BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan
secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
Empat bentuk malnutrisi:
a. Under nutrion : kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut
untuk periode tertentu.
b. Specifik deficiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan
iodium, Fe dll.
c. Over nutrion : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
d. Imbalance : keadaan disproporsi zat gizi, misalnya tinggi kolesterol karena
tidak imbangnya kadar LDL, HDL dan VLDL (Hasdianah dkk, 2014).
Anak sekolah saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu di satu sisi
gizi kurang yang berakibat pada tidak optimalnya pertumbuhan fisik dan
8
trifosfat (ATP). Agar berfungsi baik, tubuh harus senantiasa mendapat pasokan
glukosa yang dapat digunakan oleh semua sel.
Karbohidrat juga menjadi sumber energi utama untuk sistem saraf pusat,
terutama otak. Karena tidak bisa menyimpan karbohidrat, otak harus senantiasa
mendapat karbohidrat agar dapat berfungsi dengan baik.
Asupan karbohidrat yang cukup juga penting bagi fungsi protein. Untuk
memenuhi kebutuhan energi yang tinggi dalam tubuh, protein dalam makanan
diubah menjadi glukosa jika pasokan karbohidrat tidak mencukupi. Jika pasokan
protein sangat rendah, tubuh mulai memecah protein dari jaringannya sendiri. Hal
ini menyebabkan dihasilkannya energi bersamaan dengan berkurangnya
kebutuhan energi pada waktu yang sama. Asupan karbohidrat yang adekuat
terutama penting ketika kebutuhan akan protein dalam tubuh tinggi.
Tubuh juga memecah lemak yang tersimpan untuk memenuhi kebutuhan
bahan bakar bila kadar karbohidrat rendah.
b. Senyawa Lain
Setelah kebutuhan energi terpenuhi, kelebihan glukosa yang ada dapat
diubah menjadi glikogen, yang dapat digunakan untuk menghasikan asam amino
nonesensial dan senyawa lain atau diubah menjadi lemak yang disimpan.
Fungsi lain dari karbohidrat antara lain:
1. Menghambat protein selama produksi energi.
2. Membantu pembakaran lemak agar lebih efesien dan lebih sempurna.
3. Menjadi sumber energi cepat (glukosa).
4. Membantu fungsi normal usus (serat).
5. Sebagai laktasif dan membantu absorpsi kalsium (laktosa).
Sumber karbohidrat:
a. Kelompok Padi-padian
Padi-padian meliputi roti, sereal, dan pasta. Semuanya mengandung
karbohidrat kompleks dan beberapa protein. Beberapa padi-padian tertentu juga
mengandung lemak. Serat hanya sedikit terkandung dalam produk olahan, sedang
dalam padi-padian menjadi dasar menu makanan sehat.
10
b. Kelompok Sayur-sayuran
Sebagian besar karbohidrat dalam kelompok sayuran terkandung dalam
sayuran yang mengandung zat tepung, seperti kacang polong, jagung, kentang,
dan kacang-kacangan.
c. Kelompok Buah-buahan
Kelompok buah-buahan terdiri dari berbagai makanan yang sebagian besar
mengandung gula. Buah yang dikeringkan memiliki kandungan gula yang lebih
tinggi dari pada buah segar karena airnya telah dihilangkan sehingga
meningkatkan konsentrasi gula. Selain itu, asupan serat akan meningkat jika
memakan buah secara utuh ketimbang meminum jus buah.
d. Kelompok Susu
Kelompok susu, yogurt, dan keju (atau produkolahan susu) mengandung
gula laktosa. Beberapa produk olahan susu, seperti susu coklat, yogurt stroberi,
dan es krim, telah diberi perasa atau ditambah gula sehingga jumlah karbohidrat
setiap penyajiannya menjadi lebih tinggi. Namun, keju merupkan pilihan dari
produk olahan susu yang rendah laktosa dan dengan demikian rendah karbohidrat.
e. Kelompok Daging dan Kacang-kacangan
Makanan dari kelompok daging dan kacang-kacangan sebagian besar
mengandung protein. Akan tetapi, kacang kering yang merupakan sumber protein
dari tumbuhan, juga tinggi akan karbohidrat, seperti zat tepung dan serat
(Nugroho dkk, 2011).
2. Protein
Protein dibentuk dari unit-unit pembentuknya yang disebut asam amino.
Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan, membentuk
senyawa-senyawa esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, mempertahankan
kenetralan (asam-basa) tubuh, membentuk antibodi, dan mentransfor zat gizi
(Hasdianah dkk, 2014).
Klasifikasi protein makanan
Protein makanan dikelompokkan menjadi lengkap dan tak lengkap.
Pengelompokan ini didasarkan pada komposisi asam aminonya.
11
a. Protein Lengkap
Protein lengkap adalah makanan yang mengandung asam amino esensial
dalam proporsi yang tepat. Protein ini harus mengandung setiap asam amino
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Daging, susu, keju,
dan telur dipandang sebagai protein lengkap. Kedelai adalah satu-satunya sumber
dari tumbuhan yang dipandang sebagai protein lengkap.
b. Protein Tak-Lengkap
Jika suatu sumber makanan kekurangan atau hanya memiliki asam amino
esensial atau lebih dalam jumlah terbatas, sumber makanan tersebut dianggap
sebagai protein tak-lengkap. Kecuali kacang kedelai, semua protein nabati
termasuk protein tak-lengkap. Dua protein tak-lengkap yang berbeda dapat
digabung untuk membentuk protein lengkap.
Contoh makanan yang terdiri dari protein komplementer adalah:
1. Kacang hitam dan nasi.
2. Tauco dan kacang.
3. Sup kacang polong dengan roti panggang.
4. Roti lapis selai kacang.
5. Sereal dan susu.
Sumber protein
Protein dapat ditemukan baik dalam sumber nabati maupun hewani.
Dalam setiap kelompok makanan, kuantitas dan kualitas protein berbeda beda
menurut bahannya, kelompok daging dan kacang-kacangan (ayam, kacang kering,
steak, selai kacang) dan kelopok susu (keju lembut, yogurt, keju keras) memiliki
kandungan protein yang paling tinggi. Kelompok padi-padian (bubur gandum,
biskuit cracker, dan roti dari padi-padian utuh, serta kelompok sayuran (berwarna
hijau tua dan kuning tua) mengandung lebih sedikit protein, sedangkan kelompok
buah-buahan hanya sedikit mengandung protein (Nugroho dkk, 2011).
3. Lemak
Lemak (lipid) adalah senyawa organik yang larut dalam alkohol dan dalam
larutan organik lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Lemak mengandung karbon,
12
hidrogen, dan oksigen. Tubuh banyak mendapat lemak dari makanan yang
dikonsumsi, tetapi tubuh juga membentuk beberapa lemak (Nugroho dkk, 2011).
Lemak dapat di bagi kedalam dua kelas :
1. Lemak yang terdapat dalam pangan tubuh.
2. Lemak struktural yang kompleks yang dihasilkan dalam tubuh untuk
membentuk membran.
Golongan lemak
a. Berdasakan Bentuk
1. Lemak padat.
Mentega dan lemak hewan.
2. Lemak cair atau minyak.
Minyak sawit dan minyak kelapa.
b. Berdasarkan penampakan
1. Lemak kentara.
Mentega dan lemak pada daging sapi.
2. Lemak tak kentara.
Lemak pada telur, lemak pada avokat, dan lemak susu (Hasdianah dkk, 2014).
Fungsi lemak:
Ada enam fungsi lemak didalam tubuh:
1. Menghasilkan energi bagi tubuh.
2. Memudahkan penyerapan vitamin larut-lemak.
3. Memasok asam lemak esensial.
4. Menyokong dan melindungi organ dalam.
5. Membantu pengaturan suhu.
6. Melumasi jaringan tubuh.
Sumber lemak
Lemak dalam makanan bervariasi jenis dan jumlahnya. Sumber makanan
hewani mengandung sekitar 57% dari total asupan lemak, sisanya didapat dari
sumber makanan nabati.
13
a. Kelompok Padi-padian
Padi-padian secara alami mengandung sangat sedikit lemak. Namun
demikian, makanan olahan yang termasuk dalam kelompok makanan ini, seperti
sereal granola, donat, kue, kue kering, dan pai, banyak mengandung lemak
tambahan.
b. Kelompok Sayuran dan Buah
Selain avokat, kelapa, dan zaitun, buah-buahan tidak banyak mengandung
lemak. Sayuran mentah hanya mengandung sedikit lemak atau tidak sama sekali.
Sayuran yang digoreng, diberi krem susu, disajikan dengan keju, atau dicampur
dengan mayones jelas mengandung lebih banyak lemak.
c. Kelompok Susu
Produk-produk yang termasuk dalam kelompok susu terbagi menjadi
bebas-lemak, rendah-lemak, dan lemak-utuh.
d. Kelompok Daging dan Kacang
Bahan nabati dalam kelompok ini (kacang dan polong) bebas-kolesterol
dan sedikit atau tidak mengandung lemak jenuh. Umumnya, daging yang tidak
dibersihkan lebih tinggi kandungan lemaknya, dan daging yang berwarna putih
lebih rendah-lemak dari pada daging berwarna gelap (contohnya daging ayam).
Kerang-kerangan, seperti kepiting lobster, dan udang, kaya akan kolesterol, tetapi
rendah-lemak jenuh (Nugroho dkk, 2011).
2. Mineral
Mineral adalah substansi inorganik sederhana yang tersebar luas dialam.
Mineral berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatan. Mineral mewakili 4% dari berat tubuh dan di temukan di semua cairan
dan jaringan tubuh (Nugroho dkk, 2011).
Mineral esensial diklasifikasikan kedalam mineral makro dan mikro.
a. Mineral makro
Kalsium, fosfor, kalium, sulfur, natrium, khlor, dan magnesium.
b. Mineral mikro
Besi, seng, selenium, mangan, tembaga, iodium, molybdenum, cobalt,
chromium, silikon, vanadium, nikel, arsen, dan flour.
Fungsi umum mineral
a. Mempertahankan keseimbangan asam-basa.
b. Sebagai katalis bagi reaksi-reaksi biologis.
c. Sebagai komponen esensial senyawa tubuh.
d. Mempertahankan keseimbangan air tubuh.
e. Menstransmisi inpuls syaraf.
f. Mengatur kontraksi otot.
g. Untuk pertumbuhan jaringan tubuh (Hasdianah dkk, 2014).
Sumber mineral
Mineral terkandung dalam semua kelompok makanan utama:
a. Roti dan sereal dari padi-padian utuh dan yang diperkaya memberikan
magnesium, besi, kromium, dan mangan. Kulit padi mngandung kalium.
b. Sayuran mengandung besi, kalium, dan magnesium. Sayuran berdaun hijau
mengandung kalsium.
c. Buah-buahan bukanlah sumber mineral yang baik, kecuali untuk kalium yang
ditemukan pada pisang dan jeruk.
d. Susu, yogurt, dan keju dapat mengandung fosfor dan kalium. Bahan-bahan
tersebut juga merupakan sumber kalsium yang paling kaya.
e. Protein hewani mengandung kalium, fosfor, sulfur, seng, dan besi. Polong
dan kacang yang dikeringkan mengandung besi, kalium, dan kalsium.
16
f. Lemak, minyak, dan gula hampir tidak mengandung mineral (Nugroho dkk,
2011).
C. Air
Air merupakan komponen kimia dalam tubuh. Ada 3 komponen air tubuh,
yaitu air intraseluler pada membran sel, air intravaskular, dan air intraseluler atau
ekstravaskular pada dinding kapiler. Dua komponen air yang terakhir disebut juga
cairan ekstraseluler (Hasdianah dkk, 2014).
Kebutuhan akan air yang tiada henti menjadi salah satu kebutuhan nutrisi
kita yang paling dasar. Tanpa air, seseorang tidak dapat bertahan hidup lebih lama
dari seminggu. Air mengandung 50% sampai 80%total berat badan seseorang. Air
dalam tubuh mengandung solut, atau zat terlarut, yang penting untuk fungsi
fisiologik. Solut mengandung elektrolit, glukosa, asam amino, dan nutrien lain
(Nugroho dkk, 2011).
Fungsi air bagi tubuh
1. Pelarut zat gizi.
2. Fasilitator pertumbuhan.
3. Sebagai katalis reaksi biologis.
4. Sebagai pelumas.
5. Sebagai pengatur suhu tubuh.
6. Sebagai sumber mineral bagi tubuh.
Sumber air bagi tubuh
1. Air yang berasal dari minuman.
2. Air yang terdapat dalam makanan yang kita.
3. Air yang berasal dari hasil metabolisme didalam tubuh.
Keseimbangan air tubuh dapat dicapai melalui dua cara:
1. Mengontrol asupan cairan dengan adanya rasa haus.
2. Mengontrol kehilangan cairan melalui ginjal (Hasdianah dkk, 2014).
17
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah semua faktor yang ada di luar subjek (siswa),
yang terdiri dari :
a. Faktor sosial, meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
b. Faktor ekonomi, meliputi penghasilan atau pendapatan yang diterima untuk
menunjang kebutuhan sehari-hari(Santoso, 2010).
anak yang kurang gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat
mengganggu proses belajar disekolah dan menurunkan prestasi belajarnya, daya
pikir anak juga akan berkurang, karena pertumbuhan otaknya tidak optimal
(Minatun, 2011).
Selain itu, sarapan pagi juga penting bagi anak sekolah. Menurut
Khomsan, anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung
sehingga kadar gula akan menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi
utama bagi otak. Dalam keadaan demikian anak akan sulit untuk dapat menerima
pelajaran dengan baik, gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun
(Minatun, 2011).
Keadaan gizi juga akan mempengaruhi keadaan anak dalam mengikuti
pelajaran disekolah dan akan mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian kaitan
indeks prestasi dengan status gizi anak : studi kasus anak di Kabupaten Nabire
oleh Wilma (2006) menemukan bahwa semakin rendah status gizi siswa semakin
rendah pula nilai prestasi mereka. Penelitian Huwae (2005) menyatakan dari 43
sampel anak sekolah yang diteliti di Kabupaten Nabire terdapat 36% menderita
gizi kurang dan 1,3% mengalami gizi buruk. Penelitian inimenyatakan terdapat
hubungan yang erat antara status gizi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar
yaitu semakin tinggi status gizi siswa maka akan semakin tinggi pula prestasi
belajar mereka ( Isdaryanti, 2007).
20
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Jika p value > nilai (0,05), keputusannya adalah Ho gagal ditolak, artinya
tidak ada hubungan antara kelompok data satu dengan yang lainnya.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.3 Hasil Uji Univariat Distribusi Frekuensi Skor Status Gizi
Responden
Frequency
Status Gizi Percent Valid Percent
(Orang)
Obesitas
6 8,7 8,7
Overweight
5 7,2 7,2
Normal
39 56,5 56,5
Mild malnutrition
19 27,5 27,5
Total 69 100,0 100,0
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Prestasi Belajar Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Status_Gizi <75 ,335 28 ,000 ,731 28 ,000
>75
pada tabel 4.6 dapatdilihat bahwa pada uji test normalitas kolmogrov-
smirnov, kedua variabel memiliki nilai sig 0,000 (p<0,05), oleh karena itu kedua
variabel memiliki distribusi tidak normal, maka akan dilakukan uji korelasi
spearman (uji hipotesis numerik-numerik berdistribusi tidak normal).
Dari tabel 4.7 diatas diperoleh nilai sig. 0,001 (p<0,05) yang menunjukkan
terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar, dengan nilai korelasi
r=0,783 menunjukkan korelasi positif (searah) dengan kekuatan korelasi yang
kuat.
31
4.3 Pembahasan
Penelitian ini mengumpulkan sampel sebanyak 69 sampel dengan teknik
pengambilan sampel total samping di SD Negeri 008 Sungai Segajah Kecamatan
Kubu Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor status gizi responden didapat
status gizi normal lebih banyak dibandingkan status gizi obesitas, overweight,
maupun mild malnutrition yaitu sebanyak 39 responden (56,5%). Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi (Almatsier, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain
pola konsumsi makan, penghasilan keluarga, faktor sosial budaya, pengetahuan
tentang gizi dan penyakit infeksi. Dalam penelitian ini status gizi diperoleh
dengan pengukuran antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT), yang merupakan salah satu
perwujudan dari status kesehatan seseorang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar responden didapat
prestasi belajar diatas KKM (>75) lebih banyak dibandingkan prestasi belajar
dibawah KKM (<75) yaitu sebanyak 41 responden (59,4%). Prestasi belajar pada
anak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal adalah
faktor yang terdapat dalam diri anak itu sendiri seperti minat anak kepada satu
bahkan lebih mata pelajaran, karena dengan anak meminati suatu pelajaran atau
lebih akan berpengaruh terhadap prestasi belajar disekolah serta keadaan anak
yang sehat jasmani sehingga siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
disekolah. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar anak itu sendiri
seperti keluarga dimana keluarga sangat berperan terhadap prestasi anak terutama
peran orang tua untuk mengajar dan membimbing anak. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Krisnawati (2009) yang dikutip dalam Syatyawati (2013),
menurut hukum kesiapan (Law of readiness) bagian dari hukum belajar
menyebutkan, bahwa seseorang yang sudah siap untuk belajar maka prestasinya
akan memuaskan, tetapi seorang yang tidak siap belajar apabila dipaksakan akan
mengakibatkan gangguan maupun kekecewaan. Bahkan fisik yang sudah matang
akan mempermudah dan memperlancar proses belajar (Syatyawati, 2013). Dalam
32
penelitian ini responden dengan hasil belajar >75 lebih banyak, disebabkan karena
sudah memiliki kesiapan dalam proses belajar dan memiliki fisik yang sudah
matang sehingga mempermudah dan memperlancar proses belajar.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
status gizi terhadap prestasi belajar, bahwa anak dengan prestasi belajar >75 lebih
banyak pada anak dengan status gizi normal dibandingkan dengan anak yang
mempunyai status gizi obestitas, overweight, maupun mild malnutrition yaitu
sebanyak 32 responden (46,4%). Dengan gizi yang baik dan usaha asupan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air akan berpengaruh terhadap
status gizi. Status gizi yang baik akan memenuhi kebutuhan tubuh sehingga anak
menjadi sehat, dapat berfikir dengan baik dan semangat selama disekolah maupun
diluar sekolah. Kemudian dengan status gizi yang baik meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, terhindar dari penyakit, dan daya pikir anak optimal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Sa’adah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (2014) pada
siswaSekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padang Panjang dengan
nilai p=0,020 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan status gizi terhadap prestasi
belajar. Keadaan status gizi dan indeks prestasi merupakan apa yang dikonsumsi
anak Sekolah Dasar dalam jangka waktu yang lama, dapat berupa gizi kurang
maupun gizi lebih. Zat-zat gizi seperti karbohidrat, protein, maupun zat gizi
lainnya khususnya zat besi, dalam metabolisme tubuh berperan dalam proses
berpikir atau proses penalaran serta daya konsentrasi dan sangat berkaitan erat
dengan efisiensi belajar. Dengan keadaan gizi yang baik diharapkan berdampak
pada prestasi belajar yang baik pula.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Minatun mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Silam Negeri Syarif Hidayatullah
(2011), menyatakan bahwa fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang
bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan
tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan usia sebelumnya, karena
anak sekolah lebih banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolah raga
atau membantu orang tuanya. Selain itu, makanan berpengaruh terhadap
33
perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan
metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal
(Minatun, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Syatyawati mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (2013),bahwa ada hubungan
antara status gizi dengan prestasi belajar. Prestasi belajar dalam hal ini di
pengaruhi oleh fakfor luar dari status gizi yaitu prasarana belajar dan pendekatan
belajar dari siswa itu sendiri. Bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dibagi menjadi faktor internal (kondisi fisiologis secara umum,
kondisi psikologis, kondisi panca indra, intelegensia/kecerdasan, bakat, motivasi)
dan faktor eksternal (lingkungan, keluarga/orang tua, sekolah, les privat, disiplin
sekolah, masyarakat/media massa, lingkungan dan aktivitas organisasi)
(Syatyawati, 2013).
Dengan demikian penelitian ini menggambarkan bahwa semakin baik gizi
seorang anak maka semakin mudah untuk mencapai potensi akademik mereka,
pertumbuhan mental, kesehatan seumur hidup dan kesejahteraan. Pihak sekolah
hasus memberi arahan kepada orang tua dan anak-anak tentang bagaimana
menjalani gaya hidup sehat meliputi nutrisi yang tepat, dan dapat membantu anak-
anak usia sekolah dengan memastikan pilihan makanan sehat yang ditawarkan di
sekolah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
34
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menunjukkan
beberapa saran yaitu:
1. Untuk orang tua, mengingat masih adanya siswa yang masih mempunyai
status gizi kurang, hendaknya berusaha meningkatkan status gizinya
dengan melaksanakan pola makan sehat dan istilah secara teratus agar
tercipta kondisi badan yang sehat dan tahan terhadap penyakit.
2. Guru dan pihak sekolah, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
bahan kajian untuk memberikan wawasan tentang ilmu gizi, mengingat
masih adanya siswa yang memiliki status gizi buruk.
3. Dinas kesehatan setempat, menggalakkan kembali kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) yang telah ada dengan melakukan pemantauan
dan monitoring status gizi anak sekolah dengan pengukuran
antropometri, sehingga masalah gizi dapat terlihat sejak dini dan
35
DAFTAR PUSTAKA