Anda di halaman 1dari 7

Nama : Syifaul Qolbi

No : 10

Kelas : XI KPA

Minyak Bumi
Pertanyaan

1. Dasar dari pemisahan destilasi bertingkat.


2. Jelaskan fraksi-fraksi minyak bumi!
3. Contoh seconding processing (proses reaksi).
4. Jelaskan kualitas bensin berdasarkan harga bilangan oktan!
5. Bagaimana cara meningkatkan kualitas bensin dan risikonya?
6. Komposisi senyawa akibat pembakaran hidrokarbon.

Penjelasan

1. Destilasi atau penyulingan adalah cara pemisahan campuran senyawa berdasarkan


perbedaan titik didih komponen penyusun campuran tersebut.
Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam
campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah
akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan
menetes sebagai zat murni (destilat).
Cara destilasi menggunakan beberapa tingkat suhu pendinginan atau pengembunan
lebih dikenal dengan destilasi bertingkat.
Minyak mentah mengandung campuran senyawa hidrokarbon yang memiliki titik didih
bervariasi.

2. Fraksi-fraksi Minyak Bumi

Fraksi Minyak Bumi Jumlah atom C Titik didih (oC) Manfaat Minyak Bumi
Bahan bakar gas (LPG) dan bahan
Gas C1-C4 < 20o baku sintesis senyawa organik
Eter petroleum C5-C7 30o – 90o Pelarut dan cairan pembersih
Bensin (Gasolin) C5-C10 40o – 180o Bahan bakar kendaraan bermotor
Nafta C6-C10 70o – 180o Bahan baku sintesis senyawa organik
Bahan bakar jet dan bahan bakar
Kerosin C11-C14 180o – 250o kompor paraffin
Bahan bakar kendaraan bermesin
Minyak solar dan diesel dan bahan bakar tungku di
diesel C15-C17 250o – 300o industri
Minyak pelumas C18-C20 300o – 350o Oli dan pelumas
Petroleum jelly dan lilin paraffin
untuk membuat lilin, kertas berlapis
lilin, lilin batik, dan bahan pengkilan
Lilin C20+ > 350o seperti semir
Minyak bakar C20+ > 350o Bahan bakar kapal, pemanas industri
(boiler plant), dan pembangkit listrik
Material aspal jalan dan atap
Bitumen C40+ > 350o bangunan

Hasil Pengolahan Minyak Bumi Tahap Pertama (Primary Processing)

a. Fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan kembali dan dikenal
dengan nama elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG digunakan untuk bahan
bakar kompor gas dan mobil BBG, atau diolah lebih lanjut menjadi bahan kimia lainnya.
b. Fraksi kedua disebut nafta (gas bumi). Nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi
diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi bensin (premium) atau bahan petrokimia
yang lain. Nafta sering disebut juga sebagai bensin berat.
c. Fraksi ketiga atau fraksi tengah, selanjutnya dibuat menjadi kerosin (minyak
tanah) dan avtur (bahan bakar pesawat jet).
d. Fraksi keempat sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.
e. Fraksi kelima atau disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang dan dapat
diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon lainnya, dan
sisanya sebagai aspal dan lilin.

3. Seconding Processing (Proses Reaksi)


a. Proses Cracking
Cracking adalah proses pengolahan minyak bumi yang bertujuan untuk menguraikan
molekul-molekul besar senyawa hidrokarbon menjadi molekul hidrokarbon yang
lebih kecil. Proses crakcing ini sering disebut sebagai proses refinery. Secara umum
proses cracking ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
• Thermal Cracking adalah proses pemecahan rantai senyawa hidrokarbon
yang memiliki rantai panjang menjadi senyawa hidrokarbon dengan rantai
yang lebih kecil melalui proses katalis atau pemanasan. Adapun suhu yang
dapat digunakan yaitu 800 derajat Celcius dan dalam tekanan 700 kpa.
Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan
cara boiling range yang lebih rendah dari umpannya.
• Catalytic Cracking adalah proses cracking yang menggunakan suhu tinggi
dengan tekanan yang rendah. Proses ini menggunakan katalis sebagai media
untuk mempercepat laju reaksi fraksi. Pada umumnya reaksi proses
perengkahan katalis ini menggunakan mekanisme perengkahan ion
karbonium, di mana pada mulanya katalis yang bersifat asam akan
menambahkan proton ke dalam molekul olevin atapun menarik ion hidrida
dari senyawa alkana sehingga hal ini menyebabkan terbentuknya ion
karbonium.
• Hidrocracking adalah kombinasi dari proses thermal cracking dan catalytic
cracking yang menghasilkan senyawa jenuh. Proses hidrocracking ini
dilakukan dalam tekanan yang tinggi, beberapa hasil dari proses
hidrocracking ini antara lain bensin dan bahan bakar jet. Kelebihan dari
proses ini adalah memiliki kandungan sulfur yang terdapat pada fraksi,
dimana sulfurnya akan diubah menjadi senyawa hidrogen sulfida sehingga
proses pelepasan sulfur akan menjadi lebih mudah.

b. Proses Reforming
Proses reforming adalah proses mengubah struktur pada molekul fraksi yang
mutunya kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi molekul fraksi yang mutunya
lebih baik (rantai karbon bercabang). Proses reforming ini dilakukan dengan
menggunakan katalis atau proses pemanasan. Karena proses reforming ini bertujuan
untuk mengubah struktur pada molekul fraksi maka proses reforming ini dapat
disebut juga sebagai proses isomerasi.

c. Proses Alkilasi dan Polimerisasi


Proses alkilasi adalah proses penambahan jumlah atom pada suatu fraksi sehingga
molekul sebuah fraksi tersebut menjadi lebih panjang dan bercabang. Pada proses
alkilasi ini menggunakan bahan tambahan katalis asam yang kuat seperti H2SO4, HCl
atau AlCl3 (asam Lewis).
Contoh proses alkilasi adalah penggabungan isobutena dengan isobutana menjadi
isooktana.

Sedangkan proses polimerasi adalah proses penggabungan antara molekul-molekul


kecil menjadi molekul yang lebih besar dalam sebuah fraksi sehingga mutu dari
produk akhir menjadi meningkat. Jadi pada tahap ini molekul fraksi akan melalui
tahap alkilasi terlebih dahulu lalu kemudian melalui tahap polimerasi sehingga
membentuk sebuah molekul fraksi yang panjang dimana molekul fraksi tersebut
mutunya sudah meningkat.

Contoh proses polimerisasi adalah penggabungan senyawa etena menjadi senyawa


polietena.

d. Proses Treating
Treating adalah proses pemurnian fraksi minyak bumi melalui tahap eliminasi
bahan-bahan pengotor yang terlibat dalam proses pengolahan. Proses treating
adalah sebagai berikut.
• Copper sweetening dan doctor treating berupa proses penghilangan
pengotor yang dapat menimbulkan bau tidak sedap.
• Acid treatment berupa proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
• Desulfurizing (desulfurisasi) berupa proses penghilangan unsur belerang.

e. Proses Blending (Pencampuran)


Blending adalah proses yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk siap
pakai dengan cara menambahkan bahan-bahan aditif ke dalam fraksi minyak bumi.
Bahan-bahan aditif yang digunakan adalah MTBE (Methyl Tertier Buthyl Ether),
etanol, metanol, dan TEL (tetra ethyl lead). TEL ini merupakan bahan aditif yang
digunakan untuk menaikkan bilangan oktan bensin. Setelah melalui proses ini maka
hasil dari pengolahan minyak bumi mutunya menjadi lebih baik dan menjadi bahan
yang siap pakai.
4. Kualitas Bensin
Komponen utama dari bensin adalah n-heptana (C7H16) dan isooktana (C8H18). Kualitas
bensin ditentukan oleh kandungan isooktana yang dikenal dengan istilah bilangan
oktan. Bilangan oktan n-heptana = 0 dan bilangan oktan isooktana = 100. Jika bensin
mengandung 75% isooktana dan 25% n-heptana, berarti bilangan oktan bensin tersebut
75. Kandungan isooktana pada bensin memiliki fungsi mengurangi ketukan (knocking)
pada mesin kendaraan dan meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga menghasilkan
energi yang lebih besar. Semakin tinggi persentase isooktannya, maka bilangan oktan
dari bensin tersebut semakin tinggi. Semakin tinggi nilai oktannya, maka BBM lebih
lambat terbakar, sehingga tidak meninggalkan residu pada mesin yang bisa mengganggu
kinerjanya.

Kualitas Bensin

• Premium memiliki nilai oktan 88.


• Pertalite memiliki RON 90.
• Pertamax memiliki nilai oktan 92.
• Pertamax Plus memiliki nilai oktan 95.

5. Cara Meningkatkan Kualitas Bensin


Peningkatan kuantitas dan kualitas bensin dalam pengolahan minyak bumi
dilakukan melalui proses kertakan (cracking) dan reformasi fraksi-fraksi bertitik
didih tinggi. Ada dua jenis kertakan yang biasanya dilakukan pada fraksi bensin.
a. Kertakan Katalitik
Kertakan katalik berupa proses memanaskan bahan bakar bertitik didih tinggi di
bawah tekanan dengan penambahan katalis (tanah liat aluminium silikat dicuci
dengan asam dan dijadikan bubuk halus). Dalam kondisi demikian, molekul besar
akan patah-patah menjadi fragmen kecil.
b. Kertakan Kukus
Kertakan kukus merupakan suatu teknik mengubah alkana menjadi alkena. Reformasi
katalitik mengubah senyawa alifatik menjadi senyawa aromatik. Alkena dan senyawa
aromatik yang terbentuk dimanfaatkan sebagai bahan baku plastik dan senyawa
sintetik organik.
Proses kertakan akan menghasilkan alkana bercabang dan senyawa aromatik yang
mengurangi suara ketukan (knocking). Bensin tersusun atas alkana rantai lurus dan
isooktana. Alkana rantai lurus tersebut memiliki titik didih yang lebih tinggi dari
isooktana, sehingga di dalam mesin tidak terbakar sempurna. Tidak sempurnanya
proses pembakaran tersebut menimbulkan suara ketukan pada mesin ketika mobil
dipercepat, maupun pada tanjakan. Hal ini menyebabkan mesin aus. Untuk mengurangi
hal tersebut, bensin berkualitas harus lebih banyak terdiri dari alkana rantai cabang dan
senyawa aromatik.

Penambahan zat aditif ke dalam bensin bertujuan untuk mengurangi ketukan dan
meningkatkan bilangan oktan. Beberapa zat aditif yang biasa digunakan dan memiliki
bilangan oktan lebih dari 100 yaitu benzena, t-butilalkohol [(CH3)3COH], dan t-butil metil
eter [(CH3)3COCH3]. Terkadang digunakan juga campuran zat aditif dalam bensin
bertimbal yaitu etilfluid: 65% tetraetil timbale [(CH3CH2)4Pb], 25% 1,2-dibromoetana
(BrCH2CH2Br), dan 10% 1,2-dikloroetana (ClCH2CH2Cl).
Senyawa-senyawa hidrokarbon yang telah terhalogenasi tersebut bermanfaat untuk
mengubah timbal yang dihasilkan pada pembakaran bensin menjadi timbal (II) bromida
(PbBr2) yang mudah menguap agar mudah dibuang bersama gas buang lainnya.
Penggunaan tetraetil timbal dalam bensin akan segera dihentikan karena menimbulkan
pencemaran udara yang sangat parah. Saat ini telah dikembangkan MTBE (metil
tersier butil eter), metanol, dan etanol.

6. Komposisi Senyawa Akibat Pembakaran Hidrokarbon


a. Oksida Karbon (CO dan CO2)
Pembakaran bensin dapat berlangsung secara sempurna dan tidak sempurna.
• Pembakaran Sempurna

Pembakaran oktana dalam bensin merupakan pembakaran sempurna serta


menghasilkan gas karbon dioksida dan air.

2C8H18(l) + 25O2(l) → 16CO2(g) + 18H2O(g)

Gas karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar bensin
memiliki dampak bagi kehidupan. Adanya karbon dioksida yang berlebihan di
atmosfer dapat menimbulkan efek rumah kaca. Fenomena efek rumah kaca
dapat menaikkan temperatur permukaan bumi. Jika temperatur bumi naik,
maka kumpulan di daerah kutub akan mencair dan berakibat naiknya
permukaan air laut.

• Pembakaran Tidak Sempurna

2C8H18(l) + 17O2(g) → 16CO(g) + 18H2O(g)

Pembakaran secara tidak sempurna menghasilkan gas CO yang dapat


membahayakan bagi kesehatan. Gas CO terhirup oleh tubuh, kemudian CO
akan segera masuk ke dalam darah dan berikatan dengan hemoglobin. Gas CO
lebih mudah bereaksi dibandingkan dengan oksigen. Akibatnya tubuh akan
kekurangan oksigen sehingga dapat menyebabkan pusing, sesak napas,
muntah, pingsan, bahkan kematian.

b. Oksida Nitrogen (NOx)


Pada suhu tinggi, di dalam kendaraan bermotor dapat terjadi reaksi antara nitrogen
dengan oksigen.
N2(g) + O2(g) → NOx
Gas NOx di udara tidak beracun secara langsung pada manusia. Gas NOx ini bereaksi
dengan bahan-bahan pencemar lain sehingga menimbulkan fenomena asap kabut
(smog). Smog dapat menimbulkan sesak napas dan mata perih.

c. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)


Gas SO2 di atmosfer sebagian besar merupakan hasil pembakaran bahan bakar yang
mengandung belerang. Kadar SO2 yang cukup tinggi mengakibatkan penyakit radang
paru-paru pada manusia dan khlorosis (kepucatan) pada daun-daun. Reaksi dari SO2
akan menyebabkan terbentuknya SO3.
SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g)
Gas SO3 merupakan oksida asam yang mudah bereaksi dengan air dan membentuk
asam sulfat.
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
Akibat yang ditimbulkannya adalah hujan asam (pH air hujan akan menurun)
sehingga menimbulkan korosi logam-logam, kerusakan bangunan, dan memudarnya
cat-cat pagar.
d. Timbel (Pb)
Logam Pb yang terbakar membentuk oksida Pb. Logam Pb dalam senyawanya, yaitu
TEL (tetraethyllead) sengaja ditambahkan ke dalam bensin untuk menaikkan nilai
oktan. Timbel Pb menimbulkan penurunan kualitas udara.

Anda mungkin juga menyukai