Materi Inisiasi Tutorial Online Ke 7 Otonomi Daerah
Materi Inisiasi Tutorial Online Ke 7 Otonomi Daerah
OTONOMI DAERAH
PENDAHULUAN
Istilah otonomi daerah secara etimologis berasal dari kata yunani “autos” yang berarti
sendiri dan “nomos” yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi daerah adalah perwujudan
dari pelaksanaan urusan pemerintah berdasarkan asas desentralisasi yakni penyerahan urusan
pemerintah kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya. Menurut Ahmad Yani (2002)
salah satu yang diserahkan kepada daerah adalah mengenai urusan yag memberikan
penghasilan kepada Pemerintah Daerah dan potensial untuk dikembangkan dalam penggalian
sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah bersangkutan karena PAD ini sangat diharapkan
dapat membiayai pengeluaran rutin daerah.
Menurut Jimly Asshiddiqie, otonomi daerah di Indonesia dilihat dari pembagian
kekuasaan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat tidak jauh berbeda degan di
negara yang menganut bentuk federal. Hal ini dilandaskan pada teori kekuasaan residu (sisa)
atau residuak power di sutu negara. Di negara-negara federal pada umumnya, kekuasaan sisa
berada di pemerintahan federal (pusat), sementara kekuasaan yang proporsinya lebih banyak
justru berada di negara-negara bagian.
Otonomi daerah pada dasarnnya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hak tersebut diperoleh melalui penyerahan
urusan pemerintah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan keadaan
dan kemampuan daerah yang bersangkutan. Otonomi daerah sebagai wujud dari dianutnya
asas desentralisasi, diharapkan akan dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Karena kewenangan yang diterima oleh Daerah melalui adanya Otonomi Darah
akan memberikan “kebebasan” kepada Daerah. Dalam hal melakukan berbagai tindakan yang
diharapkan akan sesuai dengan kondisi serta aspirasi masyarakat di wilayahnya. Anggapan
tersebut disebabkan karena secara logis Pemerintah Daerah lebih dekat kepada masyarakat,
sehingga akan lebih tahuj apa yang menjadi tuntutan dan keinginan masyarakat.
Dalam pengertian tersebut, wacana Otonomi Daerah berarti menyangkut ruang
kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang telah diberikan menjadi wewenang
rumah tangga Daerah, atau kita membicarakan ruang kewenangan penyelenggaraan
Pemerintah Daerah atau wewenang rumah tangga Daerah mencakup substansi Daerah
mencakup Substansi dari Otonomi Daerah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa makna dasar dari otonomi adalah adanya suatu
kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan kebijakan-kebijakan sendiri yang
ditunjukkan bagi pelaksanaan roda pemerintahan daerahnya sesuai dengan aspirasi
masyarakatnya. Keberadaan Otonomi Daerah diharapkan terjadi penguatan masyarakat untuk
meningkatkan kapasitas demokrasi atau dengan kata lain bahwa UU Pemerintahan Daerah
bervisi demokrasi.
Keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah akan ditentukan oleh banyak hal. Riswandha
Imawan menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan Otonomi Daerah ditentukan oleh :
1. Semakin rendahnya tingkat ketergantungan (degree of dependenscy) Pemerintah
daerah kepada pemerintahan pusat, tidak saja dalam perencanaan tetapi juga
dalam penyediaan dana. Karena sesuatu rencana pembangunan hanya akan efektif
kalau dibuat dan dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah.
2. Kemampuan daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka (grow
from inside) dan faktor luar yang secara langsung mempengaruhi laju
pertumbuhan pembangunan daerah (growth from outside)
Otonomi daerah pada dasarnya berkaitan erat dengan pola pembagian kekuasaan antara
pemerintah pusat dan pemerinta daerah. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
pelaksanaanya memberikan dampak baik yang cukup positif bagi Daerah, maupun yang
mungkin akan menyulitkan daerah dan Pemerintah Pusat.
Tidak hanya pengertian tentang otonomi daerah saja yang perlu kita bahas.Namun ada
dasar-dasar yang bisa menjadi landasan.Ada beberapa peraturan dasar tentang pelaksanaan
otonomi daerah,yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 1 hingga ayat 7.
2. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yang mengatur tentang pemerintahan
daerah.
3. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 yang mengatur tentang sumber keuangan
negara.
Selain berbagai dasar hukum yang mengatur tentang otonomi daerah,saya juga menulis
apa saja yang menjadi tujuan pelaksana otonomi daerah,yaitu otonomi daerah harus bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang berada di wilayah otonomi tersebut
serta meningkatkan pula sumber daya yang di miliki oleh daerah agar dapat bersain dengan
daerah otonom lainnya.
PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undangn No. 25 Tahun 1999 yang secaa
serentak diberlakukan diseluruh provinsi di Indonesia. Menurut Widjaja (2004:65) “ dengan
diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan UndangUndang No. 25 tahun
1999. Mulai tanggal 1 Januari 2004 Menteri Dalam Negeri dan otonomi daerah memberi
petunjuk yang dapat dipedomani dalam penyusunan dan pelaksanaan APBD.
Menurut Widjaja (2004:100) “inti dari konsep pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya
memaksimalkan pelaksanaan daerah dimulai dari tahun 2001”. Misi utaman pelaksanaan
otonomi daerah adalah : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya
daerah. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab
diperlukan kewenangan dan kemampuan dalam menggali sumber keuangan sendiri yang
sisukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam hal ini kewenangan
keuangan yang melekat pada setiap pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah
daerah.Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin mantap, maka
diperlukan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri yakni dengan
upaya peningkatan PAD, baik dengan meningkatkan penerimaan sumber PAD yang sudah
ada maupun dengan penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan ketentuan yang ada
serta memperhatikan konsisi dan potensi ekonomi masyarakat. Dalam pelaksanaan upaya
peningkatan PAD, perlu diadakan analisis potensial PAD.
Dalam konteks pelaksanaan Otonomi Daerah adalah keliru jika hanya berorientasi pada
tuntutan penyerahan kewenangan tanpa menghiraukan makna dari Otonomi Daerah itu
sendiri, yang lahir dari suatu kebutuhan akan efisiensi dan efektivitas manajemen
penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan untuk memberi pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat.
Disisi lain tuntutan Otonomi Daerah seharusnya dipandang sebagai upaya untuk mengatur
kewenangan pemerintahan sehingga serasi dan focus pada tuntutan kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian Otonomi Daerah bukanlah tujuan tetapi suatu instrument untuk mencapai
tujuan (james W.Fesler,1965, AF.Leemans,1970. Instrument tersebut harus digunakan secara
arif tanpa harus menimbulkan konflikantar Pusat dan Daerah atau antar Provinsi dengan
Kabupaten/Kota. Karena jika demikian makna Otonomi daerah menjadi kabur.
Penyelenggaraan Desentralisasi sebagaimana diamanahkan dalan Undang-Undnag Nomor 32
Tahun 2004 mengisyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Pemerintah daerah umunya menganggap bahwa kebijakan Otonomi
Daerah yang ada saat ini melalui UU No. 32 Tahun 2004 merupakan sebuah kebijakan yang
sangat baik terutama bag daerah dalam rangka mengembangkan potensi daerahnya. Hal ini
dikarenakan : pertama, bahwa secara politis kebijakan tersebut akan memberikan keleluasaan
pada Pemerintah daerah untuk dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
daerah. Kedua, secara ekonomis Pemerinta Daerah akan diuntungkan karena mempunyai
wewenang yang lebih besar untuk menglola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam
yang terdapat di wilayahnya.
Kewenangan antara pusat dan daerah dalam konteks kewenangan pusat dan daerah dalam
pelaksanaan kebijakan Otonomi Daerah belum sepenuuhnya bisa terlaksana dengan baik.
Disatu sisi PemerintahDaerah marasa bahwa kewenangan-kewenangan tersebut kepada
Pemerintah Daerah. Adanya keengganan Pemerintah Pusat untuk memberikan kewenangan
yang terlalu besar kepada daerah, didasarkan pada alasan bahwa belum semua daerah siap
untuk melaksanakan Kebijakan Otonomi Daerah. Selain itu kurangnya sumber daya manusia
yang cukup memadai serta belum terbiasanya Daerah menerimaa kewenangan yang begitu
luas.
Ditambah lagi dengan alasan bahwa segala sesuatunya harus berada dalam konteks
Negara Kesatuan dalam rangka menjaga keutuhan wilayah dan mewujudkan tujuan negara.
Alasan-alasan tersebut menjadi pembenaran dari pada sikap Pemerintah Pusat. Disatu sisi,
alasan-alasan tersebut cukup memiliki dasar yang kuat dimana hampir sebagian besar Daerah
di Indonesia masih memiliki keterbatasan-keterbatasan. Akan tetapi tetap saja bahwa pihak
daerah haruslah diberikan ruang berdasarkan wewenang yang diberikan oleh konstitusi
kepdanya, untuk dapat menata wilayahnya sendiri, sesuai dengan aspirasi masyarakatnya.
Dalam kondisi tark menarik tersebut, berbagai permasalahan kemudian dapat timbul akibat
keengganan Pemerintah Pusat untuk lebih mempercayai Pemerintah Daerah dalam mengelola
daerahnya. Hal tersebut akan tampak dalam operasionalisasi kebijakan Otonomi Daerah,
yang kerapkali membingungkan Pemerintah Daerah. Dalam pelaksanaaan kebijakan Otonomi
Daerah, kebingungan yang dialami oleh Pemerintah Daerah disebabkan oleh karena masih
tumpang tindihnya wewenang yang mengatur berbagai persoalan dalam rangka pelaksanaan
kebijakan ini.
Perubahan kewenangan berimplikasi pada perubahan beban tugas dan struktur organisasi.
Misalnya kebijakan tentang perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional secara
makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara, dan pemberdayaan sumber
daya manusia dan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan
standarisasi nasional. Sesuai pasal 68 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ditetapkan
bahwa susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dengan Perda. Perangkat daerah
terdiri atas :
• Sekretaris Daerah
• Dinas Daerah
• Kecamatan
1. Memberdayakan masyarakat.
2. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas
3. Meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif dan meningkatkan peran dan
Adapun penyelenggaraan otonomi daerah menggunakan tiga asas antara lain sebagai berikut
1. Asas Desentralisasi
Adalah pemberian wewenang oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mengurus urusan daerahnya sendiri
2. Asas Dekonsentrasi
Adalah pelimpahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada alat-alat kelengkapan
pemerintah pusat yang berada di daerah untuk menyelenggarakan urusan tertentu
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA