Anda di halaman 1dari 41

LAMPIRAN

106
Lampiran 1

Kuisioner Pemilihan Panelis


Cokelat Sereh Dapur

Dalam rangka penelitian skripsi kami yang bertemakan cokelat sereh


dapur, maka kami memohon bantuan saudara/i untuk kesediaannya mengisi
kuisioner di bawah ini dengan sejujur-jujurnya.

Petunjuk Pengisian Kuisioner:

Jawablah pertanyaan di bawah ini dan pilih jawaban yang Anda anggap paling
sesuai dengan Anda.

Identitas Responden
Nama :
Usia : ……….. tahun
Jenis Kelamin :
Nomor HP :

1. Apakah Anda menyukai cokelat?


☐Ya ☐ Tidak
2. Jika iya, seringkah Anda mengonsumsi cokelat?
☐ Sering ☐ Tidak Sering
3. Jika sering, seberapa seringkah Anda mengonsumsi cokelat?
☐ 1 kali dalam sehari
☐ 2 kali dalam sehari
☐ 1 kali dalam seminggu
☐...……………………………………………… (lainnya)
4. Berikut adalah beberapa jenis cokelat yang ada di pasaran, berikan tanda
silang (X) pada cokelat yang pernah Anda konsumsi (boleh lebih dari 1):
o Hershey’s
o Valor
o Delfi
o Choco Mucho
o Goya
o Van Houten
o Cadburry
o Kit Kat
o Lindt

107
o Ritz
o Whittakers
o Chocodot
o Cokelat Ndalem
o Chocolate Monggo
o Arina Chocolate
o Soeklat
o Java Chocolate
o Cokelat Jago
o Cokelat Payung
o Coco
o Toblerone
o Ferrero Rocher
o Choki Choki
o Silver Queen
o Mayordomo
o …........ (lainnya)
5. Apakah Anda pernah mengonsumsi dark chocolate?
☐Pernah ☐ Tidak Pernah
6. Jika pernah, apakah Anda menyukai dark chocolate? Berikan alasannya.
☐Ya ☐ Tidak
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
7. Apakah Anda seorang perokok aktif?
☐Ya ☐ Tidak
8. Apakah Anda menyukai rempah-rempah? (Eg: sereh dapur, jahe, etc)
☐Ya ☐ Tidak
9. Seberapa besar Anda menyukai rempah-rempah?
☐ 1 = tidak suka
☐ 2 = agak tidak suka
☐ 3 = netral
☐ 4 = agak suka
☐ 5 = suka
10. Apakah Anda pernah mengonsumsi produk olahan sereh dapur?
☐Pernah ☐ Tidak Pernah
11. Jika pernah, apakah Anda menyukai produk olahan sereh dapur? Berikan alasannya.
☐Ya ☐ Tidak
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….

108
Lampiran 2

BORANG UJI HEDONIK

Dark Chocolate Bar dengan Penambahan Minyak Atsiri Sereh Dapur

Nama : Tanggal pengujian:


Tanda tangan :

Instruksi:
Di hadapan Saudara disajikan 4 sampel dark chocolate bar
dengan penambahan minyak atsiri sereh dapur. Saudara
dimohon memberikan penilaian terhadap keempat sampel
dark chocolate bar tersebut sesuai dengan tingkat kesukaan
Saudara. Selesaikan penilaian satu sampel tanpa
membandingkan tingkat kesukaan antarsampel. Saudara
diwajibkan mengisi kolom komentar sesuai penilaian yang
diberikan terhadap sampel. Sebelum mencicipi sampel lain,
netralkan mulut menggunakan plain crackers dan air mineral
yang telah disediakan.
Kode Kenampakan Tekstur After
Warna Aroma Rasa Overall
Sampel (glossy) (hardness) taste
309

490

245

723

109
Lampiran 3

PROSEDUR ANALISIS
KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI

1. Kadar air sereh dapur (AOAC, 2005)


Kadar air sereh dapur diukur secara thermogravimetri. Botol timbang
dioven selama 1 jam pada suhu 105˚C kemudian didinginkan pada desikator
selama 15 menit. Selanjutnya ditimbang menggunakan neraca analitik dan
dicatat beratnya (w2). Sampel sebanyak 1–3 g dimasukkan ke dalam botol
timbang (w) dan dioven selama 24 jam pada suhu 105˚C, kemudian
didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Botol timbang dan sampel yang
telah didinginkan kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik dan
dicatat beratnya (w1). Perlakuan diakukan hingga didapatkan berat konstan
selisih penimbangan sebesar 0,2 mg. Kadar air sampel dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

Keterangan:
w = berat sampel (g)
w1 = berat botol timbang dan bahan setelah dioven (g)
w2 = berat botol timbang (g)
2. Rendemen (Sufyan dkk., 2018)
Pertama-tama sereh dapur yang telah dikering-anginkan dan dipotong,
ditimbang menggunakan neraca analog (b gram). Kemudian dimasukkan ke
dalam alat distilasi dan dilakukan proses distilasi selama ±5 jam. Minyak atsiri
yang diperoleh dari proses distilasi dimasukkan ke dalam botol vial yang telah
diketahui beratnya. Minyak atsiri beserta botol vial ditimbang beratnya
menggunakan neraca analitik (a gram). Rendemen minyak atsiri dihitung
dengan rumus:

110
Keterangan:
a = berat minyak (g)
b = berat sampel (g)
3. Berat jenis (SNI, 1995 dan AOAC, 1970)
Perhitungan bobot jenis minyak atsiri berdasarkan SNI 06-3953-1995
dengan prosedur pengujian sebagai berikut:
a. Piknometer kosong ditimbang dan dicatat beratnya (m).
b. Isi piknometer kosong dengan aquades yang dikondisikan pada suhu 20˚C
dan ditutup dengan tutupnya hingga tidak ada gelembung-gelembung udara,
lalu dicatat kembali beratnya (m1).
c. Piknometer kosong kemudian ditambahkan minyak atsiri yang dikondisikan
pada suhu 20˚C dan ditutup dengan tutupnya hingga tidak ada gelembung-
gelembung udara, lalu dicatat kembali beratnya (m2).
d. Bobot jenis minyak atsiri dihitung dengan pembagian selisih berat
piknometer sebelum dan setelah ditambahkan minyak atsiri per selisih berat
piknometer sebelum dan setelah ditambahkan aquades.

Keterangan:
m = berat piknometer (g)
m1 = berat piknometer + aquades (g)
m2 = berat piknometer + minyak atsiri (g)
Menurut AOAC (1970) koreksi temperatur pembacaan ke temperatur
standard dirumuskan sebagai berikut:
Berat jenis (25˚C) = Berat jenis (T˚C) + 0,00064 (T-25)
4. Kelarutan dalam alkohol 80% (SNI, 1995)
Prosedur pengujian kelarutan minyak atsiri dalam alkohol 80%
berdasarkan SNI 06-3953-1995 dengan langkah pengujian sebagai berikut:

111
a. Pembuatan larutan pembanding (0,5 ml larutan perak nitrat 0,1 N + 50 ml
larutan natrium khlorida 0,0002 N dan dikocok. Kemudian ditambahkan
satu tetes asam nitrat encer 25%).
b. Sebanyak 1 ml minyak atsiri dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan satu bagian alkohol 80% dan dikocok.
c. Penambahan alkohol 80% lagi hingga diperoleh suatu larutan bening pada
suhu 25˚C.
d. Pencatatan penambahan alkohol pada minyak atsiri, bandingkan kekeruhan
yang terjadi dengan kekeruhan larutan pembanding, kemudian dinyatakan
dalam perbandingan 1 bagian minyak atsiri dalam X bagian alkohol (1:X).
5. Kandungan senyawa aktif (LPPT-UGM, 2017)
Pengujian kandungan senyawa aktif dalam minyak atsiri sereh dapur
dilakukan menggunakan metode GC-MS dengan instrumen alat Thermo
Scientific Trace 1310 Gas Chromatograph dan Thermo Scientific ISQLT
Single Quadropole Mass Spektrometer, serta kolom kapiler HP-5MS UI.
Sebanyak 0,5 µL diambil dimasukkan ke dalam alat suntik injektor, kemudian
diinjekkan dengan ratio split 25 pada alat GC-MS. Gas carrier atau gas
pembawa menggunakan helium UHP (He) dengan kecepatan alir 50 ml/menit.
Suhu injektor diatur 250˚C, front inlet flow diatur 2 ml/menit, MS transfer line
diatur dengan suhu 240˚C, ion source 230˚C, purge flow 3 ml/menit, gas saver
flow 5 ml/menit, dan gas saver time 5 menit.

112
Lampiran 4
PROSEDUR ANALISIS SENSORIS

Analisis uji sensoris pada penelitian ini dilakukan dengan metode uji
kesukaan/hedonik berdasarkan Setyaningsih dkk. (2010). Kriteria panelis yang
dibutuhkan yaitu berusia 20–23 tahun, tidak merokok, dalam keadaan sehat tidak
memiliki gangguan kesehatan, dan tidak memiliki riwayat alergi
(Kartika dkk., 1998; Suryono, dkk., 2018). Pemilihan panelis dengan kriteria
tersebut dilakukan dengan cara seleksi menggunakan kuisioner. Panelis yang
terpilih sebanyak 40 orang diminta menilai empat formula dark chocolate bar
dengan penambahan minyak atsiri sereh dapur dengan konsentrasi 0,04% (F1),
0,08% (F2), 0,12% (F3), dan 0,16% (F4) berdasarkan parameter warna,
kenampakan, aroma, rasa, hardness, after taste, dan overall.
Setiap panelis mendapatkan empat sampel cokelat yang telah dibungkus
dengan alumunium foil, masing-masing sampe diberi kode angka yang berbeda-
beda. Tiap pengujian sampel, panelis diberi jeda untuk menetralkan indera
sensorisnya menggunakan air mineral dan plain crackers. Terdapat 5 skala
penilaian yang merupakan interpretasi dari pernyataan tingkat kesukaan yaitu
1=tidak suka, 2=agak tidak suka, 3=netral, 4=agak suka, 5=suka. Panelis diminta
memberikan komentar di kolom komentar terkait penilaiannya terhadap sampel
uji. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan SPSS One Way Anova pada
tingkat kepercayaan 95%, jika terdapat perbedaan yang nyata yaitu taraf
signifikansi <5% maka dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf signifikansi α=5%.

113
Lampiran 5
PROSEDUR ANALISIS
SIFAT FISIK DARK CHOCOLATE BAR

1. Uji Warna (Misnawi, 2011)


Analisis uji warna dilakukan dengan menggunakan Kromameter merek
Konika Minolta Colorimetric Technology CR-400 dengan sistem CIE L*a*b*.
Nilai L (Lightness) menunjukkan tingkat kecerahan yang merupakan kisaran
warna hitam sampai putih atau gelap sampai cerah dengan skala angka 0-100.
Nilai a* menunjukkan tingkat warna kemerahan, dengan ketentuan jika nilai a*
positif (0-120) menunjukkan warna kemerahan, sedangkan a* negatif ((-120)-
0) menunjukkan warna kehijauan. Nilai b* menunjukkan tingkat kekuningan,
apabila nilai b* positif (0-120) menunujukkan warna kekuningan, sedangkan
jika nilai b* negatif ((-120)-0) menunjukkan warna kebiruan.
Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan sampel dark chocolate bar
pada alat kromameter dengan posisi lubang deteksi tertutup semua oleh
sampel. Kemudian pada alat ditekan tombol “measure enter”, ditunggu hingga
muncul nilai L*, a*, dan b*. Selanjutnya dihitung nilai °Hue untuk menentukan
kromasi warna yang mendominasi sampel. Rumus untuk menghitung nilai
°Hue adalah sebagai berikut:
°Hue = arc tan (b*/a*)

2. Tekstur (Misnawi, 2011)


Sampel dark chocolate bar diuji tekstur atau kekerasannya
menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine merek Zwick seri SA/0.5.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lempengan silinder berukuran
diameter 10 mm. Sampel dicetak dengan ukuran panjang 20 mm, lebar 10 mm,
tinggi 10 mm dan dikondisikan pada suhu ruang (26-28°C) terlebih dahulu.

114
Selanjutnya sampel diletakkan secara horizontal pada tempat di bawah
lempengan silinder dengan jarak sekitar 5 mm (tegak lurus 90°C terhadap
lempengan silinder), kemudian lempengan silinder akan menekan sampel
sampai patah terbelah. Besarnya gaya tekanan (Fmax) menunjukkan ketahanan
dark chocolate bar untuk menahan beban maksimum. Semakin tinggi nilai
Fmax, maka semakin besar pula tingkat kekerasan cokelat.

115
Lampiran 6
PROSEDUR ANALISIS
SIFAT KIMIA DARK CHOCOLATE BAR

1. Kadar air (Beckett, 2008)


Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar air cokelat sesuai
instruksi kerja Saraswanti Indo Genetech (SIG, 2013) berdasarkan Beckett
(2008) adalah Karl-Fischer dengan alat Moisture Meter CA-200 Mitsubishi
Chemical Analytech. Sebanyak 1-2 gram sampel cokelat ditimbang dalam
wadah alumunium foil yang telah diketahui beratnya. Selanjutnya tekan tombol
“start” pada alat lalu sampel dimasukkan ke dalam “titration cell”. Tekan
tombol “sample”, masukkan nama dan nomor sampel, bobot sampel + wadah
dan bobot wadah kosong, lalu tekan tombol “enter” dan “escape”. Titrasi
diakhiri jika alat Moisture Metter berbunyi dan hasil akan tercetak pada mesin
printer.
Sampel dititrasi menggunakan reagen Karl ischer yang mengandung
iodin dan sulfur dioksida. Iodin akan tereduksi oleh sulfur dioksida dengan
adanya keberadaan air. Air yang bereaksi secara stokiometri dengan reagen
tidak akan menyebabkan perubahan warna. Ketika air dalam sampel telah habis
maka air tidak dapat lagi bereaksi dengan reagen sehingga titik akhir reaksi
tercapai ditandai dengan perubahan warna larutan sampel menjadi cokelat
kehitaman yang merupakan warna asli reagen Karl Fischer. Reaksi titrasi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
I2 + SO2 + H2O + CH3OH + 3py  2pyH+I- + pyHSO3OCH3
2. Total Fenolik (Praseptiangga et al., 2019)
a. Ekstraksi cokelat
Sebanyak 1 gram dark chocolate yang telah diparut, ditambahkan 20
ml metanol 80%. Kemudian larutan dipanaskan menggunakan hot plate
pada suhu 48-50°C sambil diaduk menggunakan magnetic stirer selama 1

116
jam. Hasil ekstraksi disaring menggunakan kertas saring. Larutan lolos
saring digunakan untuk pengujian dan disimpan dalam botol gelap pada
refrigerator.
b. Pembuatan kurva standar
Kurva standar dibuat dari fenol murni, sebanyak 0,5 gram fenol
dilarutkan dengan aquades dalam 100 ml labu takar hingga tanda tera.
Larutan kemudian diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam takar 50 ml,
tambahkan aquades hingga tanda tera. Dibuat 6 seri pengenceran dengan
konsentrasi 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm. Untuk membuat pengenceran
dengan konsentrasi 20 ppm, diambil 2 ml dari larutan induk 100 ppm
kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada labu takar 10 ml.
Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 30 ppm, diambil 3 ml dari
larutan induk 100 ppm kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera
pada labu takar 10 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 40
ppm, diambil 4 ml dari larutan induk 100 ppm kemudian ditambahkan
aquades hingga tanda tera pada labu takar 10 ml. Untuk membuat
pengenceran dengan konsentrasi 50 ppm, diambil 5 ml dari larutan induk
100 ppm kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada labu takar
10 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 60 ppm, diambil 6
ml dari larutan induk 100 ppm kemudian ditambahkan aquades hingga tanda
tera pada labu takar 10 ml.
Masing-masing seri pengenceran diambil 1 ml dan ditambahkan 5 ml
Na2CO3 2%, lalu didiamkan 10 menit kemudian vortex selama 15 detik.
Tambahkan 0,5 ml reagen Folin Ciocalteu (1:1), lalu vortex 15 detik dan
didiamkan selama 30 menit. Tera larutan menggunakan spektrofotometer
pada λ 750 nm. Data yang diperoeh kemudian dibuat regresi linier,
didapatkan persamaan linier y=ax + b dengan sumbu y sebagai absorbansi
sampel dan sumbu sebagai konsentrasi (ppm). Dari persamaan linier
tersebut diperoleh nilai x yang akan digunakan untuk mengetahui %total
fenol.

117
c. Total fenol sampel
Sebanyak 1 ml ekstrak cokelat bar dilarutkam dalam 10 ml aquades.
Kemudian diambil 5 ml dan dilarutkan menggunakan aquades pada labu
takar 10 ml hingga tanda tera. Sebanyak 1 ml hasil pengenceran
ditambahkan 5 m l Na2CO3 2% lalu didiamkan 10 menit kemudian vortex
selama 15 detik. Tambahkan 0,5 ml reagen Folin Ciocalteu (1:1) lalu vortex
15 detik dan diamkan selama 30 menit. Tera larutan menggunakan
spektrofotometer pada λ 750 nm. Nilai absorbansi dimasukkan sebagai y
dalam persamaan linier dari kurva standar sehingga didapatkan nilai x dan
dilakukan perhitungan.

Faktor pengenceran dihitung berdasarkan berapa kali sampel


diencerkan sebelum akhirnya ditambahkan reagen. Setiap sampel memiliki
prosedur yang berbeda sehingga faktor pengenceran dapat berbeda-beda
untuk setiap sampel. Prosedur pengenceran sampel cokelat yang telah
dijelaskan diatas adalah sebagai berikut:
1) 1 gram cokelat yang telah diparut diekstraksi maserasi dengan
menambahkan 20 ml metanol
M1 = ppm = mg/ L
= 1000 gram cokelat/ 0,002 L methanol
2) Diambil 1 ml hasil ekstrak dilarutkan dalam 20 ml methanol
V1 = volume yang diambil = 1 ml
V2 = volume akhir = 20 ml
3) Diambil 5 ml kemudian dilarutkan dalam 10 ml metanol
4) Diambil 1 ml dan ditambahkan reagen
Maka bagan perhitungan pengencerannya adalah sebagai berikut:

118
1/20 M1 . V1 = M2 . V2
↓ Pengenceran I FP1 =
. 1 = M2 . 10
1/10
↓ Pengenceran II
5000 = M2
5/10 FP2 =
M2 . V2 = M3 . V3 .
↓ 5000. 5 = M3 . 10

1 + reagen 2500 = M3

FP Total = FP1 x FP2


FP total inilah yang digunakan dalam perhitungan.
3. DPPH (Subagio dan Morita, 2001; Molyneux, 2004)
a. Ekstraksi sampel
Sebanyak 100 mg dark chocolate yang telah diparut, ditambahkan
10 ml metanol dalam tabung reaksi yang dikondisikan dalam keadaan gelap.
Kemudian vortex larutan selama ±5 menit. Larutan diinkubasi selama 24
jam pada suhu ruang dengan keadaan ruang gelap.
b. Pembuatan kontrol
Kontrol dibuat dari larutan DPPH, sebanyak 1 ml larutan DPPH 0,3
mM dilarutkan dengan 5 ml metanol dalam tabung reaksi yang dikondisikan
dalam keadaan gelap. Kemudian vortex larutan selama ±5 menit. Larutan
diinkubasi selama 30-40 menit pada suhu ruang dengan keadaan ruang
gelap. Kemudian pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer λ 517
nm.
c. DPPH sampel
Sebanyak 0,1 ml ekstrak cokelat bar dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan 4,9 ml metanol dan 1 ml larutan DPPH 0,3 mM.
Kemudian vortex larutan selama ±5 menit. Larutan diinkubasi selama 30-40
menit pada suhu ruang dengan keadaan ruang gelap. Kemudian pengukuran
absorbansi dengan spektrofotometer λ 517 nm. Aktivitas antioksidan sampel
metode DPPH dihitung dengan rumus sebagai berikut:

119
Alasan penggunaan metode ini dan tidak menggunakan metode IC 50
karena metode ini lebih sederhana, cepat, serta sampel yang digunakan
dalam jumlah yang sedikit. Pada pengujian menggunakan metode ini,
sampel hasil uji mengalami perubahan warna dari ungu pekat menjadi ungu
pudar, perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa secara visual sampel
memiliki aktivitas antioksidan. Hasil akhir pada metode IC 50 berupa nilai
probit yang kemudian dikonversikan menjadi ppm serta aktivitas
antioksidannya digolongkan menjadi lima kelompok (Budaraga et al. 2016),
sedangkan pada metode DPPH penelitian ini hasil akhir berupa persentase
peredaman radikal DPPH, yang juga dapat digolongkan menjadi lima
kelompok yaitu persentase peredaman radikal DPPH lebih dari 90%
menunjukkan aktivitas antioksidan sangat tinggi, 50–90% aktivitas
antioksidan tinggi, 20–50% aktivitas antioksidan sedang, kurang dari 20%
aktivitas antioksidan rendah, dan 0% menunjukkan tidak ada aktivitas
antioksidan/tidak terjadi peredaman radikal DPPH (Saefudin dkk., 2013).
4. Aktivitas antioksidan (FRAP) (Muhammad et al, 2018 dan Magfira 2018)
a. Ekstraksi sampel
Sebanyak 10 g dark chocolate yang telah diparut, ditambahkan 100
ml n-hexane dalam tabung reaksi yang dikondisikan dalam keadaan gelap.
Kemudian dicuci dengan cara diaduk menggunakan magnetic stirer selama
10 menit. Ekstrak disaring, didapatkan bubuk cokelat dan larutan hexane
yang telah mengangkut lemak-lemak. Selanjutnya bubuk cokelat dicuci
kembali menggunakan n-hexane sebanyak 2x dengan langkah yang sama
seperti sebelumnya. Hasil pencucian berupa bubuk cokelat yang sudah
dihilangkan lemaknya, didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang di
tempat gelap. Selanjutnya sampel ditambahkan 17,5 ml aseton, 7,45 ml
aquades, 0,05 ml asam asetat, dan diaduk menggunakan magnetic stirer
selama 3 jam. Larutan disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000
rpm. Didapatkan supernatan berupa liquid berwarna hitam pekat.
b. Larutan standar

120
Larutan induk 1000 ppm dibuat dari asam askorbat, sebanyak 10
mg asam askorbat dilarutkan dengan etanol p.a. dalam labu takar 10 ml.
Dari larutan induk asam askorbat dibuat berbagai seri pengenceran dengan
konsentrasi 40, 48, 56, 64, 72, 80, 88, 96, dan 104 ppm. Untuk membuat
pengenceran dengan konsentrasi 40 ppm, diambil 0,2 ml dari larutan induk
1000 ppm kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada labu
takar 5 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 48 ppm,
diambil 0,24 ml dari larutan induk 1000 ppm kemudian ditambahkan
aquades hingga tanda tera pada labu takar 5 ml. Untuk membuat
pengenceran dengan konsentrasi 56 ppm, diambil 0,28 ml dari larutan
induk 1000 ppm kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada
labu takar 5 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 64 ppm,
diambil 0,32 ml dari larutan induk 1000 ppm kemudian ditambahkan
aquades hingga tanda tera pada labu takar 5 ml. Untuk membuat
pengenceran dengan konsentrasi 72 ppm, diambil 0,36 ml dari larutan
induk 1000 ppm kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada
labu takar 5 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 80 ppm,
diambil 0,40 ml dari larutan induk 1000 ppm kemudian ditambahkan
aquades hingga tanda tera pada labu takar 5 ml. Untuk membuat
pengenceran dengan konsentrasi 88 ppm, diambil 0,44 ml dari larutan
induk 1000 ppm kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada
labu takar 5 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 96 ppm,
diambil 0,48 ml dari larutan induk 1000 ppm kemudian ditambahkan
aquades hingga tanda tera pada labu takar 5 ml. Untuk membuat
pengenceran dengan konsentrasi 104 ppm, diambil 0,52 ml dari larutan
induk 1000 ppm kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada
labu takar 5 ml.
Masing-masing seri pengenceran diambil 1 ml dan ditambahkan
2,5 ml dapar phospat dan 2,5 ml kalium ferrisianida 1% kemudian vortex
selama 15 detik. Lalu diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 50˚C dalam
keadaan gelap. Selanjutnya larutan ditambahkan 2,5 ml asam trikloroasetat

121
10%, disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 6500 rpm.
Supernatan yang dihasilkan diambil 2,5 ml kemudian ditambahkan 2,5 ml
aquades dan 0,5 ml FeCl3 0,1% divortex 15 detik. Tera larutan
menggunakan spektrofotomete pada λ 700 nm. Data yang diperoeh
kemudian dibuat regresi linier, didapatkan persamaan linier y=ax + b
dengan sumbu y sebagai absorbansi sampel dan sumbu sebagai
konsentrasi (ppm). Dari persamaan linier tersebut diperoleh nilai x yang
akan digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan FRAP.
c. Pengujian sampel
Supernatan berupa liquid berwarna hitam pekat diambil 1 ml,
ditambahkan aquades hingga 10 ml. Dari larutan 10 ml diambil 1 ml dan
ditambahkan aquades hingga 5 ml. Dari larutan 5 ml diambil 1 ml
kemudian ditambahkan 2,5 ml dapar phospat dan 2,5 ml kalium
ferrisianida 1% kemudian vortex selama 15 detik. Lalu diinkubasi selama
30 menit dengan suhu 50˚C dalam keadaan gelap. Selanjutnya larutan
ditambahkan 2,5 ml asam trikloroasetat 10%, disentrifugasi selama 10
menit dengan kecepatan 6500 rpm. Supernatan yang dihasilkan diambil 2,5
ml kemudian ditambahkan 2,5 ml aquades dan 0,5 ml FeCl 3 0,1% divortex
15 detik. Tera larutan menggunakan spektrofotomete pada λ 700 nm. Hasil
absorbansi sampel merupakan nilai y yang dimasukkan ke dalam
persamaan linier yang didapat dari pengukuran larutan standar. Aktivitas
antioksidan sampel metode FRAP dihitung dengan rumus sebagai berikut:

5. Flavonoid (Muhammad et al., 2017)


a. Ekstraksi sampel
Sebanyak 10 g dark chocolate yang telah diparut, ditambahkan 100
ml n-hexane dalam tabung reaksi yang dikondisikan dalam keadaan gelap.
Kemudian dicuci dengan cara diaduk menggunakan magnetic stirer selama
10 menit. Ekstrak disaring, didapatkan bubuk cokelat dan larutan hexane
yang telah mengangkut lemak-lemak. Selanjutnya bubuk cokelat dicuci

122
kembali menggunakan n-hexane sebanyak 2x dengan langkah yang sama
seperti sebelumnya. Hasil pencucian berupa bubuk cokelat yang sudah
dihilangkan lemaknya, didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang di
tempat gelap. Selanjutnya sampel ditambahkan 17,5 ml aseton, 7,45 ml
aquades, 0,05 ml asam asetat, dan diaduk menggunakan magnetic stirer
selama 3 jam. Larutan disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000
rpm. Didapatkan supernatan berupa liquid berwarna hitam pekat. µM
b. Larutan standar
Larutan induk 100 µM dibuat dari quercetin, sebanyak 0,002 g quercetin
dilarutkan dengan aquades dalam labu takar 50 ml. Dari larutan induk
quercetin dibuat berbagai seri pengenceran dengan konsentrasi 0,5; 6; 11,5;
17; 22,5; 28; 33,5; dan 39 µM (1, 12, 23, 34, 45, 56, 67, dan 78 ppm).
Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 1 ppm, diambil 0,05 ml
dari larutan induk kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada
labu takar 10 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 12 ppm,
diambil 0,6 ml dari larutan induk kemudian ditambahkan aquades hingga
tanda tera pada labu takar 10 ml. Untuk membuat pengenceran dengan
konsentrasi 23 ppm, diambil 1,15 ml dari larutan induk kemudian
ditambahkan aquades hingga tanda tera pada labu takar 10 ml. Untuk
membuat pengenceran dengan konsentrasi 34 ppm, diambil 1,7 ml dari
larutan induk kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada labu
takar 10 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 45 ppm,
diambil 2,25 ml dari larutan induk kemudian ditambahkan aquades hingga
tanda tera pada labu takar 10 ml. Untuk membuat pengenceran dengan
konsentrasi 56 ppm, diambil 2,8 ml dari larutan induk kemudian
ditambahkan aquades hingga tanda tera pada labu takar 10 ml. Untuk
membuat pengenceran dengan konsentrasi 67 ppm, diambil 3,35 ml dari
larutan induk kemudian ditambahkan aquades hingga tanda tera pada labu
takar 10 ml. Untuk membuat pengenceran dengan konsentrasi 78 ppm,
diambil 3,9 ml dari larutan induk kemudian ditambahkan aquades hingga
tanda tera pada labu takar 10 ml.

123
Masing-masing seri pengenceran diambil 2 ml dan ditambahkan 5
ml AlCl3 0,1 M kemudian vortex selama 15 detik. Lalu diinkubasi selama
40 menit dengan suhu ruang dalam keadaan gelap. Tera larutan
menggunakan spektrofotomete pada λ 415 nm. Data yang diperoeh
kemudian dibuat regresi linier, didapatkan persamaan linier y=ax + b
dengan sumbu y sebagai absorbansi sampel dan sumbu sebagai
konsentrasi (ppm). Dari persamaan linier tersebut diperoleh nilai x yang
akan digunakan untuk mengetahui kadar flavonoid.
d. Pengujian sampel
Supernatan berupa liquid berwarna hitam pekat diambil 1 ml,
ditambahkan aquades hingga 10 ml. Dari larutan 10 ml diambil 1 ml dan
ditambahkan aquades hingga 5 ml. Dari larutan 5 ml diambil 2 ml
kemudian ditambahkan 5 ml AlCl3 0,1 M kemudian vortex selama 15
detik. Lalu diinkubasi selama 40 menit dengan suhu ruang dalam keadaan
gelap. Tera larutan menggunakan spektrofotomete pada λ 415 nm. Hasil
absorbansi sampel merupakan nilai y yang dimasukkan ke dalam
persamaan linier yang didapat dari pengukuran larutan standar. Aktivitas
antioksidan sampel metode FRAP dihitung dengan rumus sebagai berikut:

124
Lampiran 7

PROSEDUR PENENTUAN FORMULA TERBAIK

Penentuan formula terbaik berdasarkan Sullivan et al. (2015) yang diawali


dengan menentukan hasil pengujian yang akan melibatkan dalam pertimbangan
dan pengambilan keputusan. Jenis uji atau parameter disebut sebagai variabel.
Setiap variabel penilaian memiliki tujuan dan satuan yang berbeda sehingga perlu
dilakukan normalisasi pembobotan dan nilai. Normalisasi pembobotan
(normalization weight/NW) dihitung dengan cara membagi nilai bobot (variable
weight/VW) terhadap jumlah variabel (ΣV). Setiap variabel diberi bobot 0–1
berdasarkan pengaruhnya terhadap penilaian sampel.
Normalisasi nilai (normalization value/NV) ditentukan berdasarkan hasil
uji yang didapatkan suatu formula (nilai/value). Best value merupakan nilai
terbaik diantara hasil uji seluruh formula. Worst value merupakan nilai terburuk
diantara hasil uji seluruh formula. Best value tidak selalu nilai tertinggi dari suatu
uji, begitu pula worst value tidak selalu nilai terendah dari suatu uji. Best dan
worst value bergantung pada kecenderungan nilai yang diharapkan untuk suatu
variabel. Pada variabel/parameter uji warna dan kadar air semakin rendah nilainya
maka semakin baik kualitas sampel, sehingga nilai terendah dari hasil uji
merupakan best value dan nilai tertinggi merupakan worst value. Pada parameter
karakteristik sensoris (warna, kenampakan, aroma, rasa, hardness, after taste, dan
overall), karakteristik fisik (tekstur), serta karakterisitik kimia (kadar air, total
fenol, DPPH, FRAP, dan flavonoid) semakin tinggi nilai dari hasil uji maka
semakin baik nilainya, sehingga nilai tertinggi adalah best value. Perhitungan
normalisasi nilai (normalization value/NV) dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

125
Score merupakan nilai akhir antar formula di setiap variabel yang dapat
menunjukkan formula terbaik pada variabel tertentu. Hasil penjumlahan seluruh
score dari seluruh variabel menunjukkan formula terbaik secara keseluruhan.
Perhitungan nilai hasil (score) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

126
Lampiran 8
DATA DAN ANALISIS SPSS

A. Dark Chocolate Bar


1. Uji Sensoris
Descriptives
N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
F1 40 4.23 1.050 .166 3.89 4.56 2 5
F2 40 4.30 1.018 .161 3.97 4.63 1 5
Warna F3 40 4.38 .952 .151 4.07 4.68 1 5
F4 40 4.38 .897 .142 4.09 4.66 1 5
Total 160 4.32 .974 .077 4.17 4.47 1 5
F1 40 3.78 1.050 .166 3.44 4.11 2 5
F2 40 3.83 1.107 .175 3.47 4.18 1 5
Kenampakan F3 40 3.95 .986 .156 3.63 4.27 2 5
F4 40 4.03 1.050 .166 3.69 4.36 1 5
Total 160 3.89 1.044 .083 3.73 4.06 1 5
F1 40 3.40 1.215 .192 3.01 3.79 1 5
F2 40 3.58 1.130 .179 3.21 3.94 2 5
Aroma F3 40 3.75 1.080 .171 3.40 4.10 1 5
F4 40 4.05 .959 .152 3.74 4.36 1 5
Total 160 3.69 1.116 .088 3.52 3.87 1 5
F1 40 3.38 1.192 .188 2.99 3.76 1 5
F2 40 3.55 1.280 .202 3.14 3.96 1 5
Rasa F3 40 4.08 1.047 .166 3.74 4.41 1 5
F4 40 3.68 1.071 .169 3.33 4.02 2 5
Total 160 3.67 1.169 .092 3.49 3.85 1 5
F1 40 4.00 1.132 .179 3.64 4.36 1 5
F2 40 4.03 .974 .154 3.71 4.34 2 5
Tekstur F3 40 4.10 1.057 .167 3.76 4.44 1 5
F4 40 4.05 .986 .156 3.73 4.37 2 5
Total 160 4.04 1.030 .081 3.88 4.20 1 5
F1 40 3.75 1.032 .163 3.42 4.08 1 5
F2 40 3.25 1.214 .192 2.86 3.64 1 5
After_taste F3 40 3.08 1.228 .194 2.68 3.47 1 5
F4 40 2.88 1.202 .190 2.49 3.26 1 5
Total 160 3.24 1.205 .095 3.05 3.43 1 5
F1 40 3.58 1.035 .164 3.24 3.91 1 5
F2 40 3.63 1.005 .159 3.30 3.95 2 5
Overall F3 40 4.25 .981 .155 3.94 4.56 1 5
F4 40 3.85 .949 .150 3.55 4.15 2 5
Total 160 3.83 1.019 .081 3.67 3.98 1 5

127
Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Warna .672 3 156 .570


Kenampakan .405 3 156 .750
Aroma 2.482 3 156 .063
Rasa 2.278 3 156 .082
Tekstur .383 3 156 .766
After_taste .961 3 156 .413
Overall .241 3 156 .867

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .619 3 .206 .214 .886

Warna Within Groups 150.125 156 .962

Total 150.744 159


Between Groups 1.569 3 .523 .475 .700
Kenampakan Within Groups 171.625 156 1.100
Total 173.194 159
Between Groups 9.219 3 3.073 2.539 .059
Aroma Within Groups 188.775 156 1.210
Total 197.994 159
Between Groups 10.619 3 3.540 2.670 .050
Rasa Within Groups 206.825 156 1.326
Total 217.444 159
Between Groups .219 3 .073 .068 .977
Tekstur Within Groups 168.475 156 1.080
Total 168.694 159
Between Groups 16.825 3 5.608 4.085 .008
After_taste Within Groups 214.150 156 1.373
Total 230.975 159
Between Groups 11.350 3 3.783 3.839 .011

Overall Within Groups 153.750 156 .986

Total 165.100 159

128
Warna
a
Duncan
Formulasi N Subset for alpha = 0.05

1
F1 40 4.23
F2 40 4.30
F3 40 4.38
F4 40 4.38
Sig. .541

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 40.000.

Kenampakan
a
Duncan
Formulasi N Subset for alpha = 0.05

1
F1 40 3.78
F2 40 3.83
F3 40 3.95
F4 40 4.03
Sig. .339

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 40.000.

Aroma
Duncana
Formulasi N Subset for alpha = 0.05
1 2
F1 40 3.40
F2 40 3.58 3.58
F3 40 3.75 3.75
F4 40 4.05
Sig. .182 .069
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 40.000.

129
Rasa
Duncana
Formulasi N Subset for alpha = 0.05
1 2
F1 40 3.38
F2 40 3.55 3.55
F4 40 3.68 3.68
F3 40 4.08
Sig. .276 .055
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 40.000.

Tekstur
Duncana
Formulasi N Subset for alpha =
0.05
1
F1 40 4.00
F2 40 4.03
F4 40 4.05
F3 40 4.10
Sig. .701
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 40.000.

After_taste
Duncana
Formulasi N Subset for alpha = 0.05
1 2
F4 40 2.88
F3 40 3.08
F2 40 3.25 3.25
F1 40 3.75
Sig. .180 .058
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 40.000.

Overall
Duncana

130
Formulasi N Subset for alpha = 0.05
1 2
F1 40 3.58
F2 40 3.63
F4 40 3.85 3.85
F3 40 4.25
Sig. .246 .073
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 40.000.

131
2. Sifat Fisik
a. Warna
Descriptives
N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
F0 6 28.6250 .60662 .24765 27.9884 29.2616 27.64 29.22
F1 6 28.0800 .78381 .31999 27.2574 28.9026 26.67 28.98
F2 6 28.5183 .55170 .22523 27.9394 29.0973 27.83 29.16
L
F3 4 28.5450 1.01543 .50772 26.9292 30.1608 27.51 29.94
F4 5 28.5960 .25938 .11600 28.2739 28.9181 28.31 28.95
Total 27 28.4630 .64948 .12499 28.2060 28.7199 26.67 29.94
F0 6 4.7550 .21342 .08713 4.5310 4.9790 4.51 5.00
F1 6 4.7700 .12247 .05000 4.6415 4.8985 4.65 4.94
F2 6 4.7633 .17166 .07008 4.5832 4.9435 4.57 5.06
a
F3 4 4.7025 .16317 .08159 4.4429 4.9621 4.57 4.93
F4 5 4.7820 .10035 .04488 4.6574 4.9066 4.67 4.89
Total 27 4.7574 .15019 .02890 4.6980 4.8168 4.51 5.06
F0 6 6.4317 .29862 .12191 6.1183 6.7451 6.06 6.79
F1 6 6.5050 .22616 .09233 6.2677 6.7423 6.21 6.72
F2 6 6.5750 .25193 .10285 6.3106 6.8394 6.24 6.86
b
F3 4 6.4800 .16350 .08175 6.2198 6.7402 6.29 6.64
F4 5 6.5940 .13903 .06218 6.4214 6.7666 6.42 6.79
Total 27 6.5170 .22156 .04264 6.4294 6.6047 6.06 6.86
F0 6 53.5117 1.51224 .61737 51.9247 55.0987 50.53 54.72
F1 6 53.7350 .92104 .37601 52.7684 54.7016 52.89 55.03
F2 6 54.0717 .98690 .40290 53.0360 55.1074 53.14 55.66
Hue
F3 4 54.0350 .73759 .36879 52.8613 55.2087 53.41 55.08
F4 5 54.0480 .41002 .18337 53.5389 54.5571 53.67 54.57
Total 27 53.8626 .96556 .18582 53.4806 54.2446 50.53 55.66

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
L .841 4 22 .514
A 1.026 4 22 .416

132
B 2.678 4 22 .059
Hue .927 4 22 .466

ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.171 4 .293 .658 .628
L Within Groups 9.796 22 .445
Total 10.967 26
Between Groups .016 4 .004 .157 .958
A Within Groups .570 22 .026
Total .587 26
Between Groups .100 4 .025 .467 .759
B Within Groups 1.177 22 .053
Total 1.276 26
Between Groups 1.390 4 .347 .334 .852
Hue Within Groups 22.850 22 1.039
Total 24.240 26

L
Duncana,b
Formulasi N Subset for alpha = 0.05
1
F1 6 28.0800
F2 6 28.5183
F3 4 28.5450
F4 5 28.5960
F0 6 28.6250
Sig. .247
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.263.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

A
Duncana,b
Formulasi N Subset for alpha = 0.05
1
F3 4 4.7025
F0 6 4.7550
F2 6 4.7633
F1 6 4.7700
F4 5 4.7820
Sig. .481
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.263.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

B
Duncana,b
Formulasi N Subset for alpha = 0.05

1
F0 6 6.4317

133
F3 4 6.4800
F1 6 6.5050
F2 6 6.5750
F4 5 6.5940
Sig. .319
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.263.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes
is used. Type I error levels are not guaranteed.

Hue
Duncana,b
Formulasi N Subset for alpha = 0.05

1
F0 6 53.5117
F1 6 53.7350
F3 4 54.0350
F4 5 54.0480
F2 6 54.0717
Sig. .434

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.263.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group
sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

134
b. Tekstur
Descriptives
Tekstur

N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval for Minimum Maximum
Deviation Mean

135
Lower Bound Upper Bound

F0 5 81.448720 9.9122344 4.4328860 69.141055 93.756385 68.1564 92.8470


F1 5 84.955700 8.6557823 3.8709835 74.208127 95.703273 75.0562 95.7511
F2 5 85.067440 6.9913628 3.1266325 76.386516 93.748364 77.8868 95.2679
F3 5 99.137480 9.4758588 4.2377329 87.371647 110.903313 86.9386 109.5952
F4 5 93.499820 8.0157020 3.5847309 83.547011 103.452629 83.5020 103.1163
Total 25 88.821832 10.3337975 2.0667595 84.556250 93.087414 68.1564 109.5952

Test of Homogeneity of Variances


Tekstur
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.307 4 20 .870

ANOVA
Tekstur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1058.507 4 264.627 3.518 .025
Within Groups 1504.390 20 75.219
Total 2562.897 24

Tekstur
Duncana
Formula N Subset for alpha = 0.05
si 1 2
F0 5 81.448720
F1 5 84.955700
F2 5 85.067440
F4 5 93.499820 93.499820
F3 5 99.137480
Sig. .056 .316
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

136
3. Sifat Kimia
a. Kadar air cokelat
Descriptives
Kadar_Air_Cokelat

N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval Minimum Maximum


Deviation Error for Mean

Lower Upper
Bound Bound

F0 2 .3050 .00707 .00500 .2415 .3685 .30 .31


F1 2 .2200 .00000 .00000 .2200 .2200 .22 .22
F2 2 .2100 .00000 .00000 .2100 .2100 .21 .21
F3 2 .2000 .00000 .00000 .2000 .2000 .20 .20
F4 2 .2000 .00000 .00000 .2000 .2000 .20 .20
Total 10 .2270 .04191 .01325 .1970 .2570 .20 .31

Test of Homogeneity of Variances


Kadar_Air_Cokelat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

. 4 . .

ANOVA
Kadar_Air_Cokelat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .016 4 .004 394.000 .000


Within Groups .000 5 .000
Total .016 9

Kadar_Air_Cokelat
a
Duncan

Sampel N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

F3 2 .2000

137
F4 2 .2000
F2 2 .2100
F1 2 .2200
F0 2 .3050
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

b. Total Fenolik

Total_fenol

N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval for Minimum Maximum
Deviation Mean

Lower Bound Upper Bound

F0 6 44.966117 7.2390996 2.9553500 37.369148 52.563086 37.6119 54.2958


F1 6 45.753300 6.5846294 2.6881637 38.843155 52.663445 35.3071 50.7402
F2 6 46.865967 6.9348323 2.8311334 39.588307 54.143627 37.1833 52.2478
F3 6 49.339233 4.6125039 1.8830468 44.498707 54.179759 40.4594 53.1270
F4 6 51.491467 4.2317631 1.7276101 47.050504 55.932430 43.6535 54.8346
Tot 30 47.683217 6.1288062 1.1189618 45.394683 49.971751 35.3071 54.8346
al

Test of Homogeneity of Variances


Total_fenol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.662 4 25 .190

ANOVA
Total_fenol

138
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 174.122 4 43.530 1.189 .340
Within Groups 915.184 25 36.607
Total 1089.306 29

Total_fenol
Duncana
Formulasi N Subset for alpha
= 0.05
1
F0 6 44.966117
F1 6 45.753300
F2 6 46.865967
F3 6 49.339233
F4 6 51.491467
Sig. .105
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
6.000.

c. DPPH
Descriptives
DPPH
N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval for Minimum Maximum
Deviation Mean
Lower Bound Upper Bound

139
F0 6 50.635317 5.6930978 2.3241974 44.660777 56.609856 39.5415 55.5874
F1 6 50.484967 5.9420780 2.4258432 44.249138 56.720795 40.1146 58.5185
F2 6 53.926733 4.9811859 2.0335606 48.699299 59.154167 49.5702 61.1111
F3 6 54.466033 4.6219715 1.8869119 49.615572 59.316495 47.8510 60.0000
F4 6 55.850917 3.4190780 1.3958327 52.262814 59.439019 49.8567 59.6296
Total 30 53.072793 5.1397086 .9383781 51.153595 54.991992 39.5415 61.1111

Test of Homogeneity of Variances


DPPH
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.212 4 25 .929

ANOVA
DPPH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 138.159 4 34.540 1.375 .271
Within Groups 627.923 25 25.117
Total 766.082 29

DPPH
Duncana
Formulasi N Subset for alpha =
0.05
1
F1 6 50.484967
F0 6 50.635317
F2 6 53.926733
F3 6 54.466033
F4 6 55.850917
Sig. .108
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

140
d. FRAP
Descriptives
FRAP
N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval for Minimum Maximum
Deviation Mean
Lower Bound Upper Bound
F0 6 17.802367 .6558162 .2677358 17.114130 18.490604 17.2616 19.0233
F1 6 18.243400 .7185242 .2933363 17.489355 18.997445 17.1410 19.3187
F2 6 18.332900 .6097578 .2489326 17.692998 18.972802 17.2510 18.9133
F3 6 18.420617 .5268272 .2150763 17.867745 18.973488 17.5101 18.9709
F4 6 20.442883 .7046617 .2876769 19.703386 21.182380 19.4538 21.2306
Total 30 18.648433 1.1137033 .2033335 18.232570 19.064297 17.1410 21.2306

Test of Homogeneity of Variances


FRAP
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.159 4 25 .957
ANOVA
FRAP
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 25.508 4 6.377 15.240 .000
Within Groups 10.461 25 .418
Total 35.970 29

141
FRAP
Duncana
Formulasi N Subset for alpha = 0.05
1 2
F0 6 17.802367
F1 6 18.243400
F2 6 18.332900
F3 6 18.420617
F4 6 20.442883
Sig. .142 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

e. Flavonoid
Descriptives
Flavonoid
N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval for Minimum Maximum
Deviation Mean
Lower Bound Upper Bound
F0 6 2.558117 .0939604 .0383592 2.459511 2.656722 2.4082 2.6652
F1 6 1.765367 .2480144 .1012514 1.505092 2.025642 1.5120 2.0188
F2 6 2.613267 .4610792 .1882348 2.129394 3.097140 2.2083 3.4633
F3 6 2.921167 .1439215 .0587557 2.770130 3.072203 2.7168 3.1255
F4 6 3.172067 .3552096 .1450137 2.799297 3.544836 2.8606 3.8607
Total 30 2.605997 .5546585 .1012663 2.398884 2.813110 1.5120 3.8607

Test of Homogeneity of Variances


Flavonoid
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.047 4 25 .118

142
ANOVA
Flavonoid
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6.773 4 1.693 19.696 .000
Within Groups 2.149 25 .086
Total 8.922 29

Flavonoid
Duncana
Formulasi N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
F1 6 1.765367
F0 6 2.558117
F2 6 2.613267
F3 6 2.921167 2.921167
F4 6 3.172067
Sig. 1.000 .052 .151
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

143
Lampiran 9

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Proses Keringangin Gambar 2. Pengukuran Kadar


Sereh Dapur Air Sereh Dapur

Gambar 3. Pengukuran Berat Jenis Gambar 4. Serangkaian Alat Distilasi


Minyak Atsiri

144
Gambar 5. Pengujian Kelarutan Minyak Gambar 6. Alat Ukur Kadar Air
Atsiri dalam Alkohol 80% Cokelat

Gambar 7. Alat Ukur GC-MS Gambar 8. Hasil Ekstraksi Sampel


Cokelat

145
Gambar 9. Pencampuran Cokelat dengan Gambar 10. Tempering
Minyak Atsiri Sereh Dapur

Gambar 11. Sampel Cokelat Setelah Demoulding

Gambar 12. Pengujian Sensoris Cokelat Bar

146

Anda mungkin juga menyukai