Anda di halaman 1dari 23

MODUL 7

PERPAJAKAN

I. Pendahuluan

Masyarakat Indonesia telah mengenal pajak yang malah sudah dianggap sebagai
tradisi membayar sejumlah pungutan kepada pemerintah. Namun umumnya masyarakat
tidak memahami mengapa pajak penting bagi negara dan juga masyarakat sendiri.
Ketidaktahuan atau abai akan pajak akan membuat banyak orang tidak mau memenuhi
kewajiban untuk membayar pajak secara baik dan benar. Hal tersebut tentu sangat
berpotensi resiko baik dengan hukum maupun dengan petugas pajak.
Sadar atau tidak, mau atau tidak, pajak memegang peranan utama dalam struktur
pembiayaan negara dan pajak selalu dinamis mengikuti pola bisnis yang berkembang di
dalam masyarakat dan masyarakat global.
Dari hal-hal tersebut, pajak tidak cukup hanya dimengerti, namun lebih dalam
harus dipelajari dan dipahami secara komprehensif dari segala aspek termasuk hukum
pajak. Selain untuk kesadaran pribadi dengan mempelajari pajak akan membuat negara
terus bertahan dan dapat mengikuti perkembangan dunia industri dan bisnis.

II. Deskripsi Singkat

Tujuan umum diberikannya materi perpajakan dalam matakuliah


kewarganegaraan di modul 7 ini adalah agar mahasiswa mempunyai pemahaman dan
kemampuan untuk tentang bagaimana seuatu negara mampu mempertahankan
perekonomian dan mensejahterakan rakyatnya melalui pemungutan dan penerimaan
pajak.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


1
Pada kegiatan belajar mahasiswa diajak untuk mengetahui dan memahami sejarah
perkembangan perpajakan di dunia dan Indonesia yang dilanjutkan dengan pemahaman
tentang pengertian, fungsi, penggolongan dan sistem perpajakan. Disamping itu,
mahasiswa juga diharapkan mengetahui subjek dan objek pajak, bagaimana peran
penting pajak bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan rakyat dengan disertai
berbagai contoh sukses negara-negara yang berhasil menerapkan sistem dan kewajiban
pajak bagi warganegaranya.
Mata kuliah ini adalah ilmu pengetahuan tentang perpajakan yang mengenalkan
kepada mahasiswa tentang berbagai hal yang menyangkut sejarah perpajakan di dunia
dan Indonesia, latar belakang penetapan pemungutan pajak oleh pemerintah, pengertian
pajak, teori dan asas pemungutan pajak pengembalian pajak untuk pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia dan kesadaran membayar pajak.
Untuk memahami mata kuliah ini mahasiswa juga dikenalkan tentang sistem dan
praktik sukses perpajakan dibeberapa negara lain serta perkembangan perpajakan di
negara Indonesia sendiri. Permasalahan yang akan dijabarkan dalam matakuliah ini
antara lain:
a. Sejarah perpajakan;
b. Pengertian;
c. Fungsi pajak;
d. Faktor-faktor utama pajak;
e. Persyaratan pemungutan pajak;
f. Penggolongan pajak;
g. Sistem perpajakan di Indonesia;
h. Peraturan perundangan tentang perpajakan dan yurisdiksi pemajakan;
i. Asas-asas pemungutan pajak.

III. Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Modul 7:

Dengan mempelajari kedua kegiatan belajar tersebut diharapkan mahasiswa


mengetahui dan dapat menerapkan bagaimana kesadaran warganegara sangat berperan
penting untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Setelah
mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu:

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


2
1. Memahami sejarah perpajakan di dunia dan Indonesia;
2. Memahami pajak sebagai salah satu sumber pemasukan yang penting bagi negara;
3. Memahami fungsi, jenis, sistem dalam pajak;
4. Memahami asas-asas dalam pajak;
5. Mengidentifikasi subjek dan objek pajak;
- Mengetahui dan menguasai latar belakang perpajakan, pengertian, fungsi,
sistem perpajakan dan dasar hukum perpajakan di Indonesia.
- Mengetahui dan memahami kegunaan kesadaran pembayaran pajak bagi
keberlangsungan Indonesia.
- Mahasiswa mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan pajak dan
sistem perpajakan di dunia dan Indonesia.
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian pajak.
- Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi pajak bagi negara.
- Mahasiswa mampu menjelaskan sistem pengembangan perpajakan dari masa
ke masa untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
- Mahasiswa mampu menganalisis sistem pengembangan dan pengawasan
perpajakan di Indonesia guna peningkatan kesadaran membayar pajak.

IV. Prasyarat Kompetensi: tidak ada


V. Kegunaan Modul 7:

Modul ini berguna untuk membantu mahasiswa memahami sejarah dan


perkembangan dan kegunaan hukum dan sistem perpajakan di dunia dan di Indonesia
yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan tentang
hak dan kewajiban warganegara dan untuk memperluas pemahaman tentang fungsi
perpajakan bagi suatu negara dan kesejahteraan bangsa dan negara, khususnya
Indonesia. Berdasarkan hal-hal tersebut Universitas Kristen Indonesia melalui Mata
Kuliah Umum Kewarganegaraan perlu mengenalkan masalah perpajakan dan sistem
perpajakan kepada mahasiswa guna meningkatkan kesadaran pentingnya membayar
pajak bagi negara sehingga keberlangsungan dan kesejahteraan Indonesia dapat
terlaksana.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


3
KEGIATAN BELAJAR

SEJARAH PERPAJAKAN DI DUNIA DAN INDONESIA

A. Pendahuluan
Untuk bertahan dan mampu memajukan negara serta mensejahterakan rakyatnya,
pemerintah melakukan banyak hal termasuk mengumpulkan dan menerima pajak dari
masyarakat. Penerimaan oleh negara-negara di dunia memiliki peranan yang strategis
karena merupakan sumber utama penerimaan dalam negeri.
Praktik perpajakan telah dikenal sejak zaman pemerintahan-pemerintahan di
wilayah Mesopotamia. Pada era tersebut pengumpulan dan penerimaan pajak dari
masyarakat dilakukan dalam berbagai bentuk yang intinya adalah untuk membantu
pemerintah dalam menjalankan pemerintahan. Perpajakan yang saat ini dipraktikkan pun
demikian, seluruh penerimaan pajak dari masyarakat dipergunakan untuk menunjang
seluruh pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional. Oleh
karena itu pemerintah menerapkan berbagai sistem dan cara untuk dapat mengumpulkan
pajak tanpa kendala yang masyarakat dengan pengawasan yang ketat baik dalam
pengumpulan maupun pendistribusiannya.
Indonesia sebagai salah satu negara yang juga menerapkan sistem perpajakan dalam
segala bidang kehidupan memastikan bahwa pajak yang diterima dikembalikan kepada
seluruh rakyat Indonesia melalui sistem yang mengikuti perkembangan zaman.

B. Sejarah Perpajakan Dunia:


1. Era Mesopatamia:
Perpajakan telah dikenal di wilayah Mesopotamia pada sekitar 3300 Sebelum
Masehi dengan ditemukannya dokumen-dokumen yang menunjukkan bahwa raja
telah memberlakukan pemungutan pajak dalam bentuk emas, hewan ternak, dan
budak yang diterima oleh kuil sebagai pusat kekuasaan dan simbol kemasyarakatan
bangsa Sumeria (Smith, 2015).

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


4
2. Era Mesir:
Pemerintah Mesir Kuno tidak jauh beda dalam menerapkan pemungutan pajak
kepada rakyatnya, yang mana kegiatan tersebut merupakan kegiatan utama dalam
pemerintahan raja-raja pada masa itu. Pada masa itu juga pemerintahan Mesir kuno
mengembangkan sistem perpajakan yang maju. Pada era itulah Lembaga yang
khusus untuk menilai dan mengawasi pemungutan pajak, sistem pemungutan pajak
dan menentukan objek pajak yang dikenakan pajak, antara lain: gandum, minyak
goreng, peternakan, bir, hasil pertanian lainnya dan siapa pun pihak yang
menggunakan sungai Nil sebagai tempat untuk bongkar muat barang dan pedagang-
pedagang dari wilayah/negara lainnya.
3. Era Yunani Kuno dan Romawi Kuno:
Bangsa Yunani dan Romawi kuno mengenalkan pajak dalam bentuk yang lebih
modern, walaupun pemungutan pajak masih dilakukan dalam bentuk barang untuk
beberapa transaksi tertentu dan juga dalam bentuk uang tunai.
Menjelang akhir abad ke-1 SM, Kaisar Romawi, Augustus, melakukan
perombakan besar-besaran terhadap sistem pemungutan pajak dengan menerapkan
pemungutan pajak tetap terhadap harta kekayaan dan pajak perorangan (poll tax).
Kaisar Romawi juga melakukan banyak perbaikan di bidang administrasi pajak
dengan melaksanakan sensus serta pendataan terhadap kekayaan yang dimiliki oleh
rakyat. Perubahan dalam sistem pemungutan pajak tersebut berhasil mempercepat
kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsa Romawi kuno. (Smith, 2015).
Seiring dengan berakhirnya masa Kekaisaran Romawi, terjadi pula perubahan-
perubahan terhadap sistem pemungutan pajak di belahan dunia lainnya. Misalnya,
yang terjadi di Eropa Barat. Pada masa sebelumnya, Eropa Barat telah berhasil
menghilangkan sistem pemungutan pajak tanah dengan menerapkan sistem feodal
berupa sewa tanah.
4. Era Setelah Kejayaan Romawi:
Setelah kejayaan kekaisaran Romawi runtuh sistem pemungutan pajak yang
dikenalkan oleh Romawi mulai diterapkan dibeberapa negara Eropa Barat namun

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


5
dengan menghilangkan sistem pemungutan pajak tanah yang menerapkan sistem
feodal dengan sewa tanah kepada kaisar.
Situasi tersebut mengalami perubahan kembali ketika dua abad kemudian struktur
politik dan ekonomi di Eropa Barat berubah kearah penciptaan kemakmuran bagi
bangsa Eropa. Pada masa itu sistem pemungutan pajak diterapkan Kembali sebagai
alat pembiayaan bagi negara untuk mengelola dan menciptakan kesejahateraan
rakyat Eropa. (Grapperhaus, 2009).
5. Era Eropa Modern:
Pada era ini, masyarakat mulai melakukan pemberontakan terhadap raja yang
menerapkan pemungutan pajak yang semena-mena karena negara memerlukannya
untuk biaya perang dan keperluan pribadi raja. Pemberontakan para baron (pemilik
tanah) di Inggris menghasilkan piagam Magna Charta Libertatum, yang
menyatakan bahwa penguasa tidak dapat memungut pajak tanpa persetujuan dari
penasihat umum kerajaan. Peristiwa yang hampir sama juga terjadi di Perancis,
dimana ketetapan yang dibuat oleh Raja Louis XIV membuat rakyat biasa harus
membayar pajak lebih tinggi dibandingkan kaum bangsawan dan pendeta, demi
memenuhi kehidupan raja dan para bangsawan istana serta permaisuri Louis XVI
yang penuh kemewahan dan kemegahan.

C. Sejarah Perpajakan Indonesia


1. Era Sebelum Kemerdekaan
Sejarah pajak di Indonesia sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum kedatangan
bangsa Eropa dan Jepang ke Nusantara. Ketika itu rakyat Indonesia mengenalnya
dengan istilah upeti, pemungutan jenis pajak yang bersifat memaksa.
Perbedaannya adalah upeti diberikan kepada raja, dan sebagai imbal baliknya maka
masyarakat mendapat jaminan keamanan dan ketertiban dari raja. Pada saat itu, raja
dianggap sebagai wakil Tuhan dan apa yang terjadi di masyarakat dianggap
dipengaruhi oleh raja.
Meski begitu ada beberapa kerajaan seperti Majapahit, Demak, Pajang, dan
Mataram mengenal sistem pembebasan pajak. Terutama pajak atas kepemilikan

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


6
tanah yang biasa disebut tanah perdikan. Namun demikian memasuki era
kolonialisasi mulai diberlakukan kembali.
Selama terjajah, pengenaan pajak dirasa sangat berat dan membebani. Selain
monopoli aturan pengenaan pajak juga karena terjadi banyaknya penyelewengan
oleh pemerintah kolonial sehingga kata pajak meninggalkan kesan negatif.
Perpindahan pemerintahan dari Belanda ke tangan Inggris dalam masa Gubernur
Jenderal Raffles juga menghasilkan cikal bakal pajak yang saat ini kita juga kenal,
yakni Pajak Bumi dan Bangunan, pajak ini dikenal sebagai pemungutan sewa tanah
pada masa itu. Hal ini berlanjut sampai pada pemerintahan kembali ke penguasaan
Belanda dan Jepang. 
2. Era Setelah Kemerdekaan
Pemerintah mengadopsi beberapa aturan pajak peninggalan pemerintahan kolonial
untuk memutarkan roda pemerintahan. Salah satu beleid yang diadopsi adalah
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 serta membentuk beberapa sub organisasi dalam
melaksanakan pemungutan pajak. Seperti Jawatan Pajak, Jawatan Bea dan Cukai
serta Jawatan Pajak Hasil Bumi pada Direktorat Jenderal Moneter.
3. Era Orde Baru
Tahun 1965, pemerintahan di bawah kepemimpinan presiden Soeharto berhasil
memberi terobosan di bidang fiskal khususnya pajak. Soeharto melakukan
desentralisasi pajak atas Pajak Hasil Bumi kepada pemerintah daerah dan
mengubah namanya menjadi IPEDA (Iuran Pembangunan Daerah). Saat yang
bersamaan dibangun kantor IPEDA di berbagai daerah di Indonesia.
Pada saat ini juga awal mula menerapkan sistem pajak yang self-assessment,
apalagi pemerintah berhasil menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1967
dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1967 tentang perubahan mengenai Tata
Cara Pemungutan Pajak Pendapatan Tahun 1944, Pajak Kekayaan 1932, dan Pajak
Perseroan 1925 menjadi cikal bakal pemungutan pajak dengan menggunakan
sistem self-assessment.

D. Pengertian pajak:
a. Leroy Balieu: “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


7
dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang untuk menutup
belanja pemerintah“.
b. Dr. Soeparman Soemahamidjaja: “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau
barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum“.
c. Prof. DR. Rachmat Soemitro, SH: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran Umum“.
d. DR. P.J.A Adriani: “pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara harus menyelenggarakan pemerintahan“.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat diketahui bahwa:
a. Pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara;
b. Pajak yang dipungut oleh negara dilakukan berdasarkan suatu ketetapan peraturan
perundangan;
c. Dalam pembayaran pajak oleh masyarakat tidak berarti penyelenggara negara
langsung dapat menunjukkan hasilanya secara langsung kepada setiap masyarakat;
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran dalam bentuk pembayaran pemerintah,
namun bila dari pemasukan pajak terdapat kelebihan dapat digunakan untuk
pembiayaan investasi publik;
e. Pemungutan pajak dilakukan atas suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu pada seseorang wajib pajak di negara. Oleh karena
itu negara perlu membuat suatu sistem pengawasan pemungutan dan
pendistribusian yang dapat melancarkan tujuan utama dari pemungutan pajak.

E. Fungsi pajak:
Pajak memiliki 2 fungsi utama, yaitu:

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


8
1. Fungsi Budgetair/Anggaran:
Pajak merupakan salah satu alat atau sumber untuk memasukkan uang dari
masyarakat berdasarakan undang-undang kekas negara, hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum negara.
2. Fungsi Reguler/Mengatur:
Pajak digunakan untuk mengatur atau untuk mencapai tujuan tertentu dibidang
ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.

F. Faktor-Faktor Utama Pajak:


a. Subjek Pajak.
Pengertian subjek pajak secara tegas tidak ada, namun dapat diketahui dari isi pasal-
pasal yang diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 dan PERPU Nomor 5 Tahun
2008, yaitu pihak yang dituju oleh hukum pajak.
Dalam ilmu hukum, subjek hukum adalah orang yang dituju oleh hukum. Dalam
hukum pidana adalah orang yang bersalah atau yang melakukan pelanggaran isi
pasal pidana.
Dalam hukum pajak, para penyidik harus mencari siapa untuk dapat menentukan
pelakunya dalam melakukan pelanggaran tersebut. Dalam hal ini subjek selalu
terkait dengan objek pajaknya.
b. Wajib Pajak.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak adalah
pihak (badan atau orang pribadi) yang diatur dalam undang-undang untuk
melakukan penyelesaian kewajiban pajak.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak adalah tidak selalu merupakan subjek
pajak, tetapi pihak yang hanya sebagai wajib pajak. Contohnya: pemungutan Pajak
Penghasilan yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 7 Tahun
1983 dan diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, menyatakan
bahwa ada kewajiban dari pihak majikan yang memberikan upah kepada seluruh
karyawannya dan para penerima imbalan atas jasanya wajib memotong pajak

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


9
penghasilan atas setiap pembayaran yang diberikan kepada setiap orang. (Pasal 21
UU Pajak Penghasilan).
Dari UU pajak tersebut diketahui bahwa pajak penghasilan memang mengatur siapa
subjek dan apa objeknya (penghasilan). Setelah diketahui keduanya baru dapat
ditetapkan berapa tarif pajaknya.
c. Objek pajak.
Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-undang ini;
2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3. laba usaha;
4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


10
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan; dan
e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
6. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
7. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
8. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. premi asuransi;
15. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
17. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
18. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
19. surplus Bank Indonesia.

Objek pajak yang dikecualikan dalam undang-undang Indonesia adalah:

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


11
1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan; dan
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
3. warisan;
4. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit);
6. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa;
7. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan
usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: dividen berasal dari cadangan
laba yang ditahan; dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan
badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor;

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


12
8. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;
9. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
10. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif;
11. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut
merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia;
12. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
13. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
14. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

d. Tarif.
Untuk menentukan hutang pajak, nilai objek pajak dihitung berdasarkan undang-
undang dengan pengaturan sebagai berikut:
1. Dibedakan antara tarif perorangan dan tarif untuk badan hukum;
2. Tarif badan hukum ditentukan hanya satu tarif, untuk perorangan diberlakukan

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


13
tarif progresif, bertingkat;
3. Wajib pajak badan bisa mendapatkan keringanan tarif;
4. Wajib pajak perorangan digunakan tarif progressif dengan pengaturan sebagai
berikut:
Pendapatan Kena Pajak/PKP sampai Rp50.000.000,- 5%
Diatas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,00 15%
Diatas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000,- 30%

G. Sistem Pajak:
a. Official Assessment System: sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.
b. Self Assessment System: sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
c. Withholding System: sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak terutang.

H. Jenis-Jenis Pajak;
Syarat-syarat pemungutan pajak;
1. Syarat Yuridis:
Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan
negara harus didasarkan undang-undang.
Dengan kata lain segala bentuk pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara
harus dijamin bahwa peruntukkannya adalah bagi keberlangsung negara.
Berdasarkan isi pasal tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pajak,
bila tidak ada undang-undang yang mengaturnya.
2. Syarat Ekonomis:
Keseimbangan dalam kehidupan ekonomi masyarakat dan negara tidak boleh
terganggu dengan adanya pemungutan pajak oleh pemerintah. Fungsi pajak harus
ditekankan sebagai fungsi mengatur. Oleh karena itu sistem dan politik negara
untuk pemungutan pajak diusahakan tidak akan menghambat lancarnya produksi

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


14
dan perdagangan, sehingga tidak merugikan kepentingan umum serta tidak
menghalangi usaha rakyat menuju kesejahteraan ekonomi.
3. Syarat Finansial:
Seluruh hasil pemungutan pajak diusahakan cukup untuk menutup sebagian dari
pengeluaran negara sesuai dengan fungsi pertama pemungutan pajak yaitu sebagai
sumber keuangan negara (budgetair).
Dalam melakukan pemungutan pajak hendaknya pemerintah mengatur suatu sistem
yang tidak memakan ongkos pemungutan yang besar. Pemungutan pajak juga
hendaknya ditujukan untuk mencegah terjadinya inflasi.

I. Cara Pemungutan Pajak


a. Stelsel nyata (riil stelsel): pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan)
yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
b. Stelsel anggapan (fictive stelsel): pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan
yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan
besarnya pajak terutang untuk tahun pajak berjalan.
c. Stelsel campuran: merupakan perpaduan antara Fictive Stelsel dengan Riil Stelsel.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung dengan anggapan penghasilan sama
dengan tahun sebelumnya, kemudian diakhir tahun pajak akan dikoreksi
berdasarkan objek yang sesungguhnya.

J. Sistem Pengawasan Pajak.


Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat wajib dilakukan
karena pemungut dan masyarakat cenderung sering melakukan kecurangan. Berdasarkan
perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Pajak/DJP melakukan berbagai perbaikan dalam birokrasi. Dalam hal
ini DJP berhasil mendesain sistem dan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengawasi
Wajib Pajak.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


15
KEGIATAN BELAJAR 2.

KESADARAN WAJIB PAJAK

A. Pendahuluan
Dalam melakukan pemungutan pajak pemerintah harus memperhatikan prinsip
pelaksanaan pemerintahan yang baik dengan menerapkan hak dan kewajiban bagi para
wajib pajak dan juga hak dan kewajiban para petugas penerima pajak. Hal tersebut
dilaksanakan berdasarkan koridor yang ada dalam peraturan perundangan tentang
perpajakan, yang mana negara harus melaksanakannya dengan bersikap adil kepada
seluruh wajib pajak. Namun dalam beberapa kondisi tertentu pemerintah juga dituntut
untuk bersikap lebih terbuka terhadap kendala-kendala dan batasan-batasan yang dapat
mempengaruhi kewajiban wajib pajak tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu
pemerintah Indonesia menetapkan beberapa pengecualian terhadap warganegara yang
dianggap bukan sebagai wajib pajak, yaitu:
1. Tidak punya penghasilan selain dari pekerjan/ jabatan dari satu pemberi kerja;
2. Penghasilan neto tidak melebihi PTKP;
3. Wanita kawin (bersuami) meskipun berpenghasilan sendiri kecuali jika ada perjanjian
pisah harta;
4. Anak yang belum dewasa.
Hal-hal tersebut tentu sangat membantu kedua pihak, yaitu wajib pajak dan
petugas penerima pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dengan benar dan
lancar.
Sistem pengawasan untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak juga perlu
diketahui oleh mahasiswa karena menurut pengamatan DJP masyarakat cenderung
menghindari wajib pajak karena dianggap memberatkan.
Berdasarkan hal-hal tersebut mahasiswa perlu mengetahui bagaimana hukum

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


16
pajak Indonesia mengatur tentang kewajiban membayar pajak serta sanksi-sanksinya.

B. Dasar Hukum
Hukum menempati suatu fungsi yang esensial dalam masyarakat terutama di
dalam melancarkan proses interaksi sosial warga masyarakat termasuk kewajiban
membayar pajak. Oleh karena itu keberadaan hukum pajak diperlukan pemerintah untuk
menjamin kelancaran dan ketertiban kehidupan bersama di Indonesia.
Seluruh kegiatan pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah dilaksanakan
berdasarkan peraturan-peraturan di bawah ini:
1. UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
diubah dengan
2. UU Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas UU Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah lagi dengan
3. UU Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah lagi dengan
4. UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor Nomor 16
Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang diubah lagi untuk terakhir
kalinya melalui
5. Peraturan Pemerintah Penggantu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yang ditetapkan sebagai
6. UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penggantu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas UU
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi
Undang-Undang.

C. Pengertian Pajak Menurut Hukum

Pengertian Dalam hukum pajak Indonesia dikenal 2 wajib pajak, yaitu:


1. Orang/pribadi à orang pribadi yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


17
termasuk wakil yang menjalankan hak dan kewajiban wajib pajak menurut
ketentuan perundangan perpajakan.
2. Badan à PT, CV, BUMN/BUMD dan dalam bentuk apapun baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak.

D. Hak Wajib Pajak


Dalam membayar pajak negara memberikan hak kepada wajib pajak untuk
mengetahui tentang pembayaran hutang pajaknya. Hak wajib pajak adalah:
1. Hak menghitung pajak sendiri.
Saat ini Indonesia menerapkan sistem pemungutan pajak dengan cara yang dapat
dilakukan sendiri (Self Assesment System). Sistem ini menyerahkan sepenuhnya
kepada wajib pajak untuk mengetahui besaran pajaknya, melakukan pelaporan dan
membayar pajaknya. Wajib pajak dituntut untuk bersifat aktif. Namun pemerintah
dapat melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak apabila:
a. SPT wajib pajak menunjukkan lebih bayar dan dan mohon untuk direstitusi;
b. KPP memiliki data tentang adanya indikasi yang mengharuskan dilakukan
pemeriksaan.
2. Hak Melakukan pembetulan
Pembetulan terhadap pajak tehutang yang harus dibayar wajib pajak harus
dilaporkan wajib pajak kepada Dirjen Pajak.
3. Hak mengajukan permohonan restitusi.
Restitusi dapat diajukan oleh wajib pajak kepada penerima pajak/fiscus atas
kelebihan pembayaran pajak terhutang oleh wajib pajak. Restitusi adalah
pengembalian pembayaran dalam bentuk uang terhadap pajak yang lebih bayar.
4. Hak memperoleh kepastian hukum terhadap restitusi yang dimohon.
12 bulan sejak permohonan retitusi dilakukan bila tidak ada keputusan maka
dianggap permohonan retitusi dikabulkan.
5. Hak memperoleh pembayaran restitusi dalam waktu 1 bulan.
6. Hak memperoleh surat pemberitahuan (SPb)
7. SPb diganti dengan SKP Nihil
8. Hak mengajukan surat keberatan.

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


18
9. Hak memperoleh kepastian hukum atas permohonan keberatan.
10. Hak menyampaikan mohon banding.
11. Hak mengajukan keberatan atas keputusan sanksi.
12. Hak memperoleh kepastian hukum atas perkara pajak Daluwarsa suatu masalah
dalam perpajakan adalah 10 tahun setelah pajak terhutang berakhir.
13. Hak wajib pajak lainnya.

E. Kewajiban Wajib Pajak.


1. Mendaftar sebagai wajib pajak pada kantor-kantor pajak yang ada di wilayahnya.
2. Mengambil Surat Pemberitahuan/SPT.
3. Mengisi SPT.
4. Melunasi pajak kurang bayar.
5. Menyerahkan/mengirimkan SPT.
6. Penyelenggaraan pembukuan.

Pembukuan dilakukan apabila omset perusahaan diatas Rp. 600.000.000,-,


dibawahnya cukup dilakukan pencatatan.
1. Menyimpan dokumen Pembukuan disimpan selama 10 tahun (Pasal 20 ayat (6) UU
No. 6 Tahun 1983).
2. Menyetor pembayaran masa Menyetor pembayaran masa PPh pasal 25 paling
lambat tanggal 15 bulan masa berikutnya.
3. Memotong dan menyetor pajak tahun berjalan Tanggal 10 bulan berikutnya untuk
PPh Pasal 21 dan 10 hari sejak saat terhutang pajak untuk PPh Pasal 23.
4. Melapor hasil potongan Wajib pajak harus melaporkan hasil potongannya ke KPP
5. Memberikan keterangan
6. Memperlihatkan pembukuan
7. Memberikan kesempatan petugas memasuki ruangan
8. Meniadakan kerahasian
9. Membantu melancarkan pemeriksaan

Berdasarkan peraturan yang ada, pihak yang harus mengisi SPT adalah:

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


19
1. Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan yang jumlahnya melebihi
batas PTKP;
2. Setiap badan yang didirikan di Indonesia (berkedudukan) yang terdiri dari PT,
CV, Persekutuan, Koperasi, Yayasan, BUMN dan BUT (Bentuk Usaha Tetap).

F. Sanksi-Sanksi
Berdasarkan Undang Undang No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas
Undang Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dan Undang-Undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan serta Undang-undang tentang
Bea Meterai dikenal adanya dua sanksi dalam perpajakan, yaitu: sanksi administrasi dan
sanksi pidana.
1. Sanksi Administrasi:
 Sanksi administrasi berupa pembayaran kerugian kepada negara yang
berbentuk denda, bunga dan kenaikan.
 Sanksi administrasi merupakan wewenang administrasi pajak dan dijatuhkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Sanksi Pidana:
 Sanksi pidana merupakan upaya dan alat terakhir yang diterapkan oleh
pemerintah agar wajib pajak patuh pada aturan-aturan hukum.
 Sanksi pidana merupakan wewenang pengadilan pidana dan dijatuhkan oleh
hakim pidana, bila hakim mempunyai keyakinan bahwa pelaku benar-benar
terbukti bersalah melakukan tindak pidana.
Pengenaan sanksi pidana kepada wajib pajak yang tidak melakukan kewajibannya
selain diatur dalam beberapa peraturan perundangan yang telah dituliskan di atas, juga
diatur dalam Pasal 38 UU No. 28 Tahun 2007 yang berbunyi:
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A,

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


20
dedenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutan yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutan yang tidak atau kurang
dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1
(satu) tahun.
Dari beberapa pasal yang ada dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk sanksi
yang dikenakan kepada para pelanggar wajib pajak adalah:
1. Alpa.
Alpa yang disebabkan oleh:
a. Tidak menyampaikan
b. Menyampaikan SPT tidak benar
(Sanksi kurungan pidana 1 tahun dan denda 2 kali jumlah pajak yang tidak atau
kurang bayar)
2. Untuk Percobaan
Penyalahgunaan NPWP/NPDKP, menyampaikan SPT tidak lengkap/ tidak benar
dalam rangka restitusi atau kompensasi. (Sanksi pidana 2 tahun atau denda 4 kali
jumlah restitusi atau kompensasi)
3. Untuk Sengaja
Tidak mendaftarkan diri, tidak menyampaikan SPT, SPT tidak benar, pembukuan
palsu, tidak setor pajak yang dipungut. (Sanksi pidana penjara 6 tahun dan denda
setingginya 4 kali jumlah pajak terhutang)
4. Untuk Pengulangan
Sengaja, syarat belum lewat 1 tahun selesai menjalani sanksi pidana sudah berbuat
lagi. (Sanksi pidana 2 kali /sanksi).
5. Menyampaikan SPT tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan
Dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp. 100.000 (SPT masa bulanan PPh) dan
Rp. 500.000 (SPT masa bulanan PPN). Untuk Tahunan Rp 100.000 (SPT Orang
Pribadi) dan Rp 1.000.000 (SPT Badan).
6. Jika SPT yang telah disampaikan dibetulkan sendiri. Dikenakan sanksi 2% sebulan
maksimal 24 bulan atas jumlah PKB.

Rangkuman

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


21
Praktik perpajakan di dunia juga diterapkan oleh pemerintah Indonesia sejak era kerajaan,
pemerintahan kolonial hingga era reformasi. Hukum perpajakan dan sistem yang diterapkan oleh
pemerintah Indonesia mengalami berbagai perubahan sesuai dengan perkembangan ekonomi,
teknologi, komunikasi, sosial budaya dan gaya hidup masyarakat.
Pengembangan hukum dan sistem perpajakan yang diberlakukan di Indonesia tidak
terlepas dari sejarah perpajakan yang ada di dunia dan di Indonesia, mengingat Indonesia banyak
menerapkan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintahan Belanda, Inggris dan Jepang.
Diberbagai negara, penyelenggaraan pengumpulan dan penerimaan pajak dilakukan oleh
suatu lembaga tersendiri yang oleh Indonesia juga diterapkan hal yang sama. Dalam
penyelenggaraan pengumpulan pajak dari masyarakat pemerintah membentuk Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah kementerian keuangan. DJP berfungsi sebagai badan
penerima, pengadministrasian penerimaan pajak dari masyarakat dan pendistribusian ke seluruh
Kementerian /Lembaga/Instansi/Badan dan pihak lain untuk membiayai belanja rutin
pemerintahan (termasuk gaji dan tunjangan pegawai), proyek pembangunan, subsidi,
pembayaran hutang, bantuan sosial, dan lain sebagainya.
Untuk melancarkan pengumpulan dan pengawasan pajak tersebut pemerintah juga
melengkapinya dengan berbagai peraturan perundangan perpajakan baik yang diambil dari
produk hukum Hindia Belanda dan beberapa negara lain yang disesuaikan dengan kepentingan
dan kebutuhan Indonesia.
Keputusan untuk menerapkan peraturan dan sistem perpajakan yang berlaku bagi seluruh
rakyat Indonesia tentu harus diikuti dengan sikap tindak kepatuhan dan/atau kesadaran dari para
wajib pajak agar penyelenggaraan pengumpulan dan penerimaan pajak kepada pemerintah dapat
berjalan lancar.

Latihan
1. Sebutkan beberapa pengertian dan definisi pajak.
2. Sebutkan tujuan pungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Sebagai warganegara yang baik bagaimanakah sebaiknya melakukan kewajiban pajak ini
dilaksanakan? Jelaskan pendapat saudara
4. Jelaskan bagaimanakah pengaruh pajak pada harga-harga barang dan kebutuhan
masyarakat?

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


22
5. Apakah pengenaan dan pemungutan pajak oleh pemerintah tidak memungkin masyarakat
mengawasinya? Jelaskan bagaimana masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengawasan
pemungutan pajak tersebut.

Daftar Pustaka

1. Kusumo, Bambang Ali, Sanksi Hukum Di Bidang Perpajakan, artikel di Jurnal Wacana
Hukum, Vol VIII No. 2 Oktober 2009.
2. Mardiasmo, 2014, Perpajakan, Yogyakarta: Andi.
3. Siti Resmi, Perpajakan (Teori dan Kasus), 2015, Edisi Revisi 8 Penebit Salemba Empat.
4. Waluyo, Perpajakan Indonesia, 2015, Revisi 8, Salemba Empat.
5. UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan tata Cara Perpajakan
6. UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
7. UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang
Mewah
8. UU No 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
9. UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan 9. UU No 11 Tahun 2016
Tentang Pengampunan Pajak
10. https://www.pajak.go.id/id/objek-pph
11. https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/190000669/pajak-arti-sejarah-dan-
fungsinya?page=all&_ga=2.72200467.1810843235.1605499260-669434820.1604036613
12. https://www.pajak.go.id/artikel/menengok-sejarah-perpajakan-di-indonesia-bagian-
pertama
13. https://majalahpajak.net/pajak-dari-masa-ke-masa/

MODUL KEWARGANEGARAAN UKI


23

Anda mungkin juga menyukai