Evaluasi Granul
Evaluasi Granul
EVALUASI GRANUL
KoordinatorPraktikum
Wintari Taurina, M.Sc., Apt.
NIP.198304212008012007
Asisten Praktikum:
Nur Firdiena Titian Ratu
NIM. I1021171030
DISUSUN OLEH :
Albianus Febri Tarung
NIM. I1022191011
NIM : I1022191001
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan praktikum teknologi dan formulasi sediaan padat
ini benar-benar merupakan hasil tulisan saya sendiri dan dibuat berdasarkan data yang sebenar-
benarnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa ini bukan tulisan saya
atau hasil plagiat, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
I.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui prinsip dasar, metode, dan prosedur uji evaluasi granul.
2. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dan uji
yang digunakan untuk evaluasi granul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Granulasi basah merupakan metode yang digunakan untuk memperbaiki sifat alir
dan kompresibilitas dari serbuk serta mencegah segregasi pada saat pencampuran bahan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi
basah ialah penimbangan dan pencampuran bahanbahan, pembuatan granulasi basah,
pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, pengeringan, pengayakan kering,
pencampuran bahan pelincir, dan pembuatan tablet dengan kompresi (3).
Kandungan lengas dalam granul merupakan faktor penting terhadap mutu granul,
stabilitasnya kimia bahan, dan kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroba. Granul
yang sudah dikeringkan, masih mengandung kelembapan tertentu. Kandungan lengas
yang terlalu rendah meningkatkan kemungkinan terjadinya capping sedangkan
kandungan lengas yang terlalu tinggi meningkatkan kemungkinan terjadinya picking
pada sediaan. Penentuan kandungan lembab granul ditentukan secara gravimetrik dengan
moisture balance. Kadar air atau lembab merupakan titik kritis yang berpengaruh pada
aliran granul, proses pencetakan, dan kualitas tablet. Penentuan kandungan lengas granul
diukur dengan alat mettler toledo HB 43-S (6).
Kecepatan alir granul adalah kemampuan granul untuk memasuki matrik tablet
secara merata berdasarkan gaya gravitasi. Teknik pengukuran kecepatan alir antara lain
menggunakan metode corong. Caranya dengan meletakkan granul dalam corong alat uji
kecepatan alir yang bagian bawahnya ditutup. Granul yang keluar dari dari alat tersebut
dihitung kecepatan alirannya dengan menggunakan stopwatch dari mulai dibukanya tutup
bagian bawah hingga semua massa granul mengalir keluar dari alat uji (Rowe R.C. et al,
2009). Kecepatan alir dihitung berdasarkan waktu alir.Timbunan granul dapat digunakan
untuk menghitung sudut istirahat.Diameter rata-rata timbunan granul dan tinggi puncak
timbunan granul diukur. Untuk 100 gram granul, waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10
detik dan sedangkan sudut diam diperoleh sebaiknya antara 250 sampai 300 (7).
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir granul
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir granul adalah bentuk dan ukuran
partikel granul, distribusi ukuran partikel, kekasaran atau tekstur permukaan, penurunan
energi permukaan dan luas permukaan. Ukuran partikel granul akan menggumpal dan
menghambat kecepatan alirnya (Aulton M.E., 2002) Sudut istirahat adalah sudut tetap
yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut
diam lebih kecil dari 300 biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas,
apabila sudutnya lebih besar atau sama dengan 400 biasanya mengalirnya kurang baik.
Cara menghitung pada sudut diam alan Tan Q = h/r , dengan h adalah tinggi kerucut dan r
adalah jari-jari bidang dasar kerucut. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk
(6)
.
a.Uji Kelembapan
Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuk
air.Pengujian susut kering bertujuan untuk menentukan air dan zat yang mudah menguap.
Sebanyak 5 g sampel dihancurkan hingga ukuran partikel tidak lebih dari 3 mm. Bahan
yang telah hancur diletakkan di atas cawan aluminium secara merata. Kemudian sampel
dimasukkan kedalam pengering. Pengeringan dilakukan dengan memanaskan sampel
hingga 100- 105° C(9).
100 gram sediaan diayak dengan ayakan bertingkat Elektromagnetic Sieve Shaker
EMS-8 mulai dari mesh 20, 40, 60, 80 dan 100,selama 5 menit, dimana telah diisi sediaan
pada ayakan paling atas. Bobot dari masing-masing ayakan ditimbang dantentukan bobot
sediaan uji padamasing-masing ayakan. Kemudian dilakukan rekonsiliasi bobot sediaan.
Total kehilangan tidak boleh melebihi 5%dari beratspesimen uji asli(8).
Sejumlah granul ditimbang 100 gram dan dimasukkan ke dalam corong lewat tepi
corong yang ujung tangkainya tertutup. Penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir
sampai habis.Waktu alirnya dicatat dengan stopwatch yaitu dari saat dibuka sampai
seluruh granul keluar. Dilakukan uji waktu alir sebelum dan sesudah penambahan pelicin
yaitu(10) :
Keterangan :
Sifat alir granul dikatakan mempunyai sifat aliryang baik jika 100g serbuk yang
diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik atau mempunyai kecepatanalir 10g/detik.(8)
Untuk 100 gram granul atau serbuk dengan waktu alir lebih dari 10 detik akan mengalami
kesulitan pada waktu pentabletan(11).
Tan Ø = 2ℎ
𝐷
Keterangan:
Ø = sudut diam
Sudut diam dinyatakan dalam “°” (derajat). Granul akan mudah mengalir jika sudut diam
antara 20-40o
Sejumlah granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml hingga volume 100 ml
(V1) kemudian gelas ukur dipasang pada volumenometer dan dihentakkan hingga volume
granul konstan (V2). Indeks tablet (T) dihitung dengan rumus(11) :
(𝑉1−𝑉2)
T =( ) x 100%
Keterangan :
Granul mempunyai sifat alir yang baik dengan indeks pengetapan kurang dari 20%.
BAB III
METODOLOGI
III.1.1 Alat
III.1.2 Bahan
a. Croscarmellose
b. Etanol 96%
c. Magnesium stearate
d. Manitol
e. Mikrokristalin selulosa
f. Piroksikam
g. PVP K30
III.2 Cara Kerja
Dimasukan piroksikam, comprecel, dan PVP K30 kedalam mortar kemudian gerus hingga
homogen
Ditambahkan etanol 96% sedikit sedikit kedalam mortar hingga diperoleh massa yang dapat
dikepal
Diayak masa dengan ayakan mesh 14 untuk membentuk granul kemudian granul dikeringkan
didalam oven pada suhu 60oC selama 2 jam
Diayak lagi granul yang sudah dikeringkan tersebut menggunakan ayakan mesh 16
Ditambahkan fase luar yaitu manitol, primellose, dan mg stearate campur hingga homogeny
sampai terbentuk massa siap kempa
Dicetak granul dan massa cetak yang sudah dievaluasi menggunakan mesin tablet single punch
dengan bobot 175 mg dengan jumlah 200 tablet
Dilakukan evaluasi tablet meliputi keseragaman ukuran, keseragaman bobot, uji kekerasan
tablet, uji kerapuhan tablet dan uji ketahanan tablet
III.2.2 Uji Waktu Alir
Ditimbang sebanyak 100 g granul dan dimasukan kedalam corong lewattepi corong yang ujung
tangkainya tertutup
Dicatat waktu alirnya dengan stopwatch dari saat baru dibuka sampai seluruh granul keluar
‘
Dimasukan sejumlah granul kedalam gelas ukur 100 ml hingga volume
100 ml
PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan suatu penabletan perlu dilakukan pemeriksaan sifat fisik granul yang
akan dikempa. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah granul dapat mengalir
dengan baik atau tidak. Mempunyai kompresibilitas baik atau tidak. Sifat-sifat fisik berkaitan
dengan proses penabletan antara lain : partikel granul, kerapatan bulk granul, kerapuhan,
kompresibilitas, distribusi ukuran granul dan bentuk partikel granul.Granul yang mempunyai
sifat fisik baik yaitu yang mudah mengalir dengan baik dan mudah dikempa atau
kompresibilitasnya baik, sehingga dapat menghasilkan tablet dengan variasi bobot dan kekerasan
yang lebih stabil.
Evaluasi yang pertama dilakukan adalah uji kelembaban, dari hasil pengukuran kadar air
granul diperoleh kadar air granul tiap formula 3,03; 2,92; dan 3,05 %. Syarat kadar air yang baik
adalah 2-5% (Williams and Allen, 2007). Dari hasil uji kadar air, ketiga formula granul yang di
uji memenuhi syarat kadar air. Uji kelembaban granul dilakukan untuk melihat kandungan air
dalam granul. Kandungan air granul yang terlalu tinggi pada granul dapat
menyebabkan granul tidak dapat mengalir dengan baik pada saat pentabletan atau tablet yang
dicetak dapat melekat pada punch dan die.Uji organoleptis menunjukkan bahwa granul yang
dihasilkan dari ketiga formula memiliki bentuk serpihan bundar dan warna kuning yang seragam
serta aroma khas sehingga dapat dikatakan bahwa granul yang dihasilkan sudah memenuhi syarat
uji organoleptis.
Berikutnya dilakukan uji sudut diam , Laju alir dan sudut diam merupakan parameter
yang dapat mempengaruhi kualitas tablet hisap yang dihasilkan. Keseragaman bobot tablet
dipengaruhi oleh faktor aliran massa tablet. Laju alir yang baik menunjukkan kecepatan alir <10
detik (Depkes 2014). Sementara untuk menyatakan sudut diam yang baik, persyaratan yang
ditentukan adalah berada pada 30-40 (Depkes, 2014). Sudut diam merupakan uji granul yang
penting untuk mengetahui sifat alir dari granul. Serbuk akan membentuk kerucut, semakin datar
kerucut yang dihasilkan maka sudut diamnya makin kecil (Voight, 1995: 161). Laju alir dari
masing – masing formula ternyata tidak memenuhi persyaratan evaluasi granul. Hal tersebut
diduga bahan baku yang digunakan diduga bersifat higroskopis sehingga memperlambat laju alir
granul. Hasil analisis sudut diam untuk semua formula memenuhi persyaratan yang disyaratkan
oleh Kementerian Kesehatan yaitu dalam kisaran 30° - 40°.
Berikutnya dilakukan evaluasi waktu alir granul, Kecepatan alir granul bertujuan untuk
mengetahui sifat granul yang digunakan mempunyai sifat alir yang baik atau tidak. Kecepatan
alir yang baik akan menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan terutama terhadap
keseragaman bobotnya. Pemeriksaan sifat alir granul perlu dilakukan untuk mengetahui
kemampuan alir campuran saat dikempa. Granul dengan sifat alir yang baik akan mudah
mengalir. Sifat alir campuran juga berperan dalam homogenitas campuran atau serbuk. Sifat alir
yang baik, kemungkinan campuran serbuk untuk bercampur atau mencapai homogenitas semakin
besar. Sifar alir serbuk dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, porositas, densitas, gaya, elektrostatik,
dan gaya gesek partikel serta kondisi percobaan. Semakin besar ukuran partikel menyebabkan
gaya gesek antar partikel menurun, dengan demikian flowability meningkat. Hasil pemeriksaan
granul seperti pada tabel 3 menunjukan bahwa granul formula 2 sebelum dan sesudah
penambahan pelicin memiliki kecepatan alir yang paling lama dibandingkan dari formula
lainnya. Granul formula 2 (75 : 25) sebelum dan sesudah penambahan pelicin tidak memenuhi
persyaratan waktu alir yang baik. Waktu alir dikatakan baik jika pada 100 gram serbuk atau
granul tidak lebih dari 10 detik Waktu alir yang baik menunjukan kecepatan granul mengisi
ruangan kompresi secara konstan, sehingga meminimalkan rongga atau pori dalam tablet
sehingga tablet yang dihasilkan memiliki keseragaman bobot yang sama. Granul pada formula 1
adalah yang paling cepat mengalir. Granul dengan penambahan bahan pelicin memiliki waktu
alir lebih cepat dibanding tanpa pelicin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penambahan pelicin
dapat mempercepat aliran granul melewati corong sehingga dapat memperbaiki sifat alir granul,
dengan mekanisme mengurangi gesekan antar partikel sehingga granul lebih mudah untuk
mengalir. Amilum dapat juga dimanfaatkan sebagai filler, binder, glidant dan disintegrant
tergantung mekanisme penambahan dan jumlah yang dipakai.
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a) Hasil pengukuran kadar air granul diperoleh kadar air granul tiap formula 3,03; 2,92; dan
3,05 %. Syarat kadar air yang baik adalah 2-5% . Dari hasil uji kadar air, ketiga formula
granul yang di uji memenuhi syarat kadar air.
b) Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel menunjukan bahwa granul dari ketiga
formulasi memenuhi persyaratan untuk menjadi granul.
c) Hasil analisis sudut diam untuk semua formula memenuhi persyaratan yang disyaratkan
yaitu dalam kisaran 30° - 40°
d) Hasil uji waktu alir menunjukkan bahwa penambahan pelicin dapat mempercepat aliran
granul melewati corong sehingga dapat memperbaiki sifat alir granul.
e) Hasil uji pengentapan menunjukan pengetapan formula 3 lebih baik dibandingkan dengan
formula 1 dan 2.
V.2 Saran
ABSTRACT
Goroho’s sap peel has the stongest adhesive force, and also has antiseptic and antioxidant effect.
The aim of this research to formulate chlorpheniramine maleic tablet used Goroho’s sap peel as
a binder substance by wet granulation method . The formulations made by variation of Goroho’s
sap peel concentration at 15% and 25%. The resulting granule evaluation preformulation .further
more granule is compressed into a tablet and be tested evaluation tablet. at the q 25% fulfill all
the assigned qualification consist of Organoleptic test, water content, flow rate, the angle of
respose, the physicalappearance, size and weight uniformity, hardness, friability, disintegration
time of tablet. From this result can be concluded concentration of 25% fulfill the qualification as
binder substance at the chlorpheniramine maleic tablet.
Key words : Banana sap peel Goroho, binder substance of tablet, wet granulation
ABSTRAK
Getah kulit buah Pisang Goroho memiliki daya rekat yang sangat kuat, memiliki efek antiseptik
dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menformulasikan tablet Klorfeniramin maleat
menggunakan getah kulit buah Pisang Goroho sebagai bahan pengikat dengan metode granulasi
basah. Formulasi ini dibuat dengan variasi konsentrasi getah yaitu 15% dan 25%.Granul yang
dihasilkan diuji preformulasi.Selanjutnya granul dikempa menjadi sediaan tablet dan dilakukan
evaluasi pengujian tablet. Pada konsentrasi 25% memenuhi semua persyaratan meliputi,uji
organoleptik, kadar air, sifat alir, sudut diam, penampilan fisik, keseragaman bobot, keseragaman
ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
konsentrasi 25% memenuhi persyaratan sebagai bahan pengikat pada sediaan tablet
Klorfeniramin Maleat
Kata Kunci: Getah kulit buah Pisang Goroho, bahan pengikat tablet, klorfeniramin maleat
29
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493
30
Devi dkk.
1 Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Jalan Kampus Unud,
Jimbaran, 80364
E-mail: iasinthadevi@gmail.com
ABSTRAK
Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) mengandung senyawa aktif seperti cassumumin A-C,
cassummarin A-C, Phenylbutanoid, dan (E)-4-(3,4-dimethoxyphenyl) but-3-en-1-ol yang memiliki
aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan agen antialergi sehingga potensial digunakan sebagai anti
alergi. Rimpang bangle dibuat menjadi sediaan tablet karena memiliki beberapa keuntungan yaitu
mudah dikonsumsi, praktis, takarannya tepat, menutupi rasa yang pahit dan bau khas dari rimpang
bangle dan stabilitasnya terjaga dalam penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan tablet
rimpang bangle yang memiliki sifat fisik yang baik dengan menggunakan PVP sebagai bahan pengikat.
Ekstrak rimpang bangle dibuat secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%, tablet diformulasi
dengan menggunakan metode granulasi basah.Tablet ekstrak etanol rimpang bangle diformulasikan
dalam 3 formula dengan variasi kadar PVP FI 1%, FII 2,75%, dan FIII 4,5%. Granul dihasilkan diuji
sifat fisiknya meliputi uji kelembaban, distribusi ukuran partikel, waktu alir, sudut diam, bulk density,
dan kompressibilitas, sedangkan tablet yang dihasilkan diuji sifat fisiknya meliputi uji organoleptis,
keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kerapuhan, dan waktu hancur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsentrasi optimum yang didapatkan yaitu pada FIII dengan konsentrasi PVP 4,5%yang telah
memenuhi syarat uji organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, dan kerapuhan tablet.
Kata kunci: Rimpang Bangle, PVP, Tablet
ABSTRACT
Zingiber cassumunar Roxb contains active compounds such as cassumumin AC, cassummarin AC,
phenylbutanoid, and (E) -4- (3,4-dimethoxyphenyl) but-3-en-1-ol which has activities as anti-
inflammatory, antioxidant and anti-allergenic agents so that they are potentially used as anti-allergies.
Zingiber cassumunar Roxb is made into tablet because it has several advantages, which are easy to
consume, practical, the right amount, cover the bitter taste and the distinctive smell and its stability is
maintained in storage. This study aims to produce Zingiber cassumunar Roxb tablets that have good
physical properties by using PVP as a binder. Zingiber cassumunar Roxb extract was made by maceration
using 70% ethanol solvent, the tablet was formulated using wet granulation method. Zingiber cassumunar
Roxb ethanol extract tablet was formulated in 3 formulas with variations in the PVP FI content of 1%,
FII 2.75%, and FIII 4.5%. The resulting granules were tested for physical properties including moisture
test, particle size distribution, flow time, stationary angle, bulk density, and compressibility, while the
tablets produced were tested for physical properties including organoleptic test, uniformity of size,
uniformity of weight, friability, and disintegration time. The results showed that the optimum
concentration obtained was at FIII with 4.5% PVP concentration that complied the organoleptic test
requirements, uniformity of size, weight uniformity, and fragility of tablets.
Keywords: Zingiber cassumunar, PVP, Tablet
45
Devi dkk.
diperoleh ekstrak yang masih mengandung pelarut dengan pemanasan pada suhu 105oC. Dicatat
dalam volume yang kecil. Penguapan pelarut kadar air yang terbentuk, kandungan lembab
ekstraksi dilanjutkan dengan menggunakan oven menurut persyaratan 2-5% (Williams and Allen,
pada suhu 40˚C hingga diperoleh ekstrak kental 2007).
(Padmasari dkk, 2003). b. Uji Distribusi Ukuran Partikel
Formulasi Tablet Ekstrak Rimpang Seratus gram sediaan diayak dengan ayakan
Pada penelitian ini dimulai bertingkat Elektromagnetic Sieve Shaker EMS-8
denganmenyusun 3 formula sediaan tablet dengan mulai dari mesh 20, 40, 60, 80 dan 100,selama 5
variasi konsentrasi PVP yangberbeda seperti menit, dimana telah diisi sediaan pada ayakan
tercantum pada tabel berikut: paling atas. Bobot dari masing-masing ayakan
Tabel 1. Rancangan Formula Tablet Ekstrak ditimbang dantentukan bobot sediaan uji
Rimpang Bangle padamasing-masing ayakan. Kemudian dilakukan
Bahan F1 F2 F3 rekonsiliasi bobot sediaan. Total kehilangan tidak
Ekstrak 40% 40% 40% boleh melebihi 5%dari beratspesimen uji asli
etanol (USP, 2015).
rimpang c. Uji Waktu Alir
bangle Ditimbang 100 gram granul, dimasukkan ke
Laktosa 15 % 12,25 % 11,5 % dalam corong dan diratakan serta ditutup bagian
PVP 1% 2,75% 4,5% bawah corong. Alat flowmeter dinyalakan dan
Avicel 4% 4% 4% waktu yang diperlukan oleh seluruh massa yang
Aerosil 40% 40% 40% mengalir. Laju alir dinyatakan sebagai gram serbuk
Keterangan: yang melewati corong. Laju alir yang baik adalah
F 1: Formula 1 ; F2 : Formula 2 ; F3 : Formula 3 4-10 gram/detik (Aliyah, dkk., 2009). (Gozali,
2008).
Pembuatan Tablet Ekstrak Rimpang Bangle
Dimasukkanekstrak etanol 70% rimpang d. Uji Sudut Diam
bangle kedalam mortar dan ditambahkan aerosil. Granul dimasukkan ke dalam corong uji
Zat aktif (ekstrak rimpang bangle) yang telah waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga
dikeringkan dengan aerosol, avicel dan laktosa granul keluar dan ditampung pada bidang datar.
(bahan pengisi) dicampur dengan sampai Waktu alirgranul dicatat , sudut diamnya dihitung
homogen. Ditambahkan bahan pengikat PVP dengan mengukur diameterdan tinggi tumpukan
yang telah dibuat mucilago ke dalam mortar, granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir
selanjutnya pembuatan massa granul. Diayakan no yang dipersyaratkan dengan sudut diam antara 250
10 mesh dan dikeringkan granul pada oven suhu sampai 300 (Depkes RI, 1995).
40°-60°C selama 18 jam sampai granul kering. e. Uji Bulk Density
Granul yang telah kering diayak dengan pengayak Sebanyak 100 gram granul dimasukkan ke
20 mesh sehingga di dapatkan granul dengan dalam gelas ukur, kemudian dicatat volume total
ukuran 850 µg. Selanjutnya dilakukan pengujian
granul, kemudian campuran granul ditablet. Lalu Bulk density = Bobot total granul
tablet yang diperoleh dilakukan evaluasi tablet. Volume total granul
Pengujian Mutu Fisik Sediaan
Uji Granul f. Uji Kompresibilitas
Sebanyak 50 gram granul, diukur volume
a. Uji Kelembaban
total granul, kemudian tabung diketuk sebanyak
Sebanyak 1 gram granul, dimasukkan
500 kali. Catat volum uji sebelum dimampatkan
kedalam sample tray dan dianalisis kelembaban
47
Sitasi: Nugroho, A. F., Wardayanie, N. I. A., & Wijaya, H. (2020). Pembuatan tablet hisap campuran jambu biji merah (Psidium guajava L.) dan angkak
(Monascus purpureus) menggunakan metode kempa langsung dan granulasi kering. Warta IHP, 37(2), 152-161.
Halaman | 152
Adityo Fajar Nugroho *, Ning Ima Arie Wardayanie dan Hendra Wijaya
Riwayat Naskah: ABSTRAK: Jambu biji merah mempunyai kadar vitamin C yang cukup tinggi dan angkak
mengandung lovastatin yang berfungsi sebagai anti-kolesterol. Interaksi antara vitamin C
Diterima: September 2020 dan lovastatin bersifat sinergis sehingga vitamin C dapat meningkatkan penyerapan
Direvisi: Desember 2020
Disetujui: Desember 2020
lovastatin. Penelitian ini bertujuan membuat tablet hisap dari campuran jambu biji merah
dan angkak menggunakan metode kempa langsung dan granulasi kering. Variabel
penelitian adalah jenis formula yang digunakan dan metode pada proses pembuatan tablet.
Evaluasi karakteristik fisik dilakukan baik terhadap granul maupun produk tablet hisap.
Hasil menunjukkan bahwa formulasi campuran 10% serbuk jambu biji merah dan 20%
angkak yang dibuat dengan cara granulasi kering memberikan kualitas tablet hisap terbaik
dalam penelitian ini. Granul formulasi memiliki tingkat kekeringan 3,7%, laju alir 13 detik,
dan sudut diam 31°. Tablet hisap yang terbentuk memiliki ukuran dan bobot yang seragam,
nilai kekerasan 0,5 kp, kerapuhan 0%, waktu 4 menit dan kadar vitamin C sebesar 89,60
mg/100g.
Kata kunci: angkak, granulasi kering, jambu biji, kempa langsung, tablet hisap
ABSTRACT: Red guava have high vitamin C content and angkak (red yeast rice) contains
lovastatin as an anti-cholesterol. There was a synergistic interaction between Vitamin C and
lovastatin so that vitamin C could increase lovastatin absorption. The research aims was
formulating lozenges from a mixture of red guava and angkak using direct compression and
dry granulation methods. The research variables were types of formulation and production
methods of lozenges. The granules and lozenges were evaluated for their physical
characteristics. The results showed that the mixture formulation of 10% red guava powder
and 20% angkak using the dry granulation method gave the best results in this research.
The granules have a 3,7% dryness level, a flow rate of 13 seconds, and a standpoint of 31°.
While the lozenges have uniformly tablet size and weight, hardness value of 0,5 kp, 0%
friability, disintegration time at 4 minutes, and vitamin C content of 89,60 mg / 100g.
*
Kontributor utama
Email korespondensi: aditya_sadewa99@yahoo.com
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved
Warta IHP/Journal of Agro-based Industry Vol.37 (No.2) 12 2020: 152-161
Halaman | 155
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved
JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 6(1), 110-121, 2020 p-ISSN. 2443-115X
e-ISSN. 2477-1821
ABSTRACT
Gewang (Corypha utan Lamk) is a member of a palm tree that grows wild in most parts
of Indonesia. The gewang plant is rich in starch which is thought to be used as an additional
ingredient in making Paracetamol tablets with wet granulation methods. This study aims to
determine the effect of starch supplementation on the physical properties of Paracetamol
tablets. This research is a type of experimental research. Tablets are made in three formulas
based on variations in the ratio of starch gewang intragranular and extragranular. Comparison
of three formulas intragranular and extragranular, namely: FI (100%: 0%), FII (75%: 25%),
FIII (0%: 100%). Tablets are made in wet granulation method with starch binder.
Homogeneous dry granules then tested for physical properties of granules include: flow time,
stationary angle, and tapping. Furthermore, pressing and tablets obtained were tested for the
physical and chemical properties of tablets including weight uniformity and hardness.
Statistical analysis of the physical quality of tablets was carried out by the Kolmogorov-
Smirnov data normality test, followed by the dendan One Way Anova. The results showed that
the use of starch gewang intragranular, extragranular and intragranular and extragranular
combinations affected the physical properties of tablets. The method of adding extragranular
starch starch to formula 3 produced tablets with effective tablet fragility, which was to meet the
physical properties of tablets.
ABSTRAK
Pati umbi gembili (PUG) memiliki kandungan utama amilopektin sebesar 75,7%.
Amilopektin bersifat lekat dan dapat membentuk gel bila disuspensikan dengan air,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui sifat fisik tablet paracetamol dengan penambahan PUG sebagai bahan
pengikat. Proses pembuatan pati dari umbi gembili dilakukan dengan cara basah.
Tablet Parasetamol dibuat dengan metode granulasi basah dengan variasi kadar
mucilago PUG FI 5%, FII 10%, FIII 15%. Tablet yang dibuat, diuji sifat fisik
(keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur) dan dianalisis secara
deskriptif. Hasil uji sifat fisik tablet menunjukkan bahwa seluruh formula yang
dibuat memenuhi syarat yang ditetapkan dalam kompendial.
Kata Kunci : Parasetamol, pati umbi gembili, bahan pengikat, granulasi basah
ABSTRACT