Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN

PADAT
EVALUASI TABLET

Koordinator Praktikum
Wintari Taurina, M.Sc., Apt.
NIP.198304212008012007

Asisten Praktikum:
Nur Firdiena Titian Ratu
NIM. I1021171030

DISUSUN OLEH :
Rizty Rahmadilla
NIM. I1022191018

KELOMPOK / KELAS : 6/APK


ANGGOTA : Tyara Jhesica (I1022191006)
Albianus Febri Tarung (I1022191011)
Dea Nur Apriliyanti (I1022191027)
Nadilla (I1022191032)
Muhammad Diko Armabar (I1022191037)

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
BADAN PENGELOLA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT
EVALUASI TABLET
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rizty Rahmadilla


NIM : I1022191018
Tanggal Responsi : Senin, 3 Mei 2021

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan praktikum teknologi dan formulasi sediaan
padat ini benar-benar merupakan hasil tulisan saya sendiri dan dibuat berdasarkan data yang
sebenar-benarnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa ini bukan
tulisan saya atau hasil plagiat, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pontianak, 3 Mei 2021


Asisten Praktikum Praktikan,

Nur Firdiena Titian Ratu Rizty Rahmadilla


NIM. I1021171030 NIM. I1022191018

Mengetahui,
Koordinator Praktikum

Wintari Taurina, M.Sc.,Apt.


NIP.198304212008012007
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formula obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/pembakuan obat, sifat-sifat
dan distribusinya hingga penggunaan yang aman. Ilmu farmasi yang artinya seni, sehingga
dikatakan bahwa ilmu ini mempelajari bagaimana meracik obat.ilmu ini mempelajari
formulasi hingga aman untuk digunakan(1).
Obat adalah sediaan farmasi yang penggunaannya ditujukan untuk menyembuhkan
atau mencegah penyakit, contohnya adalah sediaan tablet(2). Tablet adalah padat yang
mengandung bahan obat atau tanpa bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul disebut
dengan kaplet. Tablet umumnya dibuat dengan cara dikempa, dan paling banyak
digunakan(3).
Mutu suatu tablet ditentukan dari beberapa parameter fisik yang harus dipenuhi
antara lain penetapan kadar, kekerasan tablet, triabilitas, waktu hancur dan disolusi.
Factor-faktor tersebut saling mempengaruhi. Semakin kecil dan semakin keras suatu tablet
maka triabilitasnya semakin kecil dan semakin lama waktu hancur tablet maka disolusinya
semakin kecil(4) . Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan tablet yang
kita buat dapat dikatakan baik dan dapat memahami perhitungan serta macam-macam
eavluasi tablet. Maka dari itu dilakukan praktikum ini
I.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini mahasiswa mampu memahami tujuan dan berbagai
macam evaluasi tablet
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
II.1 Kaptopril
Kaptopril adalah obat antihipertensi yang sering diresepkan di Indonesia.
Kaptopril memiliki efek yang baik terhadap tekanan darah dan aman serta mudah di
dapatka. Penggunaan kaptopril juga menguntungkan bagi pasien karena aman dan harga
relaatif murah(5). Kaptopril Serbuk hablur, putih; tidak berbau. Larutan mempunyai pH
antara 4 dan 5, kaptopril mudah larut dalam air, metanol, etanol, dan kioroform. Menurut
farmakope edisi ke 5, Sedian tablet Kaptopril mengandung Kaptopril, C 91415NO3S,
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dan jumlah yang tertera pada etiket(3).

II.2 Tablet
Tablet adalah padat yang mengandung bahan obat atau tanpa bahan pengisi. Tablet
yang berbentuk kapsul disebut dengan kaplet. Tablet umumnya dibuat dengan cara
dikempa, dan paling banyak digunakan(3). Tablet dapat digunakan untuk terapi local
maupun sistemik., tablet umumnya digunakan secara oral. Sediaan tablet telah
diformulasikan menjadi berbagai jenis dan tipe sesuai kebutuhan terapi dan lokasi
penggunaan seperti tablet sublingual, tablet bukal. tablet clerfesen tablet kunyah dan tablet
salut(6).
Keuntungan:
1. Mudah dikemas dan dibawa
2. Mudah dikonsumsi
3. Obat lebih stabil dalam penyimpanan
4. Dosis tepat satu tablet
Kekurangan :
1. Biayanya yang mahal
2. Meengandung bahan tambahan yang perlu dilihat lagi sifat fisika kimia setiap bahan.
3. Diperlukn zat tambahan sebagai penutup rasa pahit.

II.3 Evaluasi Tablet


Evalusi dilakukan untuk memastikan mutu sediaan sebelum dipasarkan. Pengujian
tablet meliputi uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, uji keragaman bobot, uji waktu hancur,
dan uji disolusi
II.3.1 Uji Kekerasan
Kekerasan tablet digambarkan sebagai kekuatan tablet menahan tekanan saat
proses produksi hingga pendistribusian. Prinsip uji ini adalah memberikan tekanan
pada tablet sampai tablet retak atau pecah. Minimum kekerasan tablet sebesar
4kg/cm3. Tablet harus memiliki kekuatan atau ketahanan dapat bertahan diberbagai
guncangan mekank.. Kekuatan tablet merupakan fungsi dari isi die dan gaya
kompresi. Pada penambahan tekanan kompresi, nilai kekerasan tablet meningkat,
sedangkan ketebalan tablet berkurang. Kekerasan tablet bukanlah indikator yang
absolut dari kekuatan tablet, karena pada beberapa formulasi, bila dikempa menjadi
tablet yang sangat keras, cenderung akan terjadi cap pada pergesekan, sehingga
menghilangkan bagian atas(7).
II.3.2 Uji Kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Uji
kerapuhan ini disebut juga dengan uji kerenyahan. Kerenyahan atau friabilitas adalah
cara lain untuk mengukur kekuatan tablet. Tablet yang mudah menjadi bubuk,
menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya
serta konsumen enggan menerimanya dan dapat menimbulkan variasi pada berat dan
keseragaman isi tablet. Prinsip kerja alat ini dengan memperlakukan sejumlah tablet
terhadap gabungan pengaruh goresan dan guncangan dengan memakai sejenis kotak
plastik yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci
pada setiap putaran(7).
II.3.3 Keragaman Bobot
Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot. jika zat aktif merupakan bagian
terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot dianggap cukup mewakili
keseragaman kandungan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup
dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau
jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, farmakope mensyaratkan bahwa tablet
bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot zat aktif
lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman
kandungan(8).
II.3.4 Uji Waktu Hancur
Waktu hancur penting untuk dilakukan pada tablet yang diberikan melalui
mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet
lepas-lambat. Tujuan dilakukan uji ini untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau
melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang
jelas di antara periode pelepasan tersebut. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa
sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna
bila sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang
tidak mempunyai inti yang jelas. Kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul
yang tidak larut(8).
II.3.5 Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan yang digunakan secara
oral(8).
BAB III
METODELOGI
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam prktikum ini adalah
a. Alat uji disolusi Erweka DT 706
b. Alat uji kekerasan tablet (Vanguard YD-2)
c. Alat uji kerapuhan (Ekweka TA-100/TA-200)
d. Alat uji waktu hancur (Erweka)
e. Jangka sorong
f. Spektrofotometer UV-Vis
g. Timbangan analitik
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
a. HCl
b. Tablet Keptropril
III.3 Cara kerja
III.3.1 Uji kekerasan Tablet

Diambil 20 tablet

Dimasukkan tablet kedalam alat uji kekerasan tabet (Vanguard YD-2) satu persatu

Dicatat hasil pengukuran

III.3.2 Uji Kerapuhan Tablet

Ditimbang 20 tablet dan masukkan kedalam alat uji (Ekweka TA-100/TA-200)

Diputar alat uji pada kecepatan 25 rpm selama 4 menit

Dikeluarkan seluruh tablet dan ditimbang kembali

Dihitung kehilangan bobot dalam persentase


III.3.3 Uji Keragaman Bobot

Diambil secara acak 20 tablet

Ditimbang satu persatu tablet

Dihitung rerata tablet dan persentase penyimpangan tiap bobot tablet

Diuji keseragaman ukuran 20 tablet

Diukur diameter dan ketebalan tablet menggunakan jangka sorong

III.3.4 Uji Waktu Hancur

Dimasukkan 5 buah tablet dalam alat uji(Erweka)

Diisi setiap lubang dengan satu tablet

Dinyalakan alat sampai semua fraksi pecahan tablet melewati ayakan

Dicatat waktu yang diperlukan sebagai waktu hancur tablet

III.3.5 Uji Disousi Tablet

Dimasukkan tablet kedalam alat uji (Erweka DT 706) yang berisi HCl 0,1 N sebanyak
900mL pada suhu 37℃ dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit

Diambil sampel 5 mL silakukan pada menit ke 3,5,7,10,15,20, dan 30.

Ditentkan disolusi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 205 nm


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL
IV.1.1 Uji Kekerasan
No. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Diambil 20 tablet Tablet kaptopril diambl sebanyak
20 tablet
2. Dimasukkan tablet kedalam alat Satu persatu tablet kaptopril
uji kekerasan tabet (Vanguard dimasukkan kedalam alat
YD-2) satu persatu vanguard YD-2
3. Dicatat hasil pengukuran Hasil pengukuran= 5,27±0,23
IV.1.2 Uji Kerapuhan
No. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Ditimbang 20 tablet dan Tablet kaptopril diambl sebanyak
masukkan kedalam alat uji 20 tablet dan ditimbang, kemudian
(Ekweka TA-100/TA-200) dimasukkan kedalam alat uji
2. Diputar alat uji pada kecepatan Tablet yang telah dimasukkan
25 rpm selama 4 menit kedalam alat uji dan nyalakan alat
uji
3. Dikeluarkan seluruh tablet dan Tablet yang dikeluarkakan
timbang kembali kemudian ditimbang
4. Dihitung kehilangan bobot Persentase kerapuhan = 0,32±0,21
dalam persentase
IV.1.3 Uji Keragaman Bobot
No. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Diambil secara acak 20 tablet Tablet kaptopril diambl sebanyak
20 tablet, pengambilan dilakukan
secara acak.
2. Ditimbang satu persatu tablet Satu persatu tablet kaptopril
dimasukkan ditimbang dengan
timbangan analitik
3. Dihitung rerata tablet dan Hasil penimbangan tablet,
persentase penyimpangan tiap dihitung rata ratanya
bobot tablet
4. Diuji keseragaman ukuran 20 Hasil uji keragman memperoleh
tablet nilai kurang dari 5% dan bobot
penyimpangan lebih dari 75%
5. Diukur diameter dan ketebalan Hasil pengukuran keragaman
tablet menggunakan jangka dengan tebal = 2,73±0,05 dan
sorong diameter= 8,09±0,008
IV.1.4 Uji Waktu Hancur
No. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Dimasukkan 5 buah tablet Tablet kaptopril diambl sebanyak
dalam alat uji(Erweka) 5 tablet
2. Diisi setiap lubang dengan satu Satu persatu tablet kaptopril
tablet dimasukkan kedalam alat uji
3. Dinyalakan alat sampai semua Alat dinyalakan hingga tablet
fraksi pecahan tablet melewati hancur
ayakan
4. Dicatat waktu yang diperlukan Waktu yang diperlukan tablet
sebagai waktu hancur tablet untuk hancur adalah 0,12±0,01
menit
IV.1.5 Uji Disolusi
No. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Dimasukkan tablet kedalam alat Tablet kaptopril diambl dan
uji (Erweka DT 706) yang dimasukkan kedalam alat uji
berisi HCl 0,1 N sebanyak
900mL pada suhu 37℃ dengan
kecepatan 50 rpm selama 30
menit
2. Diambil sampel 5 mL silakukan Sampel diambil sebanyak 5 mL
pada menit ke 3,5,7,10,15,20,
dan 30
3. Ditentkan disolusi dengan Disolusi ditentukan dengan
spektrofotometer UV-Vis pada spektrofotometer UV-Vis, hasil
panjang gelombang 205 nm memenuhi Syarat yakni kurang
dari 80% dalan waktu 20 menit

IV.2 PEMBAHASAN
Obat adalah sediaan farmasi yang penting dalam upaya penyelanggaraan Kesehatan.
Obat beredar dalam berbagai macam bentuk sediaan, salah satunya adalah obat dalam sediaan
tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki
beberapa keuntungan diantaranya ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, stabil dalam
penyimpanan, mudah dalam transportasi dan dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan
bentuk sedian obat lainnya(9). Untuk memastikan kualitas obat baik sebelum dipasarkan, maka
perlu dilakukan evaluasi pada sediaan. Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi tablet yang
merupakan serangkaian proses atau prosedur untuk menentukan suatu tablet apakah telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh farmakope Indonesia atau belum. Evaluasi tablet
dilakukan terhadap tablet kaptopril.
Evaluasi pertama yang dilakukan yaitu uji kekerasan tablet. Kekerasan yang cuku dari
suatu tablet merupakan salah satu persyaratan penting dari suatu tablet. Factor-faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang
diberikan saat pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet. Kekerasan tablet ditunjukkan
dengan skala (kg) yang terlihat pada alat disaat tablet pecah. Tablet yang baik mempunyai
kekerasan antara 4-10kg.
Evaluasi kedua adalah uji kerapuhan, Tujuan dilakukannya uji ini karena tablet mudah
menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya maka Kualitas tablet akan
dianggap buruk. Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Kerapuhan diukur dengan friabilator. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot
akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan,
maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif
yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (10). Uji dilakukan dengan cara
menimbang tablet, diletakkan ke dalam alat friabilator, kemudian dijalankan sebanyak 100
putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil
dari 0,5% sampai 1% masih dapat dibenarkan. Hasil dari evaluasi kerapuhan adalah 0,32±0,21%
atau kurang dari 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa formulsi tablet kaptopril dengan
eksipien amilum modifikasi yang ditambahkan HPMC dapat meningkatkan kompaktibilitas
tablet. Walaupun MCC PH 102 berpengaruh signifikan pada peningkatan nilai kekerasannya,
tetapi nilai kerapuhan yang dihasilkan sebanding dengan amilum termodifikasi. Ini karena
HPMC yang merupakan polimer dengan daya ikatan yang kuat. Proses penambahan HPMC
pada amilum melibatkan air yang dapat mengaktifkan daya ikat dan meningkatkan kekuatan
polimernya(10).
Evaluasi ketiga adalah keragaman bobot. Jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan
yang akan ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan
(granul atau serbuk) yang mungkin masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan dengan
beberapa tablet yang telah lebih dahulu dicetak supaya tercapai berat tablet yang diharapkan.
Penyesuaian diperlukan karena formula tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat(8).
Hasil evaluasu menunjukkan kuran dari 5% dan tidak ada tablet yang bobotnya menimpang.
Nilai SD menunjukkan pengukuran bobot tablet dikatakan seragam. Hal ini karena eksipien
amilum modifikasi memiliki granul uang sama Ketika proses kempa, serbuk yang masuk dari
hopper menuju lubang die bobotnya sama.
Evaluasi Keempat adalah Waktu hancur. Waktu hancur sediaan tablet sangat
berpengaruh dalam fase biofarmasi obat. Supaya zat aktif sepenuhnya diabsorpsi dalam saluran
cerna, maka tablet harus hancur ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan.Selain itu, tablet juga
dapat memberikan efek terapi seperti yang diharapkan apabila tablet tersebut kuat secara
fisik.Dengan kata lain, tablet harus memiliki kekerasan yang cukup serta keregasan yang sesuai
dengan persyaratan yang ada, agar efek terapi yang diberikan oleh sediaan obat tersebut sesuai
dengan yang diharapkan. Hasil dari p\evaluasi waktu hancur adalah tablet seluruhnya dibawah
15 menit. Pengujian ini bertujuan untuk memprediksi kemampuan terdisintegrasi tablet
kaptopril dalam cairan lambung maupun usus. Hasil yang didapat tersebut karena adanya MCC
PH 102 yang membantu disintegrasi tablet karena selain fungsinya sebagai pengisi, bahan
tersebut juga bertindak sebagai disintegran.
Evaluasi Terakhir adalah Disolusi, dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer
UV-Vis. Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui kadar kaptopril yang terlarut pada waktu
tertentu. Kriteria untuk persen disolusi agar tablet memenuhi syarat yaitu kadar obat terlarut
dalam waktu 20 menit harus larut tidak kurang dari 80%. Evaluasi pada tablet kaptopril
memenuhi Syarat , yakni terdisolusi tidak kurang dari 80% dalam waktu 20 menit. Berikut
gravik hasil uji disolusi, yang mana formula yang digunakan dalam praktikum ini adalah
formula 1.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan praktikum kali ini adalah ada beberapa macam evaluasi tablet
diantaranya uji kekerasan, uji disolusi tablet, uji kerapuhan, dan uji keseragaman bobot.
Pada semua uji yang dilakukan pada tablet memenuhi Syarat.
V.2 Saran
Saran untuk praktikum ini yaitu sebaiknya dalam melakukan uji evaluasi tablet
dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar mendapatkan hasil yang akurat dalam pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yamlean P.V.Y. Buku Ajar Farmasetika. Klaten: Penerbit Lakeisha; 2020.
2. Athijah. Obat Dan Resep. Ed.1. Surabaya:Pusat Penerbitan Dan Percetakan; 2011.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia , Edisi V. Jakarta:
Departement Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
4. Syamsuni H. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Egc; 2005
5. Diatmika K.D.P, Artini G.A, Ernawati D.K. Profil Efek Samping Kaptopril Pada
Pasien Hipertensi Di Puskesmas Denpasar Timur I Periode Oktober 2017. Ejurnal
Medika Udayana. 7(5);2018
6. Zaman N.N, Sopyan I. Metode Pembuatan Dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet.
Majalah Farmasetika. 5 (2);2020
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia , Edisi Vi.
Jakarta: Departement Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
8. Murtini G, Elisa Y. Teknologi Sediaan Solid. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2018.
9. Iskandar B, Susanti I. Uji Sifat Fisik Tablet Salut Enterik Kalium Diklofenak
Generik Dan Generik Bermerek Yang Beredar Di Apotek Kecamatan Siak Hulu.
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 2019: 8(1)
10. Gopalan S.V., Gozali Dolih. Review Artikel: Formulasi Dan Evaluasi Sediaan
Granul Effervescent Dan Sediaan Tablet Dengan Metode Granulasi Basah.
Farmaka Suplemen.2018:16(1)

Anda mungkin juga menyukai