Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individ
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individ
Abstract
This Paper present the phenomena of the individual settlement in urban area. Starting from
development concepts of establishing settlement area with some interesting topics for customer
which mainly from medium income to high level income. However, the suggested concepts tend
to make settlelements separated from the surrounding environment for security reason. The paper
also suggest settlement dsign concept which accommodate social interaction together with
some examples of the application.
Keywords: settlement, urban, social interaction, housing, individualis
Abstrak
Tulisan ini mengangkat fenomena permukiman yang individualis di kawasan urban. Berangkat
dari konsep-konsep pengembangan dalam pembangunan kawasan permukiman dengan
tema-tema yang menarik bagi konsumen yang umumnya berasal dari golongan ekonomi
menegah ke atas. Namun konsep yang ditawarkan cenderung memisahkan diri dengan
lingkungan permukiman disekitarnya dengan alasan keamanan dan kenyaman. Tulisan ini juga
menawarkan konsep perancangan permukiman yang mengakomodasi interaksi sosial beserta
contoh-contoh aplikasinya.
Kata kunci: Permukiman, perumahan, urban, konsep, Individualis, Interaksi sosial
* Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124
114
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)
justru pagar fisik yang dengan mudah Jika kenyamanan terus berkurang
dapat dirubuhkan. membuat orang enggan atau takut
Selain itu terdapat penelitian lain, datang. Akibatnya, kesenjangan sosiai
yang mengemukakan bahwa makin tinggi. Kekacauan ekonomi,
kenyamanan penghuni tercapai bila sosiai dan keamanan ini terjadi selama
terdapat kesesuaian antara privacy beberapa tahun ini turut dipicu oleh
yang diperoleh dengan privacy yang pembangunan fisik arsitektural yang
diharapkan ( Altman, 1975). Untuk memisahkan kelas sosial. Jika hal ini
memperoleh privacy ini dipengaruhi terjadi terus, maka pembangunan
oleh ruang pribadi, teritori, dan perilaku fisik ini akan merubah arsitektur kota.
(verbal maupun non-verbal). Pagar juga "Kota Benteng" mungkin sebutan yang
termasuk dalam perlambang status ironi bagi wajah kota kita. Bangunan-
sosial dan batasan teritorial yang turut bangunan yang tertutup dan tidak
memaksa pembuatan batas fisik ini. nyaman untuk dikunjungi. Permukiman
Ketidakinginan disentuh oleh golongan dan rumah-rumah tinggal tidak lagi
yang berbeda status dibuat oleh memiliki fasilitas interaksi sosial yang
pengembang properti untuk melayani layak untuk warganya. Kota kita akan
ego konsumennya. Real-estate adalah menjadi kota yang menakutkan dan
sesuatu yang teratur, modern dan menegangkan.
nyaman harus memiliki batas yang
berbeda dengan kampung yang 3. Ruang Interaksi
kumuh dan serba kacau. Untuk itu, Memang bingung mempertanyakan
batas teritori harus dibuat untuk apakah perancangan berbenteng
kenyamanan sosial ini. Terlihat dari tiga yang memicu konflik sosial atau konflik
faktor dominan yang menentukan nilai sosial yang membuat orang
jual perumahan di Jakarta adalah lokasi membentengi dirinya. Tetapi lupakan
(lebih baik bila dekat dengan jalan tol), jawaban atas pertanyaan di atas, mari
tersedianya pelayanan umum kita mencari solusi yang dapat
(infrastruktur), dan jaminan kepemilikan mengurangi kesenjangan sosiai yang
(Kusno, 2000). Ketiga faktor ini terjadi. Sebenarnya kesenjangan sosial
mengangkat nilai jual perumahan yang adalah hal yang wajar terjadi pada
membedakan real-estate dengan masyarakat manapun, bahkan di Eropa
gambaran mengenai kondisi dan Amerika, tetapi kesenjangan
perkampungan. tersebut dapat diatasi dengan
Lihatlah hasil dari pembangunan menghindari terjadinya jarak sosial
pagar yang dilakukan setiap individu ini. dalam masyarakat. Menghilangkan
Kenyamanan masyarakat umum untuk jarak sosial antara lain dapat dilakukan
memasuki sebuah tempat menjadi dengan membangun poly interaksi yang
hilang. Setiap orang dicurigai dan mempertemukan warga bertemu.
diawasi dengan keamanan ketat.
116
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)
117
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124
118
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)
Tetapi, benarkah pembentengan ini tanpa pagar ini buka disebabkan oleh
mampu memberi keamanan bagi rasa aman terhadap tetangga dan
mereka? Sepadankah dengan akibat hubungan sosial yang baik tetapi
yang dihasilkan dari pembentengan lebih pada keterpaksaan. Bila mereka
ini? Apakah hal ini tidak malah menjadi kalangan mampu, maka
menjadi bumerang bagi mereka pilihan tetap akan jatuh pada
sendiri? Bila kita melihat kembali perumahan berpagar untuk
perancangan permukiman ini maka memperoleh privacy yang lebih baik.
terdapat beberapa perilaku yang akan Kondisi sosial semacam ini secara
berubah karena pengaruh konstruktif mempengaruhi pembentukan
lingkungan. Kebutuhan akan batas lingkungan arsitektur kota kita. Dimulai
teritori yang jelas demi pengkultusan dari skala kecil yaitu rumah tinggal yang
status sosial di masyarakat dengan tertutup dan defensif. Tidak ada akses
membuat batas fisik yang jelas dan interaksi yang cukup terhadap
membentengi diri dari keadaan tetangga, apalagi dengan lingkungan
masyarakat sekitar adalah hal yang lain yang lebih besar. Bentuk
ironi. Terlihat bahwa selain faktor arsitektur kota semacam ini akan
keamanan kebutuhan teritori lebih membentuk sifat masyarakat
berdasarkan kelas-kelas sosial ini juga yang individualistis, saling curiga serta
memegang peranan penting yang egois yang semakin tinggi. Hal bergulir
sering dijadikan alasan pembangunan dan terus bergulir bila kita mengingat
bentengbenteng perumahan. bahwa sebagian generasi kita adalah
Bentuk perancangan perumahan anak-anak yang hidup dan
ini bertolak belakang dengan konsep- berkembang pada lingkungan tersebut.
konsep arsitektur tradisional kita selama
ini yang lebih berdasarkan unsur 3.2 Perancangan Lingkungan
keterbukaan dan kebersamaan. Permukiman Yang Berdasarkan
Tentunya, perubahan ini akan Pengawasan Bersama
membawa perubahan mendasar Sebuah perancangan
yang banyak mempengaruhi pola perumahan yang menghilangkan batas
hidup bersosial masyarakat kita. Masa fisik berupa pagar benteng yang tinggi
lalu yang manis dengan gambaran dapat diubah tampilannya. Batas
negara yang penduduknya ramah, permukiman berupa gerbang tinggi dan
toleran, saling tolong menolong, akrab, satpam dapat dihilangkan dan diganti
dan sebagainya tampaknya tinggal dengan bentuk rumah yang dapat
kenangan belaka. Saat ini saling mengawasi satu sama lain.
perkampungan hanya identik bagi Rumah dengan jendela yang
golongan miskin. Perkampungan dicap menghadap ke pintu tetangganya atau
sebagai perumahan kumuh tanpa menghilangkan dinding samping yang
infrastruktur yang memadai. menutupi pandangan ke arah
Perkampungan padat di bangunan rumah di seberangnya.
perkotaan, rumah-rumah tanpa pagar Bentuk-bentuk yang memungkinkan
yang terjadi karena mahalnya tanah pengawasan ke arah jalan. Bentuk
dan ketidakmampuan masyarakatnya pengamanan yang menekankan pada
memaksa mereka membuat rumah kebersamaan antara tetangganya ini
yang saling berdempetan dinding jauh lebih baik dari segi sosial daripada
dengan tetangganya. Pada menggunakan satpam dan
perkampungan semacam ini pengamanan berlapis yang
umumnya memiliki hubungan sosial menimbulkan kecemburuan sosial.
yang lebih baik. Pengawasan Perancangan perumahan ini juga
keamanan kampung kota ini dapat mengambil bentuk loop,
dilakukan oleh penduduk secara lingkungan ini membentuk lingkungan
bersama-sama. Walaupun tidak yang privat pada bagian dalam.
dapat dipungkiri keadaan rumah
119
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124
120
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)
Gambar 2. Konsep defensible room dengan memakai pola cul de sac dan
pengolahan massa bangunan yang menciptakan pengawsan
bersama. sumber: Deasy, 1985 dan Sumartono, 1994
Gambar 3. Daya pikat kia-kia di Kembang Jepun justru dari PKL yang berjualan
makanan di sana. Tidak seperti umumnya PKL yang berjualan di atas
trotoar, PKL Kembang Jepun menggelar dagangannya di tengah
jalan. Padahal, Kembang Jepun termasuk salah satu pusat bisnis di
Surabaya. Sumber: Setiawan. A, 2005
122
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)
123
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124
Oman, Irwin : The Environment and Setiawan, Altim, PK5, Kakinya Mulai
Social Behavior : Privacy, Pendek, Artikel, Harian Fajar,
Personal Space, Teritory and Edisi 2 Januari 2005
Crowding. Monterey. Cole
Sumartono : Makna dan Fungsi pagar
ublishing. 1975.
pada Lingkungan Perumahan:
Kartz, Peter : The New Urbanism. New Menurut persepsi penghuni.
York. McGraw-Hill. 1994. Tidak diterbitkan. 1994.
124