Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR ILMU

ADMINISTRASI
“PENGAMBILAN KEPUTUSAN”

KELOMPOK 5
DI BAWAH ASUHAN : DR. GUNTUR KARNAENI, M.Si

DR. WAHYU NURDIANSYAH. S. SOS,M. SI

DISUSUN OLEH:

1. NUR AZIZA ( S012019035 )


2. NUR HASMYATI ( S012019047 )
3. DEWI RISNAWATI ( S012019052 )
4. MUHAMMAD IKRAM MUBARAQAH ( S012019046 )
A. Pengertian Teori Pengambilan Keputusan.
Teori pengambilan keputusan adalah teori- teori atau tehnik – tehnik atau
pendekatan- pendekatan yang di gunakan dalan suatu proses dalam
pengambilan keputusan

B. Definisi Pengambilan Keputusan


 Pengertian keputusan menurut para ahli:
1. Menurut Ralp C. Davis
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang di hadapinya dengan
tegas. Keputusan harus dapaat menjawab pertanyaan tentang apa yang di bicarakan
dalam hubungannya dengan perencanan .
2. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudirjo,SH
Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang
suatu masalah atau problema untuk menjawab pertannyaan apa yang harus di
perbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu
alternatif.
3. Menurut James A.F. Stoner
Keputusan adalah pemilihan di antara alternatif-alternatif.
Definisi ini mengandung 3 pengertian, yaitu :
a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan
b. Ada beberapa alternatif yang harus dan di pilih salah satu yang terbaik.
c. Ada tujuan yang ingin di capai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada
tujuan tersebut.

 Pengertian pengambilan keputusan menurut para ahli:


1. Menurut George R. Terry
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan )
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
2. Menurut S.P. Siagian
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat alternatif yang di hadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
3. Menurut James A.F Stoner
Pengambilan keputusan adalah proses yang di gunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

C. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

2
a. Fungsi pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah
memiliki fungsi antara lain sebagai berikut:
1. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah,
baiks secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional
maupun secara organisasional.
2. Sesuatu yang bersifat futuristik , artinya bersangkut paut dengan hari depan,
masa yang akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung
cukup lama.
b. Tujuan pengambilan keputusan.
Tujuan pengambilan keputusan dapat di bedakan atas dua, yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan yang bersifat tunggal
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila
keputusan yang di hasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa
sekali di putuskan , tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
2. Tujuan yang bersifat ganda
Tujuan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang di hasilkan itu
menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang di
ambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat
kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.

Oleh karena itu, maka sejak dahulu kala manusia belajar berhitung dan
memperhitungkan segala sesuatunya yang dapat dihitung, yang dia anggap perlu
dihitung, dan yang harus diperhitungkan. Dengan perkataan lain, semua keputusan
manusia sedikit-banyak akan selalu bersifat atau berwarna subyektif. Bahkan di
dalam mempergunakan teknik analisa statistic atau matematika pun dia masih terikat
kepada kemampuan nya untuk menentukan data mana yang relevan dan mana yang
tidak.

D. Tingkat-Tingkat Keputusan
Setiap keputusan mempunyai kadar kehebatan yang berbeda-beda.

3
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa sebenarnya ada empat tingkat keputusan, yaitu:
1) Keputusan otomatis (automatic decisions).
Keputusan ini dibuat dengan sangat sederhana. Meski ia sederhana, informasi
tetap diperlukan. Hanya, informasi yang ada itu sekaligus melahirkan satu
keputusan. Seorang pengemudi mobil yang memperoleh informasi di perempatan
jalan berupa lampu merah, akan membuat keputusan otomatis untuk berhenti.
Informasi itu identik dengan keputusan. Setiap pengemudi lain akan membuat
keputusan yang sama apabila dihadapkan dengan informasi serupa.
2) Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected Information decision).
Tingkat informasi disini mulai sedikit kompleks, artinya informasi yang ada
sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Akan tetapi, keputusan belum
segera dibuat, karena informasi itu masih perlu dipelajari. Setelah hasil studi
diketahui, keputusan langsung dibuat, sama seperti keputusan otomatis.
3) Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (Factor weighting decision).
Keputusan jenis ini lebih kompleks lagi. Lebih banyak informasi yang
diperlukan. Informasi-informasi itu harus dikumpulkan dan dianalisis. Faktor-faktor
yang berperan dalam informasi itu dipertimbangkan dan diperhitungkan. Antara
informasi yang satu dengan yang lain dibandingkan, kemudian dicari yang paling
banyak member keuntungan atau kesenangan. Seseorang yang hendak membeli
arloji, akan membandingkannya di antara beberapa merek. Ia membandingkan
harganya, kualitasnya, penampilannya atau modelnya, nilai arloji itu, yaitu sejauh
mana arloji itu memiliki makna yang berarti baginya.
4) Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual-uncertainty decision).
Keputusan tingkat empat ini merupakan keputusan yang paling kompleks.
Jumlah informasi yang diperlukan semakin bertambah banyak. Selain itu, dalam
setiap informasi yang sudah ada atau informasi yang masih akan diharapkan,
terdapat ketidakpastian. Itulah sebabnya dikatakan “’dual-uncertainly,” ketidakpastian
ganda. Semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan,
semakin banyak informasi yang dibutuhkan dan semakin tinggi ketidakpastian itu.
Oleh karena itu, keputusan-keputusan semacam itu sering mengandung risiko yang
jauh lebih daripada keputusan-keputusan tingkat dibawahnya.

E. Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan


Penelitian bahan-bahan pustaka tentang teknik-teknik pengambilan keputusan
menunjukkan bahwa pada dasarnya ada dua kelompok teknik yang dapat dan biasa

4
digunakan. Yang pertama adalah teknik-teknik pengambilan keputusan yang bersifat
kuantitatif. Inti teknik kuantitatif adalah terletak pada usaha menganalisis berbagai variabel
yang jumlahnya banyak dan mencari hubungan antara berbagai variabel tersebut. Dalam
dunia usaha teknik ini lumrah digunakan karena memang banyak variabel kegiatan yang
dapat dikuantifikasikan.
Kesukaran penggunaan teknik ini terlihat apabila situasi proklematis yang hendak
diatasi tidak mungkin, atau sulit dikuantifikasikan. Yang kedua adalah kelompok teknik
pengambilan keputusan yang tidak bersifat kuantitatif.

Berikut beberapa teknik-teknik pengambilan keputusan:

1) Brainstorming
Teknik ini merupakan salah satu teknik pengambilan keputusan yang paling
tua dan dipandang sangat bermanfaat dalam pembentukan persepsi yang tepat
tentang hakikat situasi proklematik yang dihadapi. Teknik ini pada mulanya
dikembangkan dikalangan organisasi-organisasi angkatan bersenjata. Kemudian
sebagaimana halnya dengan berbagai hal yang semula berasal dari kalangan
angkatan bersenjata, teknik ini digunakan pula oleh berbagai jenis organisasi diluar
angkatan bersenjata karena aplikasi nya mendatangkan manfaat bagi organisasi
nonmiliter, baik organisasi dilingkungan pemerintahan, organisasi niaga maupun
organisasi-organisasi social yang sifatnya nirlaba.
Skenario singkat penggunaan teknik ini adalah sebagai berikut.
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi
proklematis yang tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik,
mereka mengadakan diskusi dalam mana setiap orang yang terlibat diharapkan turut
serta memberikan pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang
dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang
cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi proklematik yang
dihadapi.
Manfaat terbesar dari penggunaan teknik ini ialah bahwa mereka yang terlibat
dalam pelaksanaan sesuatu keputusan sudah sejak dini dilibatkan dalam
pengambilannya. Dengan demikian diharapkan bahwa dalam pelaksanaan tidak
terjadi ganjalan yang menganggu.
Kelemahan teknik ini yaitu ia tidak tepat digunakan untuk memecahkan suatu
permasalahan yang bentuknya belum jelas sekaligus rumit. Kelemahan lain dari
teknik ini adalah bahwa prosesnya memakan waktu yang cukup lama dan oleh
karenanya dapat menjadi mahal, terutama ditinjau dari segi waktu yang amat
berharga dari pata peserta dalam diskusi yang diadakan.

5
2) Synetics
Teknik ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari teknik brainstorming
karena pada dasarnya teknik ini juga merupakan satu cara mengumpulkan informasi,
pendapat dan gagasan dari sekelompok orang sebagai bagian dari usaha
pengambilan keputusan. Perbedaan yang menonjol antara teknik synetics dengan
brainstorming ialah, bahwa pada tahap diskusi para peserta didorong
mengemukakan pendapat dan gagasan yang sifatnya emosional dan bahkan tidak
rasional untuk kemudian digabungkan dengan teknik-teknik berpikir yang rasional,
dan telah dikembangkan secara ilmiah.
Secara singkat penggunaan teknik ini terlihat pada scenario berikut.
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi.
Diantara para peserta tersebut ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan
keputusan. Apakah ahli tersebut anggota organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan
disini. Pimpinan kelompok mengajak para peserta untuk mempelajari suatu situasi
proklematik secara menyeluruh. Semua anggota kelompok diharuskan mengkaji dan
memahami betul sifat dan batasan-batasan masalah itu.
Kemudian masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya piker
kreatifnya dengan melontarkan ide, yang merupakan hasil daya fikir kreatif dan
inovatif itu, tentang cara yang dipandangnya tepat ditempuh. Setelah kepada semua
anggota kelompok diberikan kesempatan mengemukakan pandangan nya yang
emosional dan tidak rasional itu, pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran
tertentu yang dipandangnya bermanfaat dalam pemecahan masalah.
Akhirnya, tenaga ahli yang terdapat dalam kelompok melakukan penilaian
atas bebagai gagasan emosional dan tidak rasional yang dikemukakan dan telah
disaring oleh pimpinan, serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori
ilmiah pengambilan keputusan. Atas dasar itulah keputusan dan tindakan
pelaksanaan diambi.
3) Delphi
Teknik Delphi pada umumnya digunakan untuk mengambil keputusan yang
sifatnya meramalkan masa depan yang diperhitungkan akan dihadapi oleh suatu
organisasi. Dalam penggunaan nya, teknik ini tidak melibatkan para pengambil
keputusan dalam organisasi yang bersangkutan. Yang terlibat langsung adalah
sekelompok ahli yang berada diluar organisasi dan dipilih atas dasar kemampuan
nya yang telah terbukti baik pada organisasi lain maupun pada organisasi yang
bersangkutan di masa lalu.
Skenario penggunaan teknik ini adalah sebagai berikut.
Pengambilan keputusan menyusun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan
suatu situasi peramal dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli
6
tersebut ditugaskan untuk meramalkan, apakah sesuatu peristiwa dapat atau
mungkin terjadi atau tidak. Jawaban dari para anggota kelompok tadi dikumpulkan
dan masing-masing ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh rekan-rekannya yang
tidak pernah ditemuinya, bahkan mungkin dikenalnya pun tidak. Pada kesempatan
berikutnya, rangkaian pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota
kelompok dengan melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh para anggota
kelompok pada putaran pertama.
Disamping jawaban para anggota kelompok, juga dilampirkan hal-hal yang
dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang
ternyata lain dari kesepakatan kelompok, ahli yang berbeda pendapat itu diminta
untuk memberikan penjelasan secara tertulis. Jawaban yang diberikan hanya
diidentifikasikan dengan kode tertentu, sehingga siapa yang memberikan jawaban
tidak akan diketahui oleh para anggota kelompok, meskipun diketahui oleh para ahli
yang melakukan analisis yang diperlukan.
Cara pengambilan jawaban seperti itu dilakukan dengan beberapa putaran.
Pengedaran daftar pertanyaan dan analisis oleh para ahli dihentikan apabila telah
diperoleh bahan tentang ramalan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa di masa
depan. Dengan sengaja jawaban yang diinginkan oleh pengambil keputusan oleh
kelompok ahli. Pembatasan dengan sengaja itu sekaligus kekuatan dan kelemahan
teknik ini. Dikatakan kekuatan karena dengan bahan yang terbatas, para tenaga ahli
dapat melakukan analisis yang matang dan mendalam, sehingga lebih menjamin
ketepatan ramalan yang dibuat. Dikatakan kelemahan, karena sumber ide menjadi
sangat terbatas yang tidak bebas dari persepsi, intuisi, dan bahkan emosi dan
pengalaman para anggota kelompok pengambilan keputusan.

F. Jenis- jenis Pengambilan Keputusan


a. pengambilan keputusan terprogram Keputusan terprogram/terstruktur
merupakan keputusan yang bersifat rutin, terjadi berulang-ulang. Karakteristik dari jenis
keputusan ini sangat akurat, karena keputusan jenis ini merupakan perwujudan kumulatif
dari langkah-langkah penyelesaian masalah yang terjadi secara berulang. Keputusan ini
memperlihatkan dengan jelas hubungan antara variabel penyebab dengan variabel
akibat/hasil. Alat pengambilan keputusan yang digunakan adalah kebiasaan, tradisi,
rutinitas, kaidah rutinitas, atau pedoman petunjuk pelaksanaan. Contoh dari keputusan ini

7
adalah: pembayaran gaji pegawai, listrik dan air, serta pembayaran bulanan belanja bahan
mentah ke pemasok.
Keputusan tidak terprogram merupakan kategori keputusan yang berkaitan erat
dengan kondisi lingkungan kegiatan bisnis yang tidak pasti dan sangat dinamis.Kategori ini
menghadirkan sebuah peristiwa dan masalah yang istimewa dan unik. Manajer selalu
dituntut untuk menunjukkan kinerja tertinggi dalam menerapkan ilmu dan terutama sekali
seni, pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dengan demikian didasarkan pada
pandangan rasionalitas yang dibatasi, kreatifitas, inovasi dan intuisi. Contoh: penyelesaian
kasus unjuk rasa pegawai, atau penyelesaian masalah kenaikan harga bahan baku produk
yang terjadi secara tiba-tiba.

G. Pengambilan Keputusan Sebagai Sebuah Ilmu dan Seni


Pengambilan keputusan disebut sebagai seni karena kegiatan tersebut selalu
dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan tersendiri.
Pengambilan keputusan yang merupakan seni selalu terikat pada tujuan yang hendak
dicapai, jenis masalah yang dihadapi, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi.
Setiap keputusan yang muncul atas pandangan pengambilan keputusan sebagai sebuah
seni akan memiliki “cita rasa dan nuansa” yang berbeda-beda. Pengambilan keputusan
sebagai sebuah seni tidak dapat “dipelajari” oleh terdapatnya sejumlah perbedaan yang
unik, yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan ilmu, karena aktivitas tersebut memiliki
sejumlah cara, metode, atau pendekatan tertentu yang bersifat sistematis, teratur dan
terarah. Pendekatan atau langkah-langkah pengambilan keputusan dikaitkan sistematis oleh
terdapatnya sejumlah langkah A-Z yang jelas dalam menjawab sebuah masalah.
Pengambilan keputusan dikatakan ilmu karena memang dapat dipelajari, baik teknik
maupun metode nya sehingga dapat dengan mudah diterapkan. Teknik dan cara
pengambilan keputusan seseorang dapat dipelajari dan diikuti kemudian dilakukan pada
situasi dan kondisi yang berbeda.
Ilmu dan seni pengambilan keputusan pada akhirnya bertujuan untuk memudahkan
manusia dalam menentukan keputusan terbaik. Dimana keputusan yang diambil akan
mempengaruhi cara pencapaian tujuan yang hendak diraih.

H. Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan


Sering kali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan. Memang, apabila dilihat dari sudut prosesnya, sulit dibedakan karena keduanya
menggunakan langkah-langkah proses yang mirip. Perbedaan di antara keduanya terletak

8
pada “hasil”-nya. Penyelesaian masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada
hasil berupa penyelesaian kesenjangan antara performance yang diinginkan dan
performance yang menjadi kenyataan.
Kalau seorang kepala sekolah menginginkan anak didiknya lulus ujian akhir 100
persen, ternyata yang lulus hanya 50 persen, maka beda 50 persen itulah yang disebut
masalah. Inilah yang perlu dicarikan penyelesaiannya. Kalau itu sudah diselesaikan dan
kemudian lulus 100 persen, berarti tidak ada lagi masalah.

Lain halnya dengan “pengambilan keputusan” karena dalam hal ini pengambilan
keputusan adalah pemikiran yang menghasilkan “pilihan” (choice) dari beberapa alternatif
bertindak. Sebaiknya, pilihan itu terjadi dalam proses penyelesaian masalah karena dalam
menyelesaikan suatu masalah, setiap langkah yang ditempuh mencakup aspek
pengambilan keputusan.

I. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan atas Pandangan Rasional


Model rasionalitas memandang pengambilan keputusan sebagai manusia rasional,
dimana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan pemaksimuman nilai di dalam
lingkup keterbatasan-keterbatasan tertentu.
Model sederhana dari pengambilan keputusan secara rasional ini berangkat dari tiga
langkah, yaitu:
1. Pengambil keputusan mengidentifikasi sejumlah masalah yang harus diselesaikan.
Masalah harus dibedakan dari gejala-gejala pembentuk masalah. Langkah awal
proses penentuan masalah dimulai dengan menentukan tujuan, baik individu
maupun organisasi. Kehendak untuk mewujudkan tujuan selalu menghasilkan
pertanyaan, terutama sekali tentang bagaimana tujuan harus diraih. Untuk
menghasilkan masalah sebenarnya, maka pengambil keputusan perlu menentukan
langkah-langkah pendekatan apa yang akan digunakannya. Metode pendekatan
terhadap pencarian masalah dapat ditelusuri kembali dengan mengaitkan hal
tersebut terhadap gaya pemikiran apa yang digunakan.
2. Setelah pengambil keputusan melakukan proses penentuan masalah sebenarnya,
maka selanjutnya mereka harus menentukan sejumlah alternative solusi terhadap
masalah. Penentuan solusi merupakan proses mendesain dan mengembangkan
sebuat daftar alternatif jawaban, penentuan sejumlah tindakan yang akan diambil,
dan sekaligus juga penetapan konsekuensi atas pilihan dan tindakan yang diambil,
disesuaikan dengan masalah yang telah didefinisikan.
Manajer dalam proses ini melakukan sejumlah studi tentang hubungan antara tingkat
masalah yang dihadapi dengan pemanfaatan sumber daya dan keahlian yang dimiliki
guna memecahkan masalah.

9
3. Langkah terakhir merupakan pemilihan solusi atas masalah dan
mengimplementasikan solusi tersebut. Langkah ketiga mengisyaratkan bahwa
pilihan satu alternatif solusi hanya dapat dilakukan setelah proses evakuasi atas
seluruh alternatif yang memungkinkan dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan
menetapkan rating atas setiap alternatif dalam sebuah kriteria.

Pada umumnya, model rasional menggunakan pendekatan analisis kekuatan dan


kelemahan dari setiap alternatif solusi, dan membandingkannya dengan nilai kriteria dan
nilai bobot yang ditetapkan pada langkah-langkah sebelumnya. Pemilihan atas alternatif
solusi menandakan bahwa proses pengambilan keputusan telah “selesai” dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Salusu, J. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik (Bentuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit). Jakarta: PT. Grasindo.

Atmosudirdjo, S. P. (1990). Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan


(Decisions Making). Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Siagian, S. (1993). Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: CV Haji Masagung.

Dermawan, R. (2004). Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Gunung Agung.

Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

10
11

Anda mungkin juga menyukai