Anda di halaman 1dari 6

BASALIOMA

Lily L. Loho
Meilany F. Durry

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: lily_loho@yahoo.com

Basalioma merupakan tumor ganas tersering di Amerika Serikat. Di Indonesia, data dari
Badan Registrasi Kanker tahun 2009 menunjukkan bahwa kanker kulit menempati urutan
ke-4 dari 10 jenis kanker terbanyak, dan di Manado menempati urutan ke-2 setelah kanker
leher rahim. Ciri khas basalioma ialah terjadi pada kulit berambut pada orang dewasa. Pada
usia lanjut, basalioma lebih sering ditemukan pada laki-laki, sedangkan pada usia muda
lebih sering pada perempuan. Faktor risiko antara lain paparan sinar matahari, arsen, dan
radiasi ion; riwayat keluarga; dan imunodefisiensi sekunder. Manifestasi klinik berbeda-
beda sesuai variasi histologi. Lesi utama basalioma berbentuk noduler, kemudian yang
superfisial, berpigmen, dan morfea. Lokasi tersering ialah di daerah hidung. Insiden
metastasis 0,01-0,1%, dan terjadi secara limfogen dan hematogen.

DEFINISI empat sampai lima kali lebih banyak dari


KSS dengan peningkatan insiden rata-rata
Menurut WHO, basalioma adalah satu
3-7% per tahun. Data Badan Registrasi
kelompok tumor ganas kulit yang dikarak-
teristik oleh sel-sel basaloid (germinative Kanker (BRK) tahun 2009 di Indonesia
cell) yang membentuk lobulus, kolum, pita, menunjukkan kanker kulit menempati
atau tali. urutan ke-4 dari 10 jenis kanker terbanyak;
di Manado kanker kulit berada pada urutan
ke-2 setelah kanker leher rahim.
EPIDEMIOLOGI Penyakit ini berkembang terutama
Basalioma merupakan tumor ganas pada kulit yang terpapar sinar matahari.
tersering di Amerika Serikat dan daerah- Migrasi individu terutama anak-anak ke
daerah lain, terutama pada populasi kulit daerah dengan radiasi tinggi ultra violet
putih. Kandungan pigmen melanin yang (UV) dikaitkan dengan peningkatan
tinggi pada kulit hitam dapat melindungi kejadian kanker kulit, namun hal ini tidak
terhadap perkembangan tumor ini. cukup untuk mengakibatkan basalioma
Diperkirakan 900.000 kasus per tahun karena penyakit ini jarang terjadi pada
ditemukan di Amerika Serikat. Australia tangan dan jari. Khas penyakit ini terdapat
mempunyai insiden tertinggi penyakit pada orang dewasa, tetapi tumor ini juga
kanker kulit; insiden basalioma >2% dan dapat berkembang pada anak. Pada usia
karsinoma sel skuamos (KSS) ±1% pada lanjut basalioma lebih banyak pada pria,
laki-laki. Insiden basalioma telah mening- tetapi pada usia muda lebih banyak pada
kat pada dekade terakhir seperti pening- wanita. Hal ini mungkin akibat peningkatan
katan melanoma. Diperkirakan insiden paparan sinar matahari pada wanita muda
kanker kulit non-melanoma meningkat 2- yang dikaitkan dengan penggunaan tanning
3% per tahun. Jumlah basalioma sekitar bed dan merokok. Kulit yang terpapar sinar
80% dari kanker kulit non-melanoma, dan matahari selama masa kanak-kanak dan

S21
S22 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S21-26

dewasa merupakan faktor risiko basalioma. Adanya lesi yang mencurigakan pada
Paparan arsen dan radiasi ion juga dapat daerah risiko tinggi seperti pada bagian
menginduksi terjadinya penyakit ini. Faktor sentral wajah, harus segera dibiopsi untuk
risiko lainnya ialah Fitzpatrick skin tipe 1 menegakkan diagnosis sehingga memper-
dan 2, rambut merah, freckling pada masa cepat penanganannya.
kanak-kanak, riwayat keluarga dengan Basalioma halo berupa papula eritema
kanker kulit, jenis kelamin laki-laki, dan 1-2 mm, terjadi pada bagian yang terpapar
celtic ancestry. Imunodefisiensi sekunder sinar matahari dan dikelilingi oleh daerah
dari acquired immune deficiency syndrome hipopigmentasi. Menurut the American
(AIDS) atau pasca transplantasi dihubung- Joint Committee on Cancer, bila ukuran
kan dengan peningkatan risiko basalioma. basalioma >5cm disebut giant basal cell
carcinoma (GBCC) dan ditemukan ±12%
dari semua KSB. Jenis basalioma ini
MANIFESTASI KLINIK
bersifat lebih agresif dengan invasi ke
Basalioma terutama terjadi pada kulit jaringan yang lebih dalam dan mengenai
yang ditumbuhi rambut dan jarang pada struktur di luar dermis seperti tulang, otot,
telapak tangan dan kaki. Kejadian penyakit dan tulang rawan, bermetastasis, serta
ini pada membran mukosa diragukan. mempunyai prognosis yang lebih buruk.
Manifestasi klinis basalioma berbeda-beda Pernah dilaporkan satu kasus GBCC
sesuai variasi dari corak histologiknya. Lesi dengan infeksi Human Papilloma Virus tipe
utama dari basalioma berbentuk noduler, 31, 33, dan 35.
berpigmen, superficial, dan morfea, dengan
lokasi tersering pada bagian kepala dan
leher, terutama hidung (Gambar 1). Sekitar METASTASIS
10-15% penyakit ini mengenai kulit yang Basalioma sangat jarang bermetastasis;
tidak terpapar sinar matahari. Lokasi yang insiden metastasis sekitar 0,01-0,1%.
tidak biasa ialah pada vulva, penis, Riwayat khas pada basalioma yang
skrotum, perineum, dan areola payudara. bermetastasis ialah ukuran besar, ulserasi,
Tumor ini tumbuh lambat dan jarang invasi lokal, dan lesi primer destruktif yang
bermetastasis. kambuh setelah operasi atau radioterapi.
Bentuk basalioma terbanyak ialah Ukuran masif, ulerasi, dan riwayat rekuren
bentuk noduler (45-60%). Gambaran khas banyak kali, tidak mutlak merupakan
basalioma bentuk noduler yaitu bentuk prasyarat metastasis. Beberapa penulis
kubah, papula seperti mutiara dengan menyatakan bahwa basalioma jenis morfea,
permukaan tampak teleangiektasi dan tepi metatipikal, dan basoskuamosa kemungkin-
meninggi. Bagian permukaan dapat an besar bermetastasis. Pada KSS, 80-90%
mengalami ulserasi. Bentuk superfisial kasus bermetastasis secara limfogen,
basalioma berupa plak bersisik eritema sedangkan pada basalioma metastasis
yang berbatas jelas dengan tepi meninggi melalui limfogen dan hematogen sama
dan sering terjadi pada bagian badan dan banyak. Sekitar 50% pasien basalioma,
ekstremitas. Hal ini dapat disalah diagnosis metastasis ke kelenjar getah bening sebagai
dengan penyakit Bowen atau eksema penyebaran pertama. Kelenjar getah
numularis. Bentuk basalioma berpigmen bening, paru, tulang, dan kulit merupakan
sering pada populasi kulit hitam dan tempat metastasis umum. Rata-rata
Hispanik, serta dapat menyerupai melano- kehidupan setelah metastasis 8 bulan
ma. Karsinoma sel basal yang paling sulit sampai 3,6 tahun. Tumor dengan diameter
didiagnosis dan ditangani ialah bentuk >3cm mempunyai insiden metastasis atau
morfea, berupa indurasi plak putih, tidak insidens kematian 2%. Pada diameter 5 cm
berbatas jelas, yang dapat didiagnosis scar insiden menjadi 25%, dan tumor dengan
atau skleroderma yang terlokalisasi sehing- diameter >10 cm mempunyai insiden
ga tidak disadari oleh pasien dan dokter. metastasis dan kematian 50%. Basalioma
Loho, Durry; Basalioma S23

AA BB CC DD

Gambar 1. A, Basalioma noduler dengan telangiektasis. B, Basalioma superfisialis. C, Basalioma


pigmented. D, Basalioma morfeaform yang mirip scar.

yang terjadi pada usia <35 tahun mem- yang kemudian masuk ke inti sel dan
punyai corak pertumbuhan yang cepat dan meningkatkan transkripsi dari berbagai gen
agresif. target. Berdasarkan penelitian pada tikus,
PTCH1 ini berfungsi sebagai tumor
supressor gen pada kulit yang berlokasi di
PATOGENESIS
kromosom 9q22-q31. Aktivasi jalur signal
Adanya aktivasi jalur sinyal Hedgehog Hh ini pada basalioma mengakibatkan
(Hedgehog Signaling Pathway, Hh) proliferasi sel yang berlebihan yang
ditemukan pada basalioma sporadik dibuktikan dengan peningkatan ekspresi
maupun familial (Gorlin’s syndrome). Jalur platelet derived growth factor receptor α
signal Hh berperan penting dalam perkem- (PDGFR α). PDGFR α merupakan reseptor
bangan atau embriogenesis banyak spesies tirosin kinase terhadap PDGF α, suatu
vertebrata dalam pengaturan proliferasi dan protein mitogen dalam regulasi pertumbuh-
diferensiasi sel sehingga jaringan dapat an sel.
mencapai ukuran, lokasi, dan material sel Beberapa penelitian juga mendapatkan
yang cukup. Jalur sinyal ini sangat aktif adanya mutasi tumor supresor gen p53
pada tahap embriogenesis dan kemudian selain mutasi jalur sinyal Hh pada pasien
menurun saat tahap perkembangan kecuali dengan basalioma sporadik sehingga jika
pada jaringan-jaringan yang aktif terjadi mutasi DNA akibat induksi UV,
membelah seperti folikel rambut, sumsum kerusakan tersebut tidak dapat diperbaiki.
tulang dan kripta-kripta epitel usus. Mutasi onkogen ras juga ditemukan pada
Jalur sinyal Hh diawali dengan pengi- basalioma sporadik. Mutasi onkogen ini
katan ligan Hh ke protein transmembran paling sering ditemukan dalam berbagai
patched (PTCH-1) yang mengaktivasi jenis keganasan pada manusia. Mutasi
protein reseptor transmembran smoothened onkogen ras meningkatkan pertumbuhan
(SMO). Aktivasi SMO menghasilkan sel dan memicu terjadinya tumor.
transmisi sinyal ke sejumlah protein yang
saling berinteraksi dan selanjutnya meng-
aktivasi suatu kelompok faktor transkripsi GAMBARAN HISTOLOGIK
Gli (Gli 1, Gli 2, dan Gli 3) yang kemudian Karakteristik histologik umum dari
mengaktivasi beberapa gen target. basalioma ialah adanya sel-sel tumor
Dalam proses karsinogenesis basalio- basaloid dalam kelompok dengan bagian
ma, terdapat mutasi yang berakibat hilang- tepi tersusun palisading, sel-sel dengan inti
nya fungsi PTCH1 sehingga terjadi up- mitosis, badan apoptosis, stroma miksoid,
regulation jalur sinyal Hh, SMO diaktifkan dan adanya celah artefak di daerah
dan selanjutnya mengaktivasi protein Gli peritumor antara sel-sel tumor dan stroma
S24 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S21-26

sekitarnya. ditandai adanya kelompok-kelompok sel


Sel-sel tumor basaloid memiliki gam- tumor berbentuk nodul pada dermis,
baran yang mirip sel epitel basal, terlepas dari epidermis sampai pada lapisan
mengandung inti sel besar, oval atau dermis retikular. Ukuran dan bentuk nodul
memanjang dan sitoplasma relatif sedikit. bervariasi. Beberapa penulis membagi tipe
Pada beberapa kasus, sukar didapatkan ini menjadi tipe nodular dan mikronodular
gambaran sitoplasma dari sel tumor. berdasarkan ukuran diameter kelompok sel
Perbedaan antara sel tumor basaloid dan sel tumor <0,5mm. Pada tipe morfea dan
basal ialah sel tumor basaloid mempunyai infiltratif, istilah infiltratif digunakan untuk
rasio inti sitoplasma yang lebih besar menggambarkan tumor yang kurang
dibandingkan dengan sel epitel basal dan memiliki gambaran nodul solid dan
tidak menunjukkan adanya jembatan inter- didominasi oleh kelompok-kelompok sel
selular. Inti sel tumor biasanya tampak ber- yang tersusun ireguler, dalam bentuk pita-
ukuran relatif sama, tidak bervariasi, dan pita, atau sebaran sel tumor tunggal di
mengandung intensitas warna homogen. antara stroma. Distribusi sel tumor yang
Gambaran daerah kistik, lakunar atau ireguler di antara stroma ini memberikan
celah di antara kelompok sel tumor dengan gambaran seperti tumor infiltratif. Istilah
stroma di sekitarnya timbul akibat nekrosis morfeaform atau sklerosing berarti terdapat
sel-sel tumor atau penurunan adesi seluler. banyak daerah fibrosis pada stroma yang
Gambaran ini awalnya dianggap sebagai menyebabkan sel-sel tumor terjepit di
artefak akibat fiksasi namun ternyata hal ini antara stroma seperti pita-pita tipis;
didapatkan juga pada sediaan potong beku biasanya tidak didapatkan gambaran nodul
yang tidak difiksasi, dan dengan solid. Tipe fibroepiteliomatous (juga
pengecatan imunohistokimia didapatkan disebut fibroepithelioma of Pinkus) dengan
ekspresi positif dari antibodi laminin dan karakteristik adanya kelompok sel tumor
kolagen tipe IV. dalam bentuk pita yang beranastomosis
Terdapat beberapa variasi tipe histo- membentuk gambaran fenestrasi di antara
patologik basalioma yang dapat muncul proliferasi jaringan ikat fibrosa. Tipe
dalam bentuk murni ataupun kombinasi infundibulokistik biasanya berupa lesi kecil
beberapa tipe utama dan tipe tambahan. dan indolent, dengan adanya struktur
Tipe utama basalioma ialah tipe superfisial, keratosit kecil dan sel-sel epitel basaloid
nodular, morfea dan infiltratif, fibro- berkromatin halus.
epitelio-matous, dan infundibulokistik. Tipe-tipe tambahan terdiri dari:
Tipe superfisial dikarakteristik oleh basalioma adenoid, basalioma pigmented,
kelompok-kelompok sel tumor yang basalioma dengan diferensiasi skuamous
seluruhnya menempel pada epidermis atau (tipe metatipikal), clear cell basalioma,
struktur adneksa. Kelompok-kelompok sel basalioma dengan diferensiasi ekrin, dan
tumor ini terpisah satu sama lain oleh basalioma dengan pleomorfisme inti sel.
daerah epidermis normal. Tipe nodular

A B C D E

Gambar 3. Gambaran histopatologik basalioma. A, Tipe nodular. B, Tipe superfisial. C, Tipe


infiltratif. D, Tipe fibroepiteliomatous. E, Tipe infundibulokistik.
Loho, Durry; Basalioma S25

DIAGNOSIS BANDING Terapi non-bedah mencakup radio-


Umumnya, diagnosis histopatologik terapi, terapi topikal dan injeksi imuno-
basalioma pada jaringan biopsi kulit dapat modulator, serta terapi fotodinamik. Terapi
langsung ditentukan. Masalah diagnosis non-bedah biasanya digunakan untuk
sering muncul jika terdapat tumpang tindih pasien yang tidak bisa menjalani pem-
basalioma dengan jenis tumor epitel bedahan atau lokasi tumor yang sulit
basaloid lainnya, dan bila teknik pengam- dijangkau dengan pembedahan. Saat ini
bilan sampel kulit tidak memadai. Bebe- banyak dikembangkan uji klinik targetting
rapa diagnosis banding basalioma ialah therapy untuk basalioma yang mengguna-
triko-epitelioma (trikoblastoma), KSS, kan molekul Hedgehog pathway inhibitor
adenoid cystic carcinoma, dan karsinoma (HPI) karena jalur signal Hh berperan
sel Merkel. Kadang-kadang dapat terjadi penting dalam patogenesis basalioma.
kesulitan membedakan basalioma dengan
KSS bila terdapat pembentukan masa PROGNOSIS
keratin. Beberapa hal yang menjadi ciri
Basalioma umumnya tumbuh lambat.
khas pembeda basalioma dengan KSS ialah
Tipe yang bersifat indolen ialah tipe
umumnya sel tumor KSB lebih berwarna
infundibulokistik dengan efek destruksi
basofilik dibandingkan KSS (sel tumor
jaringan sekitarnya sangat terbatas setelah
KSS mengandung keratinisasi yang
beberapa tahun. Tipe-tipe yang dianggap
terwarna eosinofilik dengan pewarnaan
agresif ialah tipe infiltratif, morfeaform,
rutin Hematoksilin-Eosin).
dan mikronodular yang dapat mengakibat-
Dengan pewarnaan imunohistokimia, kan kerusakan jaringan sekitar yang hebat.
basalioma kurang menunjukkan pola Walaupun jarang terjadi, pada bebe-
keseragaman antibodi karena banyaknya rapa kasus dilaporkan adanya rekurensi
varian jenis histopatologik. Basalioma
lokal dan metastasis ke kelenjar limfe
menunjukkan reaktifitas terhadap polipep-
sekitar atau ke tempat yang jauh seperti
tida sitokeratin (CK) dan antibodi BerEpf 4 paru-paru. Rekurensi dapat terjadi pada lesi
serta tidak menunjukkan reaksi terhadap yang berukuran >2 cm, lokasi pada bagian
EMA; sebaliknya, KSS bereaksi positif sentral wajah, dan telinga, serta tipe
terhadap EMA dan tidak bereaksi dengan
histologik morfeaform.
BerEp4. Hal ini sangat bermanfaat dalam
membedakan basalioma tipe metatipikal
dari KSS tipe basaloid. DAFTAR PUSTAKA
1. Kossard S, Epstein EH , Cerio R, Yu LL,
PENANGANAN Weedon D. Basal Cell Carcinoma. In:
Umumnya penanganan basalioma LeBoit PE, Burg G, Weedon D, Sarasin
A, editors. Pathology and Genetic of
dilakukan dengan terapi lokal, dapat berupa
Skin tumours, World Health
terapi bedah dan non-bedah (derajat Organization of Tumours. Lyon: IARC
metastasis basalioma rendah). Terapi bedah press, 2006; p.13-9.
dapat berupa kuretase dan elektrodesikasi, 2. Boyd AS. Basal Cell Carcinoma. In: Barnhill
cryosurgery, eksisi bedah, dan eksisi Mohs. RL, Crowson AN, Magro CM,
Dengan kuretase dan elektrodesikasi, five Piepkorn MW editors. In:
years survival rate mencapai 95%, Dermatopathology. New York: Mc
sedangkan pada eksisi bedah dan Mohs Graw Hill Medical, 2010; p.556-90.
mencapai 99%. Eksisi Mohs dapat 3. Wood GR, Gunkel J, Steward D, Gordon
mengangkat sekaligus 100% tumor karena E, Bagheri MM, Gharia M, Snow SN.
secara bersamaan menggunakan pemeriksa- Nonmelanoma Skin Cancer. In: Abeloff
MD, Armitage JO, Niederhuber JE,
an potong beku untuk melihat apakah
Kartam MB, McKenna WG, editors.
batas-batas eksisi dan dasar eksisi tumor Abeloff’s Clinical Oncology (Fourth
masih mengandung masa tumor.
S26 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S21-26

Edition). Philadelphia: Churchill Philadelphia: Saunder Elsevier, 2009;


Livingstone Elsevier, 2008: 2831-42. p.1895-7.
4. Rubin AI, Chen EH, Ratner D. Current 11. Archontaki M, Stavrianos SD, Korkolis
concepts basal cell carcinoma. The DP, Arnogiannaki N, Vassiliadis V, et
New England Journal of Medicine. al. Giant basal cell carcinoma:
2005;353(21):2262-9. Clinicopathological analysis of 51 cases
5. Mc Kee PH, Calorje E, Granter SR. Basal and review of the literature. Anticancer
Cell Carcinoma. In: Pathology of The Research. 2009;29:2655-64.
Skin. London: Elsevier Mosby, 2005; 12. Caro I, Low J.A. The role of the
p.1167-84. Hedgehog signaling pathway in the
6. Badan Registrasi Kanker. Perhimpunan Dok- development of basal cell carcinoma
ter Spesialis Patologi Anatomi; 2009. and oppurtunities for treatment. Clin
7. Kirkham N. Tumors and cysts of the Cancer Res. 2010;16:3335-9.
epidermis. Elders DE, Elenitsas R, 13. Xie J. Activation of Hedgehog signaling in
Hohson B, Murphy GF, editors. In: human cancer: Basic mechanism and
Lever’s Histopathology of the Skin clinical implications. AACR Education
(Ninth Edition). Baltimore: Lippincott Book. American Association for Cancer
Williams & Wilkins, 2005; p.636-849. Research. 2009. Available from:
8. Rosai Y. Basal cell carcinoma. In: Rosai & http://educationbook.aacrjournals.org.
Ackerman’s Surgical Pathology Vol. 1 14. Low J.A, Sauvage FJ. Clinical experience
Edinburg: Mosby Elsevier, 2011; with Hedgehog pathway inhibitors.
p.134-7. Journal of Clinical Oncology.
9. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. 2010;28(36):5321-26.
Basal cell carcinoma. In: Robbins & 15. Prieto VG, Shea CR, Celebi JT, Busam
Cotran Pathology Basis of Diseases KJ. Adnexal tumor. In: Busam KJ,
(Eighth Edition). Philadelphia: editor. Dermatopathology. Philadelphia:
Elsevier, 2010; p.2577-81. Saunders Elseviers, 2010; p.389-97.
10. Suster S, Yuen WT, Mihm MC. Basal cell 16. Wick MR, Swanson PE, Patterson J.
carcinoma. In: Noel W, Cote RJ, Suster Immunohistology of skin tumors.
S, Weiss LM, editors, Modern Surgical Philadelphia: Saunders Elseviers, 2010;
Pathology (Second Edition) Vol. 2. p.46.

Anda mungkin juga menyukai