Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA DI PROYEK PT.JAYA OBAYASHI

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Metodologi penelitian

oleh:

YUSUP RAMDANI

41113110109

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah menciptakan
alam dengan segala isinya. Serta yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“PENGARUH PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI PROYEK PT.JAYA OBAYASHI ” yang diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah metodologi penelitian. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan pada
Nabi Muhammad SAW.
Menyadari akan kemampuan dan keterbatasan ilmu pengetahuan penyusun,
untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ella Padillah S.Sos.I, M.Pd.I, selaku dosen pembimbing.
2. Acep Hidayat ST, MT., selaku ketua prodi teknik sipil.
3. Seluruh dosen program studi teknik sipil Universitas mercubuana
4. Orang tua dan keluarga penyusun, yang telah memberikan kasih sayang dan
dorongan semangat, motivasi dan bantuan finansial.
5. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penyusunan proposal
skripsi ini yang tidak dapat praktikan sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari sempurna baik dalam hal isi maupun sistematika
penulisan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik demi
perbaikan selanjutnya. Semoga proposal ini dapat mengantarkan penyusun untuk
melanjutkan ketahap penelitian dan mendapatkan jawaban dari rumusan masalah
yang ada.

Jakarta, April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian.................................................................1
B. Identifikasi Masalah..........................................................................3
C. Batasan dan Perumusan Masalah......................................................3
D. Tujuan Penelitian...............................................................................3
E. Manfaat Penelitian.............................................................................3
F. Struktur Organinsasi Proposal..........................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5


2.Landasan Teori......................................................................................5

2.1 Dasar Hukum.............................................................................5

2.2 Definisi Keselamatan Kerja.......................................................5

2.3 Definisi Pengendalian Risiko.....................................................6

2.4 Definisi Penegaham Kecelakaan Kerja......................................9

2.5 Kecelakaan Kerja.....................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................20


3.Desain Penelitian.................................................................................20

3.1 Lokasi Penelitian......................................................................20

3.2 Jenis Penelitian.........................................................................20

3.3 Jenis dan sumber data..............................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang


sangat diperhatikan berbagai organisasi pada saat ini dikarenakan mencakup
permasalahan kemanusiaan, ekonomi, biaya, hukum, pertanggung jawaban serta citra
sebuah organisasi atau perusahaan.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya penting yang ada dalam
proses operasional dalam perusahaan, khususnya pada masyarakat yang beralih dari
kebiasaan lama kepada kebiasaan yang baru, perubahan ini dapat menimbulkan
berbagai masalah yang bila tidak ditanggulangi dapat menimbulkan akibat yang lebih
besar.

Kejadian hampir celaka atau near miss disebabkan oleh faktor tindakan tidak
aman (unsafe act) atau perilaku tidak aman (unsafe behavior) yang dapat
meningkatkan kecelakaan kerja menjadi lebih serius. Penelitian yang dilakukan oleh
National Safety Council (NSC) menyatakan bahwa 88% penyebab kecelakaan kerja
dikarenakan adanya unsafe behavior, sebanyak 10% dikarenakan unsafe condition
dan 2% tidak diketahui.

Mencegah kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan fokus mengurangi unsafe


behavior. Identifikasi unsafe act atau unsafe behavior dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan pendekatan perilaku yaitu Behavior
Based Safety (BBS). Behavior Based Safety (BBS) adalah sebuah proses yang
menciptakan kemitraan keamanan antara manajemen dan tenaga kerja dengan fokus
yang berkelanjutan terhadap perhatian dan tindakan setiap orang serta perilaku
selamat, sehingga pelaksanaan BBS di perusahaan dapat dijadikan salah satu solusi
untuk mencegah dan mengurangi kejadian kecelakaan kerja termasuk di industri Oil
and Gas.

Setiap perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil mempunyai


fasilitas untuk berproduksi dan juga menguji hasil yang diproduksi dari perusahaan
tersebut dan efek dari pekerjaan tersebut sangat erat kaitannya dengan tenaga kerja.
Tetapi efisiensi dan efektifitas kerja tidak tergantung pada jumlah tenaga kerja yang
banyak, melainkan dari mutu tenaga kerja tersebut.
Khusus di dalam pengaruh semangat kerja karyawan, banyak terkandung unsur-
unsur seperti :
1.      Keselamatan Kerja Karyawan
2.      Kesehatan Kerja Karyawan
3.      Lingkungan yang mendukung pencapaian prestasi
4.      Segala fasilitas-fasilitas yang disediakan serta kemudahan-kemudahan lainnya.
Untuk meningkatkan semangat kerja perusahaan memberikan jaminan-jaminan
dalam lingkungan kerja, diantaranya :
1.      Keselamatan Kerja
Perusahaan juga tidak menginginkan terjadinya kecelakaan kerja, karena
mempengaruhi hasil kerja karyawan.
2.      Jaminan Sosial Tenaga Kerja Karyawan
Tanggungan terhadap karyawan dengan memberikan fasilitas perawatan dan
pemeliharaan kesehatan oleh perusahaan. Perusahaan juga tidak ingin kecelakaan kerja
terjadi, karena akibat dari kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian disegi waktu dan
juga disegi peralatan.
Penempatan dan pembagian kerja yang tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki
akan memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja dan kesalahan kerja. Perlindungan tenaga
kerja yang berupa keamanan dan keselamatan kerja merupakan perhatian utama di dalam
perusahaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970, pada tanggal 12
Januari 1970 ” tentang keselamatan kerja” merupakan bukti tentang pentingnya
keselamatan kerja di dalam perusahaan.
Perhatian lain juga dituangkan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. 02/ Men/ 1980, ” tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam menyelenggarakan kesehatan kerja”.
Karena perhatian keselamatan dan kesehatan kerja merupakan perhatian utama dan
berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan, maka penulis tertarik terhadap masalah
yang terjadi pada keselamatan dan kesehatan kerja yang tentunya sangat mempengaruhi
semangat kerja karyawan, dengan mengambil judul: ” Pelaksanaan Program Keselamatan

2
dan Kesehatan Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Semangat Kerja Karyawan di PT. Jaya
Obayashi” .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui
identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.       Bagaimana pengaruh pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja


terhadap semangat kerja karyawan di PT. Jaya Obayashi?
2.       Bagaimana pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di
PT.Jaya Obayashi ?
3.       Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi semangat kerja karyawan di PT.
Jaya Obayashi ?
C. Batasan Dan Perumusan Masalah

Pembatasan masalah sangat penting bagi suatu penelitian yang berguna untuk


menjadikan penelitian terarah pada masalah tertentu. Oleh karena itu untuk menghindari
kekeliruan dalam penafsiran mengenai masalah yang dibahas serta terbatasnya waktu dan
pengetahuan yang dimiliki penulis, maka dalam hal ini penulis hanya membatasi masalah,
yaitu Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Pengaruhnya Terhadap
Semangat Kerja Karyawan di PT. Jaya Obayashi.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui program toolbox meeting dan pelaksanaan keselamatan dan


kesehatan kerja yang di lakukan PT.Jaya Obayashi.
2. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan karyawan PT.Jaya Obayashi.
3. Untuk mengetahui pengaruh program toolbox meeting & program keselamat
kesehatan kerja.

3
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat serta kegunaan. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai masukan bagi karyawan khususnya di PT. Jaya Obayashi tentang


hak memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
b. Sebagai bahan pemikiran bagi perusahaan khususnya PT. Jaya Obayashi
dalam menjamin kesejahteraan karyawan yang merupakan salah satu
kewajiban terhadap karyawan dalam mengelola tenaga kerja.
c. Menambah wawasan pengetahuan penulis dalam bidang kesejahteraan sosial
tenaga kerja sebagai salah satu kebutuhan karyawan yang erat kaitannya
dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.

E. Struktur Organisasi Proposal


BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi
skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini peneliti menguraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian
ini, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Pada bab ini peneliti menguraikan mengenai desain penelitian, partisipan,
populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, uji coba instrumen,
dan teknik analisis data.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. Landasam Teori

2.1 Dasar Hukum

Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menetapkan


syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan pencegahan pekerjaan
ditempat kerja. Pasal 9 ayat 1 (satu) Undang-undang No.1 tahun 1970 mewajibkan
manajemem Perusahaan untuk menunjukkan dan menjelaskan:
1) Kondisi-kondisi dan bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.
2) Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja.
3) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
4) Cara-cara dan sikap kerja yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 03/Men/1982


tentang pelayanan kesehatan kerja.
1) Pasal 1 ayat dua (2) Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja “Melindungi tenaga
kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul daripekerjaan atau
lingkungan kerja”.
2) Pasal 2 ayat satu (1) Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja “Memberikan
nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja ”Pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan zat gizi serta penyelenggaraan makanan
ditempat kerja.

2.2 Definisi Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Menurut suma’mur (1993) keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:
1) Sasarannya adalah lingkungan kerja
2) Bersifat teknik.

5
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam
macam antara lain ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal
Occupational Safety and Health.
Ruang lingkup K3 dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :
1) Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di
dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja
dan usaha yang dikerjakan.
2) Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
(a) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
(b) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
(c) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
(d) Proses produksi
(e) Karakteristik dan sifat pekerjaan
(f) Teknologi dan metodologi kerja
3) Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
4) Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.

2.3 Definisi Pengendalian Risiko

Menurut Stoner (1995) pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa


aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Bagian penting dari
proses pengendalian adalah mengambil tidakan korektif seperti yang diperlukan.
Pengendalian risiko merupakan langkah selanjutnya setelah evaluasi risiko yang
melibatkan penerapan kebijakan, standar prosedur perubahan fisik, untuk
menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.

Menurut Supriyadi (2005) ada tahap ini risiko yang telah diidentifikasi dan
dianalisis, dikaji ulang kembali menyeluruh agar dapat dikembangkan berbagai
alternatif pengendalian dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti: komitmen
manajemen dalam hal pengembangan K3, ketersediaan sumber daya, dan lain-lain.
Ada beberapa sudut pandang dalam mengembangkan suatu pengendalian risiko yaitu

6
tergantung penekanannya. Penentuan pengendalian risiko biasanya diawali dengan
melakukan identifikasi dan tinjauan ulang terhadap pedoman pengendalian risiko
yang sudah ada.

Menurut AS/NZS 4360 (1999) ada 4 cara dalam pengendalian risiko yaitu:
1) Menghindari risiko

Risiko yang ada pada pengendalian ini dihilangkan atau dikurangi sehingga
tidak ada tingkat risiko yang dapat diterima. Pada dasarnya dalam suatu aktivitas
2) Mengurangi risiko

Risiko yang ada pada pengendalian ini dikurangi dengan cara memilih
aplikasi tehnik yang sesuai dan asas manajemen untuk mengurangi kemungkinan
kejadian atau dampaknya maupun mengurangi keduanya.
3) Memindahkan risiko

Dampak dari risiko yang ada dipindahkan atau ditransfer pertanggung


jawabannya kepada pihak lain melalui perundang-undangan, seperti pihak
kontaktor, perusahaan asuransi maupun pihak lainnya.
4) Berdasarkan risiko residu

Risiko yang telah dikendalikan terkadang masih mempunyai risiko sisa yang
harus ditangani atau dikendalikan. Teknik pengendaliannya berdasarkan hirarki
pengendalian seperti engineering control, administrative control, dan Personal
Protective Equipment (PPE).

Pengendalian risiko berdasarkan hirarkinya menurut PERMENKER NO.


05/MEN/1996 sebagai berikut (Supriyadi, 2005):
1) Pengendalian teknis atau rekayasa (engineering control)

Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko yang terfokus pada rekayasa


mesin, seperti modifikasi alat, cara kerja mesin dan komponen mesin. Contoh
pengendalian teknik atau rekayasa yaitu:
(a) Eliminasi

Merupakan metode pengendalian dengan cara menghilangkan bahaya


dari tempat kerja, umumnya diterapkan pada material, proses dan kadang-
kadang pada teknologi.

7
(b) Substitusi

Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko dengan mengganti


beberapa potensial hazard (material dan proses) dengan sumber lain yang
memiliki potensial bahaya yang lebih kecil.
(c) Minimisasi

Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko dengan mengurangi jumlah


bahan berbahaya yang digunakan, disimpan dan mengurangi jumlah bahan
berbahaya yang disimpan.
(d) Isolasi

Merupakan usaha untuk memindahkan sumber pajanan bahaya dari


lingkungan pekerja dengan menempatkannya pada tempat lain.
2) Pengendalian administratif (administrative control)
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko yang lebih mengutamakan
pengendalian pada manajemen seperti:
(a) Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus insentif,
penghargaan dan motivasi diri.
(b) Pendidikan dan pelatihan
(c) Evaluasi melalui internal maupun eksternal.
(d) Membuat Standard Operating Procedure (SOP) yang baik untuk setiap
pekerjaan yang ada.
(e) Memberikan atau melampirkan data keselamatan untuk setiap jenis pekerjaan
yang menggunakan bahaya kimia.
(f) Mengadakan pengecekan kesehatan sebelum bekerja, berkala maupun khusus.
(g) Pengaturan jadwal kerja atau shift kerja.
3) Alat pelindung diri (personal protective equipment)

Penggunaan alat pelindung diri merupakan usaha untuk menurunkan tingkat


risiko. alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan:
(a) Enak dipakai
(b) Tidak mengganggu kerja
(c) Memberikan perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya.

Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata, muka, tangan dan jari-

8
jari, kaki, alat pernafasan, telinga dan tubuh.

2.4 Definisi Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan kerja adalah kesiagaan karyawan atau para


karyawan untuk menjalankan tugasnya atau menyelesaikannya, sesuai dengan
aturan kerja yang benar sehingga ia dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan
efektif dan aman (Suma’mur, 1993).
2.4.1 Penatalaksanaan Pencegahan Kecelakaan Kerja

Arah dari sikap kerja selamat atau pencegahan kecelakaan kerja adalah
kepada keselamatan diri, pekerja dan lingkungannya. Sikap ini harus
diciptakan, dibina dan dipelihara terus agar tetap muncul tingkah laku kerja
yang aman (Suma’mur, 1993).

Menurut Suma’mur (1993), langkah-langkah yang harus dilakukan


untuk melaksanakan pencegahan kecelakaan kerja adalah:
a) Menyusun kebijaksanaan tentang pencegahan kecelakaan kerja secara
tertulis, serta mengkomunikasikannya kepada semua tenaga kerja
diperusahaan tersebut.
b) Menjalankan kebijaksanaan tentang pencegahan kecelakaan kerja
diperusahaan tersebut.
c) Kalau sudah berjalan ketentuan dan sudah menjalankan semua
kebijaksanaan yang dibuat oleh perusahaan, itu bisa menjadi tolak ukur
untuk planning kebijaksanaan yang selanjutnya.
2.4.2 Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 syarat-syarat
keselamatan kerja ayat 1 bahwa dengan peraturan perundang-undangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

9
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan gelora.
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang,
binatang, tanaman atau barang.
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.4.3 Tujuan Pencegahan Kecelakaan Kerja


Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 dari
pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja pada pencegahan kecelakaan
kerja dari pekerjaan pengelasan adalah:
a) Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
b) Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
c) Mencegah/ mengurangi kematian.
d) Mencegah/mengurangi cacat tetap.
e) Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan,
alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.

10
f) Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan
menjamin kehidupan produktifnya.
g) Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber
produksi lainnya.
h) Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga
dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
i) Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan.

Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:


a) Manusia (pekerja dan masyarakat)
b) Benda (alat, mesin, bangunan dll)
c) Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuh tumbuhan)
2.4.4 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Heinrich (1986) mendefinisikan pencegahan kecelakaan sebagai suatu
program terintegrasi dengan sejumlah aktivitaf yang dikoordinasikan
berdasarkan sikap, pengetahuan, dan kemampuan, dimana bertujuan untuk
mengendalikan tindakan dan kondisi berbahaya. Pencegahan kecelakaan
tersebut dapat berupa pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan
langsung mencangkup pengendalian yang dilakukan terhadap performa
personal dan lingkungan. Sementara itu, pendekatan tidak langsung bersifat
jangka panjang, seperti instruksi kerja, serta pendidikan dan pelatihan bekerja.
Pencegahan kecelakaan yang diungkapkan oleh Heinrich menekankan
pada hal-hal yang dapat mempengaruhi sikap pekerja. Pengembangan
pencatatan kecelakaan sangat berperan dalam mengeliminasi penyebab
kecelakaan. Apabila hal ini dilakukan, maka diharapkan dapat memberikan
efek yang menguntungkan dalam perilaku pekerja. Adanya pencatatan
kecelakaan dapat membantu dalam memperoleh informasi tentang tindakan
berbahaya dan faktor personal yang berperan sebagai penyebab kecelakaan,
sehingga tindakan perbaikan terkait perilaku pekerja dapat dilakukan untuk
mewujudkan perilaku pekerja yang aman selama bekerja.
Heinrich (1986) menerangkan beberapa cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keselamatan kerja di dalam sektor industri, antara lain:

11
a) Pemenuhan peraturan-peraturan terkait dengan keselamatan kerja, seperti
pengawasan, kewajiban pengusaha dan pekerja, pelatihan, pertolongan
pertama, dan pemeriksaan kesehatan.
b) Penepatan standarisasi, baik resmi, setengah resmi, maupun tidak resmi,
misalnya mengenai alat pengamanan perorangan.
c) Upaya penegakan peraturan yang harus dipatuhi dalam bentuk
pengawasan.
d) Melakukan riset teknis terkait dengan kegiatan perusahaan untuk
meminimalisasi bahaya yang ada.
e) Melakukan riset medis untuk mengetahui dampak fungsiologi dan
patologis dari faktor lingkungan, fisik dan teknologi yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan ditempat kerja.
f) Melakukan riset psikologis untuk mengetahui pola psikologis yang
menjadi penyebab kecelakaan.
g) Melakukan riset statistik untuk mengetahui jenis kecelakan yang terjadi,
frekuensi kecelakaan, pekerja yang terlibat, serta penyebab kecelakaan.
h) Melakukan pendidikan dan pelatihan mengenai keselamatan kerja untuk
pekerja, khususnya untuk pekerja baru.
i) Penerapan berbagai metode persuasi untuk meningkatkan kesadaran
pekerja mengenai keselamatan ditempat kerja.
j) Asuransi dengan cara penyediaan dana untuk maningkatkan upaya
pencegahan kecelakaan.
k) Tindakan pengamanan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja.

Menurut Ridley (2004), sasaran pencegahan kecelakaan adalah


mencegah terjadinya kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya
agar tidak terulang kembali. Prosedur pencegahan kecelakaan kerja adalah
mengidentifikasi bahaya, menghilangkan bahaya, mengurangi bahaya hingga
seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak dapat dilakukan, melakukan
penilaian resiko residual, mengendalikan resiko residual (Ridley, 2004).

Menurut Ridley (2004), teknik-teknik praktis pencegahan kecelakaan,


yaitu:

12
a) Nyaris, yaitu membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi,
menyelidikinya untuk mencegah kecelakaan serius, menumbuhkan budaya
tidak saling menyalahkan.
b) Identifikasi bahaya, yaitu dengan melakukan inspeksi, melalui patroli dan
inspeksi keselamatan kerja, dan sebagainya, laporan dari operator, laporan
dalam jurnal-jurnal teknis.
c) Penyingkiran bahaya, yaitu dengan sarana-sarana teknis, mengubah
pabrik, mengubah material, mengubah proses.
d) Pengukuran bahaya, yaitu dengan sarana teknis memodifikasi
perlengkapan, pemberian perlindungan/kumbung, pemberian alat
pelindung diri.
e) Melakukan penilaian sisa resiko/pengendalian resiko residual, yaitu
dengan sarana teknis-alarm, pemutusan aliran, dan sebagainya, sistem
kerja yang aman, pelatihan para pekerja.

Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan oleh para pekerja selama
menjalankan pekerjaan sesuai dengan kriteria pekerjaan masing-masing
dengan maksud dan tujuan untuk melindungi pekerja agar selama bekerja
mendapat kenyamanan dan keselamatan (Suma’mur, 1996).

Menurut Ridley (2004), perlindungan yang disediakan oleh beberapa


jenis alat pelindung diri, yaitu:
a) Helm keras, dapat melindungi kepala dari benda-benda jatuh.
b) Tutup telinga dan sumbat telinga, dapat melindungi telinga dari suara
bising.
c) Kaca mata pelindung, dapat melindungi mata dari debu dan partikel-
partikel yang beterbangan.
d) Penutup hidung dan mulut (masker), dapat melindungi paru dari debu,
asap, dan gas beracun.
e) Sarung tangan pelindung, dapat melindungi tangan dari tepi-tepi dan ujung
yang tajam.
f) Sepatu pengaman, dapat melindungi kaki dari terpeleset, tertusuk benda
tajam di lantai, benda jatuh.
g) Tali-temali pelindung, dapat melindungi diri dari terjatuh.

13
2.5 Kecelakaan Kerja
2.4.1 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Syarat-
syarat keselamatan kerja ditetapkan salah satu untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan termasuk di tempat kerja yang sedang dikerjakan pembangunan,
perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau
bangunan lainnya (UU No 1 Tahun 1970).
Kecelakaan memiliki definisi yang beragam menurut para ahli. Berikut ini
adalah beberapa definisi kecelakan menurut beberapa sumber.
a) Heinrich (1986) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak
terencana dan tidak terkontrol yang merupakan aksi atau reaksi dari suatu
objek, substansi, manusia, atau radiasi yang memungkinkan/dapat
menyebabkan injury.
b) Frank E. Bird and George L. Germain mendefinisikan kecelakaan sebagai
suatu kejadian tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian pada manusia,
kerusakan properti, ataupun kerugian proses kerja, sebagai akibat dari kontak
dengan substansi atau sumber energi yang melebihi batas kemampuan tubuh,
alat, atau struktur.
c) Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan
proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian,
baik korban manusia atau harta benda.
d) Menurut OHSAS 180001 : 2007, incident didefinisikan sebagai kejadian yang
terkait perkerjaan, dimana suatu cidera, sakit (terlepas dari tingkat
keparahannya), atau kematian terjadi, atau mungkin dapat terjadi. Dalam hal
ini, yang dimaksud sakit adalah kondisi kelainan fisik atau mental yang
teridentifiksi berasal dari dan/atau bertambah buruk karena kegiatan kerja
dan/atau situasi yang terkait pekerjaan.

14
Setelah melihat definisi dari berbagai sumber, maka dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan merupakan kejadian tidak terduga dan tidak diinginkan yang
disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor dan dapat menimbulkan kerugian
pada manusia berupa injury, kesakitan, kematian, kerusakan properti, ataupun
gangguan pada proses kerja. Namun, ada beberapa hal penting yang harus
dipahami terkait dengan pendefinisian accident (kecelakaan). Bird and Germain
(1990) mengungkapkan tiga aspek penting dalam pemahaman accident, yaitu:
a) Dampak yang ditimbulkan kecelakaan tidak hanya cidera, tetapi juga
kesakitan, seperti gangguan mental, saraf, ataupun gangguan sistematik
akibat pajanan.
b) Terdapat perbedaan antara “injury” dan ”accident”, dimana injury
disebabkan oleh accident, tetapi tidak semua accident menyebbkan injury.
c) Apabila ada kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan properti atau
fasilitas, serta gangguan proses kerja, tetapi tidak menyebabkan injury, maka
kejadian tersebut tetap dikategorikan sebgai accident.
2.4.2 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Teori Accident Cost Iceberg Pertama kali dikembangkan oleh Heinrich
pada tahun 1937 dan diperbaharui oleh Frank E. Bird pada tahun 1974. Teori
ini mengungkapkan bahwa kejadian kecelakaan tidak hanya menimbulkan
kerugian berupa biaya perawatn medis dan kompensasi, tetapi juga
menyebabkan kerugian lainnya yang kurang mendapat perhatian. Besarnya
biaya yang tersembunyi akibat kecelakaan digambarkan sebagai gunung es
yang hanya terlihat bagian ujung atasnya, sedangkan bagian lainnya tertutup
dibawah laut. Bird (1990), perbandingan antara biaya yang nampak dengan
biaya yang tersembunyi adalah 1:5 hingga 1:50.
Kerugian yang nampak berupa biaya perawatan medis dan kompensasi
yang diasuransikan. Sedangkan, biaya akibat kecelakaan yang tidak nampak
dan tidak diasuransikan, antara lain:
a) Biaya kerusakan gedung,
b) Kerusakan peralatan dan perkakas.
c) Kerusakan produk dan bahan.
d) Biaya pengeluaran persediaan dan peralatan darurat.

15
e) Biaya reparasi dang penggantian.

Besarnya biaya kerugian tersebut seharusnya membuat manajemen lebih


memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap proses
pekerjaan untuk menghindari kerugian.
Pada tahun 1969 dilakukan studi kecelakaan di sektor industri dilakukan
dengan menganalisis 1,753,498 kasus kecelakaan yang dilaporkan oleh 297
perusahaan yang mewakili 21 jenis industri berbeda (Bird dan Germain,
1990). Hasil studi ini mengungkapkan bahwa setiap ada satu kasus kecelakaan
yang menyebabkan major injury (mengakibatkan kematian, cacat, hilangnya
waktu kerja, atau perawatan medis), terdapat 9.8 kecelakaan yang
menyebabkan minor injury (membutuhkan pertolongan pertama). Lebih
lanjut, diungkapkan bahwa 30.2 kasus kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan properti terjadi dan 600 near-miss setiap satu kasus yang
menyebabkan major injury. Dengan demikian, didapatkan rasio kecelakaan
berdasarkan kerugian yang ditimbulkan.
Hal penting yang perlu diingat adalah rasio tersebut hanya didasarkan
pada data kecelakaan yang dilaporkan, bukan semua kecelakaan yang terjadi
di industri. Namun, rasio tersebut dapat mengungkapkan fakta bahwa
kecelakaan yang menyebabkan major injury jarang terjdi, tetapi upaya
pengendalian kecelakaan justru lebih ditekankan pada jenis kecelakaan
tersebut. Sebaliknya, tindakan pencegahan untuk kasus kecelakaan yang
menyebabkan minor injury atau pun near-miss kurang mendapay perhatian.
Upaya pencegahan kecelakaan minor injury dan near-miss yang memiliki
potensi kerugian tinggi.
Heinrich (1986) menyusun daftar kerugian terselubung sebagai akibat
terjadinya kecelakan, antara lain:
a) Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka.
b) Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja
karena rasa ingin tahu, rasa simpati, membantu karyawan yang terluka.
c) Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia, atau para
pemimpin lainnya antara lain sebagai berikut:
(1) Membantu karyawan yang terluka.

16
(2) Menyelidiki penyebab kecelakaan.
(3) Mengatur agar proses produksi tetap berlangsung.
(4) Memilih dan melatih karyawan baru.
(5) Menyiapkan laporan peristiwa kecelakaan.
(6) Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan
pertaman dan staf departemen rumah sakit, apabila pembiayaan ini
tidak ditanggung oleh perusahaan asuransi.
(7) Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya
atau oleh karena tercemarnya bahan baku/material.
(8) Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan
memenuhi pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran
denda, dll.
(9) Kerugian akibat pelaksanaa sistem kesejahteraan dan maslahat bagi
karyawan
(10) Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah
penuh bagi karyawan yang terluka setelah mereka kembali bekerja,
walaupun mereka hanya menghasilkan separuh dari kemampuan pada
saat normal.
(11) Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari
produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang
menganggur.
(12) Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral
kerja karena kecelakaan tersebut.
(13) Kerugian biaya umum per karyawan yang luka, misalnya biaya
penerangan, pemanasan, sewa, dan hal lain yang serupa yang terus
berlangsung semasa karyawan yang terluka tidak produktif.

2.5 Devinisi Risiko

Menurut The Australian Standard/New Zealand Standard (1999) “risk is the


chance of likelihood of something happening and the consequencies if it does and
sometimes can refer either to hazard or to chance of loss”. Risiko dapat didefinisikan
sebagai kejadian yang tidak tentu yang dapat mengakibatkan suatu kerugian. Risiko

17
juga dapat didefinisikan secara lebih terperinci yaitu seberapa besar kemungkinan
suatu bahan atau material, proses, atau kondisi untuk menimbulkan kerusakan atau
kesakitan dan kerugian (Supriyadi, 2005). Menurut Supriyadi (2005) risiko dapat
dikategorikan menjadi 5 yaitu:
1) Risiko Keselamatan

Risiko keselamatan memiliki tingkat probabilitas rendah, tingkat paparan


tinggi, akut dan jika terjadi kontak langsung terlihat efeknya, penyebabnya lebih
dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan
kerugian di area kerja.
2) Risiko Kesehatan

Risiko kesehatan memiliki sifat probabilitas yang tinggi, tingkat paparan


rendah, kronis, penyebabnya sulit diketahui dan fokusnya lebih ke kesehatan
manusia.

3) Risiko Lingkungan dan Ekologi

Umumnya memiliki ciri-ciri permasalahan difokuskan pada dampak yang


timbul terhadap habitat dan ekosistem yang lebih jauh dari sumber risiko.
4) Risiko Terhadap Masyarakat Publik

Komunitas dan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan


produksi, memperhatikan pada segi estetika, sumber daya dengan menggunakan
batasan-batasan yang ada dampak negatif dari persepsi masyarakat seperti
perubahan positif dari suatu tindakan yang lamban, semua hal tersebut terfokus
pada penilaian dan persepsi masyarakat.
5) Risiko Keuangan

Dalam jangka pendek dan jangka panjang risiko dari kehilangan property
dan pajak, mempertanggungjawabkan pajanan, asuransi terhadap lingkungan,
kesehatan dan keselamatan, investasi.terfokus pada aspek operasional dan
kelangsungan hidup secara finansial.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu yang penting dalam suatu penelitian.
Metode penelitian yang digunakan akan sangat menentukan upaya pengumpulan data
yang diperlukan dalam penilitian. Sugiyono (2012, hlm. 1) menyatakan bahwa
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian merupakan salah satu cara
sistematis yang digunakan oleh peneliti untuk memecahkan rumusan masalah yang
diteliti. Sukardi (2008, hlm. 17) menyatakan bahwa “Metodologi penelitian dapat
diartikan sebagai kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh peneliti untuk
memecahkan permasalahan hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi penliti
itu sendiri”.

3. Rancangan Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di proyek PT.KANSAI PRAKARSA COATINGS: JL.Gajah


tunggal no.3 Jatake, Tangerang, Banten juga PT.Jaya Obayashi yang berkantor
Pusat di Jl.pancoran timur II no.3  Jakarta selatan - Indonesia . Telp       : (021)-597
117 77, (021)-798 2223, (021)-794 4142, Fax. : (021)-797 3672, (021)-797 3673

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menurut sugiyono (2000:7) termasuk penelitian survey yaitu
penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut dan
menggunakan kusioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

19
3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Data Primer

Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung darisumber asli
dan data dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sesuai dengan
keinginan peneliti (Fuad Mas’ud, 2004). Data primer ini khusus dikumpulkan untuk
kebutuhan riset yang sedang berjalan. Data primer dalam penelitian ini adalah data
dari karyawan bagian produksi yang berjumlah 40 orang, serta yang berasal dari
penyebaran kuesioner tentang profil sosial dan identifikasi responden, berisi data
responden yang berhubungan dengan identitas responden dan keadaan sosial seperti :
usia, pendidikan terakhir, dan masa kerja dari karyawan PT.Jaya Obayashi.

3.3.2 Data Sekunder

Fuad Mas’ud (2004) menyatakan bahwa data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah data dari PT.Jaya Obayashi tentang jumlah karyawan pada bagian produksi.

3.3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan atau agregasi dari seluruh elemen-elemen atau


individu-individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu penelitian (Bonar
M. Sinaga, 1994). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). (Sugiyono, 2009:62).
Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi yang berjumlah
50 orang.

20
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

1.   Kusioner.

            Kusioner adalah cara pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan


dan diajukan peneliti kepada responden untuk memperoleh jawaban yang sesuai
dengan data yang diinginkan.

2.   Interview atau Wawancara

            Interview adalah pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab


langsung kepada pemimpin perusahaan tentang aktivitas perusahaan, gambaran
umum perusahaan, kondisi dan keadaan kepegawaian serta fasilitas yang diberikan
perusahaan.

3.3.4  Definisi Operasional Variabel

Secara keseluruhan variabel-variabel yang dipakai, definisi operasional


variabel dan indikator-indikatornya dapat dilihat dalam tabel 3.1  berikut:

Variabel Defisi Pengukuran


1.      Kinerja Hasil kerja karyawan Terdiri dari skala 1 –
selama kurun waktu 5, pada setiap item
Karyawan
tertentu yang diukur dari pertanyaan. Terdapat
kualitas dan kuantitas 7 pertanyaan, jika
output yang dihasilkan. memilih Sangat
Tidak Setuju (STS)
nilainya 1. Jika
memilih Sangat
Setuju (SS) nilainya
10.
2.      Keselamatan keselamatan kerja Terdiri dari skala 1 –
kerja menunjuk 5, pada setiap item

21
pada perlindungan pertanyaan. Terdapat
kesejahteraan fisik dengan 5 pertanyaan, jika
dengan tujuan mencegah memilih Sangat
terjadinya  kecelakaan atau Tidak Setuju (STS)
cedera terkait dengan nilainya 1. Jika
pekerjaan memilih Sangat
Setuju (SS) nilainya
10.
3.      Kesehatan kerja Kondisi fisik, mental dan Terdiri dari skala 1 –
stabilitas emosi secara 5, pada setiap item
umum dengan tujuan pertanyaan. Terdapat
memelihara kesejahteraan 6 pertanyaan, jika
individu secara memilih Sangat
menyeluruh Tidak Setuju (STS)
nilainya 1. Jika
memilih Sangat
Setuju (SS) nilainya
10.

3.3.5 Varibel Bebas (X)

Adapun indicator yang di gunakan untuk Keselamatan Kerja(X1) dan


Kesehatan Kerja (X2) menurut Rijuna Dewi (2006) menyebutkan, indikator dari
keselamatan dan

kesehatan kerja yaitu:

1.      Keselamatan Kerja:
a. Pemahaman penggunaan peralatan keamanan
b. Kelengkapan alat pelindung diri
c. Sanksi untuk pelanggaran peraturan keselamatan
d. Perhatian perusahaan terhadap aspek keselamatan karyawan
e. Kejelasan petunjuk penggunaan peralatan keselamatan

22
2.      Kesehatan Kerja
a. Perhatian perusahaan terhadap aspek kesehatan karyawan
b. Kelengkapan fasilitas kesehatan
c. Prosedur pelayanan kesehatan
d. Jam kerja
e. Beban kerja
f. Asuransi kesehatan

3.3.6 Variabel  Terikat (Y)

Menurut Hendri Simamora (2001: 415), penilaian kinerja adalah suatu


proses denganya suatu organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu.
Terdapat beberapa indikator kinerja karyawan yaitu :
a. Loyalitas, Setiap karyawan yang memiliki tingkat loyal yang tinggi pada
perusahaan, mereka akan diberikan posisi yang baik, hal ini dapat dilihat
melalui tingkat absensi ataupun kinerja yang mereka miliki.
b. Semangat kerja, Perusahaan harus menciptakan suasana dan lingkungan
kerja yang kondusifhal ini akanmeningkatkan semangat kerja karyawan
dalam menjalankan tugasdi suatu organisasi.
c. Kepemimpinan, Pimpinan merupakan leader bagi setiap bawahannya,
bertanggungjawab dan memegang peranan penting dalam mencapai suatu
tujuan. Pimpinan harus mengikutsertakan karyawan dalam mengambil
keputusan sehingga karyawan memiliki peluang untuk
mengeluarkan pendapat, ide dan gagasan demi keberhasilan perusahaan.
d. Kerjasama, Pihak perusahaan perlu membina dan menanamkan hubungan
kekeluargaan antar karyawan sehingga memungkinkan karyawan untuk
bekerjasama dalam lingkungan perusahaan.
e. Prakarsa, Prakarsa ini perlu dibina dan dimiliki baik itu dalam diri
karyawan ataupun dalam lingkungan perusahaan.
f. Tanggung jawab, Tanggung jawab ini harus dimiliki oleh setiap karyawan
baik ia berada pada level jabatan yang tinggi atau pada level yang rendah.

23
g. Pencapaian target, Dalam pencapaian target biasanya perusahaan
mempunyai strategi-strategi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Malthis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya


Manusia. Salemba Empat, Jakarta

Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson. 1999. Manajemen Sumber Daya


Manusia Menghadapi Abad Ke-21. Erlangga, Jakarta.

Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi Revisi. Prenada Media,


Jakarta.

Hariandja, Mariot. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Grasindo.


Jakarta

Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 10 jilid 2.


Erlangga, Jakarta

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja, edisi ketiga. PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta

Syukri Sahab, 1997.  Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Jakarta : Bina Sumber Daya Manusia.

Tarwaka, 2008. Manajemen Dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta :


Harapan Press.

www.sucofindo.co.id

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai