Evaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
PADAT
EVALUASI TABLET
Koordinator Praktikum
Wintari Taurina, M.Sc., Apt.
NIP.198304212008012007
Asisten Praktikum:
Nur Firdiena Titian Ratu
NIM. I1021171030
DISUSUN OLEH :
Rizty Rahmadilla
NIM. I1022191018
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan praktikum teknologi dan formulasi sediaan
padat ini benar-benar merupakan hasil tulisan saya sendiri dan dibuat berdasarkan data yang
sebenar-benarnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa ini bukan
tulisan saya atau hasil plagiat, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Mengetahui,
Koordinator Praktikum
II.2 Tablet
Tablet adalah padat yang mengandung bahan obat atau tanpa bahan pengisi. Tablet
yang berbentuk kapsul disebut dengan kaplet. Tablet umumnya dibuat dengan cara
dikempa, dan paling banyak digunakan(3). Tablet dapat digunakan untuk terapi local
maupun sistemik., tablet umumnya digunakan secara oral. Sediaan tablet telah
diformulasikan menjadi berbagai jenis dan tipe sesuai kebutuhan terapi dan lokasi
penggunaan seperti tablet sublingual, tablet bukal. tablet clerfesen tablet kunyah dan tablet
salut(6).
Keuntungan:
1. Mudah dikemas dan dibawa
2. Mudah dikonsumsi
3. Obat lebih stabil dalam penyimpanan
4. Dosis tepat satu tablet
Kekurangan :
1. Biayanya yang mahal
2. Meengandung bahan tambahan yang perlu dilihat lagi sifat fisika kimia setiap bahan.
3. Diperlukn zat tambahan sebagai penutup rasa pahit.
Diambil 20 tablet
Dimasukkan tablet kedalam alat uji kekerasan tabet (Vanguard YD-2) satu persatu
Dimasukkan tablet kedalam alat uji (Erweka DT 706) yang berisi HCl 0,1 N sebanyak
900mL pada suhu 37℃ dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit
IV.2 PEMBAHASAN
Obat adalah sediaan farmasi yang penting dalam upaya penyelanggaraan Kesehatan.
Obat beredar dalam berbagai macam bentuk sediaan, salah satunya adalah obat dalam sediaan
tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki
beberapa keuntungan diantaranya ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, stabil dalam
penyimpanan, mudah dalam transportasi dan dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan
bentuk sedian obat lainnya(9). Untuk memastikan kualitas obat baik sebelum dipasarkan, maka
perlu dilakukan evaluasi pada sediaan. Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi tablet yang
merupakan serangkaian proses atau prosedur untuk menentukan suatu tablet apakah telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh farmakope Indonesia atau belum. Evaluasi tablet
dilakukan terhadap tablet kaptopril.
Evaluasi pertama yang dilakukan yaitu uji kekerasan tablet. Kekerasan yang cuku dari
suatu tablet merupakan salah satu persyaratan penting dari suatu tablet. Factor-faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang
diberikan saat pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet. Kekerasan tablet ditunjukkan
dengan skala (kg) yang terlihat pada alat disaat tablet pecah. Tablet yang baik mempunyai
kekerasan antara 4-10kg.
Evaluasi kedua adalah uji kerapuhan, Tujuan dilakukannya uji ini karena tablet mudah
menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya maka Kualitas tablet akan
dianggap buruk. Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Kerapuhan diukur dengan friabilator. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot
akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan,
maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif
yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (10). Uji dilakukan dengan cara
menimbang tablet, diletakkan ke dalam alat friabilator, kemudian dijalankan sebanyak 100
putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil
dari 0,5% sampai 1% masih dapat dibenarkan. Hasil dari evaluasi kerapuhan adalah 0,32±0,21%
atau kurang dari 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa formulsi tablet kaptopril dengan
eksipien amilum modifikasi yang ditambahkan HPMC dapat meningkatkan kompaktibilitas
tablet. Walaupun MCC PH 102 berpengaruh signifikan pada peningkatan nilai kekerasannya,
tetapi nilai kerapuhan yang dihasilkan sebanding dengan amilum termodifikasi. Ini karena
HPMC yang merupakan polimer dengan daya ikatan yang kuat. Proses penambahan HPMC
pada amilum melibatkan air yang dapat mengaktifkan daya ikat dan meningkatkan kekuatan
polimernya(10).
Evaluasi ketiga adalah keragaman bobot. Jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan
yang akan ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan
(granul atau serbuk) yang mungkin masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan dengan
beberapa tablet yang telah lebih dahulu dicetak supaya tercapai berat tablet yang diharapkan.
Penyesuaian diperlukan karena formula tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat(8).
Hasil evaluasu menunjukkan kuran dari 5% dan tidak ada tablet yang bobotnya menimpang.
Nilai SD menunjukkan pengukuran bobot tablet dikatakan seragam. Hal ini karena eksipien
amilum modifikasi memiliki granul uang sama Ketika proses kempa, serbuk yang masuk dari
hopper menuju lubang die bobotnya sama.
Evaluasi Keempat adalah Waktu hancur. Waktu hancur sediaan tablet sangat
berpengaruh dalam fase biofarmasi obat. Supaya zat aktif sepenuhnya diabsorpsi dalam saluran
cerna, maka tablet harus hancur ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan.Selain itu, tablet juga
dapat memberikan efek terapi seperti yang diharapkan apabila tablet tersebut kuat secara
fisik.Dengan kata lain, tablet harus memiliki kekerasan yang cukup serta keregasan yang sesuai
dengan persyaratan yang ada, agar efek terapi yang diberikan oleh sediaan obat tersebut sesuai
dengan yang diharapkan. Hasil dari p\evaluasi waktu hancur adalah tablet seluruhnya dibawah
15 menit. Pengujian ini bertujuan untuk memprediksi kemampuan terdisintegrasi tablet
kaptopril dalam cairan lambung maupun usus. Hasil yang didapat tersebut karena adanya MCC
PH 102 yang membantu disintegrasi tablet karena selain fungsinya sebagai pengisi, bahan
tersebut juga bertindak sebagai disintegran.
Evaluasi Terakhir adalah Disolusi, dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer
UV-Vis. Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui kadar kaptopril yang terlarut pada waktu
tertentu. Kriteria untuk persen disolusi agar tablet memenuhi syarat yaitu kadar obat terlarut
dalam waktu 20 menit harus larut tidak kurang dari 80%. Evaluasi pada tablet kaptopril
memenuhi Syarat , yakni terdisolusi tidak kurang dari 80% dalam waktu 20 menit. Berikut
gravik hasil uji disolusi, yang mana formula yang digunakan dalam praktikum ini adalah
formula 1.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan praktikum kali ini adalah ada beberapa macam evaluasi tablet
diantaranya uji kekerasan, uji disolusi tablet, uji kerapuhan, dan uji keseragaman bobot.
Pada semua uji yang dilakukan pada tablet memenuhi Syarat.
V.2 Saran
Saran untuk praktikum ini yaitu sebaiknya dalam melakukan uji evaluasi tablet
dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar mendapatkan hasil yang akurat dalam pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yamlean P.V.Y. Buku Ajar Farmasetika. Klaten: Penerbit Lakeisha; 2020.
2. Athijah. Obat Dan Resep. Ed.1. Surabaya:Pusat Penerbitan Dan Percetakan; 2011.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia , Edisi V. Jakarta:
Departement Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
4. Syamsuni H. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Egc; 2005
5. Diatmika K.D.P, Artini G.A, Ernawati D.K. Profil Efek Samping Kaptopril Pada
Pasien Hipertensi Di Puskesmas Denpasar Timur I Periode Oktober 2017. Ejurnal
Medika Udayana. 7(5);2018
6. Zaman N.N, Sopyan I. Metode Pembuatan Dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet.
Majalah Farmasetika. 5 (2);2020
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia , Edisi Vi.
Jakarta: Departement Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
8. Murtini G, Elisa Y. Teknologi Sediaan Solid. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2018.
9. Iskandar B, Susanti I. Uji Sifat Fisik Tablet Salut Enterik Kalium Diklofenak
Generik Dan Generik Bermerek Yang Beredar Di Apotek Kecamatan Siak Hulu.
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 2019: 8(1)
10. Gopalan S.V., Gozali Dolih. Review Artikel: Formulasi Dan Evaluasi Sediaan
Granul Effervescent Dan Sediaan Tablet Dengan Metode Granulasi Basah.
Farmaka Suplemen.2018:16(1)