Anda di halaman 1dari 23

Lichen planus oral (LP) adalah sebuah penyakit peradangan yang kronik pada mukosa

mulut, penyebabnya masih belum diketahui. Manajemen klinis LP oral dapat memberi kesulitan
yang cukup besar kepada dokter kulit dan dokter mulut. Para penulis telah bertemu di Perancis
antara 9-15 Maret 2003 untuk menghasilkan sebuah dokumen konsensus berdasarkan pada
literatur peer-review yang terkini yang telah dipublikasikan di dalam jurnal internasional.
Beberapa aspek dari LP oral yang ingin dibahas telah diputuskan oleh panel sebelumnya dan
ditugaskan kepada setiap peserta sesuai dengan bidang keahliannya. Selama pertemuan
berlangsung, laporan disajikan oleh penulis dan dibahas oleh panel.

Artikel yang dipilih adalah yang artikel yang diterbitkan setelah Maret 2003 dan
disertakan penulis di dalam daftar referensi. Aspek LP oral dibahas dan disajikan dalam 2 bagian
tinjauan semasa termasuk infeksi virus dan immunopatogenesis (Bagian 1) serta manajemen
klinis dan potensi untuk terjadinya keganasan (Bagian 2).

Managemen Lichen Planus Oral

Meskipun LP oral sering tidak bergejala, bentuk atrofi dan erosive LP oral dapat
menyebabkan terjadinya gejala mulai dari rasa sakit seperti sensasi terbakar yag parah, sulit
untuk berbicara, makan, dan menelan. Pasien dengan gejala LP oral sering memerlukan terapi
dan perlu diobati jika gejala yang terjadi cukup signikan.

LP oral merupakan sebuah penyakit kronik, oleh karena itu riwayat kesehatan pasien,
kondisi fisiologispasien, dan kepatuhan pengobatan, serta interaksi obat yang mungkin terjadi,
harus dipertimbangkan untuk mengevaluasi efektivitas biaya (cost-effectiveness) dari setiap
modalitas pengobatan. Jika lesi lichenoids oral yang diduga terjadi akibat penggunaan obat yang
diberikan, maka obat tersebut perlu diberhentikan bila memungkinkan.

Plak dan pelumpukan kalkulus secara signifikan berhubungan lebih tinggi dengan
kejadian eritema dan erosi gingiva lesi LP oral, sedangkan kebersihan mulut yang baik sangat
penting dan dapat meningkatkan penyembuhan LP oral. Trauma mekanis akibat prosedur gigi,
gesekan dari alatan yang berujung tajam, restorasi gigi yang kasar, dan prosthesis gigi yang
buruk dapat munjadi faktor yang dapat memperburuk gejala LP oral dan perlu diberi perhatian.
Selanjutnya, restorasi gigi dengan amalgam dapat menyebabkan lesi lichenoid oral yang semakin
membaik selapas amalgam digantikan dengan bahan restoratif lainnya. Meskipun telah
disarankan bahwa lesi yang terletak berdekatan secara anatomi dengan gigi yang diisi dengan
amalgam dan positif tes patch dengan senyawa merkuri perlu diganti, resolusi daerah livhenoid
tidak dapat dijamin meskipun restorasi dari komposit resin digunakan bahkan kadang-kadang
dapat juga meyebabkan lesi lichenoid. Selain itu, penggunaan mahkota gigi dari bahan logam
dan seramik tampaknya tidak dapat memfasilitasi penyembuhan lesi pada tingkat yang sama
sebaik pada penggunaan mahkota emas, meskipun beberapa laporan ada juga yang menyoroti
terjadinya banyak reaksi alergi terhadap garam emas.

Profil psikologis pasien LP oral juga harus diperhitungka. Studi telah melaporkan bahwa
pasien yang mengalami kecemasan pada tahap yang tinggi, depresi yang lebih parah, dan
peningkatan gangguan psikis pada pasien LP oral adalah lebih banyak dijumpai dibandingkan
dengan kelompok kontrol, dan stress merupakan salah satu penyebab yang paling sering
menyebabkan eksaserbasi akut pada pasien LP oral.

Berbagai rejimen pengobatan (Tabel 1) telah dirancang untuk memperbaiki manajemen


gejala LP oral, tetapi kesembuhan yang permanen masih belum memungkinkan. Beberapa
pengobatan kurang memadai dilakukan pada studi terkontrol (controlled study). Beberapa uji
coba terkontrol yang dilakukan secara acak telah dilakukan, biasanya hanya sejumlah kecil
pasien dilibatkan untuk mendapatkan sebagian besar hasil respon yang menguntungkan terhadap
tindakan pengobatan yang diteliti, menunjukkan terdapatnya bias publikasi. Karea heterogenitas
yang besar dari laporan yang diterbitkan, banyak data tidak dapat langsung dibandingkan dan
meta-analisis menjadi bermasalah. Anehnya, beberapa modalitas pengobatan yang disarankan
juga diduga dapat menyebabkan lesi lichenoid. Pendekatan pengobatan LP oral yang disarankan
seperti yang terdapat pada gambar 1.
Tabel I. Pengobatan empiris untuk lichen planus oral (diubah dari Carrozzo dan
Gandolfo3)

Kortikosteroid
Topikal
Betametasone phosphate
Betamethasone valerate*
Clobetasol propionate*
Fluocinolone acetonide
Fluocinonide*
Fluticasone propionate
Hydrocortisone hemisuccinate
Triamcinolone acetonide
Sistemik
Prednisone
Methylprednisolone
Retinoids
Topikal
Fenretinide
Isotretinoin*
Tazarotene*
Tretinoin*
Sistemik
Acitretin**
Etretinate
Isotretinoin
Temarotene
Tretinoin
Immunosuppresive agents
Azathioprine
Siklosporin*
Lainnya
Amphotericin A
Basiliximab
Diethyldithiocarbamate
Dapsone
Doxycycline
Enoxaparin
Glycyrrhizin***
Griseofulvin#
Hydroxychloroquine sulphate#
Interferon#
Levamisole#
Magnetism
Mesalazine#
Phenytoin#
Photopheresis
Psychotherapy#
PUVA#§
Reflexotherapy
Operasi#
Tacrolimus
Thalidomide***

* Studi kontrol-plasebo menegaskan kemanjuran dalam lichen planus oral.


** Sebuah studi kontrol-plasebo dari 65 pasien dengan LP, beberapa dari mereka
mempunyai keterlibatan membran mukosa, sudah disingkirkan. Akan tetapi penulis tidak
mentukan dengan jela baik persentasi dari populasi studi dengan keterlibatan oral maupun
kriteria respon untuk lesi rongga mulut.109
*** Pada studi, terapi glycyrrhizin dibandingkan dengan hanya pada pasien yang
melakukan pembersihan gigi.
* Modalitas pengobatan dicurigai mencetuskan lesi lichenoid
* Sebuah studi kontrol dengan design mulut – dipisah telah disingkirkan.
Gambar 1. Penatalaksanaan klinis Lichen Planus oral.

Diagnosa OLP

- Riwayat - Histotologi dan immunofloresen


- Obat - Pemeriksaan HCV
- Pemeriksaan klinis - Pemeriksaan patch untuk alat dental

Asimtomatik Perbaikan/control oral hygiene Erosi dan/atau

Elakkan faktor risiko: simtomatik

Tidak perlu pengobatan Obat, makanan, bahan kimia,

dan lain-lain.

Follow-up setiap Reasuransi

6 bulan

Positif untuk Kandida Smear untuk Kandida

Negatif untuk Kandida

Steroid topikal + anti jamur Steroid topical**

Respons memuaskan Respons tidak

memuaskan

Pemeliharaan dengan Steroid sistemik

Steroid topical

Respons tidak

memuaskan

Follow-up Pengobatan alternative

(tacrolimus, retinoid,

PUVA, steroid

Intralesional
Kortikosteroid

Kortikosteroid sistemik. Kortikosteroid sistemik mungkin merupakan pengobatan yang


paling efektif untuk pasien yang mengalami erosi LP oral yang menyebar atau penyakit yang
terjadi di banyak tempat (multisite), namun literatur tentang penggunaan kortikosteroid sistemik
adalah terbatas dalam uji klinis yang tidak dilakukan secara acak. Baik prednisolon maupun
metil prednisolon telah digunakan untuk mengobati erosi LP oral yang parah dan sulit diobati.
Prednisone sistemik dapat digunakan untuk mengendalikan bisul dan eritema pada LP oral
namun pengobatan dengan asetonid triamsinolon topikal saja adalah lebih baik. Menariknya,
didapati kortikosteroid topikal mempunyai efek yang sama atau lebih baik berbanding dengan
efek kortikosteroid sistemik maupun kombinasi keduanya. Kortikosteroid sistemik dapat
diindikasikan pada pasien yang kondisinya sudah tidak responsive lagi terhadap steroid topikal
atau pada pasien dengan penyakit mukokutan dan dalam dosis yang tinggi (1,5-2 mg/ kg/ hari),
namun efek samping mungkin dapat terjadi meskipun pengobatan diberi hanya untuk waktu yang
singkat.

Kortikosteroid topikal (Tabel 2). Kortikosteroid topikal banyak digunakan dalam


pengobatan LP oral utuk mengurangi rasa sakit dan peradangan. Triamsinolon asetonid
umumnya digunakan dalam orabase atau lozeng. Penggunaan dengan suspensi oral triamsinolon
juga didapati memberikan efek yang menguntungkan. Larutan hidrokortison hemisussinat
menunjukkan sedikit manfaat dalam mengobati LP oral, sedangkan pelet atau erosol velerat
betametason menunjukkan beberapa efektivitas dalam mengobati LP oral. Obat kumur steroid
potesi tinggi seperti betametason dinatrium fosfat atau clobetasol propionate, dapat digunakan
untuk mengobati LP oral secara meluas amun penggunaan obat ini dapat menyebabkan
penyerapa sistemik serta menyebabkan penekanan poros hipofisis-adrenal. Baru-baru ini ,
semprot flutikason propionat telah digunakan secara efektif dalam pengelolaan gejala LP oal
untuk jangka waktu yang pendek., namun 10% dari pasien tidak mentolerir terhadap obat
tersebut selama lebih dari 3 minggu. Kortikosteroid topikal dalam pasta perekat, seperti
betametason asetonid valerat, klobetasol, flucinolon, fluocinonida, dan triamsinolon asetonid
telah banyak digunakan. Steroid berfluorinasi dapat mempunyai efek yang lebih kuat dan sangat
efektif, steroid berfluorinasi didalamnya termasuk fluocinonida 0,05% dan flucinolone asetonid
0,1%. Fluocinonida 0,05% dan flucinolone asetonid 0,1% telah ditemukan efektif dalam
mengobati LP oral yang berat dan sebelumnya telah gagal diterapi oleh obat lain. Flucinolone
asetonid 0,1% orabase telah terbukti lebih efektif daripada triamsinolon asetonid 0,1% dalam
bentuk sediaan obat yang sama dan tidak mempunyai efek samping yang serius. Selain itu,
efektivitas berbagai bentuk sediaan obat topikal oral untuk asetonid fluocinolone untuk
mengobati LP oral dalm tempoh 2 tahun untuk menghasilkan remisi yang lengkap adalah 77,3%,
21,4%, dan 17,0% pada jumlah pasien untuk kelompok orabase fluocinolone asetonid (FAO),
larutan fluocinolone asetonid (FAS), dan FAS/FAO, masing-masing. Obat ini juga dapat
digunakan secara efektif untuk mengobati lesi suar (lesion flare) lichenoid pada pasien dengan
penyakit sistemik seperti hipertensi, penyakit jantung, atau diabetes mellitus tanpa efek samping
yang serius. Larutan clobetasol propionate, salep, atau orabase juga telah terbukti secara efektif
untuk megobati LP oral. Clobetasol bisa lebih efektif daripada fluocinonide untuk memperbaiki
lesi , dan penggunaan clobetasol jangka panjang (6 bulan) dapat membantu untuk mengawal
penyakit ini, dan menawarkan periode bebas penyakit substansial dalam 65% pasien setelah 6
bulan masa tindak lanjut.

Meskipun terdapat beberapa laporan menunjukkan penyerapan sistemik dan supresi


adrenal dari kortikosteroid topikal yang super-potent pada pengobatan gangguan kulit yag kronis,
supresi adrenal belum ditemukan pada penggunaan jangka panjang kortikosteroid topikal pada
daerah mulut seperti fluocinonide 0,05%, fluocinolone asetonid 0,1%, dan clobetasol 0,05%.
Pseudomembran kandidiasis akut adalah satu-satunya efek samping yang umum dijumpai akibat
terapi kortikosteroid topikal. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian antijamur (gel miconazole)
saja atau dengan obat kumur chlorhexidine.

Pemberian kortikosteroid secara intalesi. Suntikan hidrokortison, deksametason,


triamsinolon asetonid, dan metilprednisolon secara intralesi telah digunakan untuk mengobati LP
oral. Namun, suntikan bisa menyebabkan kesakitan, tidak selalu efektif, dan memiliki efek lokal
seperti atrofi pada mukosa.

Kesimpulannya, kortikosteroid sistemik harus diberikan untuk eksaserbasi akut atau pada
lesi yang banyak atau lesi yang luas. Perawatan dengan kortikosteroid topikal dapat digunakan
bersama kortikosteroid sistemik atau dapat digunakan kortikosteroid topikal saja untuk
mengurangi efek samping sistemik.
Tabel 2. Laporan hasil uji coba kortikosteroid topikal dalam manajemen LP oral
(dimodifikasi dari Carozzo dan Gandolfo 19993)

Obat Kelas/ Rujukan Pasien Hasil (%) Durasi Tipe studi


Potensi (n) CR PR NR (minggu
obat )
Betamethasone 5 Cawson 30 43 23 34 2-48 Terbuka
valerate 196833

Tyldedley 11 64 9 27 8 Kontrol-
197734 Plasebo
Bethamethasone 7 Hegarty dkk 44 - 73 27 6 Pembandingan
natrium 200235
phosphate**
Clobetasol 1 Lozada-Nur 9 56 22 22 2 Terbuka
propionate dkk 199136
Sardella dkk 14 57 22,5 22,5 4 Pembandingan
199837***
Carbone dkk
199938
20 75 25 - 24 Kontrol-
LoMuzio dkk Plasebo,
200139 Pembandingan
Gonzales- 24 100 - - 2 Pembandingan
Moles dkk
200240 30 93 - 7 48 Terbuka
Fluocinolone 4 Thongprasom 19 68 ? ? 4 Pembandingan
acetonide dkk 199241
Fluocinonide 3 Lozada dan 56 52 48 - 2 Kontrol-
Silverman Plasebo
198042
Voute dkk 20 20 60 20 9 Kontrol-
199338 Plasebo
Carbone dkk 20 25 65 10 24 Kontrol-
199938 Plasebo,
Pembandingan
#
Fluticasone 3 Hegarty dkk 44 - 80 20 6 Pembandingan
propionate 200235
Hydrocortisone 7 Holbrook 54 48 37 15 2-4 Terbuka
hemisuccinate dkk
199844
Triamcinolone 4 Thongprasom 19 42 ? ? 4 Pembandingan
acetonide dkk 199241

CR, Respon sempurna; PR, Respon parsial; NR, Tiada respon.


*Kelas 1 adalah yang paling potent; kelas 7 adalah yang paling tidak potent.222
**Betamethasone natrium phosphate memiliki perbandingan potensi terhadap dexamethasone
natrium phosphate
***Sardella dkk menggunakan salep clobetasol saja; semua studi lain terhadap clobetasol,
kecuali Gonzales-Moles dkk, menggunakan clobetasol dalam berbagai media perekat.
#Berdasarkan kepada Italian Pharmacopeia (PFN 2003),223 salep atau krim fluticasone propionate
0,05% mempunyai pembandingan potensi terhadap fluocinonide, namun dalam studi Hegarty
dkk (2002)35 menggunakan obat dalam bentuk semprotan.

Anti-jamur
8,59
Candida albicans terjadi sekitar 37% pada lesi LP oral. Gejala dari LP oral dapat
diperparah oleh pertumbuhan yang berlebihan atau infeksi candida, pengobatan antijamur pada
lesi erosi dengan candida dapat mengubah lesi menjadi bentuk reticular. 5,60 Secara teori
pengunaan pengobatan antifungal pada beberapa kasus oral LP dapat mengurangi potensi
candida albicans dalam memproduksi carcinogenic N- nitrosobenzylmethylamine. 61 Antijamur
62-65
griseofulvin telah digunakan tetapi dilaporkan tidak adanya perbaikan selama pengobatan
oral LP dengan griseovulvin dan sebaliknya, kondisi mejadi lebih parah pada beberapa pasien.

Perbaikan klinis dengan perbaikan dari gejala telah dilaporkan pada penggunaan
69 5,30,70
amphotericin B, nystatin, azole antifungal. Gel miconazole terbukti efektif pada
41
pengobatan erupsi kandidiasis selama terapi steroid topikal pada setiap kasus oral LP dan
berguna sebagai terapi tambahan dengan steroid topikal.38

Siklosporin ( Tabel III)71-89

Siklosporin adalah sebuah polipeptida yang menginhibisi transkripsi dari beberapa gen
sitokin dengan supresi produksi sitokin sel T. ini mungkin menguntungkan dalam pengobatan
71,72,76
oral LP. Beberapa studi mengusulkan siklosporine efektif baik digunakan secara topical
71,80,88 73-7,83,86,87
atau dalam bentuk obat kumur, tetapi lainnya dilaporkan sedikit menguntungkan
79,82,8
atau tidak adanya perbaikan yang signifikan.77,78,81,84,89

Pada pasien LP oral, absorpsi sistemik berkemungkinan rendah dan kebanyakan studi
tidak mendeteksi siklosporin dalam darah tepi. Walaupun banyak studi yang menyatakan
efektifnya siklosporin, keburukan dari obat ini adalah rasa yang tidak enak, rasa terbakar
sementara pada awal penggunaan, dan harga yang mahal. 74,75,82,88

Studi banding dari siklosporin dan triamcinolone acetonide dalam pengobatan LP oral
tidak berbeda secara signifikan pada tingkatan remisi, 90 dan studi banding terkini yang lain
menemukan bahwa clobetasol dalam adhesi medium lebih efektif daripada siklosporin dalam
medium yang sama.91 Siklosporin dapat menjadi alternative pada pengobatan konvensional untuk
awal pengobatan LP oral.

Akan tetapi, ini tidak boleh dijadikan sebagain obat pilihan pertama karena harga yang
mahal untuk pengobatan jangka panjang dan tersedianya alternatif efektif. Efek samping dari
sistemik siklosporin berupa hipertensi dan nephrotoxicity, tidak termasuk penggunaan untuk LP
oral.

Tabel III. Laporan uji coba dari siklosporin topical dalam menagemen lichen planus oral
(diubah dari Carrozzo dan Gandolfo, 19993 )

Penulis Pasien Bentuk Dosis Lama Hasil Efek samping


(n) sediaan harian pengobatan
obat (mg)
Frances dkk 4 Topikal 25 4 RK/RB Tidak ada
198871
Balato dkk 7 Obat 50-100 8 RK/RB Tidak
198972 kumur diketahui
Eisen dan 16 Obat 1500 8 RK/RB Rasa terbakar
Ellis 199075 kumur sementara
Eisen dkk 6 Obat 1500 8 RK Rasa terbakar
199074 kumur sementara
Eisen dkk 6 Obat 500 8 RK Tidak ada
199073 kumur
Ho dkk 4 Obat 600 8-12 RK Tidak
76
1990 kumur diketahui
Veller dan 2 Topikal 100 12 TR Tidak
Catalano diketahui
199177
Ho dan 4 Obat 600 8-12 TR Tidak
Conklin kumur diketahui
199178
Levell dkk 7 Obat 1500 4 TR Tidak
199179 kumur diketahui
Gombos dkk 6 Topikal 48 8 RK(?)/RB(?) Tidak
199280 diketahui
Itin dkk 7 Topikal 126 8 TR/RB Tidak
81
1992 diketahui
Porter dkk 6 Obat 1500 8-10 RB Rasa terbakar
199382 kumur sementara,
penumpukan
diantara gigi
Pacor dkk 14 Obat 500 12 RK Tidak ada
199483 kumur
Voute dkk 9 Topikal Tidak 3 TR Tidak ada
199484 diketahui
Becherel 8 Topikal 50 12 TR/RK Tidak ada
dkk 199585
Harpenau 15 Obat 500 4 RK Tidak ada
dkk 199586 kumur
Lopez- ? Obat 250 8 RK? Tidak
Lopez dan kumur diketahui
Rosello-
Llabres
199587
Epstein dan 14 Topikal Tidak 4 RB/TR Rasa terbakar
Truelove diketahui sementara
199688
Jungell dan ? Obat 450 4 TR/RB Tidak
Malmstrom kumur diketahui
199689

RK, respon komplit; RB, respon sebagian; TR, tidak respon.

Retinoids

Bentuk sistemik dan topikal dari retinoid telah digunakan dalam pengobatan LP oral. 92-97
Topikal 0,1% vitamin A secara cepat menghilangkan lesi putih pada LP oral tetapi semua kasus
terjadi relaps pada minggu ke 2-5 setelah penghentian pengobatan. 98 Isotretinoin gel 0,1% dan
tretinoin ointment menghasilkan perbaikan yang signifikan pada pasien LP oral. Dilaporkan
hanya sensasi terbakar sementara atau iritasi pada awal penggunaan.99,100 Pengobatan selanjutnya
sengan tretinoin topikal, pemeriksaan histologi menunjukkan bahwa keratinisasi dapat berkurang
secara signifikan atau hilang.101 Topikal fenritinide terbukti benefit dalam pengobatan LP oral
dengan efek samping102 minimal akan tetapi tidak tersedia. Akan tetapi, 0,05% gel retinoic acid
kurang efektif daripada flucinolone acetonide 0,1%.103 Sistemik etretinate sukses dalam
penggunaannya untuk pengobatan LP oral yang parah.94,104 Pada erosi LP oral, etretinate (25-75
mg perhari untuk 8 minggu) menghasilkan hanya sedikit perbaikan dengan sering dan efek
samping yang parah.105 Ketika etretinate memberikan pengobatan yang efektif untuk LP oral
yang parah, relaps terjadi secara umum setelah penghentian terapi. 94,106 Efek samping umumnya
termasuk cheilitis, general pruritus, rambut rontok, mucosa membran menjadi kering,
pronychia,94,105,107 dan peningkatan level serum transaminase.95

Sistemik isotretinoin sukses digunakan pada refrakter erosive parah LP oral pada terapi
konvensional108 tetapi relaps terjadi dalam 2 bulan setelah penghentian obat. 96 Pada studi kontrol
double blind, acitretin lebih efektif daripada plasebo.109 Temarotene adalah sebuah analog
retinoid dengan beberapa efek samping dan telah terbukti efektif. 110 Dosis rendah oral dari
tretinoin ( semua asam trans-retinoid) telah digunakan pada LP oral yang membandel dengan
remisi parsial atau komplit dan tanpa efek samping.111

Saat ini, topikal retinoid baru, tazarotene telah digunakan pada pengobatan LP oral dan
ditunjukkan berguna dalam hiperkeratotik LP oral dalam studi kontrol random plasebo kecil.112

Karena kemungkinan efek samping dari sistemik retinoids dan tingkat remisi yang
rendah, penggunaan primer retinoid disarankan unutk tidak digunakan.113 Sistemik dan topikal
retinoid disarankan digunakan sebagai terapi adjuvan114

Tacrolimus

Tacrolimus adalah agen immunosupresi poten, menghambat aktivasi T-cell pada 10-100
kali konsentrasi lebih rendah daripada siklosporin. Topikal tacrolimus terlihat dapat penetrasi
kulit lebih baik daripada siklosporin.115 Penggunaan obat ini secara topikal dapat mengontrol
gejala dan perbaikan signifikan erosi LP oral refrakter.116,117 Iritasi lokal merupakan efek samping
umum yang terjadi.118 Salep tacrolimus 0,1% lebih ditoleransi dan tampak efektif pada erosi LP
oral yang tidak respon terhadap steroid topikal. 119 Walaupun topikal tacrolimus efektif dan dapat
ditoleransi, beberapa pasien LP oral terbakar setelah penghentiaan pengobatan.120 Saat ini,
pengobatan erosi LP oral kronik dengan tacrolimus konsentrasi rendah memberikan efek paliatif
bermakna dan cepat,121 tetapi semua pasien relaps setelah penggunaan 12 bulan pada studi lanjut
ini.

Ultraviolet irradiasi

Fotokemoterapi dengan 8-methoxypsoralen dan sinar ultraviolet gelombang panjang


(PUVA) telah berhasil digunakan di dalam pengobatan lesi kulit dan kutaneus LP. Itu pertama
kali digunakan dalam pengobatan recalcitrant oral. 87% pasien yang diobati dengan ultraviolet
A, tanpa sistemik atau fotosensitif topikal menunjukkan pembaikan yang bermakna. Beberapa
studi menunjukkan bahwa terapi dengan PUVA juga mempunyai efek teraputik. Untuk
menghindari efek samping ini, dapat digunakan fotosensitif dengan trioxsalen 0,01% topikal.
Walaupun mukosa oral ini lebih resistensi pada kulit untuk kerusakan fototoksid ini. PUVA
dengan 8-methoxypsoralen mempunyai banyak efek samping seperti mual, pusing,gejala pada
mata, paraestesia dan sakit kepala. Fotokemoterapi boleh digunakan untuk beberapa tingkat erosi
oral LP yang tidak ada respon terhadap pengobatan konvensional. Tambahan pula terdapat
pertimbangan bahwa terapi PUVA menunjukkan ada potensi terhadap oncogenik. Oleh itu studi
yang lebih jauh diperlukan terhadap terapi PUVA untuk oral LP ini.

Pengobatan Miscellaneous

Antibiotik. Pengobatan dengan Tyldesley berhasil mengobati kesakitan akibat erosif oral
LP dengan 2% aureomycin. Ditemukan juga dalam beberapa kasus bahwa Tetracycline
(doxycycline) juga berguna dalam pengobatan lesi gingival, tetapi yang lain ia juga
menunjukkan sedikit manfaat . Walaubagaimanapun, untuk sementara ini pengobatan dengan
antibiotik tidak direkomendasi untuk pengobatan rutin oral LP.

Antimalaria. Hydroxychloroquine sulfat menunjukkan beberapa klinikal effisiensi


dengan perbandingan 9 berbanding 10 untuk pasien oral LP. Dilaporkan juga pasien yang
menderita LP bawah bibir yang diberi pengobatan selama 3 bulan dengan chloroquine fosfat
memberikan respon yang sangat bagus. Akan tetapi, antimalaria agen juga terlibat terhadap
penyebab reaksi LP oral.

Azathioprine. Effisiensi azathioprin dalam pengobatan erosi dan general oral LP telah
dilaporkan. Biasanya ahli Dermatologi menggunakan obat ini untuk pengobatan penyakit tidak
kunjung sembuh di dalam kavitas oral. Azathioprine juga berpotensi untuk efek
immunosupressif termasuk suppressif sumsum tulang dan penggunaan jangka panjang bisa
meningkatkan risiko terhadap malignan internal. Akan tetapi penggunaan sistemik steroid
tunggal atau gabungan sistemik steroid dengan steroid topikal menunjukkan hasil lebih baik
dibandingkan penggunaan azathioprine.

Dapsone. Dapsone telah digunakan dalam pengobatan erosi oral LP dengan beberapa
manfaat. Ia seharusnya dipertimbangkan dalam kasus resisten, terutama apabila muncul erosi lesi
berat. Beberapa efek samping seperti hemolisis dan sakit kepala juga bisa terjadi. Umumnya
penggunaan dapsone dalam pengobatan oral LP dicegah.

Glycyrrhizin. Pengobatan yang berhasil untuk pasien oral LP dengan infeksi kronik
hepatitis C telah dilaporkan. Glycyrrhizin yang diberikan secara intravena terhadap pasien oral
LP dengan infeksi HCV memberikan klinikal yang effektif. Karena obat ini diketahui
mempunyai efek hepatoprotektif, kegunaannya dalam pasien oral LP diperlukan kajian yang
lebih jauh.

Interferron. Dua studi kecil non-kontrol mencadangkan secara topikal digunakan


persediaan gel yang mengandungi fibroblast interferon manusia (HuIFN-beta) dan interferon-alfa
(IFN-alfa) krim bisa membaikkan erosi oral LP. Studi yang lebih jauh terhadap HuLFN-beta
telah dilaporkan tingginya teraputik tidak berkesan dalam pengobatan oral LP. Menariknya,
perkembangan dan pemburukan oral LP semasa dan selepas terapi IFN-alfa untuk infeksi HCV
telah dilaporkan walaupun sistemik IFN-alfa (3-10 juta UI tiga kali per minggu) telah berhasil
digunakan untuk mengobati pasien dengan oral LP dengan dan tanpa infeksi HCV.

Levamisole. Levamisole telah digunakan sebagai immunomodulator dalam oral LP.


Kombinasi levamisole dan herba medikal Chinese bisa mencapai lebih banyak pengurangan
yang sempurna berbanding dengan terapi yang diberi secara tunggal. Kombinasi terapi dengan
sistemik steroid dosis rendah bisa juga membantu dalam kontrol erosif oral LP yang berat. Akan
tetapi, kadang-kadang levamisole bisa menstimulasi lesi likenoid itu sendiri.

Mesalazine. Mesalazine (5-aminosalisiklik asam) adalah obat baru yang digunakan


secara meluas terhadap pengobatan penyakit inflammasi usus. Apabila mesalazine topikal
dibandingkan dengan clobetasol propionate untuk pengobatan simptomatik oral LP, ianya
effektif sebagai steroid topikal. Menariknya, mesalazine mampu merangsang pembentukan lesi
likenoid.

Phenytoin. Terdapat 1 laporan terhadap terapi phenytoin dalam oral LP. Dalam 4 kasus
oral LP, Hanya 2 kasus saja yang mengalami penyembuhan sempurna dengan obat ini. Tiada
studi yang lebih jauh yang mengkonfirmasi effisiensi obat phenytoin ini atau efek sampingnya.
Akan tetapi phenytoin juga bisa menstimulasi lesi likenoid.

Reflexoterapi. Terdapat 1 laporan reflexoterapi dalam pengobatan oral LP ini.

Operasi. Pemotongan surgikal telah direkomendasi untuk isolasi plak atau erosi yang
tidak sembuh karena ianya akan menyediakan spesimen jaringan yang bagus untuk diagnosis
konfirmasi histopatologi dan bisa menyembuhkan penyakit lokal tersebut. Pemotongan surgikal
yaitu cryosurgery telah digunakan. Cryosurgery telah berhasil digunakan dalam kasus erosif oral
yang resistan terhadap kebanyakkan pengobatan. Laser CO2 telah digunakan dalam pengobatan
lesi multisenstrik atau dalam kawasan oral LP yang sukar. Walau bagaimanapun resolusi oral LP
diikuti cryosurgery telah dilaporkan dalam beberapa contoh tanpa komplikasi kecuali untuk
rekuren, lesi bisa berkembang di dalam penyembuhan luka dan berulang lagi dalam parut,
menghasilkan lebih banyak simptom. Free soft-tissue grafts juga digunakan untuk lokalisasi
kawasan erosif oral LP dan simtomatik oral LP hilang dengan komplit diikuti pengobatan dengan
free gingival graf selepas 3,5 tahun kunjung ulang.

Lichen Planus dan Kanker Oral

Sejak laporan pertama pada tahun 1910 dari kanker gingival yang didiagnosa pada pasien
yang mengidap LP oral, sejumlah besar kasus yang sama telah dipublikasikan. Antaranya
meliputi laporan kasus tunggal dan seri kasus serta penelitian besar tindak lanjut. Kebanyakan
kasus dianalisa oleh dua kelompok peneliti independan yang mengadopsi kriteria yang sama
(Table IV). Kemudian sejumlah kasus telah diterima sebagai cukup didokumentasikan untuk
menunjukkan kasus nyata transformasi ganas pada LP oral.

Potensi Ganas Lichen Planus Oral

Sesuai dengan definisi saat ini, lesi prekanker adalah “perubahan tisu secara morfologis
di mana kanker akan lebih cenderung terjadi berbanding dengan tisu yang tampak normal”.
Maka cara yang terbaik untuk menentukan sifat premaligna putatif LP oral adalah dengan studi
follow-up secara prospektif terhadap sekelompok pasien yang terkena LP oral dan sekelompok
pasien yang tidak terkena LP oral termasuk perokok dan bukan perokok. Sayangnya, studi
seperti ini tidak tersedia. Pada kenyataannya, karena rendahnya insidens kanker oral pada
populasi umum dan pada pasien LP oral, sebuah studi yang dirancang dengan baik seperti itu
akan membutuhkan sejumlah peserta yang besar ( sekurang-kurangnya beberapa ribu ) dan
follow-up lama ( tidak kurang dari 5 tahun ).

Oleh karena itu, bukti yang paling baik saat ini tersedia tentang sifat berpotensi malignan
LP oral adalah melalui studi-studi follow-up dan studi-studi insidens retrospektif ( Tabel V ).

Frekuensi kanker oral di kalangan pasien LP oral dilaporkan pada 3 dari 4 studi
retrospektif yang terdapat dari tahun 1985 hingga sekarang adalah ≤ 1,5% dengan follow-up dari
4,5 hingga 7,5 tahun. Studi retrospektif cukup heterogen dan berbeda dari sumber data ( rekod
kilnis dan basis data laporan histologi ), kriteria inklusi, lama follow-up, design, dan asal
geograpis. Namun, hasil dari studi-studi tersebut bergerak dalam kisaran yang relatif sempit ( 0%
- 5,3% ) dan tidak berkontras dengan mereka dari studi-studi prospektif ( Tabel V ).
Dalam mendukung potensi ganas LP oral, sejumlah besar studi retrospekttif yang terdiri
dari 2071 orang pasien yang terkena LP kulit, dengan status oral yang tidak diketahui,
menunjukkan insidens kanker oral yang tinggi ( termasuk kanker bibir ) dengan risiko relative
5,9% ( 95% interval kepercayaan 2,5 – 11,4 ). Studi satu lagi yang merupakan studi case-control
dari Cina yang berdasarkan karakteristik 404 pasang yang menemui asosiasi kuat antara kanker
oral dan LP oral, yang ditemukan pada 41/404 kanker dan 2/404 kontrol.

Berdasarkan data tersebut, tingkat transformasi LP oral menjadi sekitar 1% dalam jangka
waktu 5 tahun. Kejadian seperti ini jauh lebih tinggi dari angka apapun yang dilaporkan dalam
literatur medis untuk insidens kanker oral pada populasi umum (www.dep.iarc.fr) dan
menyokong kuat potensi malignan LP oral. Kesimpulan yang sama dicapai pada suatu analisis
literatur yang tersedia dengan pendekatan berbasis bukti. Namun, diperhatikan bahwa angka ini
tidak kompatibel dengan epidemiologi LP oral dan kanker oral. Pada kenyataannya, prevalens
LP oral 1% dan tingkat transformasi 0,2% setiap tahun berarti bahwa hamper setiap kanker oral
haruslah berkembang dari lesi LP, suatu hipotesa yang dibuktikan salah oleh beberapa studi di
mana sangat sedikit kasus kanker oral simultan dengan kehadiran LP oral ditemukan.

Seperti disebutkan sebelumnya, artikel yang dipublikasi antara tahun 1978 hinga 1999
meninjau semua pelaporan kasus kanker pada pasien yang terkena LP oral, menolak masing-
masing 93 dan 66% dari mereka. Untuk analisis ini, peneliti-peneliti mengadopsi kriteria ketat
berdasarkan diagnosa, riwayat, follow-up dan paparan tembakau. Meskipun hal ini boleh
dianggap sebagai suatu inisiasi yang sangat baik untuk mendorong pelaporan yang lebih baik
dari kasus tersebut, beberapa kriteria mungkin tidak memadai. Banyak kasus telah ditolak karena
gambar-gambar histolgi tidak memadai, sering kali disebabkan oleh prasarat publikasi, atau atas
sebab peninjau tidak bersetuju dengan para peneliti dengan diagnosa histologis, dengan alasan
bahwa beberapa gambar mikro ( selalunya hitam putih ) bisa lebih akurat daripada pemeriksaan
slide patologis melalui mikroskop. Kriteria lain yang digunakan untuk mengecualikan banyak
kasus, khususnya di tahun 1978, adalah persetujuan LP oral dan penggunaan tembakau, karena
pemaparan kepada risiko ini, cukup untuk mengalokasilan merokok sebagai satu-satunya
penyebab untuk kanker. Ada kemungkinan bahwa beberapa kasus yang jelas dapat dihubungkan
terutama kepada penggunaan tembakau tetapi untuk menyingkirkan faktor risiko diduga
berdasarkan kehadiran yang ternyata tidak sesuai – faktor risiko bukan merupakan agen etiologi
dan pendekatan seperti ini tidak memungkinkan identifikasi faktor risiko baru.

Tabel IV. Kriteria Krutchkoff untuk penilaian literature ilmiah tentang lichen planus oral:
transformasi ganas______________________________________________________

A. Diagnosa awal
Diagnosa klinis harus sudah benar diverifikasi, dengan bukti histopatologi menunjukkan
setidaknya 2 terakhir dari 4 fitur.
1. Hiperkeratosis atau parakeratosis
2. Saw-toothed rete pegs
3. Infiltrasi superfisial limfosit
4. Liquefaction sel basal
B. Riwayat dan follow-up
1. Fitur klinis dan riwayat transformasi harus dijelaskan secara lengkap ( informasi
seperti umur, jenis kelamin, lokasi tepat, dan deskripsi klinis lesi )
2. Transformasi yang dilaporkan haruslah mempunyai follow-up yang baik ( minimum 2
tahun ), dengan segala perubahan secara klinis dicatatkan dengan tepat.
C. Paparan tembakau
Kebiasaan merokok haruslah didokumentasi dengan tepat untuk membedakan antara
transformasi ganas dan karsinoma konveksional yang timbul pada bulan-bulan pasien
mempunyai LP.

Lichen Planus Dan Displasia Lichenoid

Berikutan dari peninjauan 1978 yang mempublikasikan kasus transforamsi malignan LP


oral, yang menolak sebagian besar kasus, diduga bahwa tingginya insidens kanker oral pada
pasien dengan diagnosa LP oral adalah disebabkan oleh suatu kondisi dengan karakteristik
histopatologik khusus, yang disebut dysplasia lichenoid ( LD ). Asumsi untuk usulan tersebut
adalah bahwa setiap perubahan dari maturasi dan perkembangan epithelial normal pada
keseluruhannya menyingkiran diagnosa LP oral, meskipun konsensus pada criteria tersebut tidak
pernah tercapai, ada beberapa penulis berpendapat displasia sebagai fitur yang sangat umum
pada LP oral. Selain itu, inflamasi sendiri yang merupakan fitur patologis LP oral, dapat
menunjukkan fitur histologik yang sama dengan displasia, menjadikan perbedaan antara LP oral
dan LD bahkan lebih sulit.

Entitas LD mungkin sesuai dengan 2 kumpulan kondisi: mereka dengan gejala klinis
sama dengan LP oral tetapi pada tahap histologis; dan mereka dengan lichenoid fitur
mikroskopis ( limfosit batang khususnya ) dan fitur klinis yang tidak menyerupai LP oral klasik (
distribusi unilateral, ketiadaan lesi reticular ). Fitur yang pertama mewakili tahapan awal
transformasi ganas LP oral, sedangkan yang kedua bias mewakili berbagai kondisi klinis yang
bisa mempunyai histopatologi lichenoid termasuk reaksi lichenoid, lupus erythematosus,
leukoplakia, erythroleukoplakia, dan proliferative verrcous leukoplakia ( PVL ). PVL,
khususnya pada tahapan awal, bisa mempunyai fitur, kedua-dua klinis dan histologist yang
dikelirukan dengan LP oral, yang selalunya menunjukkan perubahan dysplasia dan ditandai
dengan transfomasi ganas tingkat tinggi.
Tabel V. Studi-studi LP oral transformasi ganas dari tahun 1985 hingga kini

Kasus LP oral Transformasi Mean follow-up Sumber data


ganas

Studi Prospektif
Silverman et al 570 7 ( 1,2% ) 5,6 tahun
1985
Murti et al 1986 702 3 ( 0,4% ) 5,1 tahun
Holmstrup et al 611 9 ( 1,5% ) 7,5 tahun (1 –
1988 26 )
Salem 1989 64 4 ( 6,25% ) 3,2 tahun
Van der Meji et 173 3 ( 1,7% ) † 2,6 tahun ( o,5 –
al 2003 6)

Studi
Retrospektif
Voute et al 1992 113 3 ( 2,6% ) 7,8 ( 0,5 – 21 ) Rekod klinis
Barnard et al 241 8 (3,3% ) Tidak jelas
1993
Brown et al 193 0 8 tahun ( 2 – 9 ) Rekod klinis
1993
Grosky et al 157 2 ( 1,3% )  4 tahun Rekod klinis
1996
Vescovi dan 71 3 ( 4,2% ) 5 tahun Rekod klinis
Genaari 1996
Silverman dan 95 3 ( 3,2% ) 6,1 tahun ( 1 – Rekod klinis
Bahl 1997 20 )
LoMuzio et al 263 14 ( 5,3% ) 5,7 tahun ( 2 – Rekod klinis
1998 10)
Rajentheran et al 832 4 ( 0,5% )  1,5 tahun Rekod klinis
1999
Chainani-Wu et 229 4 ( 1,7% ) Tidak jelas Rekod klinis
al 2001
Cowan et al 383 0 Na Data histologis
2001
Eisen 2002 723 6 ( 0,8% ) 4,5 tahun ( 0,5 – Rekod klinis
8)
Rode dan 55 0 Tidak jelas Rekod klinis
Kogoj-Rode
2002
Yaacob at al 19 1* 3,6 tahun Rekod klinis
2002
Gandolfo et al 402 9 ( 2,2% ) 4,9 tahun Rekod klinis
2004
Rodstrom et al 1028 5 ( 0,5% )** 6,8 tahun Rekod klinis
2004
*Reaksi lichenoid

**Insidens lebih tinggi dari yang diduga ( statis yang berbeda-beda)

†Semua dari kelompok lesi lichenoid

Lichen Planus Ekstraoral dan Kanker

Walaupun jarang dilaporkan kasus nonoral dibanding dengan kasus oral, kasus karsinoma
sel skuamosa yang timbul dari kulit atau permukaan mukosa nonoral yang dipengaruhi oleh LP
telah diperoleh. Hampir semua tempat dapat terlibat, termasuk kulit, mukosa anal, mukosa
vulvar, dan penis. Namum, satu studi rektrospektif Swedia mengatakan tidak menemukan risiko
yang signifikan karsinoma sel skuamosa kulit pada pasien dengan LP kutaneous. (risiko relatif
1,2; 95% confidence interval 0,4-2,5).

Lesi Lichenoid dan Kanker

Data yang paling menarik pada lesi lichenoid dan keganasan adalah pada pasien yang
menjalani transplantasi sumsum tulang alogenik dan terjadi oral graft versus host disease
(GVHD). GVHD oral secara klinis dan histologis tidak dapat dibedakan dari LP oral. Laporan
kasus dan banyak penelitian menunjukkan berbagai episode kanker oral (terutama karsinoma sel
skuamosa) pada pasien dengan GVHD oral. Satu studi yang meneliti tentang insidens tumor
padat pada 20.000 pasien transplantasi sumsum tulang, ditemukan bahwa kanker oral memiliki
risiko tertinggi diantara kanker, yaitu 11.1 kali lebih sering dari yang diharapkan. GVHD kronik
juga merupakan faktor risiko berkembangnya tumor padat dalam studi yang serupanya. Faktor
risiko yang signifikan untuk karsinoma sel squamosa oral adalah GVHD kronik, iradasi bidang-
terbatas dan jenis kelamin laki-laki. Salah satu studi menunjukkan bahwa kanker kepala dan
leher merupakan kanker padat yang dijumpai pada 78 orang pasien yang menjalani transplantasi
sumsum tulang untuk anemia Fanconi. Dalam studi itu, frekuensi untuk tumor tersebut adalah
167 kali lebih tinggi dari yang diharapkan. Ini jelas menunjukkan bahwa pasien transplantasi
sumsum tulang mempunyai berbagai faktor risiko untuk terjadinya keganasan (imunodefisiensi
primer, pengobatan imunosupresi, infeksi virus, dan kemungkinan predisposisi genetik untuk
berkembangnya kanker) yang tidak dapat dibanding dengan pasien LP oral; namum, persamaan
kondisi oral dan kecenderungan untuk transformasi harus dipertimbangkan dengan hati-hati.

Lesi Lichenoid lain yang dapat mengalami transformasi keganasan termasuk lupus
eritematosus diskoid, khususnya pada bibir, reaksi lichenoid yang berkaitan dengan amalgam,
dan lesi lechenoid oral yang originnya tidak diketahui.

Menariknya, dalam kebanyakan studi prospektif terbaru yang berkaitan dengan potensi
premalignan LP oral, semua kasus transformasi malignan yang melibatkan lesi, penulis telah
menggolongnya ke kelompok lesi lichenoid oral karena mereka tidak memenuhi kriteria klinis
dan histologis untuk LP oral.

Efek Pengobatan untuk LP Oral pada Insiden Kanker Oral

Pasien yang dipengaruhi oleh LP oral sering perlu menjalankan pengobatan medis untuk
jangka waktu yang lama. Obat pilihan utama adalah agen imunosupresif. Obat yang digunakan
dalam pada LP oral meliputi kortikosteroid lokal atau sistemik, siklosporine, azathioprine, dan
retinoids. Efek samping yang mungkin terjadi pada pengobatan transformasi premalignant LP
oral adalah tidak jelas.

Agen imunosupresif dapat mempengaruh tingkat keparahan dan progresi LP oral, tetapi
secara teoritis juga dapat memicu trasformasi malignan. Misalnya, siklosporin dapat
mempercepat progresi kanker, melalui efek selular secara langsung dan melalui efek pada sel
imun induk. Tidak terdapat data yang banyak yang berhubungan dengan efek jangka panjang
dari pengobatan LP oral dengan potensi malignan. Tetapi dalam satu penelitian terbaru yang
pasien LP oralnya dirawat dengan steroid topikal dan/ atau sistemik, modalitas terapeutik tidak
mempengaruhi risiko terjadinya transformasi malignan. Beberapa data juga tersedia dari pasien
transplantasi sumsum tulang. Azathioprine untuk pengobatan GVHD kronis merupakan faktor
risiko yang signifikan untuk perkembangan tumor padat (17/18 adalah karsinoma sel skuamosa),
meskipun temuan ini tidak sepenuhnya dikonfirmasi oleh pihak lain.

Identifikasi Pasien dengan Lichen Planus yang Mempunyai Risiko Terjadinya


Transformasi Malignan
Dalam beberapa studi tentang transformasi malignan, dicadangkan bahwa presentasi
klinis tertentu pada LP oral mungkin memiliki potensi malignan yang lebih tinggi. Secara
khusus, LP oral yang menunjukkan erosi dan bentuk plak paling tinggi kemungkinannya berubah
menjadi kanker, walaupun masih kurang hipotesis untuk membuktikannya. Selanjutnya, peran
penting dalam transformasi LP oral dengan faktor risiko yang umum diketahui untuk kanker oral
(tembakau dan alkohol), telah dievaluasi dengan benar dalam satu studi tunggal, yang
menunjukkan bahwa alkohol dan tembakau atau interaksinya tidak menunjukkan risiko yang
berlebihan untuk kanker oral terhadap LP oral.

Identifikasi untuk lesi berisiko tinggi telah diteliti secara ekstensif pada penyakit oral
yang lain, terutama pada leukoplakia. Dua dari teknik investigasi yang paling baik, yaitu
kandungan DNA dan kehilangan heterozigositas (LOH), telah diuji pada lesi LP oral.
Kandungan DNA dapat memprediksi transformasi malignan, bahkan juga dapat memprediksi di
lesi nondisplastik. Hanya 3 pasien dengan LP oral termasuk dalam penelitian ini, tetapi tidak ada
pasien yang dijumpai lesi aneuploid (profil risiko tinggi) atau mengalami transformasi malignan.
Dalam 2 penelitian yang memperkerjakan LOH, penulis membandingkan frekuensi LOH lesi LP
oral dengan malignan lain, lesi malignan yang berpotensi, dan lesi lichenoid displastik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lesi LP oral tidak menunjukkan profil LOH berisiko tinggi bila
dibandingkan dengan kondisi lain. Tetapi masih tidak diketahui apakah penelitian lesi LP oral
ada atau tidak mengalami transformasi malignan.

Skrining pada Pasien Lichen Planus Oral

Dua penelitian terbaru yang menjalankan investigasi terhadap potensi manfaat skrining
pada pasien LP oral untuk kanker oral. Salah satu penelitian disimpulkan bahwa tidak ada bukti
untuk mendukung program skrining yang dirancang, walaupun program ini mungkin dapat
berguna untuk mengeksploitasi “sumber daya yang telah wujud” seperti lawatan rutin gigi.
Penelitian kedua yang berdasarkan asumsi menunjukkan bahwa dengan skrining dapat
mengidentifikasi semua kanker oral pada pasien LP oral stadium I. Penulis-penulis menghitung
efektivitas kos untuk 2 program skrining yang berbeda, salah satu melibatkan spesialis dan satu
lagi berdasarkan intervensi oleh dokter gigi umum. Penelitian itu menyimpulkan bahwa
intervensi tersebut akan menggunakan biaya $ 1.265.229 dan akan menyelamatkan 23,68
nyawa ($ 53,430 per orang). Ini harus ditekankan bahwa perhitungan adalah berdasarkan
prevalensi LP oral 1% dan tingkat transformasi malignan tahunan sebesar 0,2%, angka telah
dipertanyakan oleh kelompok penelitian yang sama.

Anda mungkin juga menyukai