Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT

FILARIASIS (KAKI GAJAH)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu : H. Thoha, SKM, M.Si

Disusun Oleh :

Tingkat 2A/Semester 3

Ratu Nur Amallia P27901117028

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2018/2019
Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Pada Sistem Limfatik

Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Penyakit Filariasis (Kaki Gajah)

Sasaran : Masyarakat Setempat

Tanggal :

Waktu : 10.00 – 10.30 WIB (30 menit)

Tempat : Musholla As-Syifa, Kp. Rawa Beureum Rt.011 Rw.003

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU) :


Setelah diberikan penkes tentang penyakit Filariasis, masyarakat diharapkan dapat
memahami pencegahan penyakit Diare.

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK) :


1. Masyarakat mampu menjelaskan pengertian Filariasis
2. Masyarakat mampu menjelaskan penyebab Filariasis
3. Masyarakat mampu menjelaskan tanda dan gejala Filariasis
4. Masyarakat mampu menjelaskan pencegahan Filariasis
5. Masyarakat mampu menjelaskan pengobatan Filariasis
6. Masyarakat mampu menjelaskan perawatan Filariasis

C. Materi :
1. Definisi Filariasis
2. Penyebab Filariasis
3. Tanda dan gejala Filariasis
4. Pencegahan Filariasis
5. Pengobatan Filariasis
6. Perawatan Filariasis
D. Metode :
1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab

E. Media :
1. Leaflet

F. Kegiatan
No Waktu Kegiatan
Tahap
. (menit) Penyuluh Peserta
1. Perkenalan 5 1. Mengucap salam 1. Menjawab salam
dan menit 2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan dengan
Pembukaan 3. Menjelaskan tujuan baik
penyuluhan 3. Menerima kontrak
4. Kontrak waktu waktu
2. Inti 15 1. Menjelaskan tentang 1. Memperhatikan dengan
menit pencegahan penyakit baik materi yang
Filariasis : disampaikan
 Menjelaskan 2. Mengajukan
pengertian Filariasis pertanyaan yang belum
 Menjelaskan penyebab dimengerti
Filariasis 3. Memperhatikan dengan
 Menjelaskan tanda dan baik pertanyaan yang
gejala Filariasis dijawab

 Menjelaskan
pencegahan Filariasis
 Menjelaskan
pengobatan Filariasis
 Menjelaskan
perawatan Filariasis
2. Membuka sesi tanya
jawab
3. Menjawab pertanyaan
3. Penutup 10 1. Melakukan evaluasi 1. Menanyakan kembali
menit 2. Menyampaikan materi yang belum
kesimpulan dimengerti
3. Mengucapkan salam 2. Memperhatikan dengan
baik kesimpulan
3. Menjawab salam

G. Sumber Bacaan :
Depkes RI,Ditjen PPM & PL – Direktorat P2B2 Subdit. Filariasis & Schistosomiasis,
2002, Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah (Filariasis), Jakarta

H. Evaluasi (Cara, Jenis, Waktu, Soal) :


1. Cara : Lisan
2. Jenis : Essay
3. Waktu : Setelah dilakukan penyuluhan
4. Soal :
1. Jelaskan pengertian Filariasis
2. Jelaskan penyebab Filariasis
3. Jelaskan tanda dan gejala Filariasis
4. Jelaskan pencegahan Filariasis
5. Jelaskan pengobatan Filariasis
6. Jelaskan perawatan Filariasis

I. Lampiran Materi

Filariasis (Kaki Gajah)

1. Pengertian Filariasis
Filariasis (Kaki Gajah) atau juga dikenal dengan Elephantiasis adalah suatu
infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filarial yang hidup dalam saluran limfe
dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin (WHO, 2000). Mekanisme
penularan penyakit filariasis, yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva infektif
menggigit manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya, di dalam
tubuh manusia, larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi penyebab
penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya, terjadi pembengkakan kelenjar limfe,
tungkai, dan alat kelamin.

2. Penyebab Filariasis
a. Hospes
Manusia yang mengandung parasite selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi
orang lain yang rentan. Biasanya pendatang daerah endemislebih rentan terhadap
infeksi filariasis dan lebih menderita daripada penduduk asli. Pada umumnya laki-
laki lebih banyak yang terkena infeksi (exposure). Juga gejala penyakit lebih nyata
pada laki-laki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat.

b. Hospes Reservoar
Tipe B malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber infeksi untuk
manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah kucing dank
era terutama jenis Presbytis, meskipun hewan lain mungkin juga terkena infeksi.

c. Vektor
Banyak spesies nyamuk telah ditemukan sebagai vector filariasis, tergantung
pada jenis cacing filarianya. W. Bancrofti yang terdapat di daereh perkotaan
ditularkan oleh Cx. Quinque Fasciatur yang tempat perindukannya air kotor dan
tercemar. W. Bancrofti di daerah pedesaan dapat ditularkan oleh bermacam
spesies nyamuk. Di Irian Jaya W. Bancrofti ditularkan terutama oleh An, Farauti
yang dapat menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat perindukannya.
Selain itu ditemukan juga sebagai vector : An. Koliensis, An. Punctulatus. Cx.
Annulirostris dan An. Kochi. W. Bancrofti didaerah lain dapat ditularkan oleh
spesies lain, seperti An. Subpictus di daerah pantai NTT.
Selain nyamuk Culex, Aides juga pernah ditemukan sebagai vector. 14 B.
Malayi yang hidup pada manusia dan hewan biasanya ditularkan oleh berbagai
spesies mansonia seperti Ma. Uniformis, Ma. Bonneae, Ma. Dives dan lain-lain,
yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatra, Kalimantan, Maluku, dan lain-
lain. B. Malayi yang periodic ditularkan oleh An. Barbirostris yang memakai
sawah sebagai tempat perindukannya, seperti di daerah Sulawesi. B. Timori,
spesies yang ditemukan di Indonesia sejak 1995 hingga sekarang hanya ditemukan
di daerah NTT dan Timor—Timor, ditularkan oleh An. Barbirostis yang
berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah
pedalaman.

d. Agent
Filariasis disebabkan oleh cacing filarial pada manusia, yaitu (1) W. Bnacrofti;
(2) B. Malayi; (3) B. Timori; (4) Loa Loa; (5) Onchocerca Volvulus; (6)
Acanthocheilonema Perstants; (7) Mansonella Azzardi. Yang terpenting ada tiga
spesies, yaitu W. Bnacrofti, B. Malayi, B. Timori.

e. Cacing
Ini habitatnya dalamsistem peredaran darah, limfe, otot, jaringan ikat atau
rongga serosa. Cacing dewasa merupakan cacing yang langsing seperti benang
berwarna putih kekuningan, panjangnya 2-70 cm, cacing betina panjangnya lebih
kurang dua kali cacing jantan. Biasanya tidak mempunyai bibir yang jelas,
mulutnya sederhana, rongga mulut tidak nyata. Esophagus berbentuk seperti
tabung, tanpa bulbus esophagus, biasanya bagian anterior berotot sedangkan
bagian posterior berkelenjar.
Filaria membutuhkan insekta sebagai vector. Nyamuk culex adalah vector dari
penyakit filariasis W. Bancrofti dan B. Malayi. Jumlah spesies Anopheles, Aedes,
Culex, dan Mansonia cukup banyak, tetapi kebanyakan dari spesies tersebut tidak
penting sebagai vector alami.

3. Tanda dan Gejala Filariasis


Gejala klinis sangat bervariasi, mulai dari yang asimtomatis sampai yang
berat. Hal ini tergantung pada daerah geografi, spesies parasit, respons imun penderita
dan intensitas infeksi. Gejala biasanya tampak setelah 3 bulan infeksi, tapi umumnya
masa tunasnya antara 8-12 bulan. Pada fase akut terjadi gejala radangsaluran getah
bening, sedang pada fase kronisterjadi obstruksi disertai :

a. Nyeri Otot
b. Sakit Kepala
c. Demam dengan Menggigil
d. Sensitif Terhadap Cahaya Terang
e. Pembesaran Kelenjar Getah Bening
f. Pembengkakan di Daerah Cacing Berkembang

4. Pencegahan Filariasis
Langkah utama untuk mencegah tertular filariasis adalah dengan menghindari
gigitan nyamuk sebisa mungkin. Hal ini sangat penting, terutama di Negara-negara
tropis, seperti Indonesia. Untuk memaksimalisasi perlindungan terhadap gigitan
nyamuk, kita dapat mengambil langkah-langkah sederhana yang meliputi :
a. Mengenakan baju dan celana panjang
b. Mengoleskan lotion antinyamuk
c. Tidur menggunakan kelambu
d. Membersihkan genangan air disekitar rumah
Penyebaran filariasis limfatik juga dapat dihentikan melalui prosedur
kemoterapi preventif bagi orang0-orang yang tinggal di daerah terjadinya infeksi dan
sekitarnya.

5. Pengobatan Filariasis
Pemberian obat pencegahan massal filariasis atau kaki gajah dapat berfungsi
ganda bagi tubuh. Selain mematikan cacing penyebab filariasis, obat ini juga
mematikan cacing lain yang ada di perut. Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah
(Belkaga) yang dilaksanakan setiap Oktober, pada periode 2015 - 2020 merupakan
bulan saat setiap penduduk yang tinggal di kabupaten/kota endemis penyakit Kaki
Gajah di seluruh wilayah Indonesia secara serentak minum obat pencegahan penyakit
kaki gajah. Kegiatan minum obat ini disebut pemberian obat pencegahan massal
(POPM) Filariasis. Belkaga merupakan langkah akselerasi untuk mewujudkan
Indonesia Bebas Kaki Gajah tahun 2020. Tahun ini, sebanyak 150 Kabupaten/Kota
secara serentak akan melaksanakan POPM. Obat pencegah penyakit kaki gajah yang
diberikan pada POPM terdiri dari kombinasi tablet Diethylcarbamazine (DEC) 100
mg dan tablet Albendazole 400 mg. Semua orang yang berusia antara 2 –70 tahun
yang tinggal di daerah endemis, wajib minum obat pencegah penyakit kaki gajah
tersebut sekali setahun, selama minimal lima tahun berturut-turut. Adapun dosisnya
untuk usia 2-5 tahun adalah 1 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole; usia 6-14 tahun
mendapat 2 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole; dan bagi yang berusia di atas 14
tahun mendapat 3 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole.
“Minum obat hanya satu kali dalam setahun, selama minimal lima tahun
berturut-turut. Mampu memutuskan rantai penularan penyakit kaki gajah
sepenuhnya”, kata Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, seperti diktuip dari siaran
pers, Minggu (8/10/2017). Pemberian Albendazole pada POPM Filariasis mempunyai
manfaat ganda, yaitu selain dapat mematikan atau memandulkan cacing filaria
dewasa, juga dapat mematikan cacing perut seperti cacing gelang, cacing tambang,
cacing cambuk dan cacing kremi.
Dengan demikian, orang yang minum obat pencegah penyakit kaki gajah
memperoleh dua manfaat sekaligus, yakni melindungi dirinya dari risiko terkena
penyakit kaki gajah dan kecacingan. Sementara itu, beberapa golongan yang
diperbolehkan untuk tidak minum obat pencegah kaki gajah di antaranya adalah :
a. Anak yang berusia di bawah 2 tahun
b. Ibu hamil
c. Penderita gagal ginjal atau cuci darah
d. Penderita epilepsi atau anak berusia di atas 6 tahun dengan riwayat
sering kejang
e. Penderita kanker
f. Penderita sakit berat yang harus berbaring di tempat tidur, mengalami demam
tinggi, batuk darah
g. Anak dengan gizi buruk
h. Penderita penyakit kaki gajah klinis kronis yang sedang mengalami serangan akut

6. Cara Perawatan Filariasis


Perawatan terhadap penderita filariasis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Istirahat di tempat, pindah ke daerah yang dingin akan mengurangi derajat
serangan akut.
b. Antibiotic dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan asbes.
c. Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.
d. Membersihkan bagian tubuh yang membengkak secara rutin dengan air dan
sabun.
e. Memberikan obat-obatan sesuai dengan anjuran dokter atau tim medis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai