Anda di halaman 1dari 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus corona adalah keluarga virus yang dapat menyebabkan gejala-gejala kepada
manusia dari gejala yang berat hingga gejala yang ringan. Ada beberapa jenis dari virus
corona seperti Middle East Respiratory Syndrome (MARS), Severe Acute Respiratory
Syndoreme (SARS), dan yang terbaru atau yang sedang mewabah adalah Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2) atau yang lebih dikenal dengan
penyakit COVID-19. SARS Cov-2 pertama kali ditemukan di pasar hewan di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019 dan sekarang telah menyebar di 215 negara di
dunia per tanggal 4 Mei 2020.

Berdasarkan data dari World Health Organization (2020) kasus konfirmasi positif
COVID-19 di dunia per tanggal 4 Mei 2020 mencapai angka 3.442.234 kasus dan kasus
kematian telah mencapai angka 239.740 kasus serta jumlah orang yang sembuh dari COVID-
19 mencapai angka 1.195.056 orang.

Berdasrkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2020) Di


Indonesia sendirikasus yang terkonfirmasi positif COVID-19 per tanggal 4 Mei 2020
mencapai 11.587 kasus, dan kasus kematian mencapai 864 kasus serta orang yang sembuh
dari Covid-19 mencapai 1.954 orang. Kasus positif COVID-19 mencakup seluruh 34
Provinsi dan 331 kabupaten di Indonesia.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (2020) di


Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri menurut Satuan Tugas COVID-19 Sulawesi Tenggara,
kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19 per tanggal 4 Mei 2020 mencapai 64 kasus dan
kasus kematian ada 2 kasus serta orang yang sembuh dari COVID-19 ada 11 orang. Kasus
positif COVID-19 di Sulawesi Tenggara mencakup 9 kabupaten.

Banyak cara yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi


COVID-19 seperti menghimbau masyarakat agar tetap dirumah saja jika tidak ada keperluan
yang penting diluar rumah, cuci tangan memakai sabun dengan air mengalir, memakai
masker ketika keluar rumah dan masih banyak lagi. Salah satu kebijakan pemerintah dalam
menanggulangi masalah ini adalah dengan melakukan screening secara massal menggunakan
alat Rapid Diagnostic Test yang dilakukan kepada orang dalam pengawasan (ODP), pasien
dalam pemantauan (PDP) dan orang tanpa gejala (OTG) atau yang memiliki kontak terhadap
pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan orang yang memiliki faktor resiko yang
tinggi untuk tertular seperti tenaga medis.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2020) Rapid Test perlu


dilakukan untuk untuk mengukur antibodi yang ada di dalam tubuh seseorang berbasis
respon imunologi atau untuk mengukur jumlah antibodi pada tubuh manusia yang mana akan
berfluktuasi apabila ada virus masuk ke dalam tubuh. Data hasil pengukuran tersebut
kemudian akan dijadikan sebagai sebuah deteksi awal untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jika
pembacaan rapid test positif maka bisa dipastikan bahwa tubuh orang itu pernah diinfeksi
oleh virus atau sedang diinfeksi oleh virus karena sistem kekebalan tubuhnya antobodinya
ada. Namun saat hasil pembacaan rapid test ini negatif tidak ada jaminan bahwa dia tidak
terinfeksi virus, bisa saja dia sudah terinfeksi tetapi antibodinya belum terbentuk.

Mahasiswa kesehatan masyarakat juga perlu untuk mengetahui bagaimana


efektifitas dari Rapid Test ini agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas
mengenai manfaat dari pemerintah melakukan screening secara massal dengan menggunakan
Rapid Test dan juga kita membantu pemerintah dalam menangani masalah ini agar cepat
selesai dan hidup normal kembali seperti harapan seluruh masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai