Anda di halaman 1dari 8

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Stoikiometri Reaksi” yang bertujuan untuk
menentukan stoikiometri reaksi sistem : Pb(NO3)2 + NaCl PbCl2 + 2NaNo3. Prinsip
yang digunakan dalam percobaan ini adalah analisa kuantitatif. Metode yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu metode job atau metode variasi kontinu. Hasil
dari percobaan ini adalah dilakukan perhitungan pada perubahan senyawa yang
terjadi pada kertas saring yaitu 10 ml Pb(NO3)2 yang ditambahkan dengan 10 ml NaCl
menghasilkan 0,615 gram endapan yang terbentuk. Kesimpulan dari percobaan ini
adalah semakin banyak larutan Pb(NO3)2 yang kita gunakan maka akan semakin
banyak massa residu yang kita dapatkan, dan jika semakin sedikit larutan NaCl yang
kita gunakan maka akan semakin banyak massa residu yang kita dapatkan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu zat pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum suatu zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Faktor – faktor tertentu dapat
mengubah kelarutan zat terlarut seperti suhu, dan tekanan.
Seorang ahli kimia Prancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah
orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya
stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau
perbandingan antara unsur kimia yang satu dengan yang lainnya.
Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam
suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O.
Stoikiometri berhubungan dengan kuantitatif antar unsur dalam satu senyawa dan
antar zat dalam suatu reaksi. Istilah stoikiometri berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
dari kata Stoicheion yang berarti unsur dan Metron yang artinya mengukur. Dasar
dari semua hitungan stoikiometri ialah pengetahuan tentang massa atom dan massa
molekul. Oleh karena itu, stoikiometri akan dimulai dengan membahas upaya para
ahli dalam penetuan massa atom dan massa molekul.
Pada stoikiometri larutan, diantaranya zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian
atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan. Soal-soal yang menyangkut bagian ini
dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia sederhana yang menyangkut hubungan
kuantitas antara suatu komponen dengan komponen yang lain dalam suatu reaksi.

1.2. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan stoikiometri reaksi sistem : Pb(NO 3)2 + NaCl PbCl2 +


2NaNO3

1.3. Manfaat Percobaan

Kita dapat mengetahui perhitungan kimia yang menyangkut hubungan


kuantitatif zat yang terlibat dalam suatu reaksi atau istilah yang digunakan untuk
menggambarkan hubungan - hubungan kuantitatif dari reaksi - reaksi kimia atau
senyawa kimia.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani stoicheion, artinya unsur. Dari
literatur, stoikiometri artinya mengukur unsur - unsur. Istilah ini
umumnya  digunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacam pengukuran yang lebih
luas dan meliputi perhitungan yang didasarkan pada rumus - rumus dan persamaan –
persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri. Stoikiometri beberapa reaksi
dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode Job atau metode Variasi
Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas
molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika
tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya
digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap
kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik
stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam
senyawa (Keenan, 1992).

Massa setiap atom satu per satu sangat kecil sekali, bahkan atom yang paling
berat pun massanya kurang dari 5 x 10-25  kg ialah bilangan yang sangat kecil dan
sukar untuk ditetapkan dalam perhitungan. Untuk memudahkan dalam mengingat
maupun dalam perhitungan-perhitungan massa satu atom atau massa  satu molekul
dinyatakan dengan satuan massa atom (atomic massa unit) (SMA). Atom yang
dipakai sebagai patokan adalah isotop karbon C1 dengan lambang 12C. Reaksi kimia
berlangsung antara partikel-partikel pereaksi dalam perbandingan tertentu sesuai
dengan koefisien reaksinya. Dalam reaksi kimia dapat mencampurkan pereaksi dalam
perbandingan yang tepat sehingga tidak ada zat yang bersisa. Namun mengingat
ukuran partikel yang sangat kecil terjadi masalah dalam menentukan jumlah partikel
zat tersebut dan oleh karena itu timbullah konsep mol yang menghubungkan massa
zat dengan jumlah partikel zat sehingga dapat ditentukan jumlah partikel dengan
menimbang massa zat (Respati, 1992).
Suatu pereaksi ialah zat apa saja yang mula – mula terdapat dan kemudian
diubah selama suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi ialah zat apa saja yang dihasilkan
selama reaksi kimia. Suatu persamaan kimia ( atau persamaan kimia berimbang )
menunjukkan rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil
reaksi, dengan banyaknya atom tiap unsure dikiri dan dikanan anak panah sama,
misalnya persamaan berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan oksigen yang
menghasilkan air ditulis sebagai :
2H2O  +  O2                        2H2O
Rumus H2 menyatakan bahwa sebuah molekul hydrogen tersusun dari dua atom
itu adalah molekul diatom, sama seperti molekul oksigen (O 2). Molekul air (H2O)
merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua hydrogen dan satu
oksigen. Persamaan itu menyatakan bahwa dua molekul hydrogen bereaksi dengan
satu molekul oksigen, menghasilkan dua molekul air (Petrucci, 1985).
Reaksi kimia dituliskan dengan simbol-simbol yang disebut persamaan kimia,
yang menyatakan semua reaksi yang terlibat dalam reaksi tersebut dan semua produk
terbentuk. Suatu reaksi dikatakan benar, jika memenuhi hukum kekekalan massa dan
hukum kekekalan muatan. Untuk memenuhi kedua hukum tersebut, koefisien reaksi
harus disetarakan. Pereaksi pembatas dan berlebihan. Perhitungan banyaknya
pereaksi yang diperlukan atau hasil reaksi yang diperoleh dilakukan berdasarkan
angka banding stoikiometri yang ditunjukkan dalam persamaan. Persamaan
berimbang. Namun dalam praktek  kondisi reaksi hampir selalu berbeda. Di
laboratorium di industri atau dalam alam. Tak dapat diharapkan bahwa banyaknya
pereaksi yang tersedia kebetulan tepat sama yang dibutuhkan untuk reaksi tersebut.
Sebelumnya reaksi adalah zat yang bereaksi habis dan karena itu membatasi
kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu. Pereaksi atau pereaksi. Pereaksi lain
dikatakan berlebih karena tertinggal sejumlah yang tak bereaksi. Perhitungan yang
didasarkan pada persamaan yang berimbang haruslah dimulai dari banyaknya
pereaksi pembatas.Rumus suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang
bersenyawa secara kimia dalam suatu satuan zat (Brady, 1999).
Dalam ilmu kimia, stokiometri (kadang disebut stokiometri reaksi untuk
membedakannya dari stokiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia
(persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu Stoicheion yaitu elemen
dan metria  yaitu ukuran. Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa
unsur-unsur pada senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia
secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa, yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika
modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konversi energi dan
bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting
dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting
mengenai kesetimbangan, termodinamika dan kinetika (David, 2007).
Hukum - Hukum Dasar Kimia
 Hukum kekekalan massa (Lavoisier)
Menyatakan bahwa “ massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama “.
Hukum ini juga dikenal dengan hukum kekekalan zat yang menyatakan
bahwa materi tidak dapat dimusnahkan.
 Hukum perbandingan berganda (Dalton)
” Jika dua unsur dapat membentuk dua macam senyawa, maka massa yang
sama dari salah satu unsur dikedua senyawa akan menyebabkan massa
unsur yang lain akan berbanding sebagai bilangan sederhana”.
 Hukum perbandingan timbal balik (Richter)
” Jika A dan B dapat membentuk senyawa, dan masing-masing dapat pula
membentuk senyawa dengan unsur lain”. Misalnya AC dan BC, maka
massa yang sama dari unsur C dikedua senyawa akan menyebabkan
perbnadingan A dan B dalam AC dan BC sama dengan perbandingan A
dan B dalam senyawa AB sama dengan perbandingan A dan B dalam
senyawa AB atau kelipatan sederhana dari padanya.
 Hukum perbandingan setara
” Bila suatu unsur bergabung dengan unsur lain, maka perbandingan massa
kedua unsur tersebut sama dengan perbandingan massa ekuivalennya (atau
suatu kelipatan sederhana dari padanya).”
 Hukum perbandingan tetap ( Proust )
” Perbandingan massa unsur –unsur pembentuk senyawa selalu tetap.”
 Hukum penyatuan volume ( Gay Lussac )
“ Pada suhu dan tekanan tertentu, perbandingan volume gas-gas yang
bereaksi dan gas hasil reaksi selalu berbanding sebagai bilangan kecil dan
bulat.”
 Hukum avogadro
” Pada suhu dan tekanan tertentu, setiap gas yang volumenya sama akan
mengandung jumlah partikel yang sama.” (Atkins, 1994).
Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol
yang bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik
perubahan kalor maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap
komposisi campuran (Vogel, 1985).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, gelas piala, pengaduk,
gelas arloji, oven, timbangan dan kertas saring.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Pb(NO3)2, NaCl, dan
aquadest.

3.2 Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan


Tabel 3.2. Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan

No Bahan BM (g/mol) TD (0C) TL Hazard


(0C)
1 Pb(NO3)2 331,2 1749 270 Irritan dan toksic
2 NaCl 58,4 1465 801 Aman
3 Aquadest 18 100 0 Aman

3.3 Cara Kerja

Pb(NO3)2

dimasukkan dengan menggunakan buret ke dalam gelas piala 50


ml dengan volume yang tertera pada tabel
ditambahkan larutan NaCl dengan volume yang sesuai seperti
dalam tabel
diaduk campuran tersebut
disaring dengan kertas saring yang sudah diketahui beratnya
ditaruh endapan bersama kertas saring didalam gelas arloji
dikeringkan dalam oven pada suhu 900 selama 1 jam

Hasil
Tabel 3.1. Volume Pb (NO3)2 dan NaCl

No Pb (NO3)2 0,05 M (mL) NaCl 1,00 M (mL)


1 6 14
2 10 10
3 12 8
4 14 6
5 18 2
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisik Edisi Ke-4 Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Brady, E. James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binaputra
Aksara.

David. 2007. Schaum’s Outline Kimia Untuk Pemula Edisi Ketiga. Terjemahan dari
Schaum’s Outlines of Theory and Problems of Beginning Chemistry Third
Edition, Oleh Suminar. Jakarta: Erlangga.

Keenan, W. Charles. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid I. Jakarta: Erlangga.


Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar. Jakarta: Gelora Aksara.
Respati. 1992. Dasar – Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman MediaPusaka.

Anda mungkin juga menyukai