Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS DIKTAT BAB 12

GEREJA ROMA KATOLIK DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU

Nelson Hasibuan, S.PD.K., M.Th

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata Kuliah

Sejarah Gereja Indonesia

Oleh:

Jenniver Cindy Illasya Zebua

NIM: 1980208022

Tahun:

2020/2021
BAB XII

GEREJA ROMA KATOLIK DI INDONESIA

1. Permulaan Gereja Roma Katolik di Indonesia

Seperti sudah diuraikan dalam bagian terdahulu, sejarah Gereja Roma Katolik 
(RK) di Indonesia telah dimulai pada zaman Portugis (abad 16). Pada waktu itu
gereja- gereja RK telah berdiri di beberapa daerah di Indonesia, seperti di
daerah Maluku, Sulawesi Utara, Sangir dan Talaud, NTT, dll. Tetapi pada
zaman VOC, gereja-gereja Roma Katolik itu sempat menjadi hilang, kecuali di
sebagian daerah NTT, karena pemerintah VOC, sesuai dengan keadaan di
negeri Belanda, tidak mengizinkan keberadaan Gereja RK di daerah-daerah
yang dikuasai. Sebagian warga gereja RK peninggalan Portugis itu dipaksa
menjadi pengikut Gereja Protestan, dan sebagian lagi menjadi hilang begitu
saja, karena tidak ada pemeliharaan kepada mereka. Dan selama kekuasaan
VOC itu, pekerjaan dan misi gereja RK di Indonesia dilarang. Usaha gereja 
RK untuk memasuki kembali Indonesia, terjadi setelah pemerintah Bealnda 
mengumumkan kebebasan beragama di negeri itu dan juga di negeri yang
dikuasai tahun 1808. Dengan demikian larangan terhadap RK untuk memasuki
Indonesia selama dua abad itu tidak berlaku lagi. Setelah itu mulailah dikirim
imam-imam gereja RK ke Indonesia. Dan tahun 1826 Paus menetapkan
“prefektur apostolis” yang pertama di Indonesia. Maksudnya menjadikan
Indonesia sebagai “negeri misi” yang dipimpin dan diatur secara langsung dari
pusat misi RK, melalui sebuah lembaga yang bernama: “Congregatio de
propaganda fide” (Komisi untuk menyiarkan iman), suatu lembaga gereja RK
yang didirikan tahun 1622. Ini sesuai dengan bentuk gereja RK pada waktu itu 
yang membuat perbedaan antara “daerah gerejani” dan “negeri misi”. Daerah
gerejani ialah daerah di mana gereja RK sudah berkedudukan, sedang “negeri
misi” adalah negeri- negeri di mana misi RK dilakukan masih dalam taraf
permulaan. Pengiriman imam-imam gereaja RK itu ke Indonesia pada mulanya
dimaksudkan untuk melayani orang-orang Kristen RK (asal Eropa) yang ada di
Indonesia. Pada mulanya sebagaimana halnya diberlakukan kepada petugas
gereja Protestan, penempatan dan pembiayaan petugas- petugas gereja RK itu
dilakukan oleh pemerintah Belanda. Tetapi gereja RK tidak menyetujui
peraturan pemerintah seperti itu, dan menuntut supaya peraturan itu dirobah, 
dengan alasan, bahwa keadaan itu tidak sesuai dengan kehormatan dan tugas
gereja. Persengketaan antara gereja RK dan pemerintah Belanda berakhir
dengan kemenangan gereja RK tahun 1847. Mulai pada waktu itu, gereja RK
sudah terpisah dari pemerintah secara administrasi (sedangkan gereja Protestan
baru mulai memperoleh keadaan seperti itu tahun 1935). Jadi mulai tahun 1847
gereja RK sudah mempunyai kebebasan untuk mengatur organisasinya dengan
ikhtiarnya sendiri. Tetapi sama seperti gereja Protestan, gereja itu masih terus
memperoleh bantuan dana dari pemerintah Belanda sampai tahun 1950.

 2. Seperti sudah disebutkan pada poin 1 di atas, usaha-usaha gereja RK


waktu itu pada dasarnya adalah merupakan pelayanan bagi orang-orang yang
sudah beragama RK Sedang usaha misi pada hakekatnya dilakukan oleh
pelbagai ordo gereja RK yang secara berangsur-angsur juga sudah mulai
memasuki Indonesia. Dan usaha misi itu sering bersandar pada usaha
pemeliharaan rohani yang telah ada di beberapa kota. Cara-cara yang sama juga
dilakukan didaerah-daerah lain, seperti daerah Kalimantan Barat tahun 1854, ke
daerah Timor Utara dan Flores, tahun 1859 dan ke kepulauan Maluku
Selatan, tahun 1890. Usaha-usaha yang kelihatan sangat giat dilakukan dalam
menunjang misi RK itu ialah melalui lapangan pendidikan dan rumah-rumah
sakit. Untuk melaksanakan pendidikan itu ratusan «bruder» dan «suster» dari
pelbagai ordo didatangkan. Di kota-kota besar mereaka mendirikan rumah-
rumah sakit yang dilayani suster-suster. Usaha-usaha itu memperlihatkan suatu
perkembangan yang besar, terutama pada pertengahan pertama abad 20
ini. Menurut Peraturan Pemerintah Belanda tentang PI , daerah-daerah
penginjilan yang diberi izin kepada gereja RK adalah Flores, Maluku Selatan
dan sebagian Irian.
3. Masuknya Misi RK ke Tanah Batak/Tapanuli 

Sejak dasawarsa kedua abad ini, gereja RK sudah mulai berusaha menjalankan


misinya ke tengah-tengah masyarakat Batak. PP tahun 1854 masih
diberlakukan, maka gereja RK mulai menjalankan misinya itu dengan lebih
dulu mengadakan kontak-kontak atau pendekatan kepada orang-orang Kristen
Batak, terutama kaum pemuda, telah banyak merantau ke kota-kota tersebut
untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan yang lebih baik. Mereka
inilah yang dicoba didekati oleh pastor-pastor RK setempat, dan ternyata
banyak dari antara mereka yang bisa dipengaruhi masuk menjadi RK. Pada
tahun 1927, sudah ada sebanyak 120 orang anggota HKBP yang beralih menjadi
RK. Mereka inilah sebagian yang mula-mula dipergunakan pihak gereja RK
untuk menyebarkan ajaran gereja RK itu di Tapanuli, dan melalui pengaruh
mereka banyaklah anggota Gereja Kristen Batak yang di Tapanuli tertarik
kepada RK. RK untuk menyampaikan tuntutan kepada pemerintah Belanda agar
pastor RK diizinkan bekerja di Tapanuli. Pasal 123 PP atahun 1854 ini mulai
dipertanyakan. Oleh desakan-desakan yang datang dari pihak gereja RK
itu, akhirnya pemerintah Belanda memberi izin kepada gereja RK untuk
menjalankan misinya di Tapanuli. Mula-mula izin itu diberikan untuk daerah
Sibolga , tetapi mulai atahun 1933 diperluas sampai ke daerah Tapanuli Utara.

Anda mungkin juga menyukai