Anda di halaman 1dari 3

a. Kendala dan Hambatan yang dialami oleh PT.

Bank Rakyat Indonesia Tbk

dalam melaksanakan pemberian kredit kepada UMKM Sebelum Pandemic

Dalam melaksanakan pemberian kredit kepada UMKM, PT. Bank

Rakyat Indonesia tidak luput mengalami beberapa kendala dan hambatan.

Banyaknya jumlah debitur UMKM yang mengajukan permohonan kredit

kepada PT. BRI, membuat pihak bank harus banyak memperhatikan dan

menyeleksi UMKM mana yang sesuai dengan kriteria sehingga kredit ini

dapat diberikan secara adil dan tidak melenceng dari kegunaannya. Hal ini

menjadi salah satu kendala yang dialami dari PT. BRI yaitu agak sulit dalam

mendapatkan nasabah/debitur UMKM dengan kualitas baik yang sesuai

dengan ketentuan. Banyak calon debitur UMKM yang tidak dapat memenuhi

persyaratan dari bank seperti identitas diri yang lengkap maupun kondisi usaha

yang belum layak untuk mendapatkan kredit. Terkadang, tidak sedikit debitur

UMKM yang melakukan berbagai cara agar dapat diterima permohonan

pengajuan kreditnya, sehingga banyak terjadi kecurangan seperti memalsukan

beberapa datanya.

Adanya kendala seperti ini membuat PT. BRI harus lebih berhati-hati

dan melakukan analisis yang lebih mendalam terhadap calon debitur UMKM

yang nantinya akan diberikan kredit. Analisis secara mendalam ini agar

mencegah terjadinya kesalahan dan kecurangan yang dilakukan oleh calon

debitur, sehingga pemberian kredit bisa dilakukan sesuai ketentuan dan tepat

sasaran.
1) Hambatan dan Kendala yang Dialami Oleh PT. BRI dalam Pemberian

Kredit kepada UMKM Terdampak COVID-19

Dalam pelaksanaan pemberian kredit kepada UMKM Terdampak

COVID-19 ini, tentu saja akan selalu ada hambatan dan kendala yang dialami

oleh BRI. Banyaknya jumlah pelaku UMKM yang mengajukan permohonan

kredit ke BRI membuat pihak bank harus sangat teliti dan cermat dalam

memilih UMKM mana yang sesuai ketentuan untuk diberikan kredit.

Banyaknya jumlah pelaku UMKM ini juga menjadi salah satu kendala

dikarenakan sulitnya menyeimbangkan antara kebutuhan nasabah dengan

kapasitas kredit bank. Tingginya kebutuhan nasabah ini membuat PT. BRI

harus membatasi kriteria nasabah yang mendapatkan program relaksasi kredit

sehingga pemberian kredit ini sesuai dan tepat sasaran bagi UMKM yang

memang benar-benar sesuai dengan ketentuan.

Hambatan kedua yaitu kemungkinan terjadinya moral hazard dari

pelaksanaan restrukturisasi kredit ini. Moral Hazard disini adalah

permasalahan yang terjadi ketika debitur menggunakan dana dari bank untuk

kepentingan penggunaan lain di luar yang telah diperjanjikan dengan bank.

Dalam hal ini, pihak PT. BRI perlu memastikan dan melakukan monitoring

terhadap pelaku UMKM sehingga dana yang telah diberikan tidak digunakan

untuk hal lainnya dan pelaku UMKM dapat mengembalikan dananya tersebut

dengan lancar dan tidak ada hambatan.

Hambatan ketiga adalah kesulitannya untuk tatap muka dengan calon

debitur dikarenakan harus mentaati social distancing dan pembatasan akses

selama pandemic COVID-19 ini. Kesulitan untuk tatap muka ini pun juga

menjadi hambatan dalam proses verifikasi data dan pengkinian kondisi


debitur. Hal lainnya akibat dari pandemic ini juga adalah berkurangnya

layanan operasional karena di PT. BRI menetapkan jadwal Work From Home

dan Work From Office sehingga dilakukannya mekanisme Split Office.

Dikarenakan kondisi pandemic ini, maka pihak PT. BRI harus dapat

memanfaatkan fasilitas dari teknologi yang sedang berkembang yaitu seperti

layanan aplikasi yang ditawarkan oleh Google, aplikasi zoom meeting,

software manajemen dan akutansi, dan lain sebagainya. Dengan adanya

bantuan teknologi tersebut, maka proses verifikasi data debitur pun dapat

berjalan dengan lancar dan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Anda mungkin juga menyukai