawati
Yogi Hasun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................


1.2 Tujuan

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1 Definisi
2.2 Prinsip Dasar Bangunan Hemat Energi
2.3 Manfaat Bangunan Hemat Energi

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Desain

3.2 Analisa Kebutuhan

3.3 Kesimpulan

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemat energi adalah hal yang sangat dibutuhkan di era modern saat ini. Bicara
tentang penghematan energi dari hal arsitektur, tentulah tak lepas dari segi
bangunan. Bangunan zaman sekarang mulai bergeser dari yang namanya
penghematan energi .  Semua mengutamakan aspek estetika tanpa menimbang dan
memikirkan bahan bangunan yang dipergunakan . Padahal, jika dilihat efeknya tentu
lebih banyak efek negatif yang ditimbulkan. Semakin banyak pemborosan energi ,
akan berdampak kurang baik untuk masa-masa yang akan datang. Perlu diketahui,
bahwa masalah pemborosan energi secara umum sekitar 80% oleh faktor manusia
dan 20% disebabkan oleh faktor teknis. Efisiensi energi penekanannya lebih
ke demand side management (DSM), di masyarakat kadangkala efisiensi energi
diartikan juga sebagai penghematan energi. 
Menggunakan energi secara bijaksana bukan berarti penggunaan energi harus
mengorbankan kenyamanan, misalnya membaca buku di ruangan gelap untuk
menghemat lampu atau mematikan seluruh AC di gedung demi menghemat biaya
listrik.  Hal ini juga mendesak kita untuk semakin kreatif dalam menciptakan inovasi-
inovasi baru demi pengunaan energi yang efisien dan bijaksana.

1.2 Tujuan
a) Mengetahui dasar pengetahuan untuk mendesain bangunan hemat
energi.
b) Menerapkan prinsip-prinsip dasar bangunan hemat energi ke suatu
rancangan desain.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi
1. Bangunan Hemat Energi

Bangunan hemat energi menurut Ir. Jimmy Priatman, M.Arch. IAI adalah
bangunan yang dirancang dengan konsep arsitektur yang didasarkan pada sebuah
pemikiran untuk meminimalkan energi listrik, tanpa merubah dan membatasi fungsi
dan kenyamanan bangunan serta produktivitas penghuninya.

Dalam definisi lain secara umum dinyatakan bahwa bangunan hemat energi yaitu
bangunan yang tidak banyak memakai energi dari bumi serta tidak membuat polusi
yang mencemarkan lingkungan sekitar. Dengan kondisi bumi yang mengalami
pemanasan global (global warming) saat ini membuat bangunan hemat energi ini
sangat berguna untuk mengurangi efek yang lebih besar dari global warming
tersebut.

Dari kedua definisi tadi maka bisa didapatkan sebuah konsep utama dari
bangunan hemat energi (green building) yakni meminimalkan sumber daya alam
serta tidak merusak lingkungan.

2. Penghawaan Buatan

Manusia membutuhkan lingkungan udara ruang yang nyaman (thermal comfort)


untuk melakukan aktivitas secara optimal. Dengan adanya lingkungan udara yang
nyaman ini manusia akan dapat beraktifitas dengan tenang dan sehat. Keadaan
udara pada suatu ruang aktifitas sangat berpengaruh pada kondisi dan keadaan
aktifitas itu. Bila dalam suatu ruangan yang panas dan pengap, manusia yang
melakukan aktivitas di dalamnya tentu juga akan sangat terganggu dan tidak dapat
melakukan aktifitasnya secara baik, dan ia merasa tidak kerasan. Maka kenyamanan
dalam ruangan yang menyangkut udara harus terpenuhi yaitu meliputi: temperatur
udara, kelembaban udara, pergerakan udara, dan tingkat kebersihan udara.
Untuk mendapatkan kondisi ruangan yang memenuhi thermal comfort atau kondisi
yang harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan yang kita inginkan, tanpa
adanya ketergantungan dengan lingkungan luar, maka digunakan penghawaan
buatan (air conditioning). Penghawaan buatan di sini memiliki pengertian bahwa

5
udara dalam ruang dikondisikan berdasarkan beban kalor yang terjadi pada ruangan
tersebut.
Agar didapatkan suatu sistim serta kapasitas pendingin yang tepat, maka perlu
diketahui besarnya beban kalor pada ruang/bangunan (karena fungsi AC adalah
untuk menghapus beban kalor tersebut) sehingga suhu dan kelembaban udara tetap
nyaman. Besar beban kalor yang terjadi ditentukan oleh: hantaran panas radiasi
matahari, hantaran panas secara transmisi, hantaran panas ventilasi atau infiltrasi,
beban panas intern (manusia dan peralatan elektronik atau mesin).
Dengan memperhatikan hal di atas, maka didalam desain ruang atau
bangunan yang menggunakan penghawaan buatan, harus menyertakan
pertimbangan-pertimbangan berikut.
1. Bentuk cenderung beraturan agar memudahkan dalam perencanaan
sistem penghawaannya.
2. Bentuknya diusahakan disejajarkan dengan arah aliran angin nya
3. Langit-langit/plafon dibuat relatif rendah untuk memperkecil volume ruang.
Agar memberi kondisi yang nyaman secara terus-menerus dalam suatu
bangunan, sistem-sistem penghawaan harus mempertahankan keseimbangan
antara kondisi-kondisi termal dan atmosfer dalam dan kondisi-kondisi iklim yang
terus-menerus berubah di luar ruangan dan di dalam ruangan itu sendiri. Jika
suasana panas, sistem harus memberi cukup udara sejuk untuk mengatasi panas
yang diperoleh dari luar. Dalam keadaan dingin, ia harus memberi cukup panas
untuk menggantikan panas yang hilang.
Kenyamanan termal langsung berhubungan dengan tubuh manusia yang
selalu membuang panas yang berlebihan. Dalam keadaan normal pemindahan
panas ini terjadi antara tubuh dan udara disekitarnya. Namun demikian tubuh
manusia memiliki pertahanan mekanisme alami yang terus-menerus bekerja untuk
mempertahankan keseimbangan yang diperlukan antara timbulnya panas dan
pembuangan panas yang dihasilkan. Mekanisme-mekanisme ini bekerja untuk
mempertahankan suhu tubuh yang normal, dengan mengendalikan jumlah
pembuangan panas tersebut. Bila laju kehilangan panas terlalu lambat, kita
berkeringat. Keringat tersebut menambah laju kehilangan panas karena penguapan.
Jika laju kehilangan panas terlalu cepat, kita mulai menggigil. Hal ini menyebabkan
meningkatnya pembangkitan panas guna mengimbangi kehilangan panas.
Salah satu jaringan distribusi penting dalam sebuah bangunan ialah sistem
pengadaan udara yaitu sistem pemanasan/pendinginan, ventilasi, dan air
6
conditioning (AC). Tujuan dari sistem pengendalian penghawaan ini adalah
memberikan kondisi-kondisi suhu dan suasana yang nyaman, yang dicapai dengan
mengolah dan mendistribusikan udara yang disejukkan ke seluruh bangunan.
Sebenarnya, pengolahan suhu hanya merupakan salah satu dari pengolahan
pada udara sebelum disampaikan kepada para penghuni. Penyesuaian termal
mengatur suhu, kelembaban, dan distribusi udara. Penyesuaian atmosfir mengatur
kebersihan dan mengendalikan bau-bau.
Berbeda dengan jaringan-jaringan distribusi yang berlangsung di
seluruh bangunan, sistem AC dan bagian-bagian komponennya menghendaki jumlah
ruang yang cukup. Meskipun demikian pemahaman dan pengetahuan tentang
implikasi-implikasi sistem AC untuk arsitektur sangat penting artinya untuk
diperhatikan. Selain itu sistem ini pada dewasa ini mendapat perhatian khusus dalam
penggunaannya dipandang dari sisi penghematan energi.

2.2 PRINSIP DASAR BANGUNAN HEMAT ENERGI

Untuk menjadikan bangunan berstatus atau memiliki kriteria green building


(bangunan hemat energi) maka ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi. Meski
tidak bersifat baku dan mengikat, karena bisa disesuaikan dengan kebutuhan, tapi
panduan atau kriteria-kriteria ini akan membantu kita dalam menetapkan ciri
bangunan hemat energi. Prinsip dasar banguanan hemat energi (green building)
tersebut yaitu :

a. Hemat energi. Sesuai dengan namanya maka bangunan hemat energi akan
mengusung konsep hemat energi yaitu sebisa mungkin dapat meminimalkan
penggunaan energi listik. Sebagai solusinya maka bangunan hemat energi ini
bisa menggunakan energi alternatif dari alam.
b. Concern terhadap kondisi iklim. Maksudnya adalah bangunan hemat enegri ini
harus memiliki desain yang didasarkan pada iklim setempat sehingga ramah
lingkungan serta hemat sumber energi.
c. Minimizing new resources, yaitu desain bangunan yang menggunakan
material yang tidak merugikan ekosistem dan sumber daya alam serta
memaksimalkan sumber daya alam baru yang tidak cepat habis hingga masa
depan.

7
d. Respect for site dimana bangunan yang ada tidak memiliki efek negatif bagi
kesehatan penghuninya serta tidak merusak lingkungan sekitar dengan tidak
mengubah tapak aslinya.
e. Respect for user yakni membuat nyaman penghuninya karena bangunan yang
memenuhi semua kebutuhan dari penghuni yang tinggal di bangunan
tersebut.

Contoh tindakan yang menggunakan energi secara efisien adalah :

1) Menggunakan lampu tipe compact fluorescent lamp (CFL) sebagai pengganti


lampu pijar yang bisa menghemat penggunaan energi hingga 40% untuk
menghasilkan intensitas cahaya yang sama,
2) Memperbanyak jendela di langit-langit (skylights), sehingga bisa menghindari
penggunaan lampu di siang hari.
3) Menggunakan teknologi yang efisiensi energi,
4) Mengaplikasikan teknologi proses produksi di industri yang hemat energi 
Berikut adalah contoh pengunaan bahan bangunan hemat energi di gedung  secara
garis besar :
1) Retrofitting Gedung
Proses merombak ulang sebuah bangunan, atau sebagai bagian dari bangunan
yang telah dibangun, guna memaksimalkan performa gedung. Proses ini meliputi
analisa kondisi gedung pada saat ini dan solusi yang memungkinkan gedung
untuk beroperasi secara maksimal.Retrofitting ini juga meliputi beberapa
pendekatan yang terdiri dari ilmu-ilmu yang berbeda seperti arsitektur, struktur
gedung dapat dirombak agar lebih efisien misalnya dalam pemanfaatan cahaya
alami, selain itu penempatan dinding yang strategis, langit cahaya alami di dalam
ruangan. Sedangkan dari segi desain interior, penempatan furnitur dan pemilihan
bahan bangunan juga mempengaruhi tingkat kenyamanan penggunaan gedung.

8
2) Gedung harus memiliki sistem operasional dan peralatan yang juga hemat
energi misalnya sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning) yang
efisien, pencahayaan alami yang maksimal serta peralatan yang hemat
energi. 
3) Desain gedung hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana,
ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material
ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap
(roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun,
pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).

Berikut adalah bahan bangunan hemat energi yang sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari.
9
1) Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku
utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan
konsep bangunan ramah lingkungan. 
2) Kerangka bangunan utama dan atap, sekarang material kayu sudah mulai
digantikan material baja ringan. illegal logging akibat pembabatan kayu hutan yang
tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang .Baja ringan
dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan
bakunya. Rangka atap dari baja memiliki keunggulan yaitu lebih kuat, antikarat,
antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak
membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain
arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.

3) Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium
sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan
dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas
perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain khusus
mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat,
tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja,
tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).

10
4) Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu
bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan
lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air
rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.

5) Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu


bentuk inovasi desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan,
pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan
warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang
bervariasi.

6) Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan
bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet.
Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik.
7) Konsep ramah lingkungan juga telah merambah ke dunia sanitasi. Septic
tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahanfiberglass
dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki
sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat
lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat,
serta tidak membutuhkan perawatan khusus.

11
8) Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan
memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting),
bebas polusi, hemat      listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Panel sel
surya diletakkan di atas atap, berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke
barat dengan posisi miring. Kapasitas panel sel surya harus terus ditingkatkan
sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi listrik setiap bangunan.

Penghawaan buatan
Daerah di Indonesia kebanyakan kurang memberikan kenyamanan karena
udaranya panas (23 -34°C), kotor (berdebu, berasap) dan angin tidak menentu,
khususnya pada bangunan tinggi dimana angin mempunyai kecepatan tinggi. Karena
keadaan alam yang demikian, maka diperlukan suatu cara untuk mendapatkan
kenyamanan dengan menggunakan alat penyegaran udara (air condition). •
Pengkondisian udara adalah perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu,
kelembaban, kebersihan dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai
kondisi nyaman yang diperlukan oleh orang yang berada di dalam suatu ruangan.
Atau dapat didefinisikan suatu proses mendinginkan udara sehingga mencapai
temperatur dan kelembaban yang ideal. Sistem pengkondisian udara pada umumnya
dibagi menjadi 2 golongan utama
 Pengkondisian udara untuk kenyamanan kerja
 Pengkondisian udara untuk industri.
FUNGSI AC Sebagai pengatur suhu ruang sesuai dengan yang dikehendaki,
sehingga tercipta kondisi udara yang nyaman. Oleh karena itu, AC memberikan
fasilitas bagi bangunan.
1. Sebagai pengatur suhu-pendingin-pemanas
2. Pengatur kelembaban
3. Memperlancar distribusi O2,agar mempunyai komposisi ideal bagi
pernafasan.
Ada beberapa system pengkondisian udara yang dapat dilakukan.
a) Sistem ekspansi langsung
Dengan sistem ini, pendinginan secara langsung dilakukan oleh
refrigerant yang diekspansikan melalui koil pendingin, sedangkan udara
disirkulasikan dengan cara menghembuskannya dengan menggunakan
blower / fan melintasi koil pendingin tersebut. Sistem ini biasanya

12
dipergunakan untuk beban pendinginan udara yang tidak terlalu besar
seperti keperluan ruangan dirumah
b) SISTEM TIDAK LANGSUNG (Indirect Cooling)
Media yang dipakai adalah air es/ chilled water dengan temperatur 5°C.
Air es di produksi dalam chiller, mesin pembuat air es yang
menggunakan refrigerant sebagai zat pendingin. Udara diserempetkan
pada kumparan pipa dimana aires disirkulasikan, mesin pengolah
udara/Air Handling Unit (AHU) yang berisi; kumparan pipa (coil), blower
dan filter udara. AHU dapat ditempatkan di setiap lantai atau satu AHU
mlayani 2-3 lantai atau jika lantai tingkat sangat luas, maka satu lantai
dilayani 2 atau lebih AHU.

2.3 MANFAAT BANGUNAN HEMAT ENERGI

Tidak hanya untuk mencegah kerusakan bumi lebih parah serta mengurangi
efek pemanasan global (global warming), bangunan hemat energi ini juga punya
mempunyai beberapa manfaat lain seperti berikut.

a. Menghemat biaya pengeluaran untuk listrik. Ini dikarenakan bangunan hemat


energi ini menggunakan energi alam di sekitar bangunan.
b. Menyehatkan penghuni, karena udara, air dan tanah disekitar bangunan yang
terhindar dari polusi atau pencemaran.
c. Menciptakan kenyamanan bagi penghuninya, karena bangunan hemat energi
tidak menggunakan bahan-bahan (material) ramah lingkungan.

Ketika penghuninya sudah nyaman dan sehat selalu maka bangunan hemat energi
ini akan menghadirkan produktivitas pada setiap pekerjaan atau aktivitas yang
dikerjakan di dalamnya.

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 DESAIN
Sesuai dengan tugas yang diberikan Dosen mata kuliah Fisika Bangunan 02,
yaitu membuat rancangan desain Cafe’ (2 lantai) yang difasilitasi music indoor, yang
mana didalamnya ditekankan pada prinsip dasar bangunan hemat energi, termasuk
penghawaan buatan dan pencahayaan buatan didalamnya. Untuk itu pertama-tama
kami akan menjelaskan mengenai bangunan rancangan kami terlebih dahulu.
Cafe’ Resto bernama “ i-Cafe’ ” ini berlokasi di Jl.Reformasi, Kota Pontianak,
dengan luas lahan 40m x 60m. Mempunyai 2 lantai, lantai bawah diperuntukkan
untuk area cafe dan lantai atas yang berfasilitaskan concert indoor. Pada lantai
bawah didesain terbuka yang memanfaatkan pencahayaan alami pada siang hari,
serta penghawaan buatannya. Sedangkan pada lantai atas didesain tertutup karena
memperhitungkan faktor akustik dengan adanya music indoor, maka dari itu
penghawaan dan pencahayaan buatan menjadi poin penting dalam perancangan ini.

Gambar 3.1 Siteplan

(Sumber : Rancangan)

Konsep perancangan dimulai dengan membagi massa bangunan menjadi 2


bagian yang memanjang ke arah utara-selatan. Orientasi bangunan dimaksudkan
untuk menghindari paparan sinar matahari langsung dari arah memanjang bangunan
yang dapat mengakibatkan suhu ruangan menjadi panas pada siang hari. Dua
massa ini dihubungkan dengan area servis privat dan area terbuka hijau pada bagian
tengahnya. Area terbuka hijau berfungsi sebagai oase yang diaharapkan dapat

14
menangkap cahaya matahari dari belakang dan mengalirkan udara keseluruh ruang
(lantai 1). Area terbuka hijau di sekeliling bangunan juga berfungsi sebagai pengatur
suhu ruangan dan pencahayaan alami yang membuat bangunan terang sepanjang
hari namun dengan suhu ruangan yang relative nyaman. Pembanguan massa yang
tipis dan keseluruhan massa yang berbentuk huruf U diharapkan dapat memberikan
ruang gerak pada udara sehingga dapat menjaga kelembaban udara didalam
ruangan. Massa dengan bentuk U serta area terbuka hijau yang berada di tengah
juga memungkinkan meminimalisir paparan sinar matahari langsung pada dinding
lantai atas yang berbahan kaca, sehingga berpengaruh pada efisiensi penggunaan
AC.

Gambar 3.2 Denah Lt 1 & 2

(Sumber : Rancangan)

Gambar 3.3 Sketsa Rancangan Desain

(Sumber : Rancangan)
15
Gambar 3.4 Hasil Rancangan Desain

(Sumber : Rancangan)

3.1 ANALISA KEBUTUHAN


1) Kebutuhan AC (Penghawaan Buatan)

Untuk jenis AC yang digunakan pada cafe’ yaitu jenis AC Split Wall dengan
sistem ducting (central). Di sebut dengan AC central karena pengaturan AC
berada pada satu titik pusat. Dengan kata lain AC Split Duct tidak memiliki
pengatur suhu sendiri-sendiri melainkan dikontrol pada satu titik. Sesuai dengan
kelebihan dari AC jenis ini yaitu suara di dalam ruangan tidak berisik sama sekali
dan estetika ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor.

16
CARA SEDERHANA MENGETAHUI KEBUTUHAN AC DALAM RUANG
Ada 3 faktor yang perlu diperhatikan pada saat penentuan kebutuhan jumlah
AC, yaitu daya pendinginan AC (BTU/hr – British Thermal Unit per hour), daya
listrik (watt) dan tentu saja PK Compressor AC. Berikut ada cara simple yang
dapat digunakan untuk membantu kita :

(L x W x H x I x E) / 60 = kebutuhan BTU

L = panjang ruang (dalam feet)


W = lebar ruang (dalam feet)
H = tinggi ruang (dalam feet)
I = 10, jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit
dengan ruang lain) atau
I = 18, jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas)
E = 16, jika dinding terpanjang menghadap utara atau
E = 17, jika dinding terpanjang menghadap timur atau
E = 18, jika dinding terpanjang menghadap selatan atau
E = 20, jika dinding terpanjang menghadap barat
1 meter = 3,28 feet
Setelah mengetahui kebutuhan BTU, maka kita bisa menentukan kapasitas AC.
AC 1/2 pk = ± 5.000 BTU/h
AC 3/4 pk = ± 7.000 BTU/h
AC 1 pk = ± 9.000 BTU/h
AC 1,5 pk = ± 12.000 BTU/h
AC 2 pk = ± 18.000 BTU/h

17
MENGHITUNG KEBUTUHAN AC PADA DESAIN CAFE’
Area yang menggunakan AC pada cafe’ yaitu lantai atas dan ruang pengurus
di lantai bawah. Berikut denah ukuran area yang menggunakan AC.

LANTAI BAWAH LANTAI ATAS


Area AC

Gambar 3.5 Area AC

(Sumber : Rancangan)

Perhitungan:
a) Ruang Pengelola (lantai bawah)
= (L x W x H x I x E) / 60
= (19,68 x 19,68 x 4 x 10 x 16) / 60
= 4.131,22 BTU/h
Maka, ½ pk (1 buah)

b) Area Cafe’ (lantai atas)


= (L x W x H x I x E) / 60
= [(72,16 x 27,88 x 4 x 18 x 17) / 60] + [(49,2 x 22,96 x 4 x 18 x 16) / 60] +
[(49,2 x 22,96 x 4 x 18 x 18) / 60
= 87.130,12 BTU/h
Maka, 2 pk (3 buah), 1 pk (4 buah)

c) Backstage (lantai atas)


= (L x W x H x I x E) / 60
= (72,16 x 10,49 x 4 x 18 x 17) / 60
= 15.441,95 BTU/h
Maka, ½ pk (3 buah)
(kurang dari standar dikarenakan pada backstage gabung dengan
gudang).

18
Setelah dihitung kebutuhan AC, setelah itu penempatan titik AC.

Gambar 3.6 Titik AC

(Sumber : Rancangan)

2) Kebutuhan Lampu (Pencahayaan Buatan)

Untuk jenis lampu yang digunakan pada cafe’ yaitu

CARA SEDERHANA MENGETAHUI KEBUTUHAN LAMPU DALAM RUANG


Untuk menghitung kebutuhan titik lampu dapat digenakan rumus:
N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n
Keterangan:

N = Jumlah titik lampu

E = Kuat penerangan (lux)

L = Panjang ruangan (m)

W = Lebar ruangan (m)

Ø = Total nilai pencahayaan lampu (lumen) (Ø = watt x 75)

LLF = Light Lost Factor (0,7 -0,8)

19
Cu = Koef dari utilitas ( rata-rata 50% - 65%)

N = Jumlah lampu pada satu titik

MENGHITUNG KEBUTUHAN LAMPU PADA DESAIN CAFE’


Untuk kategori cafetaria menurut SNI memiliki standar sebesar 200 lux.
Lantai 1
a) R. Pengelola
N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n
= 200 x 6 x 6
4500 x 0,7 x 0,5 x 1
= 4,57 ( 5 titik ) (60W)
3
N=
4
b) Koridor
N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n
= 200 x 2 x 6
4500 x 0,7 x 0,5 x 1
= 1,52 ( 2 titik ) (60W)

c) Dapur
N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n
= 200 x 6 x 6
4500 x 0,7 x 0,5 x 1
= 4,57 ( 5 titik ) (60W)

d) Toilet
N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n
= 200 x 6,25 x 4
2250 x 0,7 x 0,5 x 1
= 6,36 ( 7 titik ) (30W) (karena 2 ruangan jadi saya ambil 8 titik)

e) Area cafe
N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n
= 200 x 8,5 x 22 + 200 x 15 x 7 + 200 x 15 x 7
20
4500 x 0,8 x 0,65 x 1 4500 x 0,8 x 0,65 x 1 4500 x 0,8 x 0,65 x 1
= 37.400 + 21000 + 21000
2.340 2.340 2.340
= 15,9 (16 titik)(60w) + 8,9 (9 titik)(60w) + 8,9 (9 titik)(60w)

Setelah dihitung kebutuhan titik lampu, setelah itu penempatan titik lampu.

Gambar 3.7 Titik lampu

(Sumber : Rancangan)

3.2 KESIMPULAN

21

Anda mungkin juga menyukai