Anda di halaman 1dari 12

ek

SIPIL’ MESIN ’ARSITEKTUR ’ELEKTRO

FENOMENA KAWASAN PERMUKIMAN YANG INDIVIDUALIS


Altim Setiawan*

Abstract
This Paper present the phenomena of the individual settlement in urban area. Starting from
development concepts of establishing settlement area with some interesting topics for customer
which mainly from medium income to high level income. However, the suggested concepts tend
to make settlelements separated from the surrounding environment for security reason. The paper
also suggest settlement dsign concept which accommodate social interaction together with
some examples of the application.
Keywords: settlement, urban, social interaction, housing, individualis

Abstrak
Tulisan ini mengangkat fenomena permukiman yang individualis di kawasan urban. Berangkat
dari konsep-konsep pengembangan dalam pembangunan kawasan permukiman dengan
tema-tema yang menarik bagi konsumen yang umumnya berasal dari golongan ekonomi
menegah ke atas. Namun konsep yang ditawarkan cenderung memisahkan diri dengan
lingkungan permukiman disekitarnya dengan alasan keamanan dan kenyaman. Tulisan ini juga
menawarkan konsep perancangan permukiman yang mengakomodasi interaksi sosial beserta
contoh-contoh aplikasinya.
Kata kunci: Permukiman, perumahan, urban, konsep, Individualis, Interaksi sosial

1. Pendahuluan yang lengkap berupa belasan ribu


« sekarang yang terjadi, rumah, ruko, gedung perkantoran,
perumahan kaya terpisah dengan jalan yang lebar-lebar, akses tol,
perumahan miskin dalam satu areal sekolah, pusat kesehatan, pusat
permukiman, tanpa interaksi rekreasi, pusat olahraga, akses
sosial sama sekali. Padahal tidak ada kantor pemerintah, dan keamanan,
pagar sosial yang tidak dapat kawasan ini hendak mengatakan
ditumbangkan. yang dibangun justru inilah sebuah permukiman modern
pagar fisik yang dengan dengan fasiltas yang lengkap bagi
mudah dapat dirubuhkan«« kenyamanan hidup. Perumahan ini
Beberapa tahun silam, tatkala berpenduduk hampir 200.000 orang
kota-kota besar terutama DKI Jakarta menyediakan semua fasilitas
terasa makin sesak oleh pertambahan permukiman yang ideal. Ide ini menjadi
penduduk dan permukiman yang sangat populer dan memberi banyak
pesat, sejumlah usahawan, seperti inspirasi kepada para pengusaha
Ciputra, dan Eka Tjipta Widjaja properti lainnya untuk membangun
bersepakat membangun sebuah kawasan sejenis.
kawasan perumahan berskala besar Selanjutnya, para pengusaha
di Serpong, Tangerang. Usaha ini properti ini membangun perumahan-
berhasil, dan kini masyarakat perumahan baru berskala besar dengan
mengenal kawasan perumahan menggunakan tema. Ciputra-Budiarsa
tersebut sebagai Bumi Serpong Damai Sastrawinata membangun Citra Raya,
(BSD). dengan tema Kota Nuansa Seni. Tak
Dengan menyediakan fasilitas heran kawasan inl menjadi kaya

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124

patung, gerbang dengan bentuk yang perumahan masyarakat ini kurang


"berseni", dan rumah-rumah yang memperhatikan aspek sosial dari
dibangun, umumnya dengan masyarakat baik pengguna produk
"sentuhan seni". Begitu juga dengan perumahan ataupun masyarakat
pengembang lainnya, misalnya Kota kampung yang berada di sekitar
Bunga, Kota Wisata, Legenda perumahan. Sudah banyak kritik yang
Wisata, Telaga Golf, dan ditujukan untuk kesalahan orientasi
sebagainya. Untuk memberi nuansa pembangunan perumahan seperti di
wisata, bangunan yang dibangun di atas. Kesibukan pengembang untuk
sana umumnya dengan pendekatan menjuai rumah yang menarik pembeli
dunia wisata. Ada kawasan yang dengan menjual impian menjadi
mirip dengan Amsterdam, Paris, Tokyo, dasar perancangan. Semua usaha
Mesir, London, New York, dan yang diiakukan bertujuan untuk
sebagainya. Walaupun pendekatan meningkatkan nilai dan kualitas properti
yang dipakai untuk menarik konsumen dan tidak memikirkan Iingkungan
ini terlihat sangat naif, tetapi rumah di sekitarnya. Jangankan berpikir untuk
kawasan bertema wisata ini cukup laris. memberi tempat bagi golongan
Kita tidak dapat menyalahkan masyarakat miskin, pembauran
konsumen yang mudah diiming-iming antara warga pendatang yang
dengan konsep-konsep glamour dari tinggal di komplek perumahan dengan
imitasi kota-kota di Eropa yang warga sekitarnya pun tidak dihiraukan.
menunjukkan keindahan dan Perumahan yang dibangun dengan
kemewahan karena tingkat apresiasi kemiskinan heterogenitas ini membuat
seni tidak berhubungan dengan tingkat pengkotakkan/dikotomi kelas sosial
kekayaan seseorang. Pemain properti secara jelas. Yang menjadi efek
raksasa Iainnya, yakni Grup Lippo, juga samping dari pembangunan semacam
bermain dengan gagasan perumahan ini bukan hanya fisik tetapi juga masalah
berskala besar. Di Karawaci, misainya, sosial.
Lippo, ibarat membangun sebuah Berbeda dengan perencanaan
kawasan kota baru. Dengan pada jaman kolonial yang membuat
menyediakan fasilitas lengkap maka pemisahan permukiman berdasarkan
pembangunan yang berorientasi ke perbedaan ras, maka perumahan
bisnis ini menitik beratkan pada saat sekarang membuat
kenyamanan dan keamanan bagi pengkotakkan dengan pembedaan
konsumennya. Konsumen yang tentunya kelas ekonomi. Dahulu Karsten berusaha
berasal dari golongan menengah ke menekan kesenjangan sosial dengan
atas yang memberi keuntungan bagi membagi kelas perumahan berdasarkan
pengembang. Segala cara ditempuh kelas ekonomi, saat ini pengkondisian
agar golongan ini mau membeli rumah semacam itu juga menghasilkan
di kawasan mereka. sebuah kesenjangan baru yang jauh
Tulisan di atas hanya secuplik gambaran dari pembauran yang dicita-
dari pembangunan perumahan yang citakannya. Kelas ekonomi yang
melibatkan beberapa pengusaha berbeda dan dikotak-kotakan ini
properti, sedangkan yang terjadi di menghasilkan sebuah kecemburuan
lapangan pihak yang bermain dalam sosial. Kecemburuan sosial yang parah
usaha properti ini banyak sekali. Baik akibat dari perbedaan pendapatan
yang berskala besar maupun kecil. dari kedua kelas ekonomi yang terjadi
Beberapa pengusaha besar di atas sangat timpang.
diambil sebagai contoh dari Permukiman yang terbangun ini
pengusaha properti yang dikenal menjadi kantong-kontong yang eksklusif
namanya dan orientasi dari kawasan yang mewah dan
perancangannya. Jelas sekali terlihat terkesan angkuh. Akses masuk ke
pembangunan perumahan untuk kawasan yang tidak ramah terhadap
tujuan memenuhi kebutuhan pengunjung dengan pengaman

114
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)

berlapis dan ruang diciptakan dengan Sementara itu, penanganan


orientasi kendaraan bermotor sehingga perumahan dalam skala kota,
sangat tidak nyaman bagi rakyat contohnya Jakarta, tidak dapat
kebanyakan untuk mengakses tempat dipisahkan dari strategi menyeluruh
tersebut. Dilengkapi dengan pagar penanganan perumahan di Indonesia,
tinggi yang membatasi kompleks yang lebih berorientasi pemenuhan
perumahan lengkap dengan gerbang jumlah. Kurangnya perancangan
mewah dan satpam yang berjaga 24 yang terpadu dan terencana untuk
jam. Pagar perumahan yang menghindari perancangan perumahan
mengelilingi kawasan menjadi yang terfragmentasi. Perencanaan
perlambang batas kekuasaan dan perumahan terpisah dari perencanaan
penutupan diri terhadap "orang asing". kota secara keseluruhan, sehingga
Hal ini menjadi sesuatu yang ironi, kawasan-kawasan perumahan yang
mengingat sebagian besar permukiman dibangun seringkaii tidak ada
baru membuka lahan yang berada hubungan satu sama lain dan tidak
pada suatu perkampungan lama merespon konteks kawasan kota
ataupun berdampingan dengan yang sudah ada sebelumnya. Setiap
perkampungan lama. Baik pengembang membuat perencanaan
perkampungan tersebut digusur atau sendiri mengenai kawasannya dengan
pada lahan yang sama sekali baru tujuannya sendiri-sendiri. Tidak ada
seperti pembukaan hutan atau agenda besar untuk mengatasi
penimbunan tambak yang juga akan persoalan kota secara terpadu.
berdampingan dengan Perencanaan sebuah kota harusnya
perkampungan lama. Idealnya, menerapkan teori mozaik dan teori
penggusuran yang warga dari domino, perencanaan yang
perkampungan lama dapat digantikan memaksa setiap pengembang saling
oleh pemukiman yang baru tersebut. mengisi dan menyambung dalam
Tetapi, yang terjadi adalah masuknya suatu bingkai yang menjadi tujuan
sebuah komunitas baru yang bersama, untuk menghasilkan sebuah
membawa nilai-nilai baru ke dalam perwujudan kota yang terpadu dan
lingkungan kampung yang telah harmonis.
mapan. Lalu bagaimana penyatuan Akhirnya, dengan alibi keamanan
kedua golongan ini dapat terjadi dan kenyamanan sosial bagi warga real
dengan baik bila akar budaya yang estate, pengembang boleh
terbentuk memang berbeda? Hal yang membangun pagar tinggi yang
sulit dijawab, tetapi tentunya terdapat membentengi kawasan. Sebenarnya,
beberapa bidang singgung sosial tidak ada salahnya seseorang membuat
budaya atau pun ekonomi yang dapat kediaman yang nyaman dan aman
menyatukan kedua golongan ini. bagi dirinya. Sesuai dengan konsep
teritorialitas yang menyatakan bahwa
2. P e r m a s a l a h a n P e r a n c a n g a n daerah perumahan dan kediaman
Perumahan di Indonesia dirancang untuk bisa bertahan
d i ti n ja u d a r i A s p e k S o s i a l terhadap kejahatan dan vandalisme
Perancangan pengembangan (Newman, 1973). Tetapi yang menjadi
perumahan di banyak kota besar persoalan adalah benarkah pagar ini
hanya didasarkan pada rancangan mampu melindungi makhluk di
teknis dan ekonomis, tanpa dalamnya dari kejahatan di luar
memperhitungkan faktor sosial. pagar.
Perumahan yang dihuni golongan kaya
dibangun terpisah dengan golongan Ketakutan dan kecurigaan
miskin dalam satu wilayah dan yang berlebihan terhadap
perkampungan yang menjadi daerah masyarakat sekitar adalah pangkal
pinggiran dalam skenario persoalan. Padahal tidak ada pagar
perancangan. sosial yang tidak dapat
ditumbangkan, tetapi yang dibangun
115
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124

justru pagar fisik yang dengan mudah Jika kenyamanan terus berkurang
dapat dirubuhkan. membuat orang enggan atau takut
Selain itu terdapat penelitian lain, datang. Akibatnya, kesenjangan sosiai
yang mengemukakan bahwa makin tinggi. Kekacauan ekonomi,
kenyamanan penghuni tercapai bila sosiai dan keamanan ini terjadi selama
terdapat kesesuaian antara privacy beberapa tahun ini turut dipicu oleh
yang diperoleh dengan privacy yang pembangunan fisik arsitektural yang
diharapkan ( Altman, 1975). Untuk memisahkan kelas sosial. Jika hal ini
memperoleh privacy ini dipengaruhi terjadi terus, maka pembangunan
oleh ruang pribadi, teritori, dan perilaku fisik ini akan merubah arsitektur kota.
(verbal maupun non-verbal). Pagar juga "Kota Benteng" mungkin sebutan yang
termasuk dalam perlambang status ironi bagi wajah kota kita. Bangunan-
sosial dan batasan teritorial yang turut bangunan yang tertutup dan tidak
memaksa pembuatan batas fisik ini. nyaman untuk dikunjungi. Permukiman
Ketidakinginan disentuh oleh golongan dan rumah-rumah tinggal tidak lagi
yang berbeda status dibuat oleh memiliki fasilitas interaksi sosial yang
pengembang properti untuk melayani layak untuk warganya. Kota kita akan
ego konsumennya. Real-estate adalah menjadi kota yang menakutkan dan
sesuatu yang teratur, modern dan menegangkan.
nyaman harus memiliki batas yang
berbeda dengan kampung yang 3. Ruang Interaksi
kumuh dan serba kacau. Untuk itu, Memang bingung mempertanyakan
batas teritori harus dibuat untuk apakah perancangan berbenteng
kenyamanan sosial ini. Terlihat dari tiga yang memicu konflik sosial atau konflik
faktor dominan yang menentukan nilai sosial yang membuat orang
jual perumahan di Jakarta adalah lokasi membentengi dirinya. Tetapi lupakan
(lebih baik bila dekat dengan jalan tol), jawaban atas pertanyaan di atas, mari
tersedianya pelayanan umum kita mencari solusi yang dapat
(infrastruktur), dan jaminan kepemilikan mengurangi kesenjangan sosiai yang
(Kusno, 2000). Ketiga faktor ini terjadi. Sebenarnya kesenjangan sosial
mengangkat nilai jual perumahan yang adalah hal yang wajar terjadi pada
membedakan real-estate dengan masyarakat manapun, bahkan di Eropa
gambaran mengenai kondisi dan Amerika, tetapi kesenjangan
perkampungan. tersebut dapat diatasi dengan
Lihatlah hasil dari pembangunan menghindari terjadinya jarak sosial
pagar yang dilakukan setiap individu ini. dalam masyarakat. Menghilangkan
Kenyamanan masyarakat umum untuk jarak sosial antara lain dapat dilakukan
memasuki sebuah tempat menjadi dengan membangun poly interaksi yang
hilang. Setiap orang dicurigai dan mempertemukan warga bertemu.
diawasi dengan keamanan ketat.

Gambar 1. Gambaran real-state versus kampung. Sumber: Kusno, 2000

116
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)

Bila kita melihat kondisi yang ruang publik sehingga keakraban


terjadi yaitu kemunculan sebuah antara tetangga dapat terjadi pada
pemukiman baru di antara halaman ini.
perkampungan lama yang akhirnya
memaksa mereka hidup 3.1Interaksi Manusia dan Lingkungannya
berdampingan, tentunya hal ini akan Menurut teori psikologi
menimbulkan suatu konflik. Sewajarnya lingkungan, maka hubungan manusia
kehadiran mereka menuntut dan lingkungannya timbul akibat
munculnya sebuah bentuk `dialog'. adanya interaksi antara manusia dan
Bentuk dialog ini yang harus ditilik. lingkungannya ( Bell et al, 1978).
Karena saat ini bentuk dialog yang Perilaku yang muncul akibat dari
terjadi seringkali timpang dan lebih hubungan manusia dan lingkungannya
menguntungkan bagi permukiman ini dipengaruhi oleh nilai budaya,
baru. Perubahan yang terjadi tentunya pengalaman, dan tuntutan-tuntutan
menyangkut sosial ekonomi dan budaya akan kebutuhan-kebutuhannya.
masyarakat setempat. Kebutuhan ini baik dari biologis ataupun
Kesenjangan yang terjadi psikologis.
memang sulit untuk dipertemukan Terdapat tiga unsur pokok dalam
karena kedua golongan ini memiliki memahami hubungan antara manusia
latar belakang sosial yang berbeda. dan lingkungannya (Altman. 1975).
Oleh karena itu untuk memperkecil Pertama, fenomena perilaku
kesenjangan sosial antara mereka lingkungan, adalah aspek psikologis
adalah membuat suatu pola interaksi manusia sehubungan dengan
yang melibatkan kedua belah pihak. Iingkungan fisik sehari-hari. Fenomena ini
Pola interaksi yang menguntungkan meliputi personal space, privacy,
kedua belah pihak. Selain itu, masalah tertorialitas, persepsi, dan pemaknaan.
keamanan juga perlu diperhatikan Hal kedua adalah pemakai, kelompok
sebagai faktor yang memainkan pemakai yang berbeda-beda di suatu
peranan penting dalam mengundang rona lingkungan mempunyai kebutuhan
masyarakat untuk membuka diri. Tetapi yang berbeda-beda pula. Hal ini
mungkin rasa cemas ini sedikit karena tingkat sosial-ekonomi, kondisi
dikurangi bila masyarakat juga fisik, kondisi mental, serta perbedaan
merasa aman terhadap ras. Terakhir, rona (setting) lingkungan,
tetangganya. Pembuatan ruang- wadah dari kegiatan dilakukan dengan
ruang interaksi seperti ruang terbuka, berbagai skala dari bangunan hingga
penyatuan fasilitas umum dan ruang- kota. Ketiga faktor inilah yang harus
ruang publik yang mempertemukan diperhatikan oleh perancang untuk
mereka. mengetahui hubungan antara manusia,
Mungkin kalau kita mau perilaku, dan lingkungannya.
menengok kembali pada masa lalu Dari sekian banyak kebutuhan
dimana masyarakat berpadu dan manusia ini salah satu yang perlu
hidup harmoni, bukan untuk dipenuhi adalah kenyamanan.
bernostalgia semata, tetapi untuk Kenyamanan ini menyangkut
menangkap makna dari keleluasan pribadi (privacy),
kebersamaan yang dulu ada. teritorialitas, kesesakan (crowding) (
Masyarakat dulu yang hidup dalam Altman, 1975). Perilaku manusia ini
heterogenitas yang tidak membedakan terkadang menyesuaikan diri dengan
kelas ekonomi. Pada perkampungan lingkungannya dan seringkali pula hal
masa lalu hampir tidak pernah terjadi sebaliknya yang terjadi. Lingkungan
konflik antarwarga, karena masih ada yang berada di sekitar manusia diubah
ruang publik, lapangan terbuka atau untuk disesuaikan dengan perilakunya.
seperti pasar yang menjadi tempat Secara garis besar ada dua buah
warga berinteraksi setiap hari. Setiap golongan privacy, yaitu ketidakinginan
rumah membuka halamannya sebagai diganggu secara fisik dan keinginan

117
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124

untuk menjaga kerahasiaan diri dengan ukuran ruang dengan jumlah


(Holahan, 1982). Golongan pertama manusia. Dapat diartikan sebagai
mewujudkan privacy-nya dengan kegagalan untuk memperoleh tingkat
menarik diri dengan menyendiri, privasi tertentu yang diinginkan.
menjauh dari pandangan dan Dari jabaran di atas dapat ditarik
gangguan suara, atau mendekatkan kesimpulan bahwa pola interaksi antara
diri dengan orang-orang tertentu saja. kepribadian dan lingkungan yang
Sedangkan golongan kedua berusaha menghasilkan sebuah perilaku. Perilaku
untuk mengendalikan informasi tetang yang akan mempengaruhi individu
dirinya dengan cara merahasiakan jati bahkan masyarakat yang
diri, tidak terlalu banyak bersangkutan. Dari lingkungan yang
mengungkapkan diri, atau tidak mau mengandung rangsangan (stimulus),
terlibat dengan tetangganya. kemudian akan ditanggapi (respon)
Sedangkan teritorialitas adalah oleh manusia dalam bentuk tindakan.
perilaku sekelompok orang yang ingin Tindakan yang dilakukan inilah yang
menunjukkan diri, memiliki dan disebut perilaku.
mempertahankan teritori. Teritori Bila dikaji dari sisi perilaku ini,
merupakan daerah yang tetap atau masyarakat sekarang cenderung
dapat dipindahkan. Teritorialitas juga menggunakan konsep
merupakan wujud dari privacy. Teritori single, double atau bahkan triple layer
ini penting menyangkut keleluasaan protection bagi pengaman dirinya
pribadi untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa memikirkan nasib
akan identitas, aktualisasi, rasa aman, tetangganya. Misalnya, konsep
dan memelihara hubungan baik orientasi ke dalam, penggunaan
dengan orang lain (Holahan, 1982). sistem alarm, kunci, anjing, satpam
Disini fungsi rumah dengan pagarnya rumah sampai pada benteng kompleks
dapat memberikan identitas bagi perumahan yang dikawal kelompok-
teritori. Keinginan untuk memperoleh kelompok preman. Kejadian-kejadian
privacy yang meningkat seiring semacam ini memecah belah
dengan kepadatan rumah maka masyarakat ke dalam satuan-satuan
batas teritori menjadi penting. yang lebih kecil sampai ke individual.
Teritori dibutuhkan karena di Perubahan yang terlihat dari disain fisik
dalamnya terkandung kebutuhan dasar lingkungan-lingkungan terkecil seperti
manusia yaitu: Kebutuhan identitas, rumah tinggal ini merambah hingga
harga diri, aktualisasi diri yang berkaitan ke skala lingkungan yang lebih besar
dengan kedudukan di masyarakat. yaitu komplek perumahannya. Tidak
Kebutuhan yang lain berkaitan dengan dapat disalahkan bila kebanyakan
rasa aman dari pihak lain untuk orang berusaha untuk mengamankan
memperoleh keyakinan diri dan dirinya disebabkan situasi sosial, ekonomi
kebutuhan untuk memelihara dan politik yang mengakibatkan
hubungan baik dengan lingkungan meningkatnya kerusuhan dan kekerasan
sekitarnya (Lang, 1987). Bila mengkaji akhir-akhir ini. Seringnya demonstrasi,
fungsi teritorialitas maka selain kerusuhan dan kejahatan telah
sebagai perwujudan dari privacy memberikan kesan, kota masih jauh
juga sebagai batas kelas-kelas sosial dari aman. Keadaan ini memaksa
dalam masyarakat. Perwujudan para warga kota untuk meningkatkan
fisiknya dapat berupa sequence dan keamanan dimanapun, terutama di
hirarki ruang dari publik hingga privacy, rumahnya. Bentuk rumah yang tertutup,
penandaan berupa simbolis atau berorientasi ke dalam, dan berpagar
dengan pagar dan tembok tinggi. tinggi yang tidak ramah adalah
Hingga yang terakhir adalah hukuman gambaran kecemasan, ketakutan,
bagi yang melanggar teritori. kecurigaan masyarakat terhadap
Kesesakan adalah faktor terakhir lingkungannya.
ini adalah faktor yang berhubungan

118
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)

Tetapi, benarkah pembentengan ini tanpa pagar ini buka disebabkan oleh
mampu memberi keamanan bagi rasa aman terhadap tetangga dan
mereka? Sepadankah dengan akibat hubungan sosial yang baik tetapi
yang dihasilkan dari pembentengan lebih pada keterpaksaan. Bila mereka
ini? Apakah hal ini tidak malah menjadi kalangan mampu, maka
menjadi bumerang bagi mereka pilihan tetap akan jatuh pada
sendiri? Bila kita melihat kembali perumahan berpagar untuk
perancangan permukiman ini maka memperoleh privacy yang lebih baik.
terdapat beberapa perilaku yang akan Kondisi sosial semacam ini secara
berubah karena pengaruh konstruktif mempengaruhi pembentukan
lingkungan. Kebutuhan akan batas lingkungan arsitektur kota kita. Dimulai
teritori yang jelas demi pengkultusan dari skala kecil yaitu rumah tinggal yang
status sosial di masyarakat dengan tertutup dan defensif. Tidak ada akses
membuat batas fisik yang jelas dan interaksi yang cukup terhadap
membentengi diri dari keadaan tetangga, apalagi dengan lingkungan
masyarakat sekitar adalah hal yang lain yang lebih besar. Bentuk
ironi. Terlihat bahwa selain faktor arsitektur kota semacam ini akan
keamanan kebutuhan teritori lebih membentuk sifat masyarakat
berdasarkan kelas-kelas sosial ini juga yang individualistis, saling curiga serta
memegang peranan penting yang egois yang semakin tinggi. Hal bergulir
sering dijadikan alasan pembangunan dan terus bergulir bila kita mengingat
bentengbenteng perumahan. bahwa sebagian generasi kita adalah
Bentuk perancangan perumahan anak-anak yang hidup dan
ini bertolak belakang dengan konsep- berkembang pada lingkungan tersebut.
konsep arsitektur tradisional kita selama
ini yang lebih berdasarkan unsur 3.2 Perancangan Lingkungan
keterbukaan dan kebersamaan. Permukiman Yang Berdasarkan
Tentunya, perubahan ini akan Pengawasan Bersama
membawa perubahan mendasar Sebuah perancangan
yang banyak mempengaruhi pola perumahan yang menghilangkan batas
hidup bersosial masyarakat kita. Masa fisik berupa pagar benteng yang tinggi
lalu yang manis dengan gambaran dapat diubah tampilannya. Batas
negara yang penduduknya ramah, permukiman berupa gerbang tinggi dan
toleran, saling tolong menolong, akrab, satpam dapat dihilangkan dan diganti
dan sebagainya tampaknya tinggal dengan bentuk rumah yang dapat
kenangan belaka. Saat ini saling mengawasi satu sama lain.
perkampungan hanya identik bagi Rumah dengan jendela yang
golongan miskin. Perkampungan dicap menghadap ke pintu tetangganya atau
sebagai perumahan kumuh tanpa menghilangkan dinding samping yang
infrastruktur yang memadai. menutupi pandangan ke arah
Perkampungan padat di bangunan rumah di seberangnya.
perkotaan, rumah-rumah tanpa pagar Bentuk-bentuk yang memungkinkan
yang terjadi karena mahalnya tanah pengawasan ke arah jalan. Bentuk
dan ketidakmampuan masyarakatnya pengamanan yang menekankan pada
memaksa mereka membuat rumah kebersamaan antara tetangganya ini
yang saling berdempetan dinding jauh lebih baik dari segi sosial daripada
dengan tetangganya. Pada menggunakan satpam dan
perkampungan semacam ini pengamanan berlapis yang
umumnya memiliki hubungan sosial menimbulkan kecemburuan sosial.
yang lebih baik. Pengawasan Perancangan perumahan ini juga
keamanan kampung kota ini dapat mengambil bentuk loop,
dilakukan oleh penduduk secara lingkungan ini membentuk lingkungan
bersama-sama. Walaupun tidak yang privat pada bagian dalam.
dapat dipungkiri keadaan rumah

119
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124

Sedangkan bagian luar diciptakan satpam dengan pagarnya juga


suasana pengawasan bersama. dihindari. Pengawasan yang dilakukan
Bentuk loop selain juga akan dari rumah masing-masing yang berada
memberikan suasana yang lebih intim melingkari taman bermain dapat
bagi skala tetangga. Jalan yang menjadi Iebih efektif dan tidak berkesan
berada di muka rumah akan menjadi menakutkan. Skala ruang yang ramah
jalan yang lebih privat dan lebih sepi dan manusiawi juga turut menentukan
sehingga dapat digunakan untuk ruang berhasil tidaknya taman bermain ini
bersama. Jalan ini juga akan cukup mengundang anak-anak untuk
aman bagi ruang bermain anak-anak. mengunjunginya. Taman yang terlalu
luas akan sulit perawatan dan
3.3 Ruang Publik pengamanannya. Sedangkan yang
Ruang publik merupakan tempat terlalu kecil akan membatasi ruang
warga untuk saling bertemu. Ruang ini gerak anak-anak bermain. Demikian
menyediakan sarana bagi interaksi juga dengan kombinasi ruang bagi
warga masyarakat di suatu kawasan keperluan lain seperti tempat duduk,
hunian. Sebenarnya dilema bahwa berjalan, jogging, bersepeda, roller
memperbanyak ruang publik skating dan aktivitas lainnya.
mengurangi keuntungan bagi Keberagaman fungsi ini akan
pengembang adalah hal yang salah, memuaskan banyak grup yang memiliki
bila kita mengutip tiga faktor yang minat berbeda. Ruang yang luas dan
menaikkan nilai jual real estate (Kusno, datar dapat digunakan untuk lapangan
Abidin. 2000). Salah satunya yaitu makin olahraga atau hard court, sedangkan
banyak fasilitas umum maka dengan yang bergunung-gunung dapat
sendirinya nilai jual perumahan akan digunakan untuk taman.
naik. Dari banyak ruang publik terdapat
Lapangan olahraga adalah
di perumahan, pembahasan akan
ruang lain yang menjadi ajang interaksi
ditekankan pada ruang bermain anak
yang atraktif bagi penghuni suatu
dan lapangan olahraga.
kawasan perumahan. Selain itu,
Taman bermain (playground)
lapangan olahraga adalah tempat
dipilih menjadi salah satu ruang publik
yang juga dapat dipakai oleh anak-
yang penting karena sebagian besar
anak untuk tempat bermain. Walaupun
jumlah penghuni perumahan adalah
perancangannya dapat disatukan
pasangan muda memiliki anak. Anak-
dengan lapangan bermain, tetapi
anak yang berada di lingkungan ini
kebanyakan pengguna lapangan ini
membutuhkan ruang untuk tempat
menginginkan adanya pembedaan usia
mereka bermain. Permainan di luar
untuk setiap area lapangan (Huat,
rumah yang merangsang fisik dan
1997). Hari minggu dan libur lapangan
pertumbuhan mereka. Pada taman
olahraga akan penuh oleh warga. Pada
bermain inilah mereka bertemu dengan
masyarakat kita lapangan olahraga
teman-temannya dari lingkungan
massal akan lebih efektif untuk
sekitarnya. Anak-anak adalah golongan
berinteraksi daripada langangan golf
yang mudah berinteraksi dengan
atau tenis yang dipakai hanya untuk
sesamanya, tidak banyak menaruh rasa
kalangan tertentu. Olahraga basket,
curiga dan mudah akrab dengan
sepak bola, atau volly dapat menjadi
teman-teman sebayanya.
hiburan yang menarik kedua minat
Taman bermain yang berada di banyak orang. Pada kampung-
perbatasan kawasan akan Iebih kampung dapat dilihat banyaknya
menarik bagi pertemuan antara sudut-sudut ruang kosong yang
penghuni dari dalam dan luar komplek digunakan untuk lapangan volly atau
perumahan. Hilangkan batas-batas fisik sepak bola antar warga
yang menakutkan dan mengesankan
ruangan yang elit dan tertutup bagi
batas tertentu. Baiknya keberadaan

120
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)

Gambar 2. Konsep defensible room dengan memakai pola cul de sac dan
pengolahan massa bangunan yang menciptakan pengawsan
bersama. sumber: Deasy, 1985 dan Sumartono, 1994

3.4 Pusat Perbelanjaan


Menyoroti kebutuhan sektor
Saling ketergantungan dalam
ekonomi yang harusnya bisa
bidang ekonomi adalah salah satu jalan
mempertemukan kedua golongan ini
yang dapat mempersatukan kedua
yaitu pusat perbelanjaan maka
latar belakang yang berbeda ini.
kehadirannya jangan merugikan
Umumnya permukiman-permukiman
perekomian penduduk yang telah ada.
baru ini dilengkapi dengan fasilitas-
Matinya pasar tradisional dan sektor-
fasilitas bersama seperti lapangan
sektor informal yang diserap oleh pasar
olahraga, pusat perbelanjaan, sarana
swalayan ini adalah suatu hubungan
rekreasi, dan ruang-ruang terbuka
yang merugikan pihak penduduk
iainnya. Bila sarana-sarana ini turut
kampung.
terbuka bagi masyarakat
Harusnya pembangunan pusat
perkampungan di sekitarnya maka
perbelanjaan atau sentra bisnis ini
kemungkinan mereka bertemu akan
melibatkan masyarakat setempat.
lebih banyak.
Pedagang-pedagang kaki lima (PKL)
Contohnya beberapa real-estate yang notabennya merupakan
yang menyediakan sarana masyarakat kecil dapat ditampung
perbelanjaan yang dapat menarik dalam suatu kawasan yang ada.
perhatian masyarakat dari Bentuknya bisa menengok ke kawasan
perkampungan sekitar. Ruang bersama pedagang kaki lima di Kembang Jepun
yang berupa pusat perbelanjaan ini Surabaya dimana terjadi pemanfaatan
cukup atraktif untuk mempertemukan ruang bersama walaupun berbeda
kedua golongan ini, tetapi perlu pada dimensi waktu (pagi dan malam).
diperhatikan dampak lain yang terjadi walupun kondisi dan situasinya berbeda,
akibat pola konsumsi baru ini. tetapi ada beberapa hal yang dapat
Bila kita melihat dari sudut dipetik sebagai pelajaran kia-kia di
budaya hal ini menjadi semacam Surabaya. Solusi yang merupakan jalan
bumerang dengan munculnya budaya tengah bagi pemenuhan kebutuhan
konsumtif yang turut melanda kedua belah pihak.
masyarakat di kampung lama ini. Penggabungan ini diharapkan
Budaya yang ditularkan dari gaya hidup dapat menghidupkan perekonomian
masyarakat yang berada di kedua belah pihak. Pedaganng Kaki
permukiman baru. Kondisi mereka yang Lima dapat bertahan dan hidup oleh
tidak memungkinkan mengikuti selera atmosfir baru yang dibangun dan
yang berkembang memicu terjadinya terjadi sebuah hubungan simbiosis
kesenjangan sosial yang semakin tinggi. yang saling menguntungkan. Bahkan
121
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124

dengan adanya pola hubungan ini perumahan berkepadatan tinggi akan


terjadi kontak sosial antara masyarakat menumbuhkan sikap toleransi yang
pendatang dengan penduduk sekitar. tinggi. Kehidupan urban yang
Walaupun hubungan awal masih membutuhkan sebuah sikap hidup
berupa hubungan formal dalam bidang yang berbeda dengan hidup dalam
ekonomi tetapi hubungan selanjutnya perumahan berkepadatan rendah.
mungkin dapat berkembang ke Sikap individualistis dan keleluasaan
hubungan yang Iebih baik dan saling pribadi yang harus ditoleransikan
menghargai. Untuk mewujudkan ini dengan kondisi penghuni lainnya.
tentunya dibutuhkan usaha yang serius Hidup dalam kepadatan inilah cikal
bagi pihak pengusaha properti untuk bakal peradaban sebuah kota
memberikan ruang dan kesempatan dibangun. Kepadatan perumahan rata-
bagi masyarakat perkampungan yang rata 40-60 unit rumah/hektar di kawasan
ada untuk mengembangkan diri. kota-kota baru ini dapat dipadatkan
2.5 Perumahan Kompak menjadi 100-120 unit hunian/hektar.
lain yang bisa dilakukan untuk Tentunya hal ini juga harus ditunjang
mengatasi persoalan ini adalah bentuk dengan perancangan ruang-ruang
perumahan yang lebih kompak, publik bagi interaksi masyarakatnya.
heteroginitas dan kepadatan lebih Sudah banyak contoh pembangunan
tinggi. Perumahan yang berkepadatan apartemen yang tidak menambah nilai
tinggi ini umumnya terletak pada tambah bagi interaksi warganya.
daerah pusat kota, walaupun pada Warga yang tinggal pada
beberapa kota di Eropa hal ini perumahan sejenis ini akan memiliki
terjadi di daerah Sub-Urbannya. intensitas tatap muka yang lebih tinggi
Amerika pun mulai memikirkan pola daripada yang tinggal pada
pertumbuhan semacam ini bagi solusi perumahan berkapling. Pertemuan
perancangan kotanya. pada lobby lift, koridor, void deck,
. Dengan memadatkan rumah dan taman bersama, dan tempat umum
memadukan heterogenitas akan lainnya. Fasilitas-fasilitas seperti ini
memberikan ruang interaksi yang lebih mempertemukan antara penghuninya.
leluasa. Hidup dalam sebuah

Gambar 3. Daya pikat kia-kia di Kembang Jepun justru dari PKL yang berjualan
makanan di sana. Tidak seperti umumnya PKL yang berjualan di atas
trotoar, PKL Kembang Jepun menggelar dagangannya di tengah
jalan. Padahal, Kembang Jepun termasuk salah satu pusat bisnis di
Surabaya. Sumber: Setiawan. A, 2005

122
Fenomena Kawasan Permukiman Yang Individualis
(Altim Setiawan)

Gambar 4. Perumahan berkepadatan tinggi Sumber: Roseland, 1998.

Hubungan manusiawi terjalin 4. Kesimpulan


pada ruang-ruang publik yang Perancangan permukiman yang
merupakan dampak pemadatan mengakodasi interaksi sosial merupakan
pemukiman ini. Pemukiman yang suatu salah satu konsep dalam
menyebar dan dipadatkan akan melibatkan masyarakat dalam
memberikan ruang publik yang lebih pembangunan kawasan permukiman.
banyak. Interaksi tatap muka yang intens Konsep juga ternyata mampu
hanya terjadi di lingkungan yang meningkatkan pengawasan bersama
kompak. terhadap lingkunga. Membangun pagar
Sebuah ruang bersama berupa tinggi di halaman rumah dan
void deck; yaitu ruang beratap membentengi kawasan permukiman
berada di lantai dasar yang biasanya bukan solusi yang tepat. Justru efek
menjadi tempat berkumpul bersama yang ditimbulkan akan semakin
antara warga masyarakat di suatu memperlebar kesenjangan sosial antara
apartemen. Ruang ini biasanya masyarakat permukiman baru dan
diletakkan pada bagian bawah masyarakat di sekitar permukiman
bangunan yang dekat dengan taman (kampung) yang pada akhirnya akan
bermain anak-anak. Orang tua yang meningkat vandalisme.
mengawasi anaknya bermain dapat
5. Daftar Pustaka
bertemu dengan orang tua lain yang
melakukan hal yang sama. Sebuah Deasy, C M : Designing Places for
ruang void deck berguna layaknya People. New York. Whitney
seperti ruang serbaguna yang tiba-tiba library of Design, Watson-
dapat digunakan oleh penghuni untuk guptill Publication. 1985.
pesta taman, membuat arisan, atau
Hester, Randolph T : Neighborhood
orangtua yang menunggui bus sekolah
Space. Stoudsbourg. Dowdeb
yang mengantar anak-anaknya. Ruang
Hutchingson & Ross Inc. 1975.
ini biasanya dilengkapi dengan
beberapa kios-kios yang menjajakan Holahan, C J : Environmental
kebutuhan sehari-hari atau menjadi Psychology. New York. Random
ajang promosi dad produk baru. Hal ini House. 1982.
telah diterapkan di Singapura pada Huat, Chua Beng & Edwards, Norman :
proyek HDB (Housing and Development Public Space. Singapura.
Board) dan terbukti ruang ini selalu Singapore University Press. 1992.
ramai.

123
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 113 - 124

Oman, Irwin : The Environment and Setiawan, Altim, PK5, Kakinya Mulai
Social Behavior : Privacy, Pendek, Artikel, Harian Fajar,
Personal Space, Teritory and Edisi 2 Januari 2005
Crowding. Monterey. Cole
Sumartono : Makna dan Fungsi pagar
ublishing. 1975.
pada Lingkungan Perumahan:
Kartz, Peter : The New Urbanism. New Menurut persepsi penghuni.
York. McGraw-Hill. 1994. Tidak diterbitkan. 1994.

Kurokawa, Kisho : Intercuttural Sumintardja, Djauhari : Kompedium


Architecture: The philosophy of Sejarah Arsitektur Bandung.
Symbiosis. London. Academy Yayasan Lembaga
Editions. 1991. penyelidikan Masalah
Bangunan. 1978.
Marcus, Clare C & Francis, Carolyn
: People Places. New York. Van Utomo, Budi S : Studi tentang
Nostrand Reinhold. 1998. keberadaan kampung lama
di sekitar lingkungan
Roseland, Mark. Toward Sustainable
pemukiman baru. Tidak
Communities. New York. New
diterbitkan. 1989.
Society Publishers. 1998.

124

Anda mungkin juga menyukai