Anda di halaman 1dari 8

Sri Agustini Pengaruh Konsentrasi Ozon terhadap …

Rienoviar

PENGARUH KONSENTRASI OZON TERHADAP CEMARAN MIKROBA PADA AIR


MINUM DALAM KEMASAN

THE EFFECT OF OZONE CONCENTRATION ON THE MICROBIAL CONTAMINATION


ON THE BOTTLED DRINKING WATER

Sri Agustini(1) dan Rienoviar(2)


Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang(1)
Balai Besar Industri Agro Bogor(2)
e-mail: sragustini@yahoo.com(1); rienoviar_hild@yahoo.com(2)
Diajukan: 21 Maret 2011; Disetujui : 20 Mei 2011

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ozon yang optimum pada proses
disinfeksi air minum dalam kemasan. Percobaan dilakukan pada dua pabrik air minum
dalam kemasan di Palembang dan Bengkulu. Perlakuan yang diberikan adalah
konsentrasi ozon pada tangki pencampur masing masing 0,1 ppm; 0,2 ppm; 0,3 ppm;
0,4 ppm; 0,5 ppm dan 0,6 ppm. Terhadap contoh hasil perlakuan dilakukan pengujian
Angka Lempeng Total (ALT), coliform dan Salmonella menggunakan SNI 01-2897-1992
cara Uji Mikroba pada laboratorium terakreditasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa air
minum dalam kemasan hasil perlakuan dengan kadar ozon kurang dari 0,3 ppm masih
mengandung ALT lebih dari 100 CFU. Sedangkan air minum dalam kemasan hasil
perlakuan dengan kadar ozon 0,3 ppm atau lebih memenuhi persyaratan ALT menurut
SNI 01-3553-2006 untuk lini produksi, dimana ALT <100 CFU. Semua contoh air baku
tidak mengandung Salmonella. Hasil pengujian terhadap Coliform menunjukkan bahwa
semua contoh hasil perlakuan mengandung coliform < 2 koloni. Ini berarti bahwa semua
contoh hasil perlakuan memenuhi persyaratan SNI 01-3553-2006 untuk coliform dan
salmonella.

Kata Kunci: Air Minum Dalam Kemasan, Ozon, SK 705/MPP/Kep/2003, Disinfeksi

Abstract

A study on the effect of ozone concentration on the microbial contamination on the bottled
drinking water has been done. The objective was to get the optimum concentration of
ozone in disinfection in the bottled drinking water production. The treatment was
concentrating ozone in mixing tank 0.1 ppm; 0.2 ppm; 0.3 ppm; 0.4 ppm; 0.5 ppm and
0.6 ppm. Experiment were done for two bottled drinking water producers in Palembang,
and Bengkulu. Treated Samples were sent to accredited laboratory to be tested for Total
plate count, coliform and salmonella by using SNI 01-2897-1992 test method for
microbiological contamination. Test results showed that drinking water which were treated
with ozone concentration below 0.3 ppm still contain Total plate count more than 102 CFU,
while those were treated with ozone concentration 0.3 ppm and more comply to
requirement for Total plate count according to SNI 01-3551-2006 (Indonesia National
Standard for bottled drinking water) for line production where the Total Plate count less
than 100 CFU. All untreated samples do not contain salmonella. Test result for Coliform
showed that all treated samples have coliform less then 2 colonies. This mean that all
treated samples comply to the requirement of to SNI 03-3551-2006 (Indonesia National
Standard for bottled drinking water) for Coliform and salmonella.

Keywords: The bottled drinking water, ozone, SK 705/MPP/Kep/2003, disinfection

44
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 44–51

PENDAHULUAN diantaranya komponen butylated


hydroxytoluene (BHT) dan butylated
Disinfeksi pada proses produksi air hydroxyanisole (BHA) teroksidasi, ester
minum dalam kemasan merupakan titik asam ptalat, alkana, keton dan
kendali kritis (critical control point) yang peroksida. Komponen hasil degradasi ini
harus benar-benar diperhatikan. bisa menyebabkan penyimpangan bau
Kegagalan dalam memenuhi batasan titik dan rasa pada pangan.
kritis akan berakibat fatal bagi mutu Dekomposisi ozon di dalam air
produk yang pada gilirannya akan akan menghasilkan produk intermediat
berpengaruh terhadap status produk dan reaktif seperti radikal hidroksil dan
keselamatan bagi konsumen yang superoksida. Menurut Kim et al. (1999)
mengkonsumsinya. Disinfeksi air dapat dalam Song et al. (2003), sifat reaktif
dilakukan dengan berbagai cara yaitu ozon mungkin disebabkan oleh
penggunaan bahan kimia, penggunaan kemampuan oksidasi dari radikal-radikal
ozon dan penyinaran dengan Lampu bebas yang dihasilkan karena radikal
Ultra Violet. bebas bisa langsung menyerang ikatan
Di dalam Surat keputusan Menteri karbon-karbon, maka efek degradasi
Perindustrian dan Perdagangan Nomor: yang terjadi pada LDPE menjadi sangat
705/MPP/kep/11/2003 diantaranya besar. Pengaruh ozon terhadap jenis
ditetapkan bahwa proses disinfeksi harus film yang lain mungkin bervariasi.
dilakukan dengan cara ozonisasi di Polimer dari jenis polyethylene
dalam tangki pencampur ozon. terephthalate (PET), high-density
Konsentrasi ozon untuk proses disinfeksi polyethylene (HDPE), polypropylene
minimal 0,6 ppm, sedangkan kadar ozon (PP) and ethylene vinyl acetate (EVA)
di dalam produk sesaat setelah digunakan secara luas oleh industri
pengisian berkisar antara 0,1 ppm AMDK untuk membuat botol maupun
sampai dengan 0,4 ppm. Selain itu juga tutup kemasan AMDK. Beberapa
ditetapkan bahwa setiap industri air penelitian menunjukkan bahwa
minum dalam kemasan harus memantau perlakuan ozon dapat mengoksidasi dan
kadar ozon di dalam tangki pencampur mendegradasi polimer PET, HDPE, dan
dan produk. PP tidak hanya di permukaan tetapi
Pada prakteknya persyaratan ini sampai ke bagian dalam dan
seringkali tidak dapat dipenuhi dan memodifikasi sifat fungsionalnya.
mendapat tantangan. Banyak hal yang Ozon diduga juga memfasilitasi
menjadi penyebabnya, diantaranya migrasi dari komponen residu maupun
adalah kapasitas kemampuan ozon hasil dekomposisi polimer botol.
generator yang dimiliki oleh industri tidak Pembentukan dan migrasi komponen
mampu mencapai konsentrasi yang hasil degradasi ke dalam AMDK akan
dipersyaratkan (sebagian besar industri menyebabkan perubahan karakteristik
kecil air minum dalam kemasan tidak sensorik produk juga masalah kesehatan
dapat memenuhi persyaratan pada konsumen.
konsentrasi ozon). Namun ada juga Hasil penelitian Song et al. (2003)
industri yang enggan menerapkannya menunjukkan bahwa migrasi komponen
karena dianggap tidak sesuai dengan volatil terjadi pada sampel polimer
hasil yang diharapkannya. Ada juga yang HDPE, PP dan EVA, tetapi tidak
beranggapan bahwa penerapan terdeteksi pada polimer PET. Komponen
konsentrasi ozon tersebut dapat volatil yang ditemukan adalah aldehid
menurunkan mutu produk mereka secara dan keton dengan panjang rantai C4–C9,
keseluruhan. yaitu butanal, pentanal, heksanal,
Song et al. (2003) melaporkan heptanal, oktanal, nonanal, 2,2-dimetil
bahwa kontak antara film low-density propanal, 3-heksanon, 2-heksanon, dan
polyethylene (LDPE) dengan larutan heptanon. Secara umum, terjadi
ozon 3,6 mg/kg selama 10 menit, dapat peningkatan konsentrasi komponen-
menyebabkan terbentuknya komponen- komponen volatil dengan meningkatnya
komponen hasil degradasi film, lama waktu kontak dengan ozon.

45
Sri Agustini Pengaruh Konsentrasi Ozon terhadap …
Rienoviar

Komponen volatil yang paling banyak pencampur. Pengujian kadar ozon


bermigrasi adalah heksanal (14.1± 0.6 dilakukan menggunakan kolor
µg/kg) dan berasal dari tutup PP yang komparator Hana.
diberi perlakuan ozon dengan 3. Terhadap hasil percobaan dilakukan
konsentrasi 5 mg/kg dan disimpan pada pengujian, pH, TDS dan cemaran
suhu 40 oC selama 10 hari. mikroba meliputi angka lempeng
Untuk menjembatani gap antara total, coliform dan salmonella sesuai
persyaratan Teknis yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia Nomor
Kepmenperindag Nomor: 705/2003 01-2897-1992 tentang cara uji
dengan penerapan di lapangan maka cemaran mikroba.
diperlukan standar proses disinfeksi dan 4. Data hasil pengujian kemudian diolah
kepastian tentang pengaruh ozon secara statistik untuk melihat
terhadap cemaran mikroba dalam air pengaruh perlakuan disinfeksi.
minum dalam kemasan.
Dalam penelitian ini akan dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
kegiatan penelitian pengaruh ozon
terhadap cemaran mikroba dalam proses A. Kualitas Air Baku
disinfeksi air minum dalam kemasan, Air baku yang digunakan oleh
sehingga didapat air dengan cemaran industri air minum dalam kemasan yang
mikroba yang memenuhi persyaratan ada di kota Palembang dan Bengkulu
Standar Nasional Indonesia. adalah air tanah yang berasal dari mata
air di bawah permukaan dan diambil
BAHAN DAN METODE dengan cara pemboran (air sumur bor)
serta air tanah yang keluar ke
A. Bahan permukaan.
Bahan penelitian yang digunakan Hasil pengujian fisika dan kimia
dalam penelitian ini terdiri dari air baku menunjukkan bahwa secara umum pH
(air sumur) yang digunakan oleh industri air baku (air tanah) di kota Palembang
AMDK, air proses (air yang telah dan Bengkulu termasuk katagori bersifat
didisinfeksi menggunakan ozon dengan asam karena pH airnya rata rata kurang
konsentrasi tertentu) serta bahan kimia dari 5. Sedangkan kandungan mineral
yang diperlukan untuk menganalisa yang terdapat pada air baku masih
kadar ozon dan cemaran mikroba. memenuhi persyaratan kualitas air baku
yang ditetapkan oleh Kementerian
B. Metode Penelitian Kesehatan.
Lokasi penelitian dilakukan di dua Hasil uji fisika air proses yang
pabrik AMDK yang berada di Palembang digunakan dalam proses disinfeksi dapat
dan Bengkulu. dilihat pada Tabel 1.
Penelitian dilakukan menggunakan
rancangan percobaan yang disusun Tabel 1. Hasil Pengujian Fisika
sebagai berikut :
1. Mempelajari kualitas sumber air baku No. Percobaan
Parameter
pada industri air minum dalam 1 2 3
kemasan yang ada di Palembang, 1 pH 6,79 6,4 6,5
dan Bengkulu, utamanya mengenai 2 Turbidity (NTU) 0,16 0,12 0,15
pH dan cemaran mikroba. 3 TDS (mg/l) 184 54 382
2. Melakukan percobaan disinfeksi
menggunakan ozon (O3) yang Tabel 1 menunjukkan bahwa pH air
disusun dengan perlakuan proses yang digunakan dalam proses
konsentrasi 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3 disinfeksi relatif tidak berbeda berkisar
ppm, 0,4 ppm, 0,5 ppm dan 0,6 ppm. antara 6,4 sampai 6,79. Begitu pula
Pengambilan contoh untuk pengujian dengan turbidity menunjukkan angka
kadar ozon dilakukan sesaat setelah yang relatif sama. Namun tidak demikian
pengisian pada lokasi kran untuk TDS, hasil uji TDS menunjukkan
pengambilan contoh pada tangki
46
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 44–51

perbedaan yang tajam. Angka TDS mikroba yang ditunjukkan dengan


menunjukkan jumlah padatan terlarut adanya angka lempeng total (ALT) dalam
yang ada di dalam air. Total Dissolved jumlah yang cukup tinggi, sedangkan
menunjukkan mineral, garam, logam, untuk coliform 3 contoh memberikan <2.
kation dan anion yang terlarut dalam air. Pengujian terhadap cemaran salmonella
Total Dissolved Solid (TDS) menunjukkan bahwa semua contoh
menggambarkan garam anorganik negatif salmonella. Ini berarti semua
(biasanya kalsium, magnesium, contoh air baku memenuhi persyaratan
potasium, natrium, bikarbonat, klorida cemaran coliform dan salmonella.
dan sulfat) serta sejumlah kecil bahan Entjang (2003) menyatakan bahwa
organik yang terlarut dalam air (Brian, coliform merupakan suatu grup bakteri
tanpa tahun). yang terkandung dalam jumlah banyak
Sigler dan Bauder (2003) pada kotoran manusia dan hewan,
menyatakan bahwa Total Dissolved Solid sehingga bakteri ini sering dipakai
(TDS) adalah senyawaaan di dalam air sebagai indikator dari kualitas makanan,
yang tidak dapat dihilangkan dengan air dan juga dipakai sebagai indikator
cara penyaringan tradisional. TDS terdiri dari kontaminasi kotoran. Infopom (2008)
dari garam atau senyawa senyawa yang menyebutkan bahwa bakteri golongan
terurai di dalam air membentuk ion. Ini coliform merupakan spesies dengan
berarti bahwa garam mempunyai dua habitat dalam saluran pencernaan dan
bagian muatan, yaitu muatan positif dan non saluran pencernaan seperti tanah
muatan negatif, yang berpisah dan dan air.
bercampur dengan molekul air (H20). Yang termasuk golongan coliform
Garam yang umum yang membentuk adalah Escherichia coli dan spesies dari
TDS misalnya sodium (Na+), sulfat Citro bacter, Enterobacter, Klebsiella dan
(SO42-), klorida (Cl-), kalsium (Ca2+), seratia. Bakteri selain E.coli dapat hidup
magnesium (Mg2+), dan bikarbonat dalam tanah atau air lebih lama dari
(HCO3-). pada E.coli, karena itu adanya bakteri
Kadar TDS yang tinggi akan coliform dalam makanan tidak selalu
menyebabkan rasa yang kurang disukai menunjukkan telah terjadi kontaminasi
seperti agak asin, pahit atau rasa logam. yang berasal dari feses. Keberadaanya
TDS juga dapat mengindikasikan adanya lebih merupakan indikasi dari processing
mineral yang beracun. Standar Nasional atau sanitasi yang tidak memadai dan
Indonesia untuk air minum dalam keberadaanya dalam jumlah yang tinggi
kemasan membatasi kadar TDS dalam dalam makanan menunjukkan adanya
air minum dalam kemasan 500 mg/l (500 kemungkinan pertumbuhan dari
ppm). Perbedaan nilai TDS pada setiap Salmonella,Shigella dan Staphylococcus.
percobaan menunjukkan adanya Pada kebanyakan daerah level
perbedaan kinerja proses filtrasi pada kontaminasi sangat bervariasi tergantung
setiap percobaan. Pada percobaan 1 musim. Air sangat mungkin
dan 3 proses filtrasi dilakukan dengan terkontaminasi oleh mikroorganisme
proses filtrasi bertingkat terdiri dari selama musim hujan ketika sumber air
saringan pasir, saringan karbon aktif sedang tinggi. Oleh sebab itu sangat
serta mikro filter, sehingga angka TDS dianjurkan untuk melakukan pengujian
lebih besar dari 100 (>100). Pada pada musim hujan, dan adanya coliform
percobaan 2, proses filtrasi dilakukan menunjukan bahwa sumur telah
menggunakan teknologi reverse terkontaminasi sehingga air harus
osmosis, sehingga kadar TDS jauh lebih dilakukan disinfeksi. Buruknya sistem
rendah dibandingkan dengan percobaan saluran air buangan, atau kotoran hewan
1 dan 3. dapat menjadi sumber cemaran bagi air
Hasil pengujian mikrobiologi baku.
terhadap air baku menunjukkan bahwa Angka lempeng total (ALT) adalah
semua air baku pada industri air minum keseluruhan koloni yang tumbuh pada
dalam kemasan yang menjadi tempat bahan pangan atau produk jadi
percobaan mengandung cemaran (BPOM, 2003). Sedangkan Fardiaz

47
Sri Agustini Pengaruh Konsentrasi Ozon terhadap …
Rienoviar

(1993) menyatakan bahwa koloni yang terhadap angka lempeng total (ALT).
tumbuh menunjukkan jumlah seluruh Hasil pengujian ALT terhadap air
mikro yang ada di dalam sample seperti percobaan dapat dilihat pada Tabel 2.
bakteri, kapang dan khamir. Menurut
Surat Keputusan Direktur Jenderal Tabel 2. Hasil Pengujian cemaran ALT
Pengawasan Obat dan Makanan Perlakuan Percobaan
No.
Nomor : HK.00.06.4.02894 tanggal 23 ppm 1 2 3
November 1994, Angka Lempeng Total 1 Air Baku 50 x 105 8,3 x 103 2,2 x 104
adalah jumlah bakteri mesofil dalam tiap 2 Ozon 0,1 1,4 x 105 1,6 x 104 2,1 x 103
3 Ozon 0,2 8,5 x 101 10 x 101 3 x 101
1 gram atau 1 ml contoh.
4 Ozon 0,3 16 <10 <44
5 Ozon 0,4 <10 <10 <10
B. Pengaruh Disinfeksi Ozon 6 Ozon 0,5 <10 <10 <10
Disinfeksi adalah tindakan 7 Ozon 0,6 <10 <10 <10
menambahkan atau menerapkan sanitasi
untuk membunuh mikro organisme yang Tabel 2 menunjukkan bahwa
menyebabkan pembusukan dalam perlakuan disinfeksi menggunakan ozon
memproduksi atau penyakit pada dengan konsentrasi 0,4 ppm
manusia (Trevor dan Suslow, 2001). memberikan air dengan kadar ALT
USEPA (1999) mendefinisikan kurang dari 10 (<10), perlakuan 0,3 ppm
disinfeksi sebagai mekanisme primer dan 0,2 ppm memberikan air yang
untuk menginaktivasi/mendestruksi dihasilkan masih mengandung ALT
organisme pathogen untuk mencegah namun jumlahnya masih dianggap aman
penyebaran penyakit yang disebabkan <100, sedangkan perlakuan dengan
oleh air kepada pengguna hilir atau konsentrasi 0,1 ppm air yang dihasilkan
kepada lingkungan. masih mengandung cemaran ALT dalam
Proses disinfeksi bertujuan untuk jumlah yang cukup tinggi (>100). Hal ini
menghilangkan atau membunuh mikroba disebabkan karena pada konsentrasi
(bakteri) terutama bakteri patogen. ozon 0,1 ppm, jumlah ozon yang
Proses disinfeksi dilakukan diperlukan untuk mengoksidasi mikroba
menggunakan ozon pada tangki tidak cukup sehingga air yang dihasilkan
pencampur dan selama ozon masih ada masih mengandung mikroba dalam
dalam kemasan. jumlah yang tidak aman untuk
Dalam proses disinfeksi dikonsumsi.
pengendalian terhadap kadar ozon
merupakan titik kendali kritis, karena jika 1.5
proses disinfeksi yang dilakukan tidak
memadai maka produk yang dihasilkan 1
N/NO

akan mengandung cemaran mikroba. 0.5


Surat keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan No : 0
705/MPP/kep/11/2003 menetapkan 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
kadar ozon minimum pada tangki
Konsentrasi Ozon (ppm)
pencampur adalah 0,6 ppm, sedangkan
kadar ozon sesaat setelah pengisian
No = ALT awal
minimum 0,1 ppm. Pemantauan kadar N = ALT setelah disinfeksi
ozon pada tangki pencampur ozon dan
sesaat setelah pengisian dilakukan Gambar 1. Pengaruh konsentrasi Ozon
minimum 2 kali yaitu pada pagi hari/awal terhadap ALT
proses dan setelah istirahat. Hasil Ini sesuai dengan Hoff (1986) yang
pengamatan ini harus dicatat sebagai menyatakan bahwa nilai C*t (konsentrasi
bukti pelaksanaan pengendalian mutu dan waktu) yang diperlukan oleh ozon
yang efektif. untuk menginaktivasi 99% Coli pada pH
Hasil pengujian terhadap air minum 6–7 dan temperatur 5 °C adalah 0,02.
hasil percobaan menunjukkan bahwa Pengaruh konsentrasi ozon terhadap
konsentrasi ozon berpengaruh
48
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 44–51

angka lempeng total hasil percobaan terdekomposisi menjadi unsur oksigen


terlihat pada Gambar 1. dalam waktu singkat (USEPA, 1999).
Menurut Swancara (2007) ozon Bau dan rasa pada air minum dapat
harus diinjeksikan secara benar agar disebabkan oleh beberapa hal. Bau dan
aman dan efektif. Air yang kelebihan rasa membentuk senyawa yang dapat
ozon dapat menyebabkan kadar ozon hadir di dalam air baku, tetapi mereka
yang terlalu tinggi (0,4 ppm atau lebih) juga dapat terbentuk selama
akan menyebabkan permasalahan pada pengolahan. Senyawa-senyawa ini
rasa dan reaksi dengan plastik pada kemungkinan merupakan turunan dari
pemipaan dan pada botol. Kelebihan dekomposisi bahan tanaman, tetapi
ozon atau injeksi ozon yang tidak tepat biasanya merupakan hasil dari aktivitas
dapat menyebabkan “outgas” ke dalam organisme hidup yang ada di dalam air.
lapisan air dan tutup botol. Jika botol Senyawa anorganik seperti besi,
dibuka segera setelah pembotolan, tembaga dan seng juga dapat
konsumen akan merasakan rasa metal menimbulkan rasa. Kemungkinan lain
dalam air yang disebabkan oleh bau adalah reaksi oksidasi kimia pada
ozon. perlakuan menggunakan khlorin akan
Ozon merupakan disinfektan yang memicu rasa dan bau yang kurang
lebih efektif jika dibandingkan dengan menyenangkan. Ozon dapat
khlorin, khloramin, dan bahkan khlorin mengoksidasi senyawa-senyawa pada
dioksida. Ozon terdekomposisi secara kisaran 20–90% (tergantung pada jenis
cepat di dalam air, sehingga ozon kurang senyawa). Ozon lebih efektif untuk
cocok untuk residu disinfeksi dan hanya mengoksidasi senyawa-senyawa tak
digunakan pada kasus tertentu jenuh. Geosmin and 2-methylisoborneol
(utamanya pada sistem distribusi yang (MIB) adalah dua contoh senyawa bau
pendek). Sebagai disinfeksi awal ozon yang resisten , yang sering ada di dalam
sangat cocok, karena akan air. Senyawa ini merupakan senyawa
menghasilkan disinfeksi yang sempurna yang dihasilkan oleh alga dan
dan konsentrasi disinfeksi yang lebih mempunyai batas bau dan rasa yang
rendah. rendah. Namun demikian, ozon dapat
Di udara ozon terbentuk ketika dua menghilangkan senyawa ini secara aktif.
atom oksigen (O2) pecah dan terpisah Jika dilihat dari besaran angka
menjadi radikal bebas oxygen (O*), yang lempeng total yang dihasilkan dari
berikatan dengan O2, membentuk ozon proses disinfeksi menggunakan ozon,
(O3), dengan reaksi sebagai berikut : maka perlakuan dengan konsentrasi
ozon 0,3 ppm ke atas memenuhi
O2 + photon (radiasi <240 nm) ------ 2O persyaratan angka lempeng total untuk
O +O2 + M -------- O3 + M lini produksi, sedangkan perlakuan
disinfeksi dengan konsentrasi ozon 0,1
ppm tidak memenuhi persyaratan angka
Di pabrik pengolahan air minum
lempeng total untuk lini produksi. Ini
Ozon diproduksi ketika molekul oksigen
berarti bahwa jika disinfeksi hanya
(O2) terdissosiasi oleh sumber energi
dilakukan menggunakan ozon, maka
menjadi atom oksigen dan kemudian
konsentrasi ozon yang digunakan harus
bertumbukan dengan molekul oksigen
tidak boleh kurang dari 0,3 ppm.
membentuk gas yang tidak stabil yaitu
Tabel 2 menunjukkan bahwa
ozon (O3), yang digunakan untuk
efektivitas ozon dalam menginaktivasi
mendisinfeksi air. Kebanyakan pabrik
mikroba yang ditunjukkan oleh angka
pengolahan air menghasilkan ozon
lempeng total pada konsentrasi 0,3 ppm
dengan menggunakan listrik arus bolak
mencapai 3 log x (dalam hubungan
balik tegangan tinggi (6–20 kilovolt)
dengan pengolahan air, 1 log inaktivasi
sepanjang dielectric discharge yang
menggambarkan 1 kredit inaktivasi).
mengandung bantalan gas oksigen.
WHO (2006) Guidelines for drinking
Ozon dihasilkan di tempat proses karena
water quality menyatakan dasar
sifatnya yang tidak stabil dan mudah
penggunaan ozon untuk menghilangkan

49
Sri Agustini Pengaruh Konsentrasi Ozon terhadap …
Rienoviar

mikroba seperti pada Tabel 3 dan Kepmenperindag Nomor : 705/2003


Tabel 4. tentang persyaratan teknis industri air
minum dalam kemasan mensyaratkan
Tabel 3. Reduksi bakteri, virus & protozoa kadar ozon dalam tangki pencampur
pada proses pengolahan air minimum 0,6 ppm. Kepmen tersebut juga
Patogen
mensyaratkan pemeriksaan terhadap
Proses Basis Pengurangan kadar ozon di dalam tangki pencampur
Enterik

CT99:0,02mg.min/l pada suhu 5


dan residu ozon sesaat setelah
Bakteri o
C,pH 6-7 pengisian dilakukan secara periodik dan
Virus
CT99:0,9mg.min/l pada suhu 1 oC terdokumentasi.
0,3mg.min/l pada suhu 15 oC
Ozon
Protozoa
CT99:1,9mg.min/l pada suhu 1 oC KESIMPULAN
Giardia
0,63mg.min/l pada suhu 15 oC, pH 6-
Protozoa 9
Cryptosporidiu CT99:40mg.min/l pada suhu 1 oC Dari hasil penelitian dapat
m 4,4mg.min/l pada suhu 22 oC disimpulkan sebagai berikut :
Sumber : WHO(2006) Guidelines for drinking water
quality (chapter 7, diolah).
1. Disinfeksi air menggunakan ozon
dapat menghasilkan air dengan
Tabel 4. Inaktivasi bakteri gram positif oleh kandungan cemaran mikroba yang
ozon pada air yg tidak mengandung memenuhi persyaratan SNI .
ozon demand. 2. Jika disinfeksi hanya dilakukan
menggunakan ozon, maka
Ozon Temp Pengurangan
Bakteri pH konsentrasi ozon minimum untuk
o
µg/mL C Log10
menghasilkan air minum dalam
Bacillus
0,19 28 >2,0 kemasan yang memenuhi
megaterium
persyaratan cemaran mikroba awal
B.Cereus 0,12 28 >2,0
adalah 0,3 ppm.
LeuconostocM 0,3-3,8 5,9 25 1,3-7
3. Pengendalian terhadap konsentrasi
Listeria M 0,2-1,8 5,9 25 0,7-7
ozon merupakan titik kendali kritis
L.monocytogen 0,1a 7,2 25 60-70b
Mycobacterium 0,23-0,26 7,0 24 1,0
dalam proses disinfeksi air minum
dalam kemasan.
S. Aureus 0,3-1,97 - - 4-6
a
4. Perlu dilakukan peninjauan kembali
Ket : Phosphate Buffer
b
Persen sell rusak
terhadap persyaratan teknis proses
produksi air minum dalam kemasan
Hasil percobaan di atas khususnya untuk persyaratan
menunjukkan bahwa pengendalian konsentrasi ozon minimum pada
terhadap konsentrasi ozon pada proses tangki pencampur.
disinfeksi air minum dalam kemasan
merupakan titik kendali kritis yang harus DAFTAR PUSTAKA
dikendalikan secara ketat. Kegagalan
dalam mengendalikan konsentrasi ozon Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
pada proses disinfeksi akan (2003). Mutu Pangan. Jakarta:
menyebabkan air minum dalam kemasan Direktorat Surveilan dan
yang dihasilkan tidak aman untuk Penyuluhan Keamanan Pangan.
dikonsumsi karena mengandung Deputi III-BPOM.
cemaran mikroba dalam jumlah yang Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
tidak dapat ditolerir oleh tubuh manusia. (2008). Mutu Pangan. Pengujian
Jika disinfeksi hanya dilakukan Mikrobilogi Pangan. InfoPom edisi
menggunakan ozon maka konsentrasi Maret 2008 vol 9 Nomor 2.
ozon minimum pada saat kontak dengan Badan Standardisasi Nasional. (2006).
air haruslah 0,3 ppm atau lebih. Jika SNI 01-3553-2006 Standar
konsentrasi ozon yang digunakan kurang Nasional Indonesia Air minum
dari 0,3 ppm maka harus ditambah dalam kemasan. Jakarta: Badan
dengan perlakuan disinfeksi tambahan Standardisasi Nasional.
misalnya penggunaan sinar UV. Brian, P.G. (tanpa tahun). Total Dissolve
Solids.http://www.water-research.
50
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 44–51

net/totaldissolvedsolids.htm(2
November 2010).
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. (2003). KepMen
Perindustrian dan Perdagangan
Nomor : 705/MPP/kep/11/2003.
Jakarta : Departemen Perindustrian
dan Perdagangan.
Entjang, I. (2003). Mikrobiologi dan
Parasitologi untuk Akademi
Keperawatan dan Sekolah Tenaga
Kesehatan yang Sederajat.
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Hoff,J.C. (1986). Inactivation of Microbial
Agents by Chemical Disinfectants.
EPA/600/2-86/067.
Kantor Menteri Negara Urusan Pangan.
(1996). Undang Undang RI Nomor
7 tahun 1996 tentang Pangan.
Jakarta: Kantor Menpangan.
Sigler, W.A., and Bauder, J. (2003).
Montana State University Extension
Water Quality Program Department
of Land Resources and
Environmental Sciences
Swancara, J. (2007). Ozone as a
Disinfectant. Water Quality
Products 12(9).
Song,Y.S., Al-Taherz, F. and Sadlerz, G.
(2003). Migration of volatile
degradation products into ozonated
water from plastic packaging
materials. Food Additives and
Contaminants 20(10): 985–994.
Tech Brief. (2000). Ultraviolet
disinfection. a national drinking
water clearing house fact sheet.
Trevor, V., and Suslow. (2001). Water
Disinfection A Practical Approach to
Calculating Dose Values for
Preharvest and Postharvest
Applications. University of
California Agriculture and Natural
Researchs. Publication 7256.
USEPA (1999). Ozone Disinfection,
Waste Water Technology fact
Sheet ,September, 1999.
WHO (2006), Guidelines for drinking
water quality, chapter 7.

51

Anda mungkin juga menyukai