Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prestasi belajar adalah prestasi yang dicapai oleh seorang siswa dalam
jangka waktu tertentu. Menurut Syah (2010) dikutip dalam Minatun (2011),
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi terbagi menjadi tiga yaitu faktor
internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal terdiri dari
aspek fisiologis (status gizi, kesehatan, dan kebiasaan sarapan pagi) dan aspek
psikologis (intelegensia, sikap, bakat, minat, dan motivasi). Faktor eksternal
terdiri dari lingkungan sosial (pendidikan ayah, pendidikan ibu, keadaan ekonomi
orang tua, guru, teman-teman sepermainan, dan masyarakat) dan lingkungan non-
sosial (lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal). Status gizi seseorang
merupakan faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap prestasi
seseorang. Asupan gizi yang baik berperan penting dalam mencapai pertumbuhan
badan yang optimal, pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula
pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang (Minatun,
2011).
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat gizi. Di bedakan antara status gizi buruk, gizi kurang dan gizi
lebih (Hasdianah dkk, 2014).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara
nasional status gizi pada anak usia 6 sampai 12 tahun terdiri dari 4,6% sangat
kurus, 7,6% kurus, 78,6% normal dan 19,2% gemuk. Sedangkan prevalensi status
gizi anak usia 6 sampai 12 tahun di Jawa tengah terdiri dari 5,3% sangat kurus,
8% kurus, 75,8% normal dan 10,9% gemuk (Syatyawati, 2013).
Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Masalah
gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi masyarakat disertai dengan
2

kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Syatyawati,


2013).
Dari data Riskesdas terdapat terdapat 17 Provinsi di Indonesia yang
mengalami permasalahan gizi pada anak. Adapun permasalahan tertinggi
mengenai masalah gizi pada anak terdapat didaerah Kalimantan Barat, sedangkan
di Provinsi Riau berada di urutan ke empat dari 17 Provinsi yang mengalami
masalah gizi pada anak (Muchlis dkk, 2015).
Berdasarkan laporan Riskesdas Riau tahun 2013, prevalensi status gizi
anak 5-12 tahun IMT/U menunjukkan bahwa anak kurus (sangat kurus dan kurus)
sebesar 13,7%. Prevalensi anak kurus tertinggi ditemukan di Kabupaten Indragiri
Hilir yaitu sebesar 21,3% dan terendah di kota Pekanbaru sebesar 9,3%.
Prevalensi anak umur 5-12 tahun gemuk di Provinsi Riau ditemukan sebesar
10,6% dan prevalensi tertinggi adalah di Pelalawan yaitu 14,8%. Prevalensi
obesitas ditemukan sebesar 7,2%, tertinggi ditemukan di Kabupaten Rokan Hulu
yaitu 12,3%.Di Rokan Hilir sendiri status gizi anak usia 5-12 tahun IMT/U
menunjukkan anak sangat kurus sebesar 5,5%, kurus 8,3%, normal 76,5%,
gemuk 6,0%, dan obesitas 3,8% (Riskesdas, 2013).
Rendahnya status gizi berdampak pada kualitas sumber daya manusia
(Sa’adah dkk, 2014). Menurut Maryani (2008) dikutip dalam Syatyawati (2013),
anak sebagai aset Sumber Daya Manusia (SDM) dan generasi penerus perlu
diperhatikan kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu
faktor terpenting dalam pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia. Banyak
aspek yang berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial,
budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Syatyawati, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui bagaimana
Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SD Negeri 008 Sungai
Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SD Negeri
008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2017 .
3

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SD Negeri 008 Sungai Segajah
Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status gizi siswa SD Negeri 008 Sungai Segajah
Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017.
b. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa SD Negeri 008 Sungai Segajah
Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
a. Bagi Sekolah
Untuk mengetahui status gizi siswa SD Negeri 008 Sungai Segajah
Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017.
b. Bagi Siswa
Memberikan informasi kepada siswa tentang hubungan status gizi
terhadap prestasi belajar.
c. Bagi Puskesmas / Dinas Kesehatan Setempat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan
masukan bagi Puskesmas / Dinas Kesehatan setempat untuk memberikan
penyuluhan terkait status gizi anak usia sekolah.
d. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pemahaman serta pengalaman dalam
merealisasikan teori yang telah didapat dengan keadaan yang terjadi di
masyarakat.
e. Bagi mahasiswa
Dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan tentang hubungan
status gizi dengan prestasi belajar siswa.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi


2.1.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami
kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat yang harus
didatangkan dari makanan (Almatsier, 2010).
Status gizi tiap individu sangat dipengaruhi oleh asupan dan penggunaan
zat gizi oleh tubuhnya. Adanya ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan
zat gizi dapat menyebabkan suatu kondisi yang disebut sebagai malnutrisi
(Tarigan dkk, 2014).
Gizi seimbang untuk anak sekolah harus memenuhi zat gizi makro dengan
karbohidrat45-46% total energi, protein 10-25% dengan perbandingan protein
hewani dan nabati = 2:1, dan lemak 25-40%. Selain itu juga harus memenuhi
kebutuhan gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Perilaku gizi yang salah pada
anak sekolah perlu mendapat perhatian. Misalnya, tidak sarapan pagi, jajanan
yang tidak sehat disekolah, kurang mengkonsumsi sayur dan buah, terlalu banyak
mengkonsumsi jenis makanan fast food dan junk food, terlalu banyak
mengkonsumsi zat makanan tambahan seperti bahan pengawet, pewarna, dan
penambah cita rasa. Untuk menyikapi hal ini, diperlukan pengetahuan gizi
terutama bagi ibu dan anak agar didapatkan kualitas hidup yang lebih baik dengan
prestasi yang diharapkan (Devi, 2012).

2.1.2 Pembagian Status Gizi


a. Status Gizi Normal
Gizi normal adalah keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan
antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh (adequate).
5

b. Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan
secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
Empat bentuk malnutrisi:
a. Under nutrion : kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut
untuk periode tertentu.
b. Specifik deficiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan
iodium, Fe dll.
c. Over nutrion : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
d. Imbalance : keadaan disproporsi zat gizi, misalnya tinggi kolesterol karena
tidak imbangnya kadar LDL, HDL dan VLDL (Hasdianah dkk, 2014).

2.1.3 Pengukuran Status Gizi


Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara,
salah satunya adalah dengan pengukuran antropometri. Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, yaitu:
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
apabila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
b. Berat Badan
Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan
beam-balance yang diletakkan pada permukaan datar dan keras serta di kalibrasi
secara teratur. Apabila akan dilakukan pemantauan terhadap perubahan berat
badan, maka sebaiknya penimbangan dilakukan pada waktu yang sama setiap
harinya karena makanan, minuman, kondisi kandung kemih, bahkan gerakan usus
dapat mempengaruhi hasil pembacaan.
Setelah dilakukan pengukuran berat badan, perlu dinilai apakah individu
tersebut termasuk dalam batas berat badan normal atau apakah terlalu
6

kurus/gemuk. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan perbandingan antara


berat badan dengan tinggi badan (Tarigan dkk, 2014).
c. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan untuk anak-anak dan dewasa harus berdiri pada
lantai yang datar serta dinding yang rata. Subjek harus berdiri tegak dengan
bagian belakang kepala, bahu, dan bokong menyentuh dinding, tumit datar dan
dirapatkan, bahu rileks, lengan disamping tubuh. Kepala dalam posisi tegak dan
pandangan lurus kedepan serta batas mata sebelah bawah dalam posisi sejajar
dengan meatus akustikus eksterna. Pembacaan hasil sebaiknya dilakukan oleh dua
orang untuk memperoleh hasil yang akurat. Terdapat variasi pada tinggi badan
seseorang dimana pada pagi hari biasanya lebih tinggi 1-2 cm sedangkan pada
siang hari diskus intervertebra mengalami kompresi (Tarigan dkk, 2014).

Berdasarkan baku rujukan antropometri menurut centers for disease


control (CDC) tahun 2000 untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan z-
score sebagai batas ambang. Penilaian gizi anak-anak di negara yang populasinya
relatif baik (well nourished) lebih baik mnggunakan persentile, sedangkan untuk
gizi anak-anak di negara yang populasi relatif kurang (under nourished) lebih baik
menggunakan skor simpangan baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku
rujukan (Sari, 2010).

Klasifikasi status gizi berdasarkan CDC 2000 :


a. >120% = obesitas.
b. 110-120% = overweight.
c. 90-110% = normal.
d. 80-90% = mild malnutrition.
e. 70-80% = moderate malnutrition.
f. <70% = severe malnutrition.
7

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Masalah Gizi


Masalah sosial:
1. Keadaan pendidikan.
2. Pengangguran.
3. Kesempatan kerja.
4. Kriminalitas.
5. Kenakalan remaja.
6. Perceraian.
Bukan masalah kesehatan dan kesehatan:
1. Kematian.
2. Penyakit.
3. Usia harapan hidup.
4. status gizi.
Masalah bukan perilaku dan masalah perilaku:
1. Penggunaan fasilitas dan kesehatan.
2. Tindakan pencegahan.
3. Pola makan (Supariasa, 2013).

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang,


kelompok orang, atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan
antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh
interaksi penyakit (infeksi).
Ketidak seimbangan ini akan mengakibatkan:
1. Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit (imunitas).
2. Gangguan pertumbuhan fisik.
3. Gangguan perkembangan dan kecerdasan otak.
4. Rendahnya produktivitas.
5. Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya.

Anak sekolah saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu di satu sisi
gizi kurang yang berakibat pada tidak optimalnya pertumbuhan fisik dan
8

kecerdasan. Namun di sisi lain menghadapi menghadapi gizi lebih yang


mengancam kesehatan anak nantinya sehingga timbulnya penyakit degeneratif,
yaitu obesitas, hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan lain-lain (Devi, 2012).

2.1.5 Zat-zat Gizi


Agar nutrisi cukup, seseorang harus mendapat beberapa zat gizi penting.
Zat-zat gizi ini harus ada agar pertumbuhan dan fungsi tubuh berjalan dengan
baik. Namun, tubuh tidak dapat menghasilkan zat-zat tersebut sendiri dalam
jumlah cukup sehingga harus didapat dari makanan. Selain itu, sistem pencernaan
harus berfungsi baik agar zat-zat gizi tersebut dapat dimanfaatkan tubuh (Nugroho
dkk, 2011). Zat gizi dibagi menjadi zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak),
zat gizi mikro (vitamin, mineral) dan air (Devi, 2012).

A. Zat Gizi Makro


1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen,
dan oksigen yang disimpan dalam otot dan hati, serta dapat diubah dengan cepat
ketika tubuh memerlukan energi.
Karbohidrat dikelompokkan menurut jumlah unit gula, atau sakarida, yang
membentuk strukturnya:
a. Karbohidrat sederhana adalah gula dengan struktur sederhana yang terdiri
dari satu (monosakarida) dan dua (disakarida) unit gula.
b. Karbohidrat kompleks, atau tepung, yang terdiri dari banyak unit gula
(polisakarida).
Fungsi karbohidrat:
a. Energi
Fungsi utama karbohidrat adalah untuk memenuhi kebutuhan khusus
tubuh akan energi. Setiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal)
energi. Glukosa menjadi sumber bahan bakar utama dalam tubuh karena lebih
efisien dan lebih sempurna daripada protein dan lemak. Di dalam sel, molekul
glukosa dipecah sebagian untuk menghasilkan energi dalam bentuk adenosin
9

trifosfat (ATP). Agar berfungsi baik, tubuh harus senantiasa mendapat pasokan
glukosa yang dapat digunakan oleh semua sel.
Karbohidrat juga menjadi sumber energi utama untuk sistem saraf pusat,
terutama otak. Karena tidak bisa menyimpan karbohidrat, otak harus senantiasa
mendapat karbohidrat agar dapat berfungsi dengan baik.
Asupan karbohidrat yang cukup juga penting bagi fungsi protein. Untuk
memenuhi kebutuhan energi yang tinggi dalam tubuh, protein dalam makanan
diubah menjadi glukosa jika pasokan karbohidrat tidak mencukupi. Jika pasokan
protein sangat rendah, tubuh mulai memecah protein dari jaringannya sendiri. Hal
ini menyebabkan dihasilkannya energi bersamaan dengan berkurangnya
kebutuhan energi pada waktu yang sama. Asupan karbohidrat yang adekuat
terutama penting ketika kebutuhan akan protein dalam tubuh tinggi.
Tubuh juga memecah lemak yang tersimpan untuk memenuhi kebutuhan
bahan bakar bila kadar karbohidrat rendah.
b. Senyawa Lain
Setelah kebutuhan energi terpenuhi, kelebihan glukosa yang ada dapat
diubah menjadi glikogen, yang dapat digunakan untuk menghasikan asam amino
nonesensial dan senyawa lain atau diubah menjadi lemak yang disimpan.
Fungsi lain dari karbohidrat antara lain:
1. Menghambat protein selama produksi energi.
2. Membantu pembakaran lemak agar lebih efesien dan lebih sempurna.
3. Menjadi sumber energi cepat (glukosa).
4. Membantu fungsi normal usus (serat).
5. Sebagai laktasif dan membantu absorpsi kalsium (laktosa).
Sumber karbohidrat:
a. Kelompok Padi-padian
Padi-padian meliputi roti, sereal, dan pasta. Semuanya mengandung
karbohidrat kompleks dan beberapa protein. Beberapa padi-padian tertentu juga
mengandung lemak. Serat hanya sedikit terkandung dalam produk olahan, sedang
dalam padi-padian menjadi dasar menu makanan sehat.
10

b. Kelompok Sayur-sayuran
Sebagian besar karbohidrat dalam kelompok sayuran terkandung dalam
sayuran yang mengandung zat tepung, seperti kacang polong, jagung, kentang,
dan kacang-kacangan.
c. Kelompok Buah-buahan
Kelompok buah-buahan terdiri dari berbagai makanan yang sebagian besar
mengandung gula. Buah yang dikeringkan memiliki kandungan gula yang lebih
tinggi dari pada buah segar karena airnya telah dihilangkan sehingga
meningkatkan konsentrasi gula. Selain itu, asupan serat akan meningkat jika
memakan buah secara utuh ketimbang meminum jus buah.
d. Kelompok Susu
Kelompok susu, yogurt, dan keju (atau produkolahan susu) mengandung
gula laktosa. Beberapa produk olahan susu, seperti susu coklat, yogurt stroberi,
dan es krim, telah diberi perasa atau ditambah gula sehingga jumlah karbohidrat
setiap penyajiannya menjadi lebih tinggi. Namun, keju merupkan pilihan dari
produk olahan susu yang rendah laktosa dan dengan demikian rendah karbohidrat.
e. Kelompok Daging dan Kacang-kacangan
Makanan dari kelompok daging dan kacang-kacangan sebagian besar
mengandung protein. Akan tetapi, kacang kering yang merupakan sumber protein
dari tumbuhan, juga tinggi akan karbohidrat, seperti zat tepung dan serat
(Nugroho dkk, 2011).

2. Protein
Protein dibentuk dari unit-unit pembentuknya yang disebut asam amino.
Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan, membentuk
senyawa-senyawa esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, mempertahankan
kenetralan (asam-basa) tubuh, membentuk antibodi, dan mentransfor zat gizi
(Hasdianah dkk, 2014).
Klasifikasi protein makanan
Protein makanan dikelompokkan menjadi lengkap dan tak lengkap.
Pengelompokan ini didasarkan pada komposisi asam aminonya.
11

a. Protein Lengkap
Protein lengkap adalah makanan yang mengandung asam amino esensial
dalam proporsi yang tepat. Protein ini harus mengandung setiap asam amino
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Daging, susu, keju,
dan telur dipandang sebagai protein lengkap. Kedelai adalah satu-satunya sumber
dari tumbuhan yang dipandang sebagai protein lengkap.
b. Protein Tak-Lengkap
Jika suatu sumber makanan kekurangan atau hanya memiliki asam amino
esensial atau lebih dalam jumlah terbatas, sumber makanan tersebut dianggap
sebagai protein tak-lengkap. Kecuali kacang kedelai, semua protein nabati
termasuk protein tak-lengkap. Dua protein tak-lengkap yang berbeda dapat
digabung untuk membentuk protein lengkap.
Contoh makanan yang terdiri dari protein komplementer adalah:
1. Kacang hitam dan nasi.
2. Tauco dan kacang.
3. Sup kacang polong dengan roti panggang.
4. Roti lapis selai kacang.
5. Sereal dan susu.
Sumber protein
Protein dapat ditemukan baik dalam sumber nabati maupun hewani.
Dalam setiap kelompok makanan, kuantitas dan kualitas protein berbeda beda
menurut bahannya, kelompok daging dan kacang-kacangan (ayam, kacang kering,
steak, selai kacang) dan kelopok susu (keju lembut, yogurt, keju keras) memiliki
kandungan protein yang paling tinggi. Kelompok padi-padian (bubur gandum,
biskuit cracker, dan roti dari padi-padian utuh, serta kelompok sayuran (berwarna
hijau tua dan kuning tua) mengandung lebih sedikit protein, sedangkan kelompok
buah-buahan hanya sedikit mengandung protein (Nugroho dkk, 2011).

3. Lemak
Lemak (lipid) adalah senyawa organik yang larut dalam alkohol dan dalam
larutan organik lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Lemak mengandung karbon,
12

hidrogen, dan oksigen. Tubuh banyak mendapat lemak dari makanan yang
dikonsumsi, tetapi tubuh juga membentuk beberapa lemak (Nugroho dkk, 2011).
Lemak dapat di bagi kedalam dua kelas :
1. Lemak yang terdapat dalam pangan tubuh.
2. Lemak struktural yang kompleks yang dihasilkan dalam tubuh untuk
membentuk membran.
Golongan lemak
a. Berdasakan Bentuk
1. Lemak padat.
Mentega dan lemak hewan.
2. Lemak cair atau minyak.
Minyak sawit dan minyak kelapa.
b. Berdasarkan penampakan
1. Lemak kentara.
Mentega dan lemak pada daging sapi.
2. Lemak tak kentara.
Lemak pada telur, lemak pada avokat, dan lemak susu (Hasdianah dkk, 2014).
Fungsi lemak:
Ada enam fungsi lemak didalam tubuh:
1. Menghasilkan energi bagi tubuh.
2. Memudahkan penyerapan vitamin larut-lemak.
3. Memasok asam lemak esensial.
4. Menyokong dan melindungi organ dalam.
5. Membantu pengaturan suhu.
6. Melumasi jaringan tubuh.
Sumber lemak
Lemak dalam makanan bervariasi jenis dan jumlahnya. Sumber makanan
hewani mengandung sekitar 57% dari total asupan lemak, sisanya didapat dari
sumber makanan nabati.
13

a. Kelompok Padi-padian
Padi-padian secara alami mengandung sangat sedikit lemak. Namun
demikian, makanan olahan yang termasuk dalam kelompok makanan ini, seperti
sereal granola, donat, kue, kue kering, dan pai, banyak mengandung lemak
tambahan.
b. Kelompok Sayuran dan Buah
Selain avokat, kelapa, dan zaitun, buah-buahan tidak banyak mengandung
lemak. Sayuran mentah hanya mengandung sedikit lemak atau tidak sama sekali.
Sayuran yang digoreng, diberi krem susu, disajikan dengan keju, atau dicampur
dengan mayones jelas mengandung lebih banyak lemak.
c. Kelompok Susu
Produk-produk yang termasuk dalam kelompok susu terbagi menjadi
bebas-lemak, rendah-lemak, dan lemak-utuh.
d. Kelompok Daging dan Kacang
Bahan nabati dalam kelompok ini (kacang dan polong) bebas-kolesterol
dan sedikit atau tidak mengandung lemak jenuh. Umumnya, daging yang tidak
dibersihkan lebih tinggi kandungan lemaknya, dan daging yang berwarna putih
lebih rendah-lemak dari pada daging berwarna gelap (contohnya daging ayam).
Kerang-kerangan, seperti kepiting lobster, dan udang, kaya akan kolesterol, tetapi
rendah-lemak jenuh (Nugroho dkk, 2011).

B. Zat Gizi Mikro


1. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang tersusun dari karbon, hidrogen,
oksigen, dan terkadang nitrogen atau elemen lain yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil agar metabolisme, pertumbuhan, dan perkembangan berjalan normal
(Nugroho dkk, 2011).
Dua golongan vitamin:
a. Vitamin Larut Lemak
Vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E,dan K.
14

b. Vitamin Larut Air


Vitamin yang larut air adalah thiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, asam
pantothenat, asam folat, biotin, vitamin B12, cholin, inositol, dan vitamin C.
Fungsi umum vitamin
a. Sebagai bagian dari enzim atau koenzim.
b. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan.
c. Membantu proses pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru.
d. Membantu pembuatan senyawa dalam tubuh.
Senyawa yang berhubungan dengan vitamin
a. Antivitamin yang kerjanya dapat merusak struktur vitamin.
b. Antagonis yang kerjanya dapat berkompetisi dengan vitamin (Hasdianah dkk,
2014).
Sumber vitamin
Vitamin dapat dijumpai di semua kelompok makanan utama:
a. Roti, sereal, nasi, dan pasta dapat diperkaya dengan niasin, riboflavin, dan
tiamin, serta diperkaya dengan asam folat. Bahan dari padi-padian utuh juga
mengandung vitamin E.
b. Jus buah dan sayuran, khususnya jus jeruk dan jeruk bali, tinggi akan vitamin
C dan beta-karoten, serta merupakan sumber folat yang penting. Beberapa jus juga
diperkaya dengan kalsium. Disaran kan untuk memilih jus murni yang
mengandung 100% jus buah.
c. Sayuran merupakan sumber beta karoten, vitamin C, asam folat, dan vitamin
K yang baik. Karena proses memasak dan merendamdapat merusak vitamin,
dianjurkan untuk mengolah sayuran secara minimal.
d. Susu, yogurt, dan keju dapat mengandung riboflavin, beberapa vitamin B,
vitamin A, dan vitamin D.
e. Daging juga mengandung niasin, riboflavin, dan vitamin B6, serta B12,daging
babi juga kaya akan tiamin. Kacang yang dikeringkan mengandung folat, kacang
dan benih memasok vitamin E, dan telur merupakan sumber vitamin A yang baik.
f. Minyak sayuran memasok vitamin E. Margarin mengandung vitamin A, D,
dan E (Nugroho dkk, 2011).
15

2. Mineral
Mineral adalah substansi inorganik sederhana yang tersebar luas dialam.
Mineral berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatan. Mineral mewakili 4% dari berat tubuh dan di temukan di semua cairan
dan jaringan tubuh (Nugroho dkk, 2011).
Mineral esensial diklasifikasikan kedalam mineral makro dan mikro.
a. Mineral makro
Kalsium, fosfor, kalium, sulfur, natrium, khlor, dan magnesium.
b. Mineral mikro
Besi, seng, selenium, mangan, tembaga, iodium, molybdenum, cobalt,
chromium, silikon, vanadium, nikel, arsen, dan flour.
Fungsi umum mineral
a. Mempertahankan keseimbangan asam-basa.
b. Sebagai katalis bagi reaksi-reaksi biologis.
c. Sebagai komponen esensial senyawa tubuh.
d. Mempertahankan keseimbangan air tubuh.
e. Menstransmisi inpuls syaraf.
f. Mengatur kontraksi otot.
g. Untuk pertumbuhan jaringan tubuh (Hasdianah dkk, 2014).
Sumber mineral
Mineral terkandung dalam semua kelompok makanan utama:
a. Roti dan sereal dari padi-padian utuh dan yang diperkaya memberikan
magnesium, besi, kromium, dan mangan. Kulit padi mngandung kalium.
b. Sayuran mengandung besi, kalium, dan magnesium. Sayuran berdaun hijau
mengandung kalsium.
c. Buah-buahan bukanlah sumber mineral yang baik, kecuali untuk kalium yang
ditemukan pada pisang dan jeruk.
d. Susu, yogurt, dan keju dapat mengandung fosfor dan kalium. Bahan-bahan
tersebut juga merupakan sumber kalsium yang paling kaya.
e. Protein hewani mengandung kalium, fosfor, sulfur, seng, dan besi. Polong
dan kacang yang dikeringkan mengandung besi, kalium, dan kalsium.
16

f. Lemak, minyak, dan gula hampir tidak mengandung mineral (Nugroho dkk,
2011).

C. Air
Air merupakan komponen kimia dalam tubuh. Ada 3 komponen air tubuh,
yaitu air intraseluler pada membran sel, air intravaskular, dan air intraseluler atau
ekstravaskular pada dinding kapiler. Dua komponen air yang terakhir disebut juga
cairan ekstraseluler (Hasdianah dkk, 2014).
Kebutuhan akan air yang tiada henti menjadi salah satu kebutuhan nutrisi
kita yang paling dasar. Tanpa air, seseorang tidak dapat bertahan hidup lebih lama
dari seminggu. Air mengandung 50% sampai 80%total berat badan seseorang. Air
dalam tubuh mengandung solut, atau zat terlarut, yang penting untuk fungsi
fisiologik. Solut mengandung elektrolit, glukosa, asam amino, dan nutrien lain
(Nugroho dkk, 2011).
Fungsi air bagi tubuh
1. Pelarut zat gizi.
2. Fasilitator pertumbuhan.
3. Sebagai katalis reaksi biologis.
4. Sebagai pelumas.
5. Sebagai pengatur suhu tubuh.
6. Sebagai sumber mineral bagi tubuh.
Sumber air bagi tubuh
1. Air yang berasal dari minuman.
2. Air yang terdapat dalam makanan yang kita.
3. Air yang berasal dari hasil metabolisme didalam tubuh.
Keseimbangan air tubuh dapat dicapai melalui dua cara:
1. Mengontrol asupan cairan dengan adanya rasa haus.
2. Mengontrol kehilangan cairan melalui ginjal (Hasdianah dkk, 2014).
17

2.2 Prestasi Belajar


2.2.1 Definisi Prestasi Belajar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar merupakan salah satu indikator yang penting didalam
menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Prestasi belajar dapat
digunakan untuk menyusun dan menetapkan suatu keputusan atau langkah-
langkah kebijaksanaan baik menyangkut siswa, pendidikan, maupun intitusi yang
mengelola program pendidikan (Atmoko, 2013).
Menurut Syah (2010) dikutip dari Sa’adah (2014) menyatakan bahwa
prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, yang dinyatakan
dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif (kemampuan
berpikir dan analisis), prestasi afektif (sikap) dan prestasi psikomotor (tingkah
laku). Namun dari tiga aspek tersebut aspek kognitiflah yang menjadi tujuan
utama dalam suatu sistem pendidikan tanpa mengesampingkan aspek yang lain
(Sa’adah, 2014).

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat diklasifikasikan
berdasarkan berbagai sudut pandang, dari subjek yang belajar, proses belajar, dan
dapat pula dari situasi belajar. Secara umum faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar terbagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Intenal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri subjek
(siswa), yang terdiri dari:
a. Faktor fisiologis, yaitu keadaan jasmani baik yang bersifat bawaan maupun
yang bukan bersifat bawaan.
b. Faktor psikologis, yaitu keadaan rohani atau psikis yang meliputi faktor-
faktor intelektualitas seperti minat, motivasi, dan sikap.
c. Faktor kematangan, yaitu kematangan jasmani maupun rohani.
18

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah semua faktor yang ada di luar subjek (siswa),
yang terdiri dari :
a. Faktor sosial, meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
b. Faktor ekonomi, meliputi penghasilan atau pendapatan yang diterima untuk
menunjang kebutuhan sehari-hari(Santoso, 2010).

2.2.3 Pengukuran Prestasi Belajar


Dibawah ini adalah cara pengukuran prestasi belajar menurut penelitian
sebelumnya yang dikutip dari Asril (2011) :
1. Lalendo dan Gardner (2003), mengukur prestasi belajar dengan tingkat
pengukuran yaitu dua kali ujian tertulis seperti biasa dan dengan kuis.
2. Nasser (2004), dengan mengukur prestasi belajar menggunakan tiga
komponen, yaitu skor pada kuis, skor UTS, dan ujian akhir (UAS).
3. Galli, Ciancaleoni, Chiese, Primi (2007), menggunakan pengukuran yang
agak berbeda yaitu dengan tes tertulis didalamnya ada tiga pertanyaan pecahan
masalah beserta enam pertanyaan terbuka dan tertutup, dan juga menggunakan
verbal tes. Kedua-duanya dijadikan nilai akhir prestasi belajar.
Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa meskipun instrumen pengukuran
prestasi belajar berbeda-beda, tidak ada satupun pendekatan tunggal yang
digunakan untukalat ukur prestasi belajar, namun secara skala pengukuran, bahwa
alat ukur tersebut sama yaitu menggunakan skala kontinum. Sehingga tidak perlu
lagi menyusun secara baku alat ukur prestasi belajar sebab tentu alat ukur tersebut
dibuat sesuai dengan nilai hasil raport yang diberikan (Asril, 2011).

2.3 Hubungan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar


Status gizi yang baik akan menghasilkan derajat kesehatan yang baik dan
tingkat kecerdasan yang baik pula. Sebaliknya, status gizi yang buruk akan
menghasilkan derajat kesehatan yang buruk, mudah terserang penyakit, dan
tingkat kecerdasan yang kurang sehingga prestasi anak disekolah juga kurang
(Devi, 2012). Menurut Anindya (2009) dalam Minatun (2011) menyatakan bahwa
19

anak yang kurang gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat
mengganggu proses belajar disekolah dan menurunkan prestasi belajarnya, daya
pikir anak juga akan berkurang, karena pertumbuhan otaknya tidak optimal
(Minatun, 2011).
Selain itu, sarapan pagi juga penting bagi anak sekolah. Menurut
Khomsan, anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung
sehingga kadar gula akan menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi
utama bagi otak. Dalam keadaan demikian anak akan sulit untuk dapat menerima
pelajaran dengan baik, gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun
(Minatun, 2011).
Keadaan gizi juga akan mempengaruhi keadaan anak dalam mengikuti
pelajaran disekolah dan akan mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian kaitan
indeks prestasi dengan status gizi anak : studi kasus anak di Kabupaten Nabire
oleh Wilma (2006) menemukan bahwa semakin rendah status gizi siswa semakin
rendah pula nilai prestasi mereka. Penelitian Huwae (2005) menyatakan dari 43
sampel anak sekolah yang diteliti di Kabupaten Nabire terdapat 36% menderita
gizi kurang dan 1,3% mengalami gizi buruk. Penelitian inimenyatakan terdapat
hubungan yang erat antara status gizi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar
yaitu semakin tinggi status gizi siswa maka akan semakin tinggi pula prestasi
belajar mereka ( Isdaryanti, 2007).
20

2.4 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep
dalam bentuk kerangka yang mengacu pada masalah yang akan diteliti atau
berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram. Masalah yang
ingin diteliti dalam penelitian ini adalah Hubungan Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan
Hilir Tahun 2017.

Status Gizi Prestasi Belajar

- Berat badan - Nilai Raport


- Tinggi Badan

Variabel Independen Variabel Dependen


21

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian analitik dengan
menggunakan metode cross sectional, yaitu pengumpulan data baik untuk
variabel sebab maupun variabel akibat dilakukan dalam waktu bersamaan atau
sekaligus. Dilakukan pengukuran langsung terhadap status gizi dan tingkat
kecerdasan responden untuk mendiskripsikan bagaimana Hubungan Status Gizi
dengan Prestasi Belajar Siswa SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu
Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2017.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017.
3.2.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 008 Sungai Segajah
Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV,V,VI SD Negeri 008 Sungai
Segajah tahun 2017 yang berjumlah 69 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua siswa kelas IV, V, VI SD Negeri 008
Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.
22

Kelas Jumlah siswa Persentase


4 16 23,2%
5 35 50,7%
6 18 26,1%
Jumlah 69 100%

3.4 Kreteria Inklusi dan Kreteria Ekslusi


Kreteria inklusi :
- Siswa kelas IV,V,VI SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu
Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017.
Kreteria Ekslusi :
- Siswa kelas IV,V,VI SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu
Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017 yang terpilih sebagai sampel tetapi
tidak bersedia mengikuti penelitian.
- Siswa kelas IV,V,VI SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu
Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017 yang terpilih sebagai sampel tetapi
tidak hadir pada saat penelitian.
- Siswa kelas IV,V,VI SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu
Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017 yang terpilih sebagai sampel tetapi
mengalami sakit.

3.5 Variabel Penelitian


3.5.1 Variabel Bebas
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang dimanipulasi oleh
peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada dependen variabel ( variabel
terikat). Dalam penelitian ini variabel bebas adalah status gizi.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel dependen (terikat) adalah variabel respon atau output yang akan
muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu vaariabel independen. Dalam
penelitian ini variabel terikat adalah prestasi belajar.
23

3.6 Definisi Operasional


N Definisi Cara Alat Skala
Variabel Hasil ukur
o Operasional ukur ukur ukur
1 Status Keadaan tubuh Diukur CDC Skala - Obesitas
Gizi sebagai akibat secara 2000 Ordin - Overweight
konsumsi antropimet al - Normal
makanan dan ri BB/TB -
penggunaan zat MildMalnutriti
gizi. on
- Moderae
malnutrition
- Severe
malnutrition
2 Prestasi Penilaian hasil melihat Buku Skala -diatas rata-
belajar usaha kegiatan hasil Raport Nomi rata (>kkm)
belajar yang belajar nal - dibawah rata-
dinyatakan melalui rata (<kkm)
dalam bentuk buku
symbol, angka, Raport dan
huruf, maupun dibanding
kalimatyang kan
dapat dengankre
mencerminkan teria
hasil yang sudah ketuntasan
dicapai oleh minimal,
setiap anak. diambil
dalam 2
semester

3.7 Instrumen Penelitian


24

a. Grafik CDC 2000.


b. Alat timbangan berat badan injak.
c. Microtoise.
d. Buku Raport.

3.8 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang menunjang dan melengkapi penelitian ini
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Data primer
Data primer diperoleh dengan menimbang berat badan dengan
menggunakan timbangan injak dan pengukuran tinggi badan dengan
menggunakan microtoise.
b. Data skunder
Data skunder diperoleh dari bagian administrasi SD Negeri 008 Sungai
Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017 berupa data jumlah
siswa dan nilai raport siswa.

3.9 Teknik Pengukuran


1. Tinggi Badan
Microtoise digantungkan pada dinding tegak lurus pada ketinggian 2
meter. Pada waktu mengukur tinggi badan, punggung, tumit, bokong, dan
belakang kepala menempel pada tembok, posisi kepala tegak dan pandangan mata
lurus kedepan. Meteran microtoise diturunkan hingga mengenai kepala anak.
Hasil pengukuran dibaca pada skala, dengan ketelitian 0,1 cm.
2. Berat Badan
Alat timbangan diperiksa dan dipastikan berada di skala 0,0 kg. Hasil
pengukuran dibaca pada skala 0,5.
3. Grafik CDC 2000.
a. Grafik CDC 2000 untuk usia 2-20 tahun yang telah disesuaikan dengan jenis
kelamin.
b. baca skala berat badan seharusnya.
25

berat badan sekarang


c. menentukan persentil dengan rumus x100%.
berat badan seharusnya

3.10 Pengolahan dan Analisa Data


3.10.1 Data Diolah Secara Manual
1. Editing (Penyuntingan Data)
Memeriksa kembali data-data yang belum lengkap.
2. Coding (Membuat Lembaran Kode)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual.
3. Data Entry (Memasukkan Data)
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan
jawaban masing-masing pertanyaan.
4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
6. saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis.
3.10.2 Analisa Data
1. Analisa Univariat : Yaitu analisa dilakukan dimana status gizi dengan tingkat
kecerdasan yang ditampilkan dalam tabel distribusi proporsi dan setelah itu dibuat
dalam kalimat narasi yang relevan sehingga dapat diambil kesimpulan.
2. Analisa Bivariat : Analisa Bivariat digunakan untuk mencari hubungan
diantara dua variabel dalam penelitian ini digunakan uji korelasi dengan
menggunakan SPSS 23 dengan dilakukan uji korelasi spearman.
1. Jika nilai p value ≤ nilai (0,05), keputusan nya adalah Ho ditolak, artinya
ada hubungan yang signifikan antara kelompok data satu dengan yang
lain
26

2. Jika p value > nilai (0,05), keputusannya adalah Ho gagal ditolak, artinya
tidak ada hubungan antara kelompok data satu dengan yang lainnya.
27

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir
yang terletak di Jalan Parit Yunus, Terakriditasi A dan memiliki lingkungan
sekolah yang mendukung (jauh dari kebisingan).

4.2 Hasil Penelitian


Hasil analisis dilakukan untuk menganalisa variabel-variabel karakteristik
individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi.
Setelah dilakukan penelitian, pengolahan dan analisa data mengenai hubungan
status gizi terhadap prestasi belajar dengan menghitung nilai CDC 2000
responden dan prestasi belajar responden menggunakan nilai raport responden di
SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun
2017 maka hasil penelitian didapat sebagai berikut.
4.2.1 Hasil Analisa Univariat
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Umur Responden
Frekuensi
Kelompok Usia Persentase
(Orang)
9 5 7,2%
10 19 27,5%
11 27 39,1%
12 16 23,2%
13 2 2,9%
Total 69 100%

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui dari 69 sampel responden di SD Negeri


008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017 terdapat
responden dengan kelompok usia 9 tahun sebanyak 5 responden (7,2%),
kelompok usia 10 tahun sebanyak 19 responden (27,5%), kelompok usia 11 tahun
28

sebanyak 27 responden (39,1%), kelompok usia 12 tahun sebanyak 16 responden


(23,2%), dan kelompok usia 13 tahun sebanyak 2 responden (2,9%).

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Jenis Kelamin Responden


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 37 53,6%
Perempuan 32 46,6%
Total 69 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 69 responden terdapat


responden laki-laki sebesar 37 orang (53,6%) dan responden perempuan besar
sebesar 32 orang (46,6%).

Tabel 4.3 Hasil Uji Univariat Distribusi Frekuensi Skor Status Gizi
Responden
Frequency
Status Gizi Percent Valid Percent
(Orang)
Obesitas
6 8,7 8,7
Overweight
5 7,2 7,2
Normal
39 56,5 56,5
Mild malnutrition
19 27,5 27,5
Total 69 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil skor status gizi responden di SD


Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017
sebesar 6 responden (8,7%) yang memiliki skor Obesitas, 5 responden (7,2%)
yang memiliki skor overweight, 39 responden (56,5%) yang memiliki skor
normal, dan 19 responden (27,5%) yang memiliki skor mild malnutrition, maka
dapat disimpulkan bahwa responden dengan status gizi normal memiliki
persentase lebih banyak dibandingkan dengan status gizi obesitas, overweight,
maupun mild malnutrition.
29

Tabel 4.4 Hasil Uji Univariat Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar


Prestasi
Frequency Percent Valid Percent
Belajar
<75 28 40,6 40,6
>75 41 59,4 59,4
Total 69 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil terdapat 28 responden (40,6%) yang


memiliki prestasi <75 dan 41 responden (59,4%) yang memiliki prestasi belajar
>75.

4.2.2 Hasil Analisa Bivariat


4.2.2.1 Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar
Tabel 4.5crosstab frekuensi Status Gizi dengan Prestasi Belajar
Prestasi Belajar
Status Gizi Total Persentase
<75 >75
Obesitas 2 4 6 8,7%
Overweight 3 2 5 7,2%
Normal 7 32 39 56,5%
Mild Malnutrition 16 3 19 27,5%
Total 28 41 69 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada 69 responden yang


memiliki status gizi obesitas terdiri dari 4 responden dengan prestasi belajar >75
dan 2 responden dengan prestasi belajar <75. Pada 5 responden yang memiliki
status gizi overweight terdiri dari 2 responden dengan prestasi belajar >75 dan 3
responden dengan prestasi belajar <75 responden. Kemudian pada 39 responden
yang memiliki status gizi normal terdiri dari 32 responden dengan prestasi belajar
>75 dan 7 responden dengan prestasi belajar <75. Sedangkan pada 19 responden
dengan status gizi mild malnutrition terdiri dari 3 responden >75 dan 16
responden dengan prestasi belajar <75.

Tabel 4.6 Hasil Uji Test Normalitas Kolmogrov-Smirnov


30

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Prestasi Belajar Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Status_Gizi <75 ,335 28 ,000 ,731 28 ,000
>75

,450 41 ,000 ,609 41 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

pada tabel 4.6 dapatdilihat bahwa pada uji test normalitas kolmogrov-
smirnov, kedua variabel memiliki nilai sig 0,000 (p<0,05), oleh karena itu kedua
variabel memiliki distribusi tidak normal, maka akan dilakukan uji korelasi
spearman (uji hipotesis numerik-numerik berdistribusi tidak normal).

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Spearman


Correlations
Prestasi_B
Status_Gizi elajar
Spearman's rho Status_Gizi Correlation
1,000 ,783**
Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,001
N 69 69
Prestasi_Belajar Correlation
,783** 1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,001 .
N 69 69
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel 4.7 diatas diperoleh nilai sig. 0,001 (p<0,05) yang menunjukkan
terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar, dengan nilai korelasi
r=0,783 menunjukkan korelasi positif (searah) dengan kekuatan korelasi yang
kuat.
31

4.3 Pembahasan
Penelitian ini mengumpulkan sampel sebanyak 69 sampel dengan teknik
pengambilan sampel total samping di SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan
Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor status gizi responden didapat
status gizi normal lebih banyak dibandingkan status gizi obesitas, overweight,
maupun mild malnutrition yaitu sebanyak 39 responden (56,5%). Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi (Almatsier, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain
pola konsumsi makan, penghasilan keluarga, faktor sosial budaya, pengetahuan
tentang gizi dan penyakit infeksi. Dalam penelitian ini status gizi diperoleh
dengan pengukuran antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT), yang merupakan salah satu
perwujudan dari status kesehatan seseorang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar responden didapat
prestasi belajar diatas KKM (>75) lebih banyak dibandingkan prestasi belajar
dibawah KKM (<75) yaitu sebanyak 41 responden (59,4%). Prestasi belajar pada
anak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal adalah
faktor yang terdapat dalam diri anak itu sendiri seperti minat anak kepada satu
bahkan lebih mata pelajaran, karena dengan anak meminati suatu pelajaran atau
lebih akan berpengaruh terhadap prestasi belajar disekolah serta keadaan anak
yang sehat jasmani sehingga siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
disekolah. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar anak itu sendiri
seperti keluarga dimana keluarga sangat berperan terhadap prestasi anak terutama
peran orang tua untuk mengajar dan membimbing anak. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Krisnawati (2009) yang dikutip dalam Syatyawati (2013),
menurut hukum kesiapan (Law of readiness) bagian dari hukum belajar
menyebutkan, bahwa seseorang yang sudah siap untuk belajar maka prestasinya
akan memuaskan, tetapi seorang yang tidak siap belajar apabila dipaksakan akan
mengakibatkan gangguan maupun kekecewaan. Bahkan fisik yang sudah matang
akan mempermudah dan memperlancar proses belajar (Syatyawati, 2013). Dalam
32

penelitian ini responden dengan hasil belajar >75 lebih banyak, disebabkan karena
sudah memiliki kesiapan dalam proses belajar dan memiliki fisik yang sudah
matang sehingga mempermudah dan memperlancar proses belajar.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
status gizi terhadap prestasi belajar, bahwa anak dengan prestasi belajar >75 lebih
banyak pada anak dengan status gizi normal dibandingkan dengan anak yang
mempunyai status gizi obestitas, overweight, maupun mild malnutrition yaitu
sebanyak 32 responden (46,4%). Dengan gizi yang baik dan usaha asupan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air akan berpengaruh terhadap
status gizi. Status gizi yang baik akan memenuhi kebutuhan tubuh sehingga anak
menjadi sehat, dapat berfikir dengan baik dan semangat selama disekolah maupun
diluar sekolah. Kemudian dengan status gizi yang baik meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, terhindar dari penyakit, dan daya pikir anak optimal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Sa’adah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (2014) pada
siswaSekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padang Panjang dengan
nilai p=0,020 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan status gizi terhadap prestasi
belajar. Keadaan status gizi dan indeks prestasi merupakan apa yang dikonsumsi
anak Sekolah Dasar dalam jangka waktu yang lama, dapat berupa gizi kurang
maupun gizi lebih. Zat-zat gizi seperti karbohidrat, protein, maupun zat gizi
lainnya khususnya zat besi, dalam metabolisme tubuh berperan dalam proses
berpikir atau proses penalaran serta daya konsentrasi dan sangat berkaitan erat
dengan efisiensi belajar. Dengan keadaan gizi yang baik diharapkan berdampak
pada prestasi belajar yang baik pula.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Minatun mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Silam Negeri Syarif Hidayatullah
(2011), menyatakan bahwa fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang
bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan
tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan usia sebelumnya, karena
anak sekolah lebih banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolah raga
atau membantu orang tuanya. Selain itu, makanan berpengaruh terhadap
33

perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan
metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal
(Minatun, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Syatyawati mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (2013),bahwa ada hubungan
antara status gizi dengan prestasi belajar. Prestasi belajar dalam hal ini di
pengaruhi oleh fakfor luar dari status gizi yaitu prasarana belajar dan pendekatan
belajar dari siswa itu sendiri. Bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dibagi menjadi faktor internal (kondisi fisiologis secara umum,
kondisi psikologis, kondisi panca indra, intelegensia/kecerdasan, bakat, motivasi)
dan faktor eksternal (lingkungan, keluarga/orang tua, sekolah, les privat, disiplin
sekolah, masyarakat/media massa, lingkungan dan aktivitas organisasi)
(Syatyawati, 2013).
Dengan demikian penelitian ini menggambarkan bahwa semakin baik gizi
seorang anak maka semakin mudah untuk mencapai potensi akademik mereka,
pertumbuhan mental, kesehatan seumur hidup dan kesejahteraan. Pihak sekolah
hasus memberi arahan kepada orang tua dan anak-anak tentang bagaimana
menjalani gaya hidup sehat meliputi nutrisi yang tepat, dan dapat membantu anak-
anak usia sekolah dengan memastikan pilihan makanan sehat yang ditawarkan di
sekolah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
34

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SD negeri 008 Sungai


Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2017, maka dapat
diambil kesimpulan:
1. Didapati gambaran skor status gizi pada responden di SD Negeri 008
Sungai Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017
dengan kreteria normal memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan
dengan kreteria obesitas, overweight, maupun mild malnutrition.
2. Didapati gambaran prestasi belajar responden di SD Negeri 008 Sungai
Segajah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017 kreteria
terbanyak >75.
3. Terdapat gambaran prestasi belajar >75 lebih banyak terdapat pada murid
dengan status gizi normal dan juga lebih banyak terdapat pada
perempuan.
4. Terdapat hubungan antara status gizi terhadap prestasi belajar, dengan
nilai p= 0,001 (p < 0,05) dengan nilai korelasi r=0,783 menunjukkan
korelasi positif (searah) dengan kekuatan korelasi yang kuat.

5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menunjukkan
beberapa saran yaitu:
1. Untuk orang tua, mengingat masih adanya siswa yang masih mempunyai
status gizi kurang, hendaknya berusaha meningkatkan status gizinya
dengan melaksanakan pola makan sehat dan istilah secara teratus agar
tercipta kondisi badan yang sehat dan tahan terhadap penyakit.
2. Guru dan pihak sekolah, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
bahan kajian untuk memberikan wawasan tentang ilmu gizi, mengingat
masih adanya siswa yang memiliki status gizi buruk.
3. Dinas kesehatan setempat, menggalakkan kembali kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) yang telah ada dengan melakukan pemantauan
dan monitoring status gizi anak sekolah dengan pengukuran
antropometri, sehingga masalah gizi dapat terlihat sejak dini dan
35

mengadakan penyuluhan gizi sederhana pada siswa dengan memberikan


materi berupa penyebab gizi lebih dan penyebab gizi kurang, cara
pencegahan, dampak gizi lebih dan gizi kurang serta promosi gaya hidup
sehat sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, N. et al. 2013. Pokok-pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi


Riau. Riau: Riskesdas 2013.
36

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta: 3, 8.
Asril. 2011. Faktor-faktor Psikologi yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
SMA Hangtuah 1 Jakarta, Jakatra: 16.
Atmoko, B. 2013. Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelajaran Adaptif dan Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Produktif
Siswa Jurusan TITL SMK Negeri 1 Magelang,
Yogyakarta.Dwijayanti, L. 2011. Ilmu gizi Menjadi Sangat Mudah.
Edisi 2. EGC, Jakarta: 3-80.
Devi, N.2012. Gizi Anak Sekolah. Buku Kompas, Jakarta: 4-16.
Hasdianah., Siyoto S., dan Perisyowati. 2014. Gizi Pemanfaatan Gizi, Diet, dan
Obesitas. Yogyakarta : Nusa Medika. 6-33.
Isdaryanti, C.2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi, dan Prestasi Belajar
Anak Sekolah Dasar Arjowinangun 1 Pacitan, Yogyakarta.
Minatun, S. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas IV & V Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Muchlis., Ernalia Y., dan Firdaus. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 063 Di Pesisir Sungai Siak
Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Pekanbaru: Jom FK
Volume 3.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi rev. Rineka Cipta,
Jakarta: 146-149.
Nugroho, AW., dan Santoso, N. 2011. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah :
Nutrition Made Incredibly Easy. Edisi 2 Jakarta : EGC, 3-4, 6, 31, 33,
36-37, 45, 47, 51, 54, 58-59, 65, 69, 71, 74, 79-80.
Sa’adah, R., Herman RB., dan Sastri. 2014. Hubungan Status Gizi dengan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang
Kota Padang Panjang. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas. 461-465.
37

Santoso, A. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa. Pusat


Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta : 4.
Sari, P. 2010. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual
(Intelligence Quotient-IQ) Pada Anak Usia Sekolah Dasar Ditinjau
Dari Status Sosial-Ekonomi Orang Tua dan Tingkat Pendidikan Ibu.
Fakultas Kedokteran Unifersitas Sebelas Maret, Surakarta: 12.
Supariasa, I. 2013. Pendidikan & konsultasi Gizi. EGC, Jakarta: 22-23.
Syatsawati, R. 2013. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Anak
Sekolah Dasar Di Desa Grenggeng Kecamatan Karang Anyer
Kebumen. Fakultas Kedokteran Universitas muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Tarigan, T., dan Utami.2014. Penilaian Status Gizi. In: Setiati, S., Alwi, I.,
Sudoyo, A.W., Simadribata, M., Setiyohdi, B., Syam, A.F., Edisi
(2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Interna
Publishing, 420-423.

Anda mungkin juga menyukai