Anda di halaman 1dari 9

1.

Kelas nematoda
1) Trichuris trichiura
Panjang cacing betina 35-50 mm, sedangkan cacing jantan 30-40 mm.
Bentuknya seperti cambuk, bagian anterior kecil seperti benang sedang bagian
posteriornya kira-kira 2/5 (dua per lima) dari panjang cacing, jadi lebih besar.
Biasanya menempati daerah cecum dan appendix. Menular melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi telurnya.
Gejala Penyakitnya : Bila infeksi ringan, biasanya asymptomatis (tanpa
gejala). Bila jumlah cacingnya banyak, biasanya timbul diarrhea dengan feces yang
berlendir, nyeri perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium Sample berupa feces penderita
untuk menemukan telur cacingnya.
Pencegahan: Peningkatan hygiene pribadi, cuci tangan sebelum makan,
hindari makan sayuran mentah, dan perbaikan cara pembuangan feces.
2) Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)
Cacing betina panjangnya 8-13 mm, sedangkan cacing jantan 2-5 mm.
Cacing betina yang matang bentuknya seperti kumparan dan mempunyai ekor yang
langsing memanjang dan runcing. Cacing jantan ekornya melengkung ke arah
ventral dan alae caudal lateral mengelilingi Biasanya menempati daerah bagian
bawah ileum, cecum dan colon. Menular melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi telurnya. Dapat juga melalui udara yang mengandung telur cacing
yang berasal dari pakaian atau tempat tidur penderita lalu terhirup bersama udara
pernapasan.

Gejala Penyakit dan Komplikasinya: Karena menimbulkan gatal-gatal di


anus (pruritus ani) seringkali terjadi autoinfeksi. Bisa juga terjadi retroinfection di
mana telur cacing menetas di daerah perianal yang lembab, kemudian larvanya
naik ke colon, lalu ke intestinum lewat anus. Infeksi karena Enterobius
vermicularis biasanya mengenai semua anggota keluarga dan asymptomatis. Bila
infeksinya berat, biasanya menimbulkan pruritus ani yang hebat, insomnia, gelisah
dan anorexia. Pada wanita dapat menimbulkan pruritus vulva dan keputihan.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium : Melakukan perianal swab
(apusan perianal) yang dilakukan pagi hari, sebelum penderita mandi dan defecate
(buang air besar). Pencegahan: Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan
hygiene pribadi dan menghindari penularan.
3) Ascaris lumbricoides
Cacing betina, panjangnya 20-35 cm, sedangkan cacing jantan 15-30 cm.
Cacing dewasa hidup di usus halus terutama di jejunum. Menular melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi telurnya.
Siklus hidupnya dimulai bila telur cacing yang berembrio tertelan bersama
makanan, menetas di dalam intestinum, menjadi larva. Larva segera menembus
dinding pembuluh darah atau lympha dinding intestinum dan dengan aliran darah
masuk ke paru-paru, menembus alveolus, naik ke trachea, pindah ke oesophagus,
tertelan dan sampai ke intestinum kemudian menjadi cacing dewasa. Cacing
dewasa ini akan menghasilkan telur yang akan keluar bersama feces yang akan
mengulangi siklus tadi.
Gejala Penyakit: Reaksi terhadap larva migran Sewaktu larva menembus
dinding intestinum dan alveolus terjadi perdarahan kecil. Penderita akan demam,
batuk-batuk, dan kadang-kadang terjadi hemoptysis, Reaksi terhadap cacing
dewasa Gejalanya berupa nyeri perut biasanya di daerah epigastrium atau daerah
umbilicus, perut buncit, muntah dan kadang-kadang obstipasi. Seringkali ascariasis
tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Komplikasi: Komplikasi yang sering terjadi adalah obstruksi intestinal, baik
partial maupun total. Obstruksinya biasa terjadi di daerah ileocecal.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium: Bahan pemeriksaan laboratorium
adalah feces penderita untuk menemukan telurnya atau cacing dewasanya.
Pencegahan: Pencegahan dengan meningkatkan hygiene pribadi dan sanitasi
lingkungan. Selain itu, hindari memakan sayuran mentah atau makanan lain yang
terkontaminasi telurnya.
2. Kelas Trematoda

Fasciolopsis buski
Fasciolopsis buski ukuranya antara 50-75 mm, bersifat hermafrodit. Cacing ini
menghuni duodenum dan jejunum. Merupakan parasit pada manusia dan babi. Telur
cacing keluar dari tubuh manusia bersama feces. Bila telur jatuh ke dalam air tawar,
akan menetas menjadi miracidium. Miracidium akan mencari siput genus Hippentis
dan Segmentina sebagai host intermediatenya. Di dalam siput, miracidium akan
berkembang manjadi sporosyst yang menghasilkan redia kemudian berkembang
menjadi cercaria. Cercaria ini keluar dari siput dan berenang bebas kemudian menjadi
kista yang menempel pada tumbuhan air. Dalam keadaan basah, metacercaria (kista)
ini dapat tahan selama 1 tahun. Bila metacercaria ini termakan host definitive, maka
setelah sampai di intestinum akan berkembang menjadi cacing dewasa.
Fasciolopsis buski menular ke manusia melalui tumbuhan air (sayuran, buah)
yang dimakan mentah dan terkontaminasi metacercarianya. Akan berbahaya sekali,
sebagai penyebar penyakit, bila jenis tumbuhan tersebut dipasarkan untuk masyarakat
luas. Sebagai host intermediatenya adalah siput Segmentina hemisphaerula dan
Hippentis cantori. Fasciolopsis buski menempel pada mucosa duodenum dan jejunum.
Masa inkubasinya 30-40 hari.
Gejala penyakit: Bila infeksinya ringan, sering sekali asymptomayis. Pada
infeksi yang lebih berat biasanya timbul diarrhea dan constipasi yang silih bergant,
sakit perut, feces berwarna kuning kehijauan dengan banyak sisa makanan yang tidak
tercerna, anorexia, nausea, muntah dan bertambah kurus (cachexia). Pada infeksi yang
berat dapat menyebabkan kematian.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium: Sample untuk pemeriksaan
laboratorium adalah feces penderita, untuk menemukan telur cacing atau cacing
dewasanya.
Pencegahan: Pencegahan dilakukan dengan: Sayuran (makanan) agar di masak
sampai matang, Buang air besar harus sesuai dengan aturan kesehatan (feces tidak
boleh mengotori tanah permukaan, air permukaan dan air untuk keperluan rumah
tangga), Feces jangan dipakai sebagai pupuk tanaman.
2) Clonorchis sinensis
Clonorchis sinensis, panjangnya 10-25mm, lebar 3-5mm, hermafrodit,
merupakan parasit di saluran empedu. Menimbulkan penyakit pada manusia, anjing,
dan kucing.
Lingkaran Hidup: Cacing dewasa menghasilkan telur di dalam saluran
empedu, telur ini bersama empedu akan masuk ke duodenum dan ke luar tubuh
mnusia bersama feces. Bila telur jatuh ke dalam air tawar akan menetas menjadi
miracidium yang akan masuk ke dalam siput tertentu, yaitu Parafosarulus
manchouricus, Bulimus fuchianus, Alocinma longicornis dan Huangpoensis sp. Di
dalam siput miracidium akan berkembang menjadi sporocyst yang menghasilkan
redia. Ke luar dari siput berkembang menjadi cercaria. Cercaria akan masuk ke bawah
sisik ikan, selanjutnya masuk ke dalam daging ikan dan berubah manjadi metacercaria
(kista). Bila ikan yang mengandung kista ini termakan manusia atau binatang lain, di
dalam duodenum, metacercaria akan berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing
dewasa ini akan masuk ke dalam saluran empedu dan menetap di sana untuk
melanjutkan siklus hidupnya. Ikan yang menjadi hospes intermediatenya kedua dari
Clonorchis sinensis adalah kelas Salmnidae, Gobidae, Cyprinidae dan Anabantidae.
Ikan-ikan ini hidup di kolam atau di kali. Manusia bisa tertulari Clonorchis sinensis
bila makan ikan yang di masak kurang matang, walaupun sebagai ikan asin.
Gejala Penyakit: Cacing dewasanyan hidup di dalam saluran empedu. Bila
infeksinya ringan, sering kali asymptomatis. Pada infeksi yang lebih berat
menimbulkan gejala demam, sakit di daerah epigastrum, diarrhea, anorexia,
hepatomegali dan icterus. Pada infeksi yang lebih berat lagi dapat terjadi liver
cirrhosis, ascites, edema anasarca, cachexia dan icterus, kematian terjadi karena
gangguan fungsi liver.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium: Sample untuk pemeriksaan di
laboratorium adalah feces atau cairan dari duodenum untuk menemukan telur cacing
atau cacing dewasanya.
Pencegahan: Pencegahan dilakukan dengan selalu makan ikan air tawar yang
di masak sampai matang, perbaikan cara pembuangan kotoran, pengobatan semua
penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
3) Fasciola hepatica
Ukuran cacing dewasa panjangnya 25 mm dan lebar 13 mm, bersifat
hermafrodit. Cacing dewasanya hidup di dalam saluran empedu dan parenchyma
liver. Fasciola hepatica sebenarnya merupakan penyakit terutama pada biri-biri dan
kambing. Menular kepada manusia melalui tanaman air, yang mengandung
metacercaria yang dimasak kurang makan atau dimakan mentah.
Lingkaran Hidup: Telur cacing yang berasal dari feces penderita bila jatuh ke
dalam air akan menetas manjadi miracidium. Miracidium akan masuk ke dalam siput
dan berkembang menjadi sporocyst. Sporocyst akan berkembang menjadi redia dan
keluar dari siput menjadi cercaria. Cercaria akan menempel pada tanaman air atau
masuk ke bawah sisik ikan dan berkembang menjadi metacercaria. Metacercaria bila
termakan oleh definitive host, di dalam intestinum akan berkembang menjadi larva,
kemudian menuju saluran empedu dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Hewan yang
menjadi definitive hostnya adalah herbivore terutama biri-biri, kambing, kuda, unta,
dan beberapa carnivore seperti anjing. Siput yang menjadi host intermediatenya,
antara lain genus Lymnaea, Bilimus, Succinea, Practicolllela dan Pomacea. Tanaman
air yang di tempeli metacercaria ini akan berbahaya bagi masyarakat bila di jual di
pasaran.
Gejala Penyakit: Bila infeksinya ringan, sering kali asymtomatis. Pada infeksi
yang lebih berat timbul gejala demam, urticaria, diarrhea dan icterus Fasciola hepatica
yang hidup di dalam saluran empedu dan parenchyma liver menimbulkan peradangan
berupa hyperplasia, necrosa dan fibrosis parenchyma liver.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium: Sample untuk pemeriksaan
laboratorium berupa feces, bahan dari duodenum atau dari saluran empedu untuk
menemukan telur cacing atau cacing dewasanya. Pencegahan: Pencegahan dilakukan
dengan memberantas siput, tanaman air (sayuran) dari daerah endemis jangan di
makan atau dijual di pasaran, hati kambing harus dimasak sampai matang sebelum
dimakan.
4) Paragonimus westermani
Cacing dewasa panjangnya 8-20 mm dan lebar 5-9 mm. Bersifat hermaprodit
dan hidup di dalam parenchym paru-paru.
Siklus hidupnya: Cacing dewasa yang hidup di dalam parenchym paru-paru
akan bertelur. Telur akan terangkat ke saluran pernapasan bagian atas, ke luar dari
tubuh dengan sputum waktu batuk atau tertelan dan keluar bersama feces. Bila telur
jatuh ke air, akan menetas menjadi miracidium. Miracidium masuk ke dalam tubuh
siput, berkembang menjadi sporocyst, kemudian menjadi redia dan keluar dari siput
sebagai cercaria. Cercaria akan masuk ke dalam tubuh ketam atau udang, sebagai
intermediate host kedua. Di dalam host intermediate kedua ini, cercaria akan
berkembang menjadi metacercaria. Manusia akan tertulari Paragonimus westermani
bila makan udang/ketam (crustacea) yang mengandung metacercaria ini, yang
dimasak kurang matang. Di dalam duodenum metacercaria akan menetas menjadi
larva. Larva ini akan menembus dinding usus, masuk ke dalam aliran darah dan akan
sampai di parencym paru-paru untuk berkembang menjadi cacing dewasa di dalam
paru-paru. Larva tadi bisa juga sampai di paru-paru setelah menerobos diaphragm
untuk kemudian masuk ke parenchym paru-paru. Siput yang menjadi host
intermediate pertama cacing ini, antara lain Semisulcospira libertina, Semisulcospira
amurensis, Hua toucheana dan Tarebia granifera. Sedangkan Crustacea sebagai host
intermediate kedua, antara lain Cambaroides japonicus, Cambaroides similis,
Potamon rathbuni, Potamon denticulatus, Parathelphusa sinensis, dan Sesarma
intermedia. Di samping manusia sebagai host definitifnya antara lain kucing, anjing
babi.
Gejala Penyakit: Gejala yang paling sering terjadi pada infeksi Paragonimus
westermani adalah bronchitis yang kronik, bronchiectasi dengan batuk yang produktif
(banyak sputum) di pagi hari dengan sputum berwarna kecoklatan atau kemerahan
kadang-kadang disertai dyspnea. Penyakit ini sering kali dinamakan “endemic
hemoptysis” (batuk darah endemis) karena gejala utama yang sering adalah
hemoptysis (batuk darah). Pada penyakit yang berat sering disertai pleural effusion
dan abscess paru-paru
Bahan Pemeriksaan Untuk Laboratorium: Sampel untuk pemeriksaan
laboratorium adalah sputum dan feces untuk menemukan telur cacingnya. Pencegahan
Pencegahan penyakit dilakukan dengan memasak crustacea (udang, ketam, kepiting)
sampai matang sebelum dimakan.

3. Kelas Cestoda
1) Diphyllobothrium latum
Bersifat hermafrodit. Cacing dewasa panjangnya dapat mencapai 10 (sepuluh)
meter. Menempel pada dinding intestinum dengan scolex. Panjang scolex dengan
lehernya 5-10 mm jumlah proglottidnya bias mencapai 3.000 (tiga ribu) atau lebih. Satu
cacing bias mengeluarkan 1.000.000 (satu juta) telur setiap harinya.
Siklus Hidup Telur Diphyllobothrium latum harus jatuh ke dalam air agar bias
menetas menjadi coracidium. Coracidium (larva) ini harus dimakan oleh Cyclops atau
Diaptomus untuk bias melanjutkan siklus hidupnya. Di dalam tubuh Cyclops larva akan
tumbuh menjadi larva procercoid.
Bila Cyclops yang mengandung larva procercoid dimakan oleh ikan tertentu
(intermediate host kedua), maka larva cacing akan berkembang menjadi plerocercoid.
Plerocercoid ini akan berada di dalam daging ikan. Bila daging ikan yang mengandung
plerocercoid ini dimakan manusia, maka akan terjadi penularan. Di dalam intestinum
manusia, plerocercoid akan berkembang menjadi cacing dewasa.
Gejala Penyakit Biasanya asymptomatis, tetapi kadang-kadang berupa perut sakit,
berat badan menurun dan anemia. Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium Sample
berupa feces untuk pemeriksaan adanya telur cacing. Pencegahan Ikan harus dimasak
sampai matang sebelum dimakan.
2) Taenia solium
Cacing dewasa bisa mencapai 2-7 meter. Bersifat hermafrodit. Cacing dewasanya
menempel pada dinding intestinum dengan scolexnya sedangkan cysticercusnya terdapat
di jaringan otot atau jaringan subcutan.
Lingkungan Hidup Telur keluar dari proglottid gravida, baik setelah proglottid
lepas dari strobila, ataupun belim, keluar dari tubuh manusia bersama feces. Telur yang
jatuh di tanah bila termakan manusia atau babi sampai di intestinum, akan menetas
kemudian menembus dinding intestinum masuk ke dalam aliran lympha atau aliran
darah dan beredar ke seluruh tubuh. Sebagian besar akan masuk ke dalam otot atau ke
dalam jaringan subcutan. Dalam waktu 60-70 hari akan berkembang menjadi cysticercus
yang menetap di dalam otot atau jaringan subcutan. Bila manusia makan daging babi
yang mengandung cysticercus, maka cysticercus ini di dalam intestinum akan menetas
menjadi larva dan dalam waktu 5-12 minggu tumbuh menjadi cacing dewasa yang
menetap di dalam intestinum.
Dalam hubungan ini sebagai definitif hostnya adalah manusia sedangkan sebagai
intermediate hostnya adalah babi.
Bila manusia bertindak sebagai definitif host, maka Taenia solium-nya berada di
dalam intestinumnya. Hal ini terjadi bila manusia makan daging yang mengandung
cysticercus Taenia solium.
Bila manusia bertindak sebagai intermediate host, maka cysticercus Taenia
solium berada di dalam jaringan otot atau jaringan subcutan. Hal ini terjadi bila manusia
makan makanan yang terkontaminasi ole telur Taenia solium. Infeksi pada manusia
umumnya terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacingnya.
Telur cacing dapat berasal dari penderita yang mengandung cacing dewasanya ataupun
karena autoinfeksi dari penderita sendiri (feces-tangan-mulut). Hewan lain, seperti ternak
dan anjing dapat mengandung cysticercus di dalam dagingnya karena terinfeksi oleh
telur Taenia solium.
Gejala Penyakit Cacing dewasa yang berada di dalam intestinum jarang
menimbulkan gejala. Gejala yang sering muncul adalah sakit epigastrum, nafsu makan
meningkat, lemah dan berat badan menurun. Gejala yang disebabkan adanya cysticercus
di dalam jaringan tubuh, bervariasi bergantung pada organ yang terkena dan banyaknya
cysticercus. Bila jumlahnya sedikit dan hanya tersebar di jaringan subcutan, biasanya
asymptomatis atau hanya berupa benjolan kecil-kecil di bawah kulit (subcutan). Bila
cysticercus berada di jaringan otak, sumsum tulang belakang, mata atu otot jantung
akibatnya menjadi serius bahkan bias mematikan.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium Sample berupa feces penderita untuk
mencari proglottid dan telur cacingnya. Pencegahan Pencegahan dilakukan dengan
memasak daging sampai matang sebelum dimakan. Perbaikan cara pembuangan kotoran,
peningkatan hygiene pribadi, menjaga kebersihan makanan dan minuman dan mengobati
semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
3) Taenia saginata
Taenia saginata bersifat hermafrodit. Cacing dewasa panjangnya antara 5-10
meter. Hidup di dalam intestinum.
Siklus Hidup Telur cacing yang keluar bersama feces penderita bila jatuh di tanah
dan termakan oleh sapi atau kerbau, di dalam intestinum sapi akan menetas menjadi
larva. Larva ini akan menembus dinding usus, masuk ke dalam aliran darh dan menyebar
ke seluruh tubuh sapi. Bila sampai ke jaringan otot, akan menetap dan berkembang
menjadi cysticercus. Manusia, yang bersifat sebagai host definitif akan tertulari Taenia
saginata bila memakan daging sapi yang mengandung cysticercus yang dimasak kurang
matang. Di dalam intestinum cysticercus akan menetas dan berkembang menjadi cacing
dewasa. Dalam waktu 12 (dua belas) minggu sudah dapat menghasilkan telur lagi. Gejala
Penyakit Biasanya asymptomatis. Pada infeksi yang berat dapat timbul gejala sakit
epigastrum, nafsu makan bertambah, lemas, dan berat badan berkurang. Kadang-kadang
disertai vertigo, nausea, muntah, sakit kepala dan diarrhea. Bahan Pemeriksaan untuk
Laboratorium Sample untuk pemeriksaan di laboratorium adalah feces untuk
menemukan telur cacingnya dan proglottidnya.
Pencegahan Pencegahan dilakukan dengan memasak daging sampai matang
sebelum dimakan. Hanya hewan yang sehat saja yang boleh dipotong dan dagingnya
boleh diperjualbelikan.
4) Echinococcus granulosus
Bersifat hermafrodit. Echinococcus granulosus adalah cestoda yang paling kecil.
Panjang cacing hanya 1,5-6 mm. Cacing ini terdiri atas scolex, 1 (satu) proglottid muda,
1 (satu) proglottid tua dan 1 (satu) proglottid gravida. Sebagai host definitifnya dalah
anjing, sedangkan manusia sebagai host intermediatenya. Manusia tertulari cacing ini
karena makan makanan atau minuman yang terkontaminasi telur Echinococcus
granulosus yang berasal dari feces anjing yang sakit.
Di dalam duodenum telur akan menetas menjadi larva. Larva ini akan menembus
dinding duodenum, masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Sekitar
60-70% dari larva akan menjadi kista hydatid (hydatidcyst) di dalam liver. Di alam siklus
hidup Echinococcus granulosus akan menjadi lengkap bila kista hydatid ini dimakan oleh
carnivore, misalnya anjing. Selaku intermediate host selain manusia adalah biri-biri,
ternak, dan babi. Bahan yang berbahaya untuk penularan adalah kotoran anjing yang
mengandung telur cacingnya.
Gejala Penyakit Pada awalnya kista hydatid ini tidak menimbulkan gejala. Akan
tetapi, dengan semakin membesarnya kista, timbul gejala, baim objeltif maupun
subjektif. Gejala yang sering dirasakan adalah nausea, muntah, sakit perut bagian atas
kanan, kolik saluran empedu dan icterus.
Bila kista terjadi di dalam tulang, bisa terjadi fraktur yang spontan. Bila kista
terjadi di otak, dapat menimbulkan epilepsi, buta atau gejala neurologis lainnya.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium Bila kista hydatid di dalam paru-paru
pecah, maka sample yang diambil adalah sputum penderita. Pencegahan : Pencegahan
penyakit dengan menjaga kebersihan makanan dan minuman serta hygiene pribadi.
Definitif host, khususnya anjung yang menderita penyakit Echinococciasis, agar diobati
untuk menghilangkan sumber penularan. Peningkatan sanitasi lingkungan terutama
menjauhkan diri dari kotoran anjing.

Anda mungkin juga menyukai