Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), dan kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya. Diare biasanya terjadi saat seseorang buang air besar 3 kali sehari, atau
bahkan lebih. Diare dibagi dalam diare akut dan diare kronis (Setiawan, 2006).
Diare akut adalah diare yang awitannya mendadak dan berlangsung singkat dalam
beberapa jam atau hari, dapat sembuh kembali dalam waktu relatif singkat atau
kurang dari 2 minggu. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung
lebih dari 2 minggu (Ahlquist, 2005).
Diare akut dibagi menjadi dua yaitu diare akut infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme dan diare akut non infeksi yang disebabkan karena kondisi
psikologi (Fithria dan Di’fain, 2015). Penyebab diare akut adalah bakteri, virus,
dan parasit seperti protozoa dan cacing (World Gastroenterology Organisation,
2008). Antibiotik adalah salah satu terapi untuk diare akut namun harus
berdasarkan adanya indikasi seperti diare berdarah yang biasa disebut dengan
disentri (Ikatan Dokter Anak indonesia, 2009). Selain itu, diare akut yang terjadi
pada balita paling banyak disebabkan oleh rotavirus yang dapat ditanggulangi
dengan vaksin (Kemenkes RI, 2011c). Sehingga, tidak semua diare akut pada
balita harus diberikan antibiotik, terlebih yang disebabkan karena virus. Antibiotik
dapat digunakan sebagai terapi empirik pada diare jika patogen penyebab
diketahui (World Gastroenterology Organisation, 2008). Dampak dari
penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada diare akut adalah resistensi bakteri,
memperpanjang lama diare, dan diare sulit disembuhkan (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2011).

EPIDEMIOLOGI
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan tidak saja di
negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Walaupun di negara
maju sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang tinggi dan sosial ekonomi
yang baik, tetapi penyakit diare masih merupakan penyakit yang mempunyai
angka kesakitan yang tinggi yang biasanya disebabkan oleh foodborne infection
dan waterborn infection yang disebabkan karena bakteri Shigella sp.,
Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus, Basillus cereus, Clostridium
prefingens, Enterohemorrhagic Eschersia colli (EHEC). Di negara maju insidensi
penyakit diare terdapat 0,5-2 pertahun dan di negara berkembang lebih dari dari
negara maju (Jones and Farthing, 2004).
Di Indonesia diare masih merupakan penyakit urutan ke enam dari sepuluh
besar pola penyakit yang ada. Angka kesakitan diare pada periode 1986-1991
berkisar antara 19,5-27,2 per 1000 pasien, sedangkan angka kematian berkisar
antara 0,02-0,34 per seribu pasien (Masayoshi, 1997).
Menurut hasil pemantauan KLB tahun 1991 penyakit diare yang
dilaporkan dari 20 propinsi di Indonesia, jumlah KLB yang terjadi sebanyak 282
kali dengan jumlah penderita sebanyak 65,512 orang, serta angka kematian
1,03%. Angka case fatality rate (CFR) tertinggi terdapat pada propinsi Sulawsi
Tengah (5,5%), menyusul propinsi Maluku (4,5%) dan Riau (4,1%) (Masayoshi,
1997). Selama tahun 2000, dari 26 propinsi cakupan penemuan dan pengobatan
penderita sebanyak 3.370.668 orang dan jumlah KLB selama tahun tersebut ada
65 kejadian tersebar di 13 provinsi dengan jumlah penderita 4.127 orang dan
kematian 59 orang. Penderita diare tertinggi di Kalimantan Selatan (1744 orang),
Bali 9677 orang), Sulawesi Utara (476 orang), Jambi (328 orang), Sumatera Utara
(310 orang), Sulawesi Selatan (160 orang), Sulawesi Tengah (115 orang) dan
Jawa Tengah (88 orang) yakni urutan ke delapan, sedangkan urutan jumlah
dengan kematian tertinggi berturut-turut adalah Sulawesi utara, Maluku, dan Jawa
Tengah. Meskipun jumlah penderita diare di Jawa Tengah menempati urutan
kedelapan, tetapi angka kematiannya berada pada urutan ketiga (Day, 2001).

PEMBAHASAN
SUBJEKTIF
- Diare selama 3 hari tanpa darah dan nanah  diare tidak disebabkan oleh
inflamasi.
- BAB 3-6× sehari  frekuensi BAB melebihi batas normal.
- Kepala pusing  akibat meningkatnya produksi asam laktat pada tubuh pasien
karena diare, sehingga dapat mengakibatkan nyeri pada kepala meningkat
(pusing).
- Lemas  akibat banyaknya cairan elektrolit yang dikeluarkan dari tubuh
pasien melalui feses.
- Mual dan muntah.
- Selalu merasa haus  disebabkan oleh banyaknya cairan yang dikeluarkan
terus-menerus lewat feses pasien, sehingga kadar air di tubuhnya menurun dan
menyebabkan dehidrasi.
- Turgor mata menurun  salah satu gejala bahwa pasien mengalami dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahlquist, D. A., Camilleri, M. 2005. Diarrhea and Constipation. In: Kasper DL,
Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL (eds) Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill.
Day, R. 2001. Diare Penyebab Kematian Balita Nomor Tiga Bagi Balita. Suara
Merdeka.
Fithria, R. F. dan Di‟fain, A. R. 2015. Rasionalitas Terapi Antibiotik Pada Pasien
Diare Akut Anak Usia 1-4 Tahun di Rumah Sakit Banyumanik Semarang
Tahun 2013. Pharmacy, 12 (02).
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Medis. Edisi II. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ikatan Dokter Anak indonesia. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jones, A. C. C., Farthing, M. J. G. 2004. Management of Infectious Diarrhea.
PMC 53(2).
Kemenkes RI. 2011c. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Masayoshi. 1997. Diagnosis and Treatment of Bacterial Food Poisoning. Asia
Med J.
Setiawan, B. 2006. Diare Akut Karena Infeksi. Dalam: Sudoyo A, Setyohadi B,
Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta:
Departemen IPD FK UI.
World Gastroenterology Organisation. 2008. World Gastroenterology
Organisation Practice Guideline: Acute Diarrhea.

Anda mungkin juga menyukai