PERPAJAKAN
I. Pendahuluan
Masyarakat Indonesia telah mengenal pajak yang malah sudah dianggap sebagai
tradisi membayar sejumlah pungutan kepada pemerintah. Namun umumnya masyarakat
tidak memahami mengapa pajak penting bagi negara dan juga masyarakat sendiri.
Ketidaktahuan atau abai akan pajak akan membuat banyak orang tidak mau memenuhi
kewajiban untuk membayar pajak secara baik dan benar. Hal tersebut tentu sangat
berpotensi resiko baik dengan hukum maupun dengan petugas pajak.
Sadar atau tidak, mau atau tidak, pajak memegang peranan utama dalam struktur
pembiayaan negara dan pajak selalu dinamis mengikuti pola bisnis yang berkembang di
dalam masyarakat dan masyarakat global.
Dari hal-hal tersebut, pajak tidak cukup hanya dimengerti, namun lebih dalam
harus dipelajari dan dipahami secara komprehensif dari segala aspek termasuk hukum
pajak. Selain untuk kesadaran pribadi dengan mempelajari pajak akan membuat negara
terus bertahan dan dapat mengikuti perkembangan dunia industri dan bisnis.
A. Pendahuluan
Untuk bertahan dan mampu memajukan negara serta mensejahterakan rakyatnya,
pemerintah melakukan banyak hal termasuk mengumpulkan dan menerima pajak dari
masyarakat. Penerimaan oleh negara-negara di dunia memiliki peranan yang strategis
karena merupakan sumber utama penerimaan dalam negeri.
Praktik perpajakan telah dikenal sejak zaman pemerintahan-pemerintahan di
wilayah Mesopotamia. Pada era tersebut pengumpulan dan penerimaan pajak dari
masyarakat dilakukan dalam berbagai bentuk yang intinya adalah untuk membantu
pemerintah dalam menjalankan pemerintahan. Perpajakan yang saat ini dipraktikkan pun
demikian, seluruh penerimaan pajak dari masyarakat dipergunakan untuk menunjang
seluruh pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional. Oleh
karena itu pemerintah menerapkan berbagai sistem dan cara untuk dapat mengumpulkan
pajak tanpa kendala yang masyarakat dengan pengawasan yang ketat baik dalam
pengumpulan maupun pendistribusiannya.
Indonesia sebagai salah satu negara yang juga menerapkan sistem perpajakan dalam
segala bidang kehidupan memastikan bahwa pajak yang diterima dikembalikan kepada
seluruh rakyat Indonesia melalui sistem yang mengikuti perkembangan zaman.
D. Pengertian pajak:
a. Leroy Balieu: “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang
E. Fungsi pajak:
Pajak memiliki 2 fungsi utama, yaitu:
d. Tarif.
Untuk menentukan hutang pajak, nilai objek pajak dihitung berdasarkan undang-
undang dengan pengaturan sebagai berikut:
1. Dibedakan antara tarif perorangan dan tarif untuk badan hukum;
2. Tarif badan hukum ditentukan hanya satu tarif, untuk perorangan diberlakukan
G. Sistem Pajak:
a. Official Assessment System: sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.
b. Self Assessment System: sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
c. Withholding System: sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak terutang.
H. Jenis-Jenis Pajak;
Syarat-syarat pemungutan pajak;
1. Syarat Yuridis:
Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan
negara harus didasarkan undang-undang.
Dengan kata lain segala bentuk pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
harus dijamin bahwa peruntukkannya adalah bagi keberlangsung negara.
Berdasarkan isi pasal tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pajak,
bila tidak ada undang-undang yang mengaturnya.
2. Syarat Ekonomis:
Keseimbangan dalam kehidupan ekonomi masyarakat dan negara tidak boleh
terganggu dengan adanya pemungutan pajak oleh pemerintah. Fungsi pajak harus
ditekankan sebagai fungsi mengatur. Oleh karena itu sistem dan politik negara
untuk pemungutan pajak diusahakan tidak akan menghambat lancarnya produksi
A. Pendahuluan
Dalam melakukan pemungutan pajak pemerintah harus memperhatikan prinsip
pelaksanaan pemerintahan yang baik dengan menerapkan hak dan kewajiban bagi para
wajib pajak dan juga hak dan kewajiban para petugas penerima pajak. Hal tersebut
dilaksanakan berdasarkan koridor yang ada dalam peraturan perundangan tentang
perpajakan, yang mana negara harus melaksanakannya dengan bersikap adil kepada
seluruh wajib pajak. Namun dalam beberapa kondisi tertentu pemerintah juga dituntut
untuk bersikap lebih terbuka terhadap kendala-kendala dan batasan-batasan yang dapat
mempengaruhi kewajiban wajib pajak tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu
pemerintah Indonesia menetapkan beberapa pengecualian terhadap warganegara yang
dianggap bukan sebagai wajib pajak, yaitu:
1. Tidak punya penghasilan selain dari pekerjan/ jabatan dari satu pemberi kerja;
2. Penghasilan neto tidak melebihi PTKP;
3. Wanita kawin (bersuami) meskipun berpenghasilan sendiri kecuali jika ada perjanjian
pisah harta;
4. Anak yang belum dewasa.
Hal-hal tersebut tentu sangat membantu kedua pihak, yaitu wajib pajak dan
petugas penerima pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dengan benar dan
lancar.
Sistem pengawasan untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak juga perlu
diketahui oleh mahasiswa karena menurut pengamatan DJP masyarakat cenderung
menghindari wajib pajak karena dianggap memberatkan.
Berdasarkan hal-hal tersebut mahasiswa perlu mengetahui bagaimana hukum
B. Dasar Hukum
Hukum menempati suatu fungsi yang esensial dalam masyarakat terutama di
dalam melancarkan proses interaksi sosial warga masyarakat termasuk kewajiban
membayar pajak. Oleh karena itu keberadaan hukum pajak diperlukan pemerintah untuk
menjamin kelancaran dan ketertiban kehidupan bersama di Indonesia.
Seluruh kegiatan pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah dilaksanakan
berdasarkan peraturan-peraturan di bawah ini:
1. UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
diubah dengan
2. UU Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas UU Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah lagi dengan
3. UU Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah lagi dengan
4. UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor Nomor 16
Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang diubah lagi untuk terakhir
kalinya melalui
5. Peraturan Pemerintah Penggantu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yang ditetapkan sebagai
6. UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penggantu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas UU
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi
Undang-Undang.
Berdasarkan peraturan yang ada, pihak yang harus mengisi SPT adalah:
F. Sanksi-Sanksi
Berdasarkan Undang Undang No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas
Undang Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dan Undang-Undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan serta Undang-undang tentang
Bea Meterai dikenal adanya dua sanksi dalam perpajakan, yaitu: sanksi administrasi dan
sanksi pidana.
1. Sanksi Administrasi:
Sanksi administrasi berupa pembayaran kerugian kepada negara yang
berbentuk denda, bunga dan kenaikan.
Sanksi administrasi merupakan wewenang administrasi pajak dan dijatuhkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Sanksi Pidana:
Sanksi pidana merupakan upaya dan alat terakhir yang diterapkan oleh
pemerintah agar wajib pajak patuh pada aturan-aturan hukum.
Sanksi pidana merupakan wewenang pengadilan pidana dan dijatuhkan oleh
hakim pidana, bila hakim mempunyai keyakinan bahwa pelaku benar-benar
terbukti bersalah melakukan tindak pidana.
Pengenaan sanksi pidana kepada wajib pajak yang tidak melakukan kewajibannya
selain diatur dalam beberapa peraturan perundangan yang telah dituliskan di atas, juga
diatur dalam Pasal 38 UU No. 28 Tahun 2007 yang berbunyi:
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A,
Rangkuman
Latihan
1. Sebutkan beberapa pengertian dan definisi pajak.
2. Sebutkan tujuan pungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Sebagai warganegara yang baik bagaimanakah sebaiknya melakukan kewajiban pajak ini
dilaksanakan? Jelaskan pendapat saudara
4. Jelaskan bagaimanakah pengaruh pajak pada harga-harga barang dan kebutuhan
masyarakat?
Daftar Pustaka
1. Kusumo, Bambang Ali, Sanksi Hukum Di Bidang Perpajakan, artikel di Jurnal Wacana
Hukum, Vol VIII No. 2 Oktober 2009.
2. Mardiasmo, 2014, Perpajakan, Yogyakarta: Andi.
3. Siti Resmi, Perpajakan (Teori dan Kasus), 2015, Edisi Revisi 8 Penebit Salemba Empat.
4. Waluyo, Perpajakan Indonesia, 2015, Revisi 8, Salemba Empat.
5. UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan tata Cara Perpajakan
6. UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
7. UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang
Mewah
8. UU No 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
9. UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan 9. UU No 11 Tahun 2016
Tentang Pengampunan Pajak
10. https://www.pajak.go.id/id/objek-pph
11. https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/190000669/pajak-arti-sejarah-dan-
fungsinya?page=all&_ga=2.72200467.1810843235.1605499260-669434820.1604036613
12. https://www.pajak.go.id/artikel/menengok-sejarah-perpajakan-di-indonesia-bagian-
pertama
13. https://majalahpajak.net/pajak-dari-masa-ke-masa/