Anda di halaman 1dari 10

PAPER

TEKNOLOGI KARET GUM DAN RESIN


(Ekstraksi dan Penanganan Pasca Panen Getah Damar)

Disusun Oleh :
Dewi Puji Astuti (1910516120011)
Ermaniati S. (1910516220013)
Fitria Azizah (1910516320009)
Meiri nadia (1910516320012)
Nisa hidayah (1910516120007)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ii
ABSTRAK............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
BAB III PENUTUP.............................................................................................7
Kesimpulan..............................................................................................7
Saran.........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8
ABSTRAK

Damar merupakan salah satu hasil hutan indonesia yang melimpah dan memiliki
sifat fisik, kimia dan fungsional yang unik. Sifat fisik damar yang penting meliputi kelar
utannya dalam beberapa pelarut organik, suhu pelunakan, viskositas dan absorbansi. Sif
at kimia penting yang ditinjau di sini termasuk sifatnya sebagai resin. Komposisi senya
wa terpenoid yang terdapat dalam damar dan minyak atsiri yang dihasilkan dari penyuli
ngan damar segar. Sifat fisik dan kimia damar perlu dipelajari lebih lanjut agar dapat me
ngoptimalkan sifat fungsionalnya. Namun sekarang, beberapa spesies damar sedang die
ksplorasi dan dikembangkan.

BAB I
PENDAHULUAN

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berasal dari bagian pohon atau tumbuh-t
umbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperluka
n oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu
industri. Mengingat pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit sebagaima
na dalam pemungutan hasil hutan kayu (timber), masyarakat hutan (masyarakat yang ti
nggal di sekitar hutan) umumnya bebas memungut dan memanfaatkan HHBK dari dala
m hutan. Salah satu sumber dari HHBK yakni getah dari kayu dammar (Departe
men Kehutanan 2007).

Damar merupakan salah satu hasil hutan dari getah tumbuhan yang membeku ak
ibat perlukaan organ dan kontaminasi udara. Resin digolongkan menjadi tiga kelompok
yaitu Hard resin, Gum resin dan Oleoresin. Damar termasuk kelompok Hard resin yang
sedikit mengandung minyak essensial, berwujud padatan, mudah rapuh, tanpa bau dan r
asa (Hill, 2006).

Damar adalah material solid atau semi solid terdiri komponen kompleks bersifat
tidak larut air dan larut menggunakan pelarut organik. Damar diproduksi di pembuluh la
tisifer. Produksi cairan damar di sel parenkim yang terdapat di korteks, empulur batang,
parenkim floem dan parenkim xilem akar. Sel parenkim mengelilingi saluran damar yan
g dilindungi sel sel epitelium. Di dalam saluran, cairan damar mendapat tekanan fisiolog
is dan mekanis, sehingga apabila saluran damar terpotong dan dilukai, maka sekresi cair
an damar tersebut keluar, selanjutnya membeku jika terkontaminasi udara (Sutrian, 201
1).

Secara umum, damar berarti resin atau lampu yang berasal dari resin (dalam bah
asa melayu). Damar dalam perdagangan dunia berasal dari jenis pohon dalam family Di
pterokarpa, terutama berasal dari Indonesia. Sebagian besar dipanen dengan peneresan
(tapping), sebagian kecil dengan pengumpulan dari dammar dalam bentuk fosil. Damar
adalah hasil sekresi (getah) dari pohon Shorea sp, Vatica sp, Dryobalanops sp, dan jenis
lain dari Dipterocarpaceae. Didalamnya termasuk damar mata kucing dan dammar gelap
(Kuspradini, et al, 2016).

Ada beberapa jenis getah damar yang menjadi buruan orang, yakni damar mata
kucing, damar batu, damar hitam dari jenis meranti, dan dammar resak. Saat ini jenis-je
nis damar yang banyak dimanfaatkan orang adalah jenis damar batu dan mata kucing. D
amar yang dikenal umum di Indonesia yaitu damar mata kucing (cat eyes resin) dan da
mar batu (stone dammar) (Kuspradini, et al, 2016).

Mutu damar dikelompokkan berdasarkan ukuran bongkahan, warna, dan kadar p


engotor. Dammar yang bermutu baik adalah damar yang berbentuk bongkahan besar, be
rwarna jernih, dan berkadar kotoran rendah. Untuk menurunkan jumlah pengotor dalam
damar dapat dilakukan pemurnian baik secara fisik degan pemecahan bongkahan damar
dan pengayakan, menggunakan pelarut dan bahan pemucat (Namiroh, 1998).

Secara tradisional dalam penyadapan damar, biasanya damar yang keluar dibiark
an mengumpul pada takik (goresan pada batang pohon damar) dan diambil setelah dama
r mengeras. Dalam proses mengerasnya damar, minyak atsiri yang terkandung didalamn
ya perlahan-lahan menguap. Penguapan ini dapat dicegah dengan cara memungut damar
tanpa menunggu sampai damar mengeras. Minyak atsiri dipisahkan dengan cara menyu
ling damar yang baru dipungut tanpa mengurangi kualitas dammar tersebut (Wiyono, 20
00).
BAB II
PEMBAHASAN

Damar merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan resin. Terdapat
beberapa jenis tanaman yang dapat menghasilkan getah atau eksudat, yang paling umun
adalah Agathis sp dan Shorea javanica. Hasil olahan getah (resin) yang disadap dari bat
ang damar disebut sebagai kopal pada Agathis sp dan mata kucing pada Shorea javanic
a. Ada beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengekstraksi getah atau resin yang t
erdapat pada tanaman. Ekstraksi merupakan cara atau perlakuan yang dilakukan untuk
mendapatkan getah atau resin yang terdapat dalam bagian-bagian tanaman. Ektraksi dap
at dilakukan dengan cara ektraksi menggunakan pelarut, ekstraksi dengan distilasi, ekstr
aksi dengan cara perlukaan (penyadapan), ekstraksi dengan pemanasan pada bagian tan
aman yang megandung resin dan ekstraksi resin dari bekuan getah.
Getah damar dapat diekstraksi dengan cara perlukaan atau penyadapan. Getah at
au resin ini akan keluar melalui kulit atau kayu yang telah dilukai. Getah yang keluar ak
an membeku dan dikumpulkan. Menurut Lundquist (1948), mengeras atau membekunya
getah tersebut disesbabkan hubungan dengan udara luar. Getah hasil dari perlukaan ini d
isebut sebagai gatah sadapan. Sadapan atau perlukaan yang dilakukan tidak boleh semba
rangan. Penyadapan untuk getah damar menggunakan system Quare. Tahapan untuk sys
tem ini adalah pemberian nomor pada pohon yang akan disadap, pembagian areal, pemb
ersihan area, pembersihan lapangan sadapan, pembersihan kulit pohon, persiapan alat, p
embuatan rencana Quare/mal sadap, penyadapan, pembaharuan Quare dan terakhir adal
ah pemungutan kopal atau getah yang sudah membeku.
Tahap pertama adalah pemberian nomor pada pohon yang akan disadap. Hal ini
bertujuan untuk menaksir berapa banyak getah yang dapat dihasilkan oleh tanaman sehi
ngga memudahkan untuk pengawasan dan jumlah quare yang dibuat pada setiap pohon.
Quare merupakan luka yang dibuat sebagai tempat keluarnya getah. Selain untuk menak
sir jumlah getah yang dihasilkan, pemberian nomor ini juga bertujuan untuk menetapka
n jumlah pembagian pohon yang harus disadap oleh setiap penyadap atau pembagian ke
rja, dan mempermudah pengawasan terhadap keamanan, penjarangan, bencana alam dan
intensitas terhadap penyadapan. Penomoran dilakukan pada pohon yang sudah berusia 1
0 tahun ke atas dan diukur diameternya setinggi dada. Nomor ini digantung pada pohon
dengan tinggi 190 cm menggunakan plat baja berukuran 5×5 cm.
Tahap selanjutnya adalah pembagian areal. Pembagian ini untuk memudahkan p
engawasan dan luas area kerja bagi penyadap. Biasanya area ini akan dibagi menjadi 2-
5 ha. Selanjutnya adalah pembersihan lapangan kerja. Sebelum penyadapan dilakukan, a
rea harus dibersihkan dari rumput atau semak sehingga memudahkan penyadapan dan p
engangkutan. Lalu dilakukan pembersihan kulit pohon. Kulit pohon dikerok dengan teb
al 3 mm, lebar 20 cm dan panjang 70. Pembersihan ini bertuuan untuk memudahkan dal
am proses pembuatan quare atau bidang luka pada tanaman.
Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk penyadapan pohon damar adalah p
etel sadap, perang, kotak kayu atau wadah yang digunakan untuk mengumpulkan getah,
batu pengasah, alat ukur untuk menguku dalam dan luar quare dan alat untuk membuat
quare. Quare dibuat dengan cara melukai batang pohon dengan lebar 6-10 cm, tinggi 60
cm dan kedalaman 1,5 cm. perlukaan ini dilakukan menggunakan alat yang berbentuk s
eperti garpu melengkung dengan 2 sisi yang tajam. Quare yang dibuat pertama kali adal
ah 20 cm dari tanah dan semua quare menghadap ke arah yang sama. Pastikan quare yan
g dibuat tidak terlalu dalam karena akan merusak pohon dan getah yang dihasilkan juga
tidak meningkat.
Penyadapan yang dilakukan pada pohon damar dilakukan secara bertahap, yaitu
3 hari sekali. Setiap quare yang dibuat akan mengalami pertambahan panjang sebersar
3-5 mm. Pastikan petel (pisau) yang digunakan untuk menyadap atau membuar quare se
lalu tajam. Setelah proses pembuatan quare selesai, maka getah damar atau kopal siap u
ntuk dipanen setelah dibiarkan selama 10 hari. Getah damar ini akan membeku dan diku
mpulkan dalam wadah. Untuk menghasilkan kopal dengan kualitas dan mutu yang prem
ium, harus dilakukan pembersihan dan seleksi dari kotoran dan pemurnian. Ada dua pro
ses pengolahan pasca panen damar (primery processing) yaitu:
1. Pengolahan Sederhana di pengumpul: bongkahan dipecah lalu diseleksi menurut
warna dan besar butiran menggunakan saringan bertingkat.

2. Pengolahan di Industri: Pelarutan damar yang  dilanjutkan dengan pemutihan da


n pemurnian.

Untuk meningkatkan kualitas damar terutam damar kualitas rendah diperlukan p


emurnian damar.  Upaya pemurnian damar dari kotoran dapat dilakukan dengan mengg
unakan pelarut organik yaitu melarutkan damar dalam toluena atau benzena kemudian d
isaring, dicetak dan diuapkan pelarutnya.  Mengingat banyaknya pemanfaatan damar se
bagai bahan pembuat makanan dan kosmetik, maka pemurnian damar dengan menggun
akan pelarut organik kurang cocok sehingga diperlukan pemurnian tanpa pelarut yaitu d
engan cara pemanasan (Zulnely dan Suwardi. 2006).  Masalah dalam pemurnian dengan
sistem panas ialah damar hasil pemurnian cenderung berwarna lebih gelap dibanding asl
inya. Hal ini mungkin disebabkan adanya keterlambatan damar yang dipanaskan dikelua
rkan dari pemanas. Alat pemurnian damar mata kucing yang telah diperoleh saat ini me
nggunakan pemanas listrik sederhana yaitu pemanas tidak mengelilingi wadah dan belu
m menggunakan pengatur suhu (thermostat) sehingga suhu tidak terkontrol dan warna d
amar menjadi lebih gelap. Alat ini telah disempurnakan dimana pemurnian menggunaka
n pemanas listrik mengelilingi wadah dan sudah menggunakan pengatur suhu (thermost
at) sehingga suhu dapat dikontrol. Klasifikasi damar mata kucing di Krui Lampung adal
ah berdasarkan ukuran bongkahan, kebersihan, dan warna (Trison, 2001), yakni::

1. Kualitas A: warna kuning bening dan merupakan bongkahan besar (berukuran 3


cm x 3  cm atau lebih)
2. Kualitas B: warna kuning bening dan merupakan bongkahan yang agak kecil
(berukuran 2 cm x 2 cm atau lebih)
3. Kualitas C: warna kuning bening, bongkahan berukuran 1 cm x 1 cm atau lebih
4. Kualitas AB: warna kuning agak kehitaman, merupakan bongkahan berukuran 2
cm x 2 cm atau lebih.
5. Kualitas AC: warna kehitam-hitaman dan berupa butiran kecil
6. Kualitas Debu: damar berwujud debu

Boer dan Ella (2001) menyatakan bahwa penentuan mutu damar di Indonesia, m
asih dilakukan sangat sederhana, yaitu berdasarkan warna, kebersihan, dan ukuran bong
kahan. Mutu A, B, dan C merupakan damar kualitas ekspor, menurut ukuran bongkahan
dengan ukuran sebagai berikut :

 Mutu A dapat mencapai 10-15 cm,


 Mutu B mencapai 1-2 cm,
 Mutu C berukuran lebih kecil dari 1 cm.
 Mutu D dan E adalah kualitas sedang dengan kotoran relatif lebih banyak.
Klasifikasi mutu itu dapat bervariasi sesuai kesepakatan penjual dan pembeli, mi
salnya mutu AB, BC dan sebagainya. Hal ini terlihat dalam perdagangan damar di Lam
pung. Penentuan damar mata kucing di pasaran domestik yaitu tingkat petani, penghada
ng, pedagang pengumpul desa, pedagang besar krui, sampai ke industri maupun eksporti
r masih dilakukan secara visual.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Damar termasuk kelompok Hard resin yang sedikit mengandung minyak


essensial, berwujud padatan, mudah rapuh, tanpa bau dan rasa.
2. Damar bersifat tidak larut air dan larut menggunakan pelarut organik.
3. Dammar yang bermutu baik adalah damar yang berbentuk bongkahan besar,
berwarna jernih, dan berkadar kotoran rendah.
4. Ekstraksi merupakan cara atau perlakuan yang dilakukan untuk mendapatkan
getah atau resin yang terdapat dalam bagian-bagian tanaman. Getah damar dapat
diekstraksi dengan cara perlukaan atau penyadapan
5. Pemurnian damar dari kotoran dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut
organik

Saran
-
DAFTAR PUSTAKA

Boer E, Ella AB. 2001. Plant Resources of South-East Asia 18: Plant Producing Ekudat
es. Bogor: Prosea Foundation.
Hill, A.F. 2006. Economic Botany. 7th Ed. 102. McGraw-Hill Publishing Company Li
mited, New Delhi.
Kuspradini, H., Rosamah, E., Sukaton, E., Arung, E.T., dan Kusuma, I.W. 2016. Pengen
alan Jenis Getah Gum-Lateks-Resin. Mulawarman University Press. Kalimantan
Timur.
Lundquist, B. E. 1948. Onderzoekinen Betreffends Een Niewe Tap Metode Voor Copal.
Tectona Deel XXXVIII

Namiroh, N. 1998. Pemurnian Damar (Shorea javanica) Dengan Kombinasi Pelarut Org
anik. Skripsi. Fateta. IPB.
Sutrian Y. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan tentang Sel dan Jaringan. 102-
103 Rineka cipta, Jakarta.
Trison S. 2001. Kajian kelayakan usaha sistem pengelolaan repong damar mata kucing
(Shorea javanica K et V) di Krui Lampung [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian B
ogor
Wiyono, B. 2000. Percobaan Pemisahan Minyak Damar Mata Kucing dengan Penyuling
an Secara Kering Pada Kondisi Vakum. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 18(1). 2
7-39.

Anda mungkin juga menyukai