Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Perkembangan Kehidupan Politik dan Ekonomi pada


Masa Reformasi

Disusun Oleh:
1. Delia Alifia F.
2. Hamnie Zahra
3. Ahmed HAfizd A.
4. M. Lucky Prayoga

Kelas : 12 MIPA 3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.Artinya,
adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih
baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.

Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan.Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang mendorong
lahirnya gerakan reformasi.Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang
menentukan.Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan karena
itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.

Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian


kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan
makmur.Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik,
ekonomi, hukum, sosial, dan budaya.Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian
terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. 

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana munculnya gerakan reformasi?

2.      Siapa tokoh-tokoh  pergerakan reformasi?

3.      Apa saja peristiwa-peristiwa penting dalam reformasi?

4.      Bagaimana perkembangan politik dan ekonomi pada masa reformasi?


BAB II

PEMBAHASAN

PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM REFORMASI

Berikut ini kronologi beberapa peristiwa penting selama gerakan reformasi yang memuncak pada
tahun 1998.

1.      Demonstrasi Mahasiswa

Desakan atas pelaksanaan reformasi dalam kehidupan nasional dilakukan mahasiswa dan kelompok
proreformasi. Pada tanggal 7 Mei 1998 terjadi demonstrasi mahasiswa di Universitas Jayabaya, Jakarta.
Demonstrasi ini berakhir bentrok dengan aparat dan mengakibatkan 52 mahasiswa terluka. Sehari
kemudian pada tanggal 8 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa terjadi di Yogyakarta (UGM dan sekitarnya).
Demonstrasi ini juga berakhir bentrok dengan aparat dan menewaskan seorang mahasiswa bernama Mozes
Gatotkaca. Dalam kondisi ini, Presiden Soeharto berangkat ke Mesir tanggal 9 Mei 1998 untuk menghadiri
sidang G 15.

2.      Peristiwa Trisakti

Tuntutan agar Presiden Soeharto mundur semakin kencang disuarakan mahasiswa di berbagai
tempat. Tidak jarang hal ini mengakibatkan bentrokan dengan aparat keamanan. Pada tanggal 12
Mei 1998 empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas tertembak peluru aparat keamanan
saat demonstrasi menuntu Soeharto mundur. Mereka adalah Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Peristiwa Trisakti mengundang simpati tokoh reformasi
dan mahasiswa Indonesia.

3.      Kerusuhan Mei 1998

Penembakan aparat di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih besar. Pada
tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta dan Solo. Kondisi ini
memaksa Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir. Sementara itu, mulai tanggal
14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Bahkan, para demonstran mulai menduduki
gedung-gedung pemerintah di pusat dan daerah.

4.      Pendudukan Gedung MPR/DPR

Mahasiswa Jakarta menjadikan geudng MPR/DPR sebagai pusat gerakan yang relative aman.
Ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat. Bahkan, mereka menduduki atap gedung
tersebut. Mereka berupaya menemui pimpinan MPR/DPR agar mengambil sikap yang tegas.
Akhirnya, tanggal 18 Mei 1998 ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari jabatannya
sebagai presiden. Pernyataan Harmoko itu kemudian dibantah oleh Pangjab Jenderal TNI Wiranto
dan mengatakannya sebagai pendapat pribadi. Untuk mengatasi keadaan, Presiden Soeharto
mengundang beberapa tokoh masyarakat seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid ke
Istana Negara pada tanggal 19 Mei 1998. Akan tetapi, upaya ini tidak mendapat sambutan rakyat.

5.      Pembatalan Apel Kebangkitan Nasional

Momentum hari Kebangkitan Naisonal 20 Mei 1998 rencananya digunakan tokoh reformasi
Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu Monas. Akan tetapi, beliau
membatalkan rencana apel dan doa bersama karena 80.000 tentara bersiaga di kawasan tersebut. Di
Yogyakarta, Surakarta, Medan, dan Bandung ribuan mahasiswa dan rakyat berdemonstrasi. Ketua
MPR/DPR Harmoko kembali meminta Soeharto mengundurkan diri pada hari Jumat tanggal 22 Mei
1998 atau MPR/DPR akan terpaksa memilih presiden baru. Bersamaan dengan itu, sebelas menteri
Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri.

6.      Pendunduran Diri Presiden Soeharto

Pada dini hari tanggal 21 Mei 1998 Amien Rais selaku Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah
menyatakan, “Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”. Ini
beliau lakukan setelah mendengar kepastian dari Yuzril Ihza Mahendra. Akhirnya, pada pukul 09.00
WIB Presiden Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya. Itulah beberapa peristiwa
penting menyangkut gerakan reformasi tahun 1998. Soeharto mengundurkan diri dari jabatan
presiden yang telah dipegang selama 32 tahun. Beliau kemudian digantikan B.J. Habibie. Sejak saat
itu Indonesia memasuki era reformasi.

A. Perkembangan Politik Setelah 21 Mei 1998

Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan kehidupan yang baru dan
secara hukum menuju ke arah perbaikan. Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 merupakan
suatu gerakan untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan terutama perbaikan dalam bidang politik, sosial,
ekonomi dan hukum.
Setelah BJ Habibie dilantik menjadi presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998 maka tugasnya adalah memimpin
bangsa Indonesia dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh aspirasi rakyat yang berkembang dalam
pelaksanaan reformasi secara menyeluruh. Habibie bertekad untuk mewujudkan pemerintrahan yang bersih dan
bebas dari KKN.
Pada tanggal 22 Mei 1998 Habibie membentuk kabinet Reformasi Pembangunan yang terdiri dari 16 orang
menteri yang diambil dari unsur militer, Golkar, PPP dan PDI. Tanggal 25 Mei 1998 diselenggarakan pertemuan I
dan berhasil membentuk komite untuk merancang Undang-undang politik yang lebih longgar dalam waktu 1
tahun dan menyetujui masa jabatan presiden maksimal 2 periode.
Reformasi di bidang hukum disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang di kalangan masyarakat dan mendapat
sambutan baik karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepada tatanan hukum yang didambakan
oleh masyarakat. Selama Orde baru karakter hukum bersifat konservatif, ortodoks yaitu produk hukum lebih
mencerminkan keinginan pemerintah dan tertutup terhadap kelompok-kelompok sosial maupun individu dalam
masyarakat.

.        Perkembangan Politik Dan Pemerintahan Indonesia Pasca 21 Mei 1998

1. Massa Pemerintahan Presiden Habibie

a. Latar Belakang Terbentuknya Pemerintahan Habibie

Akibat semakin meningkatnya desakan dan unjuk rasa massa, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden

Soeharto menyatakan berhenti sebagai presiden RI. Sesuai dengan ketentuan dalam UUd 1945, presiden

menyerahkan jabatan presiden kepada wakil presiden, Burhanuddin Jusuf Habibie.

b.      Perkembangan politik dan pemerintahan

1)      Kebijakan reformasi Politik

2)      Kebebasan berpendapat

3)      Kebijakan disentralisasi

4)      Kebijakan yang berkaitan dengan masalah Timor Timur

5)      Program pelaksanaan pemilu 1999

2.         Massa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid

a.       Latar belakang terbentuknya pemerintahan Abdurrahman Wahid

Latar belakang terbentuknya berawal dari pemilu tahun 1999. Pada pemilu tersebut PDIP pimpinan Megawati

Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%). Tetapi karena jabatan presiden masih harus dipilih

oleh MPR, Megawati tidak secara langsung menjadi presiden. Dalam mekanisme pemilihan presiden di MPR,
Abdurrahman Wahid yang juga pimpinan PKB terpilih menjadi presiden Indonesia ke 4. Sedangkan Megawati

kemudian dipilih Abdurrahman Wahid sebagai wakil presiden.

b.      Perkembangan politik dan pemerintahan Indonesia

1)      Kebijakan reformasi pemerintahan, dengan pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial

2)      Seringnya presiden melakukan lawatan ke luar negeri. Langkah ini banyak menimbulkan pertentangan dalam

masyarakat

3)      Masih berkembangnya gerakan-gerakan separatis seperti GAM, RMS dan OPM

4)      Abdurrahman Wahid mengusulkan agar Tap MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang malarang marxisme-laninisme

dicabut

5)      Upaya Abdurrahman Wahid untuk mereformasi dan mengeluarkan militer dari ruang sosial politik  

menyebabkan hubungan presiden dan militer merenggang

6)      Terjadinya beragam konflik kepentingan

7)      Keluarnya kebijakan pemerintah bahwa Imlek sebagai hari libur Nasional

8)      Pada tanggal 1 februari 2001, DPR mengeluarkan nota yang berisi perlunya dilakukan siding khusus MPR

dimana pemakzulan presiden dapat dilakukan

9)      Beberapa menteri yang dianggap berseberangan kemudian dipecat

10)  Karena banyak menimbulkan controversial, MPR memutuskan akan digelar sidang istimewa pada tanggal 23 jili

2001

11)  Sebagai bentuk perlawanan terhadap rencana SI MPR, presiden kemudian mandahului dengan mengeluarkan

dekrit

12)  Pada tanggal 23 juli 2001, SI MPR digelar dengan agenda pokok pemakzulan presiden. Sesuai UUD, maka ia

digantikan oleh wakilnya Megawati

3.         Masa Pemerintahan Presiden Megawati

a.       Latar belakang terbentuknya pemerintahan Megawati


Naiknya megawati sebagai presiden ke 5 terjadi setelah Gus Dur menyatakan pengunduran dirinya sebagai

presiden akibat tekanan dan demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat. Hamzah Haz terpilih sebagai wakil

presiden setelah Votting di MPR/DPR

b.      Perkembangan politik Indonesia

1)      Konflik Poso

2)      Masalah terorisme

3)      Program dan kebijakan pemerintah

4)      Program pelaksanaan pemilu 2004

4.         Massa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

a.       Latar belakang terbentuknya pemerintahan SBY

Partai Demokrat yang sebelumnya kurang dikenal, menarik perhatian masyarakat dengan pimpinannya Jenderal

Purnawirawan Susilo Bambang Yudhoyono, yang dianggap memiliki karisma dan menjanjikan perubahan

kepada rakyat. Dan akhirnya mengantarnya sebagai pemenang pemilu presiden 2004

b.      Perkembangan politik

1)      Penyelesaian Masalah Aceh

2)      Isu terorisme

3)      Pelaksanaan pemerintahan dalam negeri

4)      Disentralisasi dan otonomin daerah

5)      Program pelaksanaan pemilu 2009

C. PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI PADA MASA REFORMASI

Kondisi Politik masa reformasi

Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era reformasi mengupayakan
pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta merencanakan pelaksanaan pemilihan
umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di
bawah pemerintahan Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat demokratis. Selain itu
pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di muka umum. Presiden Habibie
memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat, baik dalam bentuk rapat-rapat umum
maupun unjuk rasa atau demonstrasi. Namun khusus demonstrasi, setiap organisasi atau lembaga yang ingin
melakukan demonstrasi hendaknya mendapatkan izin dari pihak kepolisian dan menentukan tempat untuk
melakukan demonstrasi tersebut.

Setelah reformasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan Rakyat DPR mulai dikurangi secara bertahap
yaitu 75 orang menjadi 38 orang. Langkah ini yang ditempuh adalah ABRI semula terdiri dari empat angkatan
yaitu Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5 Mei 1999 Polri memisahkan
diri dari ABRI dan kemudian berganti nama menjadi Kepolisian Negara. Istilah ABRI pun berubah menjadi TNI
yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang hukum. Reformasi hukum
itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibie
untuk mereformasi hukum mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan masyarakat, karena reformasi
hukum yang dilakukannya mengarah kepada tatanan hukum yang didambakan oleh masyarakat. Presiden
Habibie mencabut lima paket undang-undang tentang politik. Sebagai gantinya DPR berhasil menetapkan tiga
undang-undang politik baru. Ketiga undang-undang itu disahkan pada tanggal 1 Februari 1999 dan
ditandatangani oleh Presiden Habibie. Ketiga undang-undang itu antara lain undang-undang partai politik,
pemilihan umum, susunan serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

Munculnya undang-undang politik yang baru memberikan semangat untuk berkembangnya kehidupan
politik di Indonesia. Dengan munculnya undang-undang politik itu partai-partai politik bermunculan dan bahkan
tidak kurang dari 112 partai politik telah berdiri di Indonesia pada masa itu. Namun dari sekian banyak
jumlahnya, hanya 48 partai politik yang berhasil mengikuti pemilihan umum tahun 1999. Hal ini disebabkan
karena aturan seleksi partai-partai politik diberlakukan cukup ketat. Setalah perhitungan suara berhasil
diselesaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), hasilnya lima besar partai yang berhasil meraih suara-suara
terbanyak di antaranya PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan pembangunan, Partai Pembangkitan
Bangsa, Partai Amanat Nasional.

Setelah Komisi Pemilihan Umum berhasil menetapkan jumlah anggota DPR dan MPR segera
melaksanakan sidang. Sidnag Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1 – 21 Oktober 1999.
Dalam Sidang Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi ketua DPR.
Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato pertanggung jawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR
melalui mekanisme voting dengan 355 suara menolah, 322 menerima, 9 absen dan 4 suara tidak sah. Akibat
penolakan pertanggungjawaban itu, Habibie tidak dapat untuk mencalonkan diri mejadi Presiden Republik
Indonesia. Hal ini mengakibatkan munculnya tiga calon Presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada di
MPR yaitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Yuhsril Ihza MAhendra. Namun
tanggal 20 Oktober 1999, Yuhsril Ihza Mahendra mengundurkna diri. Oleh karena itu, tinggal dua calon Presiden
yang maju dalam pemilihan itu, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnopoutri. Dari hasil pemilihan
presiden yang dilaksanakan secara voting, Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan Wakil Presiden dengan calonnya Megawati Soekaroputri
dan Hamzah Haz. Pemilihan Wakil Presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri.
Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1999 Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati
Soekarnoputri berhasil membentuk Kabinet Persatuan Nasional.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menduduki jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia tidak sampai
pada akhir masa jabatannya. Beliau menduduki jabatan sampai tahun 2001 dikarenakan munculnya
ketidakpercayaan parlemen padanya. DPR/MPR kemudian memilih dan mengangkat Megawati Soekarnoputri
sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden Indonesia. Masa kekuasaan
Megawati berakhir pada tahun 2004. Pemilihan Umum tahun 2004 merupakan momen yang sangat penting
dalam sejarah pemerintahan Republik Indonesia. Untuk pertama kalinya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
dilakukan secara langsung oleh rakyat Indonesia. Pada pemilihan umum ini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia untuk
masa jabatan 2004-2009.

Kondisi Ekonomi Masyarakat Indonesia

Sejak berlangusngnya krisis moneter pertengahan tahun 1997, ekonomi Indonesia mulai mengalami
keterpurukan. Keadaan perekonomian makin memburuk dan kesejahteraan rakyat makin menurun.
Pengangguran juga semakin luas. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk
memperbaiki perekonomian Indonesia diantaranya :

a.       Merekapitulasi perbankan

b.      Merekonstruksi perekonomian Indonesia

c.       Melikuidasi beberapa bank bermasalah

d.      Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di bawah Rp 10.000,-

e.       Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF

Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, pemerintah juga memperhatikan harga
produk pertanian Indonesia, karena selama masa pemerintahan Orde Baru maupun sejak krisis 1997 tidak
pernah berpihak kepada petani. Apabila pendapatan petani meningkat, maka permintaan pertanian terhadap
barang non pertanian juga meningkat. Dengan ditetapkannya harga produk pertanian akan member semangat
bangkitnya para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan perusahaannya. Pihak pemerintah telah berusaha
ntuk membawa Indonesia keluar dari krisis. Tetapi tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
Oleh sebab itu untuk mengatasi krisis, presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan Republik
Indonesia, memerlukan penyelesaian secara bertahap berdasarkan skala prioritas.
PERBAIKAN-PERBAIKAN DI BERBAGAI BIDANG

1.Bidang Politik

Terjadi perbaikan di bidang politik yang dilakukan pada masa reformasi yakni sebagai berikut.

a. Pembatasan Masa Jabatan Presiden

Dalam sidang umum MPR tanggal 1-21 Oktober 1999 telah berhasil ditetapkan 9 ketetapan MPR yang berisi
Perubahan Tata Tertib MPR, Tata Cara Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, dan Amandemen UUD 1945.Dalam
Tap. MPR No. IX tentang Amandemen UUD 1945 terdapat perubahan pasal-pasal UUD 1945 seperti pembatasan
masa jabatan presiden untuk dua kali masa jabatan.Amandemen UUD tersebut dilakukan untuk menyempurnakan
sistem kenegaraan dan pemerintahan yang lebih demokratis.Pembatasan masa jabatan presiden tersebut dilakukan
untuk mencegah terjadinya dominasi lembaga kepresidenan serta penyalahgunaan kekuasaan oleh presiden.

b. Otonomi Daerah

Salah satu ciri masa reformasi adalah timbulnya tuntutan daerah yang merasa tidak puas dengan kebijakan
pemerintah pusat yang dianggap tidak mengalokasikan anggaran pembangunan seimbang dengan sumbangan
kekayaan alam kepada pemerintah pusat.Selanjutnya, untuk merespons terhadap aspirasi rakyat di berbagai daerah
untuk melaksanakan otonomi daerah , dalam sidang Istimewa MPR telah ditetapkan Tap. MPR No. XV/1998 tentang
penyelenggaraan otonomi daerah , pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam rangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Dengan adanya otonomi daerah, daerah berhak mengelola sumber daya untuk meningkatkan
pembangunan di derahnya.Semangat otonomi daerah telah melandasi dilakukannya pemekaran daerah sehingga
pada bulan September 2002 terdapat 287 kabupaten dan 88 kota baru di Indonesia.Tuntutan otonomi daerah
tersebut juga dilakukan oleh daerah Aceh dan Papua.Sebagai daerah yang memiliki kekayaan alam yang besar kedua
daerah tersebut menuntut alokasi anggaran yang lebih besar dan kewenangan untuk mengatur potensi
daerahnya.Tuntutan ekonomi daerah tersebut dilakukan dengan gerakan politik yang menuntut otonomi.Bahkan
terdapat gerakan menuntut kemerdekaan dari Republik Indonesia di kedua provinsi tersebut karena dilandasi
adanya ketimpangan kesejahteraan.Oleh karena itu, untuk menyerap aspirasi daerah-daerah tersebut, pemerintah
menerbitkan Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus kepada dua daerah tersebut.Pada bulan Oktober 2001, DPR
telah menghasilkan UU Otonomi Khusus Provinsi Papua.Selanjutnya, pada tanggal 9 Agustus 2001, Presiden
Megawati menandatangani UU No. 18 tentang Otonomi Khusus terhadap Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

c. Penandatanganan Kesepakatan Damai RI-GAM

Babak baru penyelesaian konflik Aceh ditandai dengan ditandatanganinya kesepakatan damai antara
pemerintah Republik Indonesia dan pihak Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki tanggal 15 Agustus 2005.Dalam
penandatanganan kesepakatan Damai RI-GAM yang diwakili oleh Menlu RI Hasan Wirayudha dan petinggi GAM Zaini
Abdullah tersebut disepakati penghentian permusuhan antara RI dan GAM, pemberian status otonomi khusus pada
Nangroe Aceh Darussalam, dan pemberian amnesti kepada para anggota GAM yang ditahan oleh pemerintah
Indonesia.Tercapainya kesepakatan damai tersebut tidak lepas dari andil mantan Presiden Finlandia Marti
Ahtisari.Selanjutnya, proses penghentian  permusuhan GAM-RI akan diawasi oleh lembaga Aceh Monitoring Mission
(AMM).Lembaga AMM yang beranggotakan negara-negara sahabat akan bertindak sebagai lembaga pengawas dan
arbitrase pelaksanaan gencatan senjata RI-GAM.Dalam proses penghentian permusuhan tersebut, pasukan
nonorganik TNI akan ditarik secara bertahap dari Aceh.Selanjutnya, fungsi pertahanan dan keamanan di Aceh akan
dijalankan oleh satuan organik Kodam Iskandar Muda dan Polda Aceh.Di lain pihak, penarikan mundur pasukan TNI
tersebut juga diiringi dengan penyerahan dan penggudangan senjata organik milik GAM di daerah yang telah
ditentukan.Setelah dilakukan penyerahan senjata milik anggota GAM, senjata tersebut selanjutnya akan
dimusnahkan oleh pihak AMM dengan disaksikan oleh wakil TNI dan pihak GAM.Selanjutnya, penyelesaian
nonmiliter konflik Aceh dilakukan dengan disahkannya UU Otonomi Khusus Aceh di DPR pada bulan Agustus
2006.Dalam UU Otonomi Khusus Aceh diatur mengenai pengelolaan sumber daya Aceh dan pemberian otonomi luas
kepada rakyat Aceh di luar masalah moneter, pertahanan keamanan, dan hubungan luar negeri.Penyelesaian konflik
Aceh tersebut menandai diterapkannya pendekatan penyelesaian konflik yang bermartabat dan memenuhi rasa
keadilan bagi rakyat Aceh.

2.Bidang Hankam

Salah satu perbaikan pada masa reformasi dilakukan di bidang pertahanan dan keamanan.Hal tersebut
dilakukan dengan penghapusan Dwi Fungsi ABRI dan peningkatan profesionalisme TNI dan Polri.Penghapusan Dwi
Fungsi ABRI dilakukan dengan pengurangan jumlah anggota DPR yang berasal dari fraksi TNI/Polri secara bertahap
sehingga pada tahun 2008 fraksi TNI/Polri telah dihapuskan dari DPR.Upaya perbaikan di bidang Hankam masa
reformasi dilakukan dengan melakukan pemisahan Polri dari TNI.Kebijakan tersebut diterapkan pada masa
kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.Kebijakan pemisahan TNI dan Polri tersebut dilakukan  untuk
meningkatkan profesionalisme TNI dan Polri.Dengan pemisahan TNI dan Polri, tugas dan wewenang TNI adalah di
bidang pertahanan, sedangkan Polri bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam negeri.

3.Bidang Hukum

Perbaikan di bidang hukum pada masa reformasi ditandai oleh komitmen pemerintah untuk menegakkan
supremasi hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Komitmen tersebut dilakukan pemerintah dengan
melakukan langkah-langkah penegakan hukum dan pengusutan secara tuntas kasus-kasus korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN).Misalnya, pengusutan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) mantan Presiden Suharto dan
kroni-kroninya.Upaya serius pemerintah untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme dilakukan dengan
mendirikan sebuah lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada bulan Agustus 2004.Komisi yang
bertanggung jawab langsung kepada presiden tersebut memiliki wewenang untuk menyelidiki dan melakukan
penuntutan terhadap para pelaku KKN.

4.Bidang Ekonomi

Pelaksanaan amanat reformasi di bidang ekonomi dilakukan dengan penerapan prinsip demokrasi dalam sektor
ekonomi.Langkah tersebut dilakukan dengan penerbitan Tap. MPR No. XVI tahun 1998 tentang politik ekonomi
dalam demokrasi ekonomi.Dalam ketetapan MPR tersebut diatur pedoman penyelenggaraan sistem ekonomi yang
didasarkan atas Pasal 33 UUD 1945.Pada masa reformasi perbaikan di bidang ekonomi dilakukan dengan penerapan
larangan terhadap praktik-praktik monopoli dan oligopoli serta pengembangan sektor ekonomi dalam negeri, seperti
di bidang perbankan, industri, dan perdagangan.
E. Kondisi Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Di Berbagai Daerah Sejak Reformasi

1. Kondisi sosial masyarakat

Sejak krisis moneter tahun 1997 perusahaan swasta mengalami kerugian dan kesulitan dalam
membayar gaji karyawan. Sementara itu harga sembako semakin tinggi sehingga banyak karyawan
yang menuntut kenaikan gaji pada perusahaan yang pada akhirnya berimabas pada memPHKkan
karyawannya.

Karyawan yang di PHK itu menambah jumlah pengangguran sehingga jumlah pengangguran
mencapai 40 juta orang. Dampaknya adalah maraknya tindakan kriminalitas yang terjadi dalam
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah harus membuka lapangan kerja baru yang dapat
menampung para penganggur tersebut. Dan juga menarik kembali para investor untuk menanamkan
modalnya ke Indonesia sehingga dapat membuka lapangan kerja.

2. Kondisi ekonomi

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat, pemerintah melihat 5 sektor kebijakan
yang harus digarap yaitu :

a. Perluasan lapangan kerja secara terus menerus melalui investasi dalam dan luar negeri seefisien
mungkin

b. Penyediaan barang kebutuhan pokok sehari-hari untuk memenuhi permintaan pada harga yang
terjangkau

c. Penyediaan fasilitas umum seperti : rumah, air minum, listrik, bahan bakar, komunikasi, angkutan,
dengan harga yang terjangkau

d. Penyediaan ruang sekolah, guru dan buku-buku untuk pendidikan umum dengan harga terjangkau

e. Penyediaan klinik, dokter dan obat-obatan untuk kesehatan umum dengan harga yang terjangkau
pula.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Pada masa reformasi munculnya undang-undang politik yang baru memberikan semangat
untuk berkembangnya kehidupan politik di Indonesia. Dengan munculnya undang-undang politik itu
partai-partai politik bermunculan dan bahkan tidak kurang dari 112 partai politik telah berdiri di
Indonesia pada masa itu. Namun dari sekian banyak jumlahnya, hanya 48 partai politik yang berhasil
mengikuti pemilihan umum tahun 1999. Hal ini disebabkan karena aturan seleksi partai-partai politik
diberlakukan cukup ketat. Setalah perhitungan suara berhasil diselesaikan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU), hasilnya lima besar partai yang berhasil meraih suara-suara terbanyak di antaranya
PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan pembangunan, Partai Pembangkitan Bangsa, Partai
Amanat Nasional.
Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, pemerintah juga
memperhatikan harga produk pertanian Indonesia, karena selama masa pemerintahan Orde Baru
maupun sejak krisis 1997 tidak pernah berpihak kepada petani. Apabila pendapatan petani
meningkat, maka permintaan pertanian terhadap barang non pertanian juga meningkat. Dengan
ditetapkannya harga produk pertanian akan member semangat bangkitnya para pengusaha untuk
mengembangkan kegiatan perusahaannya. Pihak pemerintah telah berusaha ntuk membawa
Indonesia keluar dari krisis. Tetapi tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh
sebab itu untuk mengatasi krisis, presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan Republik
Indonesia, memerlukan penyelesaian secara bertahap berdasarkan skala prioritas.

SARAN

Untuk masyarakat indonesia khususnya generasi bangsa untuk lebih menghargai


perjuangan-perjuangan pahlawan terdahulu yang telah memperjuangkan negara ini hingga merdeka,
sehingga kita mempunyai rasa cinta terhadap negara. Dan wujudkanlah negara yang tentram, damai
dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

http://blogjejaksejarah.blogspot.com/2013/04/makalah-reformasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://tata-muhtadin.blogspot.com/2011/12/reformasi-di-indonesia.html
http://gmcrime.blogspot.com/2012/11/tokoh-tokoh-reformasi-pemrakarsa.html

Anda mungkin juga menyukai